Anda di halaman 1dari 4
Il. UNSUR-UNSUR SUARA 1. SPEECH (PEMBICARAAN) Speech diartikan sebagai suara yang keluar dari mulut manusia dengan bentuk bahasa. Unsur-unsur terbagi menjadi A. DIALOG. Pembicaraan dua orang atau lebih dan sumber suaranya itu terlihat di layar dan ruang cerita. Dialog umum digunakan dalam film-film cerita dan seringkali pada beberapa film menjadi tempat bergantung, artinya dialog menjadi sarana yang dominan untuk menyampaikan informasi. Film dengan penggunaan gaya suara seperti ini sering disebut film talkies. B, MONOLOG Pembicaraan satu orang dan sumber suaranya juga itu terlihat di layar dan ruang cerita Dalam sinetron atau telenovela, seringkali terlihat di layar sang tokohnya berbicara sendiri, Parahnya banyak sinetron menggunakan monolog ini sesaat sebelum action- nya dilakukan. Misalnya tokoh tersebut mau mengejar seorang penjahat, yang seharusnya langsung lari namun kemudian dibuat adegan yang tidak perlu dengan menggunakan monolog, sehingga cenderung membuat pengulangan informasi yang tidak pertu Dalam kehidupan nyata sebenarnya monolog memang sering kita lakukan, misalnya saat menunggu kawan dan yang ditunggu belum juga datang, seringkali kita melakukan monolog, “mana sih tuh anak ?” Adegan ini lebih mengarahkan pada kekesalan tokoh pada orang yang ditunggu. Hal ini menjadi wajar dibandingkan contoh sebelumnya yang cenderung mengulang informasi belaka C. DIRECT ADDRESS Pembicaraan yang dilakukan oleh satu orang yang seolah-olah berbicara dengan Penonton, Tentu saja sumber suaranya jelas terlihat di layar apalagi ruang cerita Misalnya pembawa acara di televisi atau seseorang yang sedang diwawancara D. NARASI Pembicaraan yang sumber suaranya tidak terlihat di layar maupun di ruang cerita, Suara orang tersebut seolah-olah seperti suara “Tuhan’ karena dapat menembus ruang dan waktu. Dalam film dokumenter dengan gaya~pendekatan ekspositori serta film cerita yang berkisah tentang biografi seseorang, narasi menjadi salah satu sarana efektif sebab memungkinkan merangkum persoalan yang sangat luas, sangat dalam maupun permasalahan yang sangat berat jangkauannya. Narasi yang kreratif pernah dilakukan sutradara Marc Forster dan penulis skenario dalam Zach Helm dalam film Stranger Than Fiction di mana yang kisahnya sebagai berikut Harold Crick petugas pajak di Amerika (IRS agent), tanpa disadari kehidupan yang dijalani adalah sebuh ~kehidupan _monoton, membosankan, dan berulang setiap harinya. Namun satu hari ini semua berubah ketika Harold mulai mendengar seorang penulis dalam kepalanya yang menceritakan tentang hidupnya.Segala yang diungkapkan oleh narator itu sangatlah akurat dan Harold dan penulis tersebut adalah seorang penulis yang ia pemah lihat di televisi. Tapi ketika penulis itu membacakan narasi bahwa Harold akan mati, maka la harus menemukan penulis cerita secepatnya dan meyakinkannya untuk mengubah akhir cerita sebelum terlambat. E. VOICE OVER Pembicaraan yang sumber suaranya tidak terlihat di layar namun ada di ruang cerita, Misalnya pada adegan dialog dimana yang tampak di layar hanya Tokoh A yang sedang diam mendengarkan, sedang suara yang diperdengarkan berasal dari Tokoh B yang menjadi lawan bicaqranya dan tidak tampak di layar. Adegan seperti ini sering sekali digunakan oleh sutradara Abbas Kiarostami, terutama dalam film Ten, saat adegan dialog antara pengemudi perempuan dengan para penumpangnya. Kamera lebih dominan menampilkan gambar pengemudi perempuan itu sedang mendengarkan para penumpangnya berceloteh, Memang film ini bercerita tentang sepuluh pembicaraan antara pengemudi perempuan itu dengan para penumpangnya. F. INTERIOR MONOLOG Pembicaraan yang sumber suaranya diasumsikan dari pikiran atau perasaan si tokoh yang terlihat di layar. Adegan yang menggunakan unsur suara ini misalnya seorang tokoh yang sedang membaca surat atau seorang tokoh yang sedang mem-batin karena disakiti orang lain. ‘Akan tetapi dalam film Wings of Desire, Wim Wenders dengan sangat cerdik menggunakan unsur suara ini pada adegan di perpustakaan. Dikarenakan sudut pandang cerita film ini dari malaikat, maka mereka yang biasa mendampingi orang- orang yang sedang membaca di perpustakaan dapat mendengar ‘suara hati’ dari apa yang dibaca oleh para pengunjung perpustakaan. Akibatnya perpustakaan yang seharusnya hening, dalam adegan tersebut menjadi seperti pasar. Catatannya adalah bahwa sekarang ini banyak pembuat film yang mengklasifikasikan Narasi, Voice Over dan Monolog Interior sebagai unsur suara yang sama. Biasanya mereka akan menyebutnya dengan Voice Over (V.0) atau sering pula yang menyebutnya dengan istilah Off-Screen Sound (0.5). Istilah mana yang akan digunakan, sesungguhnya tidak ada teori yang mengikat, hanya saja sebaiknya sebelum memulai produksi para pembuat film beserta kru-nya menyamakan peristilahan agar tidak terjadi kerancuan yang bisa jadi merugikan produksi itu nantinya. EFEK SUARA Efek suara secara sederhana diartikan sebagai suara yang tidak sengaja dibuat oleh manusia. Misalnya suara korek api jatuh, suara sepatu yang meniejak di lantai, suara bantingan pintu, suara angin dan sebagainya. Bentuk paling luas dari efek suara ini disebut Room Tone (bila di dalam ruang tertutup) atau atmosfer pada ruang yang tidak terbatas. Efek bisa membuat realitas ruang di dalam film menjadi lebih kuat walaupun fungsi tidak sekedar realitas belaka. Akan tetapi setidaknya dengan adanya efek suara, maka penonton tidak merasa terganggu dengan permasalahan ruang sebuah film. MUSIK Musik secara sederhana dianggap sebagai suara yang sengaja dibuat oleh manusia dan memiliki aturan-aturan tertentu, seperti irama, ketukan, tempo dan sebagainya Dalam film musik digunakan secara natural atau fungsional. Misalnya untuk penggunaan secara natural adalah ketika di dalam adegan terlihat si tokoh memutar CD Player, kemudian kita diperdengarkan musik yang diputar tadi. Sedangkan untuk fungsional adalah ketika ada sebuah adegan yang seharusnya sedih namun aroma kesedihannya kurang, kemudian pembuat film tersebut menambah musik agar suasana kesedihannya lebih kuat.

Anda mungkin juga menyukai