Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura

dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.

Secara histologi, kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringan

ikat dan dalam keadaan normal berisikan lapisan cairan yang sangat tipis.

Dalam keadaan normal selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura

melalui kapiler pada pleura parietalis, tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh

saluran limfe sehingga terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi,

tiap harinya diproduksi cairan kira-kira + 16,8 ml. Kemampuan untuk

reabsorpsinya dapat meningkat sampai 20 kali. Apabila antara produksi dan

reabsorpsinya tidak seimbang (produksinya meningkat atau reabsorpsinya

menurun), maka akan timbul efusi pleura. Rongga pleura terletak antara paru

dan dinding thorax. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini

berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura.

1
1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa/i dapat memahami dan menerapkan

Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi mengenai efusi pleura.

1.2.2 Tujuan Khusus

 Memahami defenisi efusi pleura

 Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari efusi pleura

 Mengetahui askep pada efusi pleura

1.3 Manfaat Penulisan

 Agar mahasiswa/i mampu memahami konsep dari efusi pleura

 Agar mahasiswa/i mengetahui bagaimana cara pemberian askep pada

efusi pleura.

2
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Defenisi Efusi Pleura

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura

dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh

ketidak seimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.

Dalam keadan normal jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-

200 ml.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Pleura

Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura

visceralis dan pleura parietalis.

Secara histologi kedua cairan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringan

ikat dan dalam keadaan normal berisikan lapisan cairan yang sangat tipis.

Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura

viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding thorax, diafragma

dan mediastinum disebut pleura parietalis.

Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thorax. Rongga pleura

dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua

pleura.

3
2.3 Patofisiologi

Dalam keadaa normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga

pleura melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera

direabsorpsi oleh saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara

produksi dan reabsorpsi, tiap harinya dapat meningkat sampai 20 kali. Apabila

antara produksi dan reabsorpsinya tidak seimbang (produksinya meningkat

dan reabsorpsinya menurun), maka akan timbul efusi pleura.

Akumulai cairan pleura dapat terjadi bila:

1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan

pembentukan cairan pleura melalui pengaruh terhadap sterling. Keadaan

ini dapat terjadi pada gagal jantung kanan, gagal jantung kiri dan sindroma

vena kava superior.

2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terjadi pada atelektasis,

baik karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura viceralis.

3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik banyak

cairan masuk ke rongga pleura.

4. Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe bermuara

pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan

menghambat pengosongan cairan limfe.

4
2.4 Etiologi

A. Berdasarkan Jenis Cairan

a. Eksudat, disebabkan oleh:

1. Pleuritis karena virus dan mikoplasma: Virus coxcakle, Rickettsia,

Chlamydia. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit

antara 100-6000/cc. Gejala penyakit dapat dengan keluhan: sakit

kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut, gejala

perikarditis.

2. Pleuritis karena bakteri piogenik: permukaan pleura dapat

ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru

dan menjalar secara hematogen.

3. Pleuritis karena fungsi penyebabnya: Aktinomikosis, Aspergillus,

kriptococcus. Efusi timbul karena reaksi hipersensitivitas lambat

terhadap organisme fungi.

4. Pleuritis tuberculosa merupakan komplikasi yang paling banyak

terjadi melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran

getah bening, dapat juga secara hematogen dan menimbulkan efusi

pleura bilateral.

5. Efusi Pleura karena neoplasma, misalnya pada tumor primer pada

paru-paru, mamae, kelenjer limfe, gaster, ovarium. Efusi pleura

terjadi bilateral dengan ukuran jantung yang tidak membesar.

Patofisiologi terjadinya efusi ini diduga karena:

5
- Infasi tumor ke pleura, yang merangsang reaksi imflamasi dan

terjadi kebocoran kapiler.

- Infasi tumor ke kelenjer limfe paru-paru dan jaringan limfe

pleura, bronkhopulmonary, hillus atau mediastinum,

menyebabkan gangguan aliran balik sirkulasi.

- Obstruksi bronkus, menyebabkan peningkatan tekanan-

tekanan negatif intra pleura sehingga menyebabkan transudasi.

6. Efusi parapneumoni adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia

bakteri, abses paru atau bronkiektasis.

b. Transudat, disebabkan oleh:

1. Gangguan kardiovaskuler

Penyebab terbanyak adalah decompenstion cordis,

sedangkan penyebab lainnya adalah perikarditis konstriktiva dan

sindroma vena kava superior. Patogenesisnya adalah akibat

terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler

dinding dada sehingga terjadi peningkatan piltrasi pada pleura

parietalis.

2. Hipoalbuminemia

Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein

cairan pleura dibandingkan dengan tekanan osmotik darah. Efusi

yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat.

Pengobatan adalah dengan memberikan diuretik dan restriksi

6
pemberian garam, tapi pengobatan yang terbaik adalah dengan

infus albumen.

3. Hidrotoraxs hepatik

Mekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan

pleura melalui lubang kecil yang ada pada diafragma ke dalam

rongga pleura. Efusi biasanya disisi kanan dan biasanya cukup

besar untuk menimbulkan dyspneu berat.

B. Berdasarkan kuman penyebab

1. Mycobacterium Tuberculosis

a. Bakteriologi

Penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosis. Bakteri

ini adalah sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang

1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Kuman ini tahan terhadap asam

dikarenakan kandungan asam lemak (lipid) di dindingnya.

b. Patogenesis

- Tuberculosis primer

Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi dorplet nudei dalam udara bebas

selama 1-2 jam, tergantung dari ada tidaknya sinar ultraviolet,

ventilasi yang baik dan kelembaban.

- Tuberculosis Post Primer

7
Tuberculosis post primer dimulai dengan serangan dini

yang berlokasi di regio atas paru-paru (bagian apikal posterior,

lobus superior dan inferior).

Bergantung dari imunitas penderita, virulensi, jumah

kuman, sarang dapat menjadi:

1. Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan

jaringan parut.

2. Sarang yang mula-mula meluas tetapi segera menyembuh

dengan menimbulkan jaringan fibrosis. Ada yang

membungkus diri menjadi lebih keras menimbulkan

perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.

3. Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang

menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya

mengalami nekrosis, dan menjadi lembek.

8
2.5 WOC

Kardiovaskuler, neoplasma, penyakit


TBC abdomen, infeksi, cidera, dll

Adanya bendungan cairan dalam


Proses Peradangan rongga pleura

Pembentukan cairan yang berlebihan Hambatan reabsorpsi cairan dalam


rongga

EFUSI PLEURA

Akumulasi cairan Proses peradangan Akumulasi cairan


yang berlebihan di pada rongga pleura yang berlebihan di
rongga pleura rongga pleura

Penurunan Ekspansi Pengeluaran endrogen Aspirasi cairan pleura


Pleura dan pirogen melalui jarum

Sesak Napas Fibris

Penurunan Suplai O2
Demam

Kelemahan

9
2.6 Manifestasi Klinis

 Sesak napas

 Rasa berat pada dada

 Pengembangan paru menurun

 Nyeri pada waktu timbul peradangan pleura

 Batuk pada waktu efusi yang banyak

 Perfusi pekak

 Suara napas serta resonansi vokal memendek

 Demam

 Menggigil

 Dispnea

2.7 Komplikasi

 Infeksi dan fibrosis paru

 Efusi pleura berulang, empiema, gagal napas

2.8 Pemeriksaan Penunjang

 Analisis cairan pleura

Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik dan dikonfirmasikan dengan foto thoraks. Dengan foto toraks lateral

decubitus dapat diketahui adanya cairan rongga pleura paling sedikit 50

ml.

10
 Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan

sumber cairan yang terkumpul.

Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui,

kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebabkan

thorakosentesi.

2.9 Penatalaksanaan

 Dilakukan drainase formal dengan selang interkostalis.

 Diberikan obat (tetrasiklin, talk atau breomisin) melalui selang

interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan

terakumulasi kembali (Pleurodesis).

 Torakoskopi (dengan anastesi lokal atau umum).

2.10 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

Gejala: dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

2. Sirkulasi

Tanda:  Takikardia

 Frekuensi tidak teratur/distritmia

 S3 atau S4/irama jantung gallop (gagal jantung

sekunder terhadap efusi)

 TD: Hipertensi/Hipotensi

11
3. Integritas Ego

Tanda: ketakutan, gelisah

4. Makanan/cairan

Tanda: adanya pemasangan IV vena sentral/infus tekanan.

5. Nyeri/kenyamanan

Gejala:  Nyeri dada unilateral, meningkat karena

pernapasan, batuk.

 Tajam dan nyeri menusuk yang diperberat oleh

napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher,

bahu, abdomen.

Tanda:  Berhati-hati pada area yang sakit

 Perilaku yang distraksi

 Mengkerutkan wajah

6. Pernapasan

Gejala:  Kesulitan bernapas

 Batuk

Tanda:  Peningkatan frekuensi/takipnea

 Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori

pernapasan pada dada

 Bunyi napas menurun

 Perkusi dada; bunyi pekak diarea yang terisi cairan

 Observasi dan palpasi dada; gerakan dada tidak

sama

12
B. Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru

2. Resiko tinggi terhadap penghentian napas b/d penyakit saat ini

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan b/d

kurang terpajan pada informasi.

1. Pola Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru

Ditandai dengan dispnea, takipnea, perubahan kedalaman /

kesamaan pernapasan, gangguan pengembangan dada.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keefektifan

pola napas dengan kriteria hasil

 Menunjukkan pola pernapasan normal

 Bebas sianosis dan tanda/gejala hipoksia

Intervensi

 Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan/pernapasan serak,

dispnea, keluhan “lapar udara”. Terjadinya sianosis, perubahan

tanda vital.

 Auskultasi bunyi napas.

 Catat pengembangan dada.

 Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam.

 Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala

tempat tidur.

 Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk “kontrol diri”

dengan menggunakan pernapasan lebih lambat/dalam.

13
2. Resiko tinggi terhadap penghentian napas b/d penyakit saat ini

Tujuan:  Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk

mencegah komplikasi.

 Pemberi perawatan akan: memperbaiki/menghindari

lingkungan dan bahaya fisik.

Intervensi

 Kaji dengan pasien tujuan unit drainase dada.

 Pasang kateter toraks di dinding dada dan berikan panjang selang

ekstra sebelum memindahkan/mengubah posisi pasien.

 Amankan unit drainase pada tempat tidur pasien.

 Berikan transportasi aman bila pasien dikirim keluar unit untuk

tujuan dianostik.

 Awasi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan b/d

kurang terpajan pada informasi ditandai dengan berulangnya

masalah, mengekspresikan masalah, meminta informasi.

Tujuan:  Menyatakan pemahaman penyebab masalah.

 Mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan

evaluasi medik.

 Mengikuti progam pengobatan dan menunjukkan

perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah

terulangnya masalah.

14
C. Intervensi

 Kaji patologi masalah individu.

 Identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang.

 Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat.

 Kaji ulang praktik kesehatan yang baik.

D. Implementasi

Seorang perawat melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang

telah dibuat.

E. Evaluasi

1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru hasil yang

diharapkan menunjukkan pola pernapasan normal, bebas dari

sianosis dan tanda/gejala hipoksia.

2. Resiko tinggi terhadap penghentian napas b/d penyakit saat ini. Hasil

yang diharapkan mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk

mencegah komplikasi.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan b/d

kurang terpajan pada informasi. Hasil yang diharapkan menyatakan

pemahaman penyebab masalah, mengikut program pengobatan dan

menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah

terulangnya masalah.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang

terletak diantara permukaan viseral dan parietal. Hal ini merupakan proses

penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit

sekunder terhadap penyakit lainnya.

Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan

berfungsi sebagai pembatas yang memungkinkan pleural bergerak dengan

adanya fiksi.

Penyebab:

- Neoplasma  Pertumbuhan jaringan baru yang abnormal (tumor)

- Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonar dan

perikadius.

- Penyakit pada abdomen seperti: pangkratitis, asitis, abses dan sindrom

mags.

- Infeksi yang disebabkan bakteri seperti: virus, jamur, mikrobakterial dan

parasit.

- Trauma

Manifestasi klinis/tanda dan gejala

- Sesak

- Nyeri pada waktu timbul peradangan pleura

16
- Batuk pada waktu efusi yang banyak

- Pengembangan paru menurun

- Perfusi pekak

- Suara napas serta resonansi vokal memendek

- Demam

- Menggigil

- Dispnea

3.2 Saran

Dalam melakukan asuhan keperawatan diharapkan dapat

memprioritaskan diagnosa yang akibatnya dapat mengancam

keselamatan/nyawa klien.

Dalam melakukan askep seorang perawat seharusnya mengkaji secara

detail dan menyeluruh untuk mencegah adanya kesalahan diagnosa.

17
DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: EGC

Doenges, Marilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Lawyer, William. 1992. Pintar Patologi Untuk Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

Schwartz, Seymour. I. 2001. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Asculaplus

18
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas izin-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “EFUSI PLEURA” dan

insyaallah telah dapat penulis selesaikan dengan baik.

Selesainya makalah ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

kepada:

1. Ns. Hellena Deli, S.Kep selaku dosen KMB I yang senantiasa memberi kritik

dan saran kepada penulis.

2. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu kelancaran dalam

menyelesaikan makalah ini.

3. Orang tua kami yang telah memberikan semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil makalah ini belum sempurna,

karena penulis masih dalam tahap belajar. Untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari siapa saja yang membaca makalah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi kita

semua dan bagi penulis sendiri khususnya. Dan tidak lupa penulis mengucapkan

terimakasih.

Pekanbaru, Oktober 2009

Penulis

i
19
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan .................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Defenisi Efusi Pleura.............................................................. 3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Pleura................................................. 3
2.3 Patofisiologi ........................................................................... 4
2.4 Etiologi ................................................................................... 5
2.5 WOC ...................................................................................... 9
2.6 Manifestasi Klinis .................................................................. 10
2.7 Komplikasi ............................................................................. 10
2.8 Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 10
2.9 Penatalaksanaan ..................................................................... 11
2.10 Asuhan Keperawatan ............................................................. 11
A. Pengkajian ........................................................................ 11
B. Diagnosa Keperawatan..................................................... 15
C. Intervensi .......................................................................... 15
D. Implementasi .................................................................... 15
E. Evaluasi ............................................................................ 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 16
3.2 Saran ....................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

20
ii

Anda mungkin juga menyukai