4
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk ≥100 cm adalah 5,71%. Dengan mengusulkan
memperkecil jarak Burden dari 6,15m menjadi 4,71m, Spacing dari 7,085m menjadi
6,123m, Stemming dari 4,15 m menjadi 3,3m, kedalaman lubang ledak dari 7,54 m
menjadi 7,065m serta memperbanyak jumlah lubang ledak dari 1137 hole menjadi 3170
hole meskipun penggunaan ANFO akan lebih banyak yaitu dari 65.505,65 kg menjadi
235.011,85 kg perpeldakan.
Sumber :Peta Geologi Lembar Baturaja, Sumatera (S. Gofoer, T.C. Amin dan R. Pardede), 1993
5
Batugamping tampak berwarna abu-abu terang hingga putih keabu-abuan dan
terdiri atas batugamping pejal dan batugamping berlapis. Formasi ini memiliki
ketebalan mencapai 85m. Lingkungan pengendapan batuan berhubungan dengan laut
yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan terumbu yaitu laut dangkal.
Berdasarkan peta geologi (Gambar 2.1), wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu
terdapat beberapa formasi lainnya yaitu:
6
Peta Morfologi Regional Daerah PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Desa Pusar Kelurahan Sukajadi Kecamatan Baturaja Timur
Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan
7
air hujan. Semakin tinggi curah hujan daerah tersebut maka akan dibutuhkan sejumlah
areal hutan yang luas. Dengan semakin luas area hutan tersebut maka kesempatan untuk
menjadi daerah tangkapan hujan akan semakin baik.
TABEL 2.2
Data curah hujan tahun 2010-2014 (mm/bulan)
TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
BULAN / 5 tahun
Jan 182,5 127,5 96,0 439 259,5 87,8
Feb 588,0 51,0 367,0 257 82 67,8
Mar 460,0 116,0 208,0 178 161 67,8
Apr 476,0 48,5 196,0 197 125 64,4
Mei 359,0 92,0 176,0 182 152 66,8
Jun 253,0 95,0 170,0 95 68 32,6
Jul 177,5 86,0 54,0 114 66 36
Agt 261,5 22,0 22,0 170 83 50,6
Sep 382,5 14,0 16,0 185 7 38,4
Okt 381,5 114,0 165,5 157,5 29 37,3
Nov 458,0 154,0 321,0 367 201 113,6
Des 193,0 288,0 321,0 273,5 402 135,1
Max 588,0 288,0 367,0 439 402 168,2
Min 177,5 14,0 16,0 95 7 20,4
Rata-rata/tahun 352,71 107,85 171,35 224,92 127,5 352,71
Sumber :Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaKabupaten Ogan Komering Ulu
Provinsi Sumatera Selatan, diolah kembali
Musim hujan terjadi pada bulan Oktober hingga bulan Maret dengan curah hujan
rata-rata maksimum perbulannya 388,9 mm (Tabel 2.2) dari tahun 2010 hingga 2014.
Puncak musim penghujan terjadi di bulan November dimana curah hujan pada bulan
tersebut sangat tinggi sekitar 458 mm pada tahun 2010. Berdasarkan rata-rata tingkat
curah hujan pertahun sebesar 352.71 mm tersebut dapat disimpulkan daerah kuari PT
Semen Baturaja (Persero) Tbk rawan terhadap air limpasan dan intrusi air tanah yang
dapat membanjiri quarry.
8
2.2.4 Batu Kapur (Limestone)
Batu kapur adalah bahan utama pembuatan semen sedangkan bahan tambahan
dari pembuatan semen adalah pasir silika, pasir besi, gipsum, dan abu batubara. Batu
kapur merupakan salah satu jenis batuan sedimen non-klastik yaitu terbentuk akibat
proses kimia baik dari larutan maupun aktivitas organik dan mengandung Authigenic
Minerals (mineral-mineral yang terbentuk di cekungan atau lingkungan sedimentasi).
Mineral utamanya adalah kalsit dengan rumus kimia CaCO3 dengan kekerasan berkisar
1,8–3 berdasarkan skala mosh dan berat jenisnya adalah berkisar 2.
9
3. Secara kimia
Di beberapa daerah berbatugamping yang tebal lapisannya didapatkan gua atau
sungai bawah tanah yang terjadinya berkaitan dengan kerja air tanah. Air hujan
yang mengandung CO2 dari udara dan CO2 hasil pembusukan zat organik
dipermukaan setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping yang
dilaluinya sepanjang rekahan, sehingga terjadi reaksi :
Reaksi ini merupakan reaksi bolak-balik, kapur larutan mengendap dan H2O dan
CO2 menguap sehingga terbentuk kembali batu kapur.
10
Baturaja ini hampir sama dengan penambangan batugamping yang lainnya. Proses
penambangan batugamping ini meliputi clearing area, stripping, drilling, blasting,
loading, hauling, hingga crushing di tempat pengolahan.
11
pengeboran lubang ledak di PT Semen Baturaja ini, yaitu tipe Furukawa Rock Drilll
tipe PCE-300 dan menggunakan kompresor sebagai tenaga penggerak. Kompresor yang
digunakan yaitu kompresor Airman tipe PDS-750S. Geometri dari kegiatan pengeboran
lubang ledak terdiri dari burden 3m, spasi 5m, posisi kemiringan lubang 90o, dan
kedalaman lubang bor yang bervariasi antara 3m hingga 9m.
12
tersebut dimuat dengan menggunakan excavator Komatsu tipe PC-300 dan excavator
Volvo EC330B-LC dengan ukuran bucket 2,1m3 ke dalam dump truck Nissan tipe
CWE-370 dengan kapasitas 30 ton. Kemudian, material batugamping ini dimasukan ke
dalam hammer crusher limestone untuk diolah menjadi semen.
13
a) Pola bujur sangkar (square pattern) merupakan pola dengan jarak burden dan spasi
sama. Biasanya pola ini digunakan pada topografi datar.
b) Pola empat persegi panjang (rectangular pattern) yaitu memiliki jarak spasi dalam
satu baris lebih besar dibanding burden.
14
Ada dua cara dalam membuat lubang bor, yaitu lubang bor miring dan lubang bor
tegak. Arah bor miring ataupun tegak memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun
beberapa keuntungan pemboran miring diantaranya:
1. Mengurangi biaya pemboran dan konsumsi handak, karena dengan burden yang
besar,
2. Akan diperoleh jenjang yang stabil,
3. Mengurangi resiko timbulnya “toe” dan “backbreak”
Sedangkan kerugian pemboran miring yaitu:
1. Sulit melakukan pemboran miring yang akurat,
2. Diperlukan supervisi yang ketat,
Keuntungan pemboran vertikal ialah:
1. Pelaksanaan pengeboran lebih mudah, cepat, dan akurat
2. Untuk jenis batuan yang sama, aksesoris bor berumur lebih panjang
3. Bahan peledak lebih sedikit
4. Biaya pengeboran lebih kecil
Kerugian pada pemboran vertikal, yaitu:
1. Lereng kurang stabil
2. Hanya baik untuk batuan yang kompeten (kuat)
3. Permukaan bidang bebas sering tidak rata
15
Integral drill steel
Integral drill steel tidak memerlukan couplings karena mata bor dan batang
bornya menjadi satu. Batang bor ini biasanya digunakan untuk jenjang yang relatif
rendah atau kedalaman pemboran relative dangkal dan diameter lubang bor antara
22-41 mm.
Extension Drill Steel
Extension drill memerlukan coupling untuk menghubungkan shank rod dengan
extension rods. Selain itu, batang bor jenis extension dapat dipakai untuk
mendapatkan kedalaman pemboran yang diinginkan. Perlengkapan pemboran
pada alat bor rotary-percussive drilling dengan menggunakan extension drill steel
adalah:
(i) Threads
Drill Steel threads berfungsi menghubungkan, shank, coupling sleeve, rods
dan bits selama operasi pemboran. Threads terdiri dari 4 macam, yaitu R –
Thread, T-Thread,C-Thread, GD or HL – Thread
(ii) Shank Adaptor
Shank adaptor merupakan komponen mesin bor yang pertama yang
menstransmisikan energi pukulan dari piston ke batang bor.
(iii) Batang Bor
Batang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi pukulan
dari shank adaptor ke mata bor. Pada pemboran dengan top hammer batang
bor merupakan komponen setelah drill chuck dan dapat berbentuk
hexagonal maupun round cross – section.
(iv) Couplings
Coupling berguna untuk menyambungkan batang bor yang satu dengan
batang bor lainnya. Tujuan penggunaan coupling untuk memperoleh
kedalaman yang diinginkan.
(v) Mata bor
Mata bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan tumbukan dari
batang bor ke batuan. Alat bor rotary-percussive drill terdiri dari 2 jenis
mata bor, yaitu button bit dan insert bit.
16
b. Rotary Cutting
Rotary Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi putaran untuk
melakukan penetrasi terhadap batuan. Pada metode ini ada dua jenis mata bor, yaitu
tricone bit dengan hasil penetrasinya berupa gerusan dan drag bit dengan hasil
penetrasinya berupa potongan (cutting).
2. Tinggi Jenjang
Tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau
ditentukan setelah mempertimbangkan aspek-aspek lainnya. Dalam tambang terbuka
dan quarry tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu yang beracuan pada peralatan bor
yang tersedia. Tinggi jenjang melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan lain.
17
1. Rancangan Menurut C.J. Konya
Perhitungan menggunakan rumus C.J Konya, burden dapat dihitung berdasarkan
diameter lubang ledak, jenis batuan dan jenis bahan peledak yang dapat diperhitungkan
dengan densitasnya. Rumus menghitung burden adalah :
1
𝜌𝑒 3
𝐵 = 3,15 × 𝐷𝑒 × [ ]
𝜌𝑟
1⁄
SGe × (VOD)2 3
AF1 = [ ]
SGeSTD × (VODSTD )2
1
DSTD ⁄3
AF2 = [ D ]
rock
Kb = Kbkoreksix AF1 x AF2 ; Kbkoreksi = 25 - 35
Kb ×de
B= 12
18
Ks = Kskoreksi x AF1 x AF2 ; Kskoreksi= 1 - 2
S = Ks x B
Kt = 0,85 x AF1 x AF2 = 0,85 x 0,88 x 1,01 = 0,75
T = Kt x B = 0,75 x 2,32 m = 1,74 m
Kj = 0,4 x AF1 x AF2 = 0,4 x 0,88 x 1,01 = 0,35
J = Kj x B = 0,35 x 2,32 m = 0,81 m
5. Bahan Peledak
Bahan peleak adalah suatu campuran dari bahan-bahan berbentuk padat atau cair
ataupun campuran dari keduanya yang apabila terkena suatu aksi misalnya panas,
benturan atau gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang sebagian
besar atau seluruhnya berbentuk gas, dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu
yang singkat , disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi (Keppres RI No. 5
tahun 1988)
a) ANFO
Pada awal tahun 1950, ditemukan bahwa Ammonium Nitrat yang saat itu beredar
dipasaran dapat digunakan sebagai bahan peledak apabila dicampur dengan proporsi
bahan bakar karbon maupun hidrokarbon untuk dijadikan agen oxygen-balance. Agen
peledakan ANFO mampu memberikan efektivitas peledakan yang setara dengan 60%
peledakan menggunakan dinamit, dan ANFO sendiri dapat digunakan pada tipe batuan
apapun.
Butiran-butiran AN dibuat dengan menyemprotkan 95% AN, 5% lelehan dari
campuran H2O pada menara untuk membentuk pellet dengan ukuran 8/20 mesh. Proses
evaporasi dari H2O setelah pembentukan butiran-butiran AN, memproduksi butiran
berpori yang memiliki reaksi permukaan yang lebih dibandingkan dengan butiran solid.
Sensitivitas dan kecepatan detonasi dipengaruhi oleh ukuran partikel, densiti
pembungkusan, keseimbangan kimiawi, dan homogenitas dari pencampuran. Apabila
pengisian bahan peledak dibuat lebih padat, maka kecepatan detonasinya akan
meningkat namun sensitivitasnya berkurang.
19
Ammonium nitrat tidak digolongkan ke dalam bahan peledak. Namun bila
dicampur atau diselubungi oleh hanya beberapa persen saja zat-zat yang mudah
terbakar, misalnya bahan bakar minyak (solar, dsb), serbuk batubara, atau serbuk
gergaji, maka akan memiliki sifat-sifat bahan peledak dengan sensitifitas rendah.
Walaupun banyak tipe-tipe AN yang dapat digunakan sebagai agen peledakan, misalnya
pupuk urea, namun AN yang sangat baik adalah yang berbentuk butiran dengan
porositas tinggi, sehingga dapat membentuk komposisi tipe ANFO.
ANFO adalah singkatan dari ammoniun nitrat (AN) sebagai zat pengoksida
dan fuel oil (FO) sebagai bahan bakar. Setiap bahan bakar berunsur karbon, baik
berbentuk serbuk maupun cair, dapat digunakan sebagai pencampur dengan segala
keuntungan dan kerugiannya. Pada tahun 1950-an di Amerika masih menggunakan
serbuk batubara sebagai bahan bakar dan sekarang sudah diganti dengan bahan bakar
minyak, khususnya solar.
Bila menggunakan serbuk batubara sebagai bahan bakar, maka diperlukan
preparasi terlebih dahulu agar diperoleh serbuk batubara dengan ukuran seragam.
Beberapa kelemahan menggunakan serbuk batubara sebagai bahan bakar, yaitu:
Preparasi membuat bahan peledak ANFO menjadi mahal,
Tingkat homogenitas campuran antara serbuk batubara dengan AN sulit dicapai,
Sensitifitas kurang, dan
Debu serbuk batubara berbahaya terhadap pernafasan pada saat dilakukan
pencampuran.
Menggunakan bahan bakar minyak selain solar atau minyak disel, misalnya
minyak tanah atau bensin dapat juga dilakukan, namun beberapa kelemahan harus
dipertimbangkan, yaitu:
Akan menambah derajat sensitifitas, tapi tidak memberikan penambanhan
kekuatan (strength) yang berarti,
Mempunyai titik bakar rendah, sehingga akan menimbulkan resiko yang sangat
berbahaya ketika dilakukan pencampuran dengan AN atau pada saat operasi
pengisian ke dalam lubang ledak. Bila akan digunakan bahan bakar minyak
sebagai FO pada ANFO harus mempunyai titik bakar lebih besar dari 61° C.
20
Penggunaan solar sebagai bahan bakar lebih menguntungkan dibanding jenis FO yang
karena beberapa alasan, yaitu:
Harganya relatif murah,
Pencampuran dengan AN lebih mudah untuk mencapai derajat homogenitas,
Karena solar mempunyai viskositas relatif lebih besar dibanding FO cair lainnya,
maka solar tidak menyerap ke dalam butiran AN tetapi hanya menyelimuti bagian
permukaan butiran AN saja.
Karena viskositas itu pula menjadikan ANFO bertambah densitasnya.
Untuk menyakinkan bahwa campuran antara AN dan FO sudah benar-benar homogen
dapat ditambah zat pewarna, biasanya oke.
b) Detonator
Detonator atau juga disebut dengan blasting capsule atau blasting cap adalah
perangkat yang di gunakan sebagai pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam
bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek terhadap
bahan peledak peka detonator atau primer. Detonator dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu :
Detonator biasa
Adalah detonator yang penyalaanya atau penggunaanya dinisiasi dengan api yang
dihatar melalui sumbu bakar atau penggunaanya harus menggunakan api dan
sumbu bakar.
Detonator listrik
Adalah detonator yang penyalaannya menggunakan tenaga listrik. Listrik yang
dihatarkan melalui kabel khusus yang bisa dialiri oleh listrik. Detonator ini pada
ujung kabel atau rangkaian kabel terdapat kawat yang dapat mengeluarkan pijar
api apabila dialiri arus listrik.
Detonator non listrik (non electronic)
Adalah detonator yang penggunaanya dengan cara diberi gelombang detonasi,
biasanya disambungkan dengan pipa kecil yang dihubungkan dengan bahan
peledak yang sensitif atau mudah bereaksi.
21
c) Primer
Primer adalah istilah pada bahan peledak yang peka terhadap detonator, yaitu
bahan peledak berbentuk cartridge berupa pasta atau keras, yang sudah dipasang
detonator yang diletakkan di dalam kolom lubang ledak. Primer biasanya terbentuk
padat dan berwarna putih seperti gypsum dan berbuntuk trapesium. Terdapat tiga tempat
untuk menempatkan primer dalam lubang ledak yaitu :
Dibagian dasar lubang atau biasa disebut bottom priming
Dibagian tengah lubang ledak midle priming
Dibagian atas lubang ledak top atau collar priming
d) Fragmentasi
Penggunaan bahan peledak dalam memberaikan batuan menjadi fragmentasi
terletak pada kemampuan bahan peledak tersebut untuk memberikan sejumlah besar
energy ledakan ke porsi batuan yang terbatas. Ketika proses peledakan, energi dari
bahan peledak terlepas sebagai gas dalam tekanan dan temperature yang sangat tinggi.
Faktor-faktor yang penting pada fragmentasi peledakan dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu, parameter bahan peledak, parameter pengisian bahan peledak, dan
parameter batuan.
22
Parameter Pengisian
Parameter pengisian bahan peledak ini pada dasarnya yaitu diameter pemboran,
kedalaman bor, stemming, tipe inisiasi, dan titik inisiasi menjadi peran penting dalam
menentukan fragmentasi peledakan, sering kali dipertimbangkan dibandingkan dengan
parameter bahan peledak. Walaupun begitu, untuk beberapa bahan peledak, diameter
lubang ledak, sudut kemiringan lubang, dan tipe inisiasi, langsung mempengaruhi
parameter bahan peledak. Sebagai contoh, pada diameter tertentu, kecepatan detonasi
akan berkurang dengan berkurangnya pula diemeter lubang ledak. Geometri peledakan,
biasanya ditentukan oleh perbandingan dari kedalaman lubang ledak dengan diameter
lubangnya, dan titik dimana lubang akan diinisiasi.
Parameter Batuan
Parameter batuan yang perlu untuk dipertimbangkan dalam pemahaman proses
fragmentasi meliputi, densiti, kecepatan rambat batuan, karakteristik batuan,
penyerapan energi, kuat tekan batuan, kuat tarik batuan, dan struktur batuan. Densiti
sangat luas digunakan sebagai indikator umum dalam penentuan sulit tidaknya dalam
memberai batuan, dengan batuan memiliki densiti lebih besar, dibutuhkan pula bahan
peledak dengan tekanan detonasi yang tinggi. Namun begitu, semakin kecil densiti dan
semakin lemahnya batuan cenderung menyerap energi yang membuat sulitnya
mendapatkan fragmentasi yang diinginkan.
Cepat rambat dari sebuah batuan sangat penting, karena hal tersebut
berpengaruh terhadap distribusi gaya ledak, dan juga karena cepat rambat merupakan
ukuran dari elastisitas batuan. Karakteristik dari densiti dan cepat rambat tersebut
berguna pada parameter batuan untuk menganalisa transfer energi dari gelombang
detonasi pada bahan peledak menuju gelombang tekan pada batuan.
Kuat tekan dan kuat tarik pada batuan biasanya digunakan untuk
mengklasifikasikan batuan apakah batuan tersebut harus menggunakan peledakan
ataupun tidak. Karakteristik umum dari batuan yang sangat berpengaruh pada proses
fragmentasi yaitu besarnya perbandingan antara kuat tekan dan kuat tarik.
23