Anda di halaman 1dari 45

WORKSHOP PERFILMAN

TATA SUARA TINGKAT DASAR

oleh
Pusat Pengembangan Film
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

1
DAFTAR ISI

1. Pendahuluan
2. Pengertian Suara
3. Peralatan Suara
a. Microphone
b. Alat Perekam atau Recorder
c. Wireless
d. Headphone
e. Boom Pole
f. Kabel
g. Batere
h. Audio Bag
4. Proses Pembuatan Film
5. Suara dalam film

2
PENDAHULUAN

Salah satu kegiatan Pusat pengembangan film Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia adalah
acara Workshop Perfilman tingkat dasar yang bertujuan
untuk ikut peran serta dalam mengajarkan pengetahuan
dan keterampilan dasar para calon sumber daya perfilman
dan para pecinta film yang ingin belajar tentang
pengetahuan perfilman baik itu dari masyarakat umum,
para komunitas muda pecinta film, pembuat film pendek
ataupun para pelajar dari SMK yang mengambil jurusan
perfilman ataupun broadcast.

Workshop ini akan mengajarkan berbagai teknik dasar film


dari 4 bidang yang sudah disahkan SKKNI nya. Salah
satunya adalah bidang Tata Suara.
Pemahaman dasar Tata Suara, untuk membantu
memahami pengetahuan dasar tentang alat yang akan
dipakai serta cara pemakaiannya dalam workflow sebuah
produksi film. Dimulai dari praproduksi, produksi hingga
pada paska produksinya.

Untuk itu pengajaran Tata Suara ini akan dibuat dengan


sederhana dan mudah untuk difahami. Sehingga dalam
waktu belajar yang singkat ini, peserta diharapkan dapat
memahami sistem kerjanya.

3
PENGERTIAN SUARA

Suara dihasilkan ketika suatu obyek bergetar. Getaran


tersebut menghasilkan gelombang suara.
Jadi, suara adalah gelombang yang dihasilkan dari suatu
obyek yang bergetar. Ketika gelombang suara sampai ke
telinga kita, kemudian dikonversikan ke dalam sinyal-sinyal
yang diterjemahkan oleh otak kita. Suara berhubungan erat
dengan rasa mendengar.

Suara biasanya merambat melalui udara, air dan suara


tidak bisa merambat melalui ruang hampa. Perambatan
bunyi itu sendiri adalah peristiwa merambatnya suatu
gelombang longitudinal melalui media zat padat, cair, dan
gas hingga sampai ketelinga kita. 
Gelombang longitudinal yaitu gelombang yang merambat
dengan arah getar searah arah perambatannya. Artinya
arah gerakan medium gelombang sama atau berlawanan
arah dengan perambatan gelombang.

Gelombang-gelombang suara membutuhkan media


transmisi untuk sampai ke suatu tempat, contohnya udara,
air, dsb.
Suara dihasilkan oleh getaran suatu benda. Selama
bergetar, perbedaan tekanan terjadi di udara sekitarnya.
Suara terdiri dari percakapan, berbagai bunyi bunyian,
musik bahkan suara yang tidak diinginkan. Ini adalah
hubungan kompleks yang melibatkan benda yang bergetar
sebagai sumber suara, udara sebagai media transmisi,
telinga sebagai penerima, serta otak yang akan
mengubahnya menjadi suara yang kita kenali. 
Suara hanyalah udara terkompres yang keluar dari
sumbernya, mirip dengan menjatuhkan batu ke dalam air.
Telinga sensitif terhadap gelombang yang terkompres ini.

Kesimpulannya adalah ketika gelombang suara berinteraksi


dengan gendang telinga, sinyal dikirim ke otak, dan
mengubahnya menjadi suara yang dikenali.
Setiap benda yang dapat menghasilkan bunyi disebut
dengan Sumber Bunyi, seperti misalnya, saat berbicara
maka akan menghasilkan suara atau bunyi.

4
Seruling menghasilkan bunyi, terompet, gendang, dan
banyak lagi sumber lainnya yang menghasilkan bunyi.
Namun tak semua bunyi atau suara dapat terdengar atau
bisa ditangkap oleh telinga.
Hanya bunyi dengan besaran gelombang atau frekuensi
tertentu yang mampu ditangkap oleh telinga.
Frekuensi adalah banyaknya gelombang yang dihasilkan
dalam satu detik, dan memiliki satuan Hertz (Hz).

Berdasarkan besaran frekuensinya, bunyi dibagi menjadi


tiga, yaitu: Infrasonik, Audiosonik dan Ultrasonik.

Infrasonik
Bunyi yang memiliki Frekuensi lebih kecil dari 20Hertz
(<20Hz).
Bunyi dengan frekuensi dibawah 20Hz ini terlalu rendah,
sehingga tidak dapat didengar/ditangkap oleh telinga kita.
Bunyi Infrasonik ini dapat merambat dengan jarak yang
sangat jauh, dan dapat menembus berbagai hambatan
tanpa mengurangi besaran frekuensinya secara signikan
(pengurangan frekuensinya relatif kecil).
Meski tidak dapat didengar oleh manusia, Namun sebagian
Hewan masih dapat mendengar atau menangkap bunyi
Infrasonik (<20Hz) ini, seperti gajah, kuda nil, anjing,
burung merpati dan hewan lainnya.
Contoh bunyi Infrasonik, seperti aktivitas Gunung berapi,
getaran gempa bumi, dan lainnya.

Audiosonik
Bunyi yang memiliki Frekuensi dalam rentang 20Hertz
sampai dengan 20000Hertz (20KHz).
Bunyi dengan Frekuensi antara 20Hz sampai dengan
20000Hz (20KHz) inilah yang dapat ditangkap atau
didengar oleh telinga kita.

Ultrasonik
Bunyi yang memiliki Frekuensi lebih besar dari 20000Hz
(20KHz).
Bunyi dengan Frekuensi diatas 20000Hz (20KHz) ini terlalu
tinggi, sehingga tidak dapat didengar atau ditangkap oleh
telinga kita.

5
Bunyi Ultrasonik sulit untuk menembus hambatan pada
benda jenis struktur padat atau keras, sehingga mudah
dipantulkan.
Meski tidak dapat didengar oleh manusia, namun sebagian
hewan masih dapat mendengar atau menangkap bunyi
Ultrasonik (>20KHz) in. Seperti lumba-lumba, anjing,
kelelawar, tikus, kucing, katak, dan hewan lainnya.

Gelombang gelombang suara itu dikirimkan melalui


tekanan gelombang dan diterima oleh gendang telinga yang
akan menerjemahkan perubahan ini dalam bentuk
gelombang sebagai suara Tekanan Suara atau Sound
Pressure disebut dB atau decibel yang berarti Intensitas
Suara. Ukuran Tekanan Suara, biasa disebut SPL atau
Sound Pressure Level. Gelombang Suara atau Sound Waves
diketahui sebagai Waveforms. 

Tabel Suara

SUARA dB SPL
Peluncuran Roket 180
Mesin Jet 140
Petir 130
Pesawat Jet Take Off 120
Konser Musik Rock, Diskotik 110
Petasan 100
Lalu lintas Kota 90
Pengering Rambut 80
Suasana Restoran atau Kantor Sibuk 70
AC, Percakapan 60
Lampu Merah 50
Ruang tamu, Kantor Sepi 40
Perpustakaan, Orang Berbisik 30
Ruang Penyiaran, Gemerisik Daun 20
Ambang Batas Pendengaran 0

*Beberapa negara didunia telah menetapkan 85 dB adalah


level tertinggi batasan suara dalam 8 jam kerja setiap
harinya.

6
PERALATAN SUARA

Microphone

Istilah Microphone atau mikrofon berasal dari bahasa


Yunani mikros yang berarti kecil dan fon yang berarti suara
atau bunyi. Istilah ini awalnya mengacu kepada alat bantu
dengar untuk suara berintensitas rendah.
Microfon adalah alat yang dapat memindahkan energi suara
ke dalam energi magnetik, melalui perubahan tekanan
ruangan simulasi yang dibuat mirip dengan cara kerja
gendang telinga manusia.
Perubahan tekanan tersebut diterima oleh membrane yang
mudah bergetar yang menghasilkan perubahan pola
magnetic dan sekaligus menghasilkan perubahan sinyal
magnetic dan perubahan arus listrik.
Microfon merupakan keluarga Transduser yang berfungsi
sebagai komponen atau alat pengubah  satu bentuk energi
ke bentuk energi lainnya. Setiap jenis Mikrofon memiliki
cara yang berbeda dalam mengkonversi bentuk energinya,
tetapi mereka semua memiliki persamaan yaitu semua jenis
Mikrofon memiliki suatu bagian utama yang disebut dengan
Diafragma (Diaphragm).

Cara Kerja Mikrofon

Berikut ini adalah penjelasan cara kerja mikrofon secara


singkat :
1. Saat kita berbicara, suara kita akan membentuk
gelombang suara dan menuju ke Microphone.

7
2. Dalam Microphone, Gelombang suara tersebut akan
menabrak diafragma (diaphragm) yang terdiri dari
membran plastik yang sangat tipis. Diafragma akan
bergetar sesuai dengan gelombang suara yang
diterimanya.
3. Sebuah Coil atau kumpuran kawat (Voice Coil) yang
terdapat di bagian belakang diafragma akan ikut
bergetar sesuai dengan getaran diafragma.
4. Sebuah Magnet kecil yang permanen (tetap) yang
dikelilingi oleh Coil atau Kumparan tersebut akan
menciptakan medan magnet  seiring dengan gerakan
Coil.
5. Pergerakan Voice Coil di Medan Magnet ini akan
menimbulkan sinyal listrik.
6. Sinyal Listrik yang dihasilkan tersebut kemudian
mengalir ke Amplifier (Penguat) atau alat perekam suara.

Jenis-jenis Mikrofon
Berdasarkan teknologi atau teknik konversinya dari energi
akustik (suara) menjadi energi listrik, mikrofon dapat dibagi
menjadi beberapa jenis diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dynamic Microphone, yaitu mikrofon yang bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Mikrofon
ini tidak memakai daya. Sumber suara harus dekat pada
corong mikrofon karena sensitifitasnya kurang. Polanya
disebut Uni-Directional atau Cardioid.

8
2. Condenser Microphone, yaitu mikrofon yang
diafragmanya terbuat dari bahan logam dan
digantungkan pada pelat logam statis dengan jarak yang
sangat dekat sehingga keduanya terisolasi menyerupai
sebuah Kapasitor. Condenser Microphone disebut juga
Capacitor Microphone. Mikrofon ini memerlukan daya
yang biasa disebut Phantom Power yang berkekuatan
12 Volt atau 48 Volt. Polanya disebut Super Cardioid.

3. Electret  Microphone, yaitu mikrofon jenis Condenser


yang memiliki muatan listrik sendiri sehingga tidak
memerlukan pencatu daya dari luar. Mikrofon ini biasa
memakai batere AA atau batere kancing sebagai
dayanya. Sekarang malah sudah menggunakan daya
didalam mikrofonnya. Tinggal di charge begitu habis
dayanya. Polanya sama dengan Condenser Microphone.

9
4. Ribbon Microphone, yaitu mikrofon yang menggunakan
pita tipis dan sensitif yang digantungkan pada medan
magnet.Daya tangkapnya lebih rendah daripada
Dynamic Microphone. Polanya berbentuk angka 8 yang
kerap kali disebut Bi-Directional atau Figured Eight.

5. Crystal Microphone atau Piezoelektris Microphone, 


yaitu microfon yang terbuat dari kristal aktif yang dapat
menimbulkan tegangan sendiri ketika menangkap
getaran sehingga tidak memerlukan pencatu daya dari
luar. Polanya biasa disebut Omni-Directional.

Asesoris Mikrofon

10
1. Phantom Power
Dalam konteks peralatan audio profesional, adalah
daya listrik DC yang ditransmisikan melalui kabel
mikrofon untuk mengoperasikan mikrofon yang
mengandung sirkuit elektronik aktif. Phantom Power
dikenal sebagai sumber daya yang paling tepat untuk
mikrofon kondensor.
Mikrofon kondensor membutuhkan daya untuk
menghasilkan tegangan polarisasi DC dan untuk
memberi daya pada amplifier internal yang diperlukan
untuk menggerakkan daya jika menggunakan kabel
yang panjang
Phantom power juga dipasang pada mixer,
preamplifier mikrofon dan peralatan rekam.
Ada 2 catu daya yang lazim digunakan untuk
mikrofon. 12V dan 48V.
Bahkan wirelesspun sekarang dilengkapi dengan
phantom power agar bisa menggunakan mikrofon
condenser sehingga boomer tidak terganggu oleh
kabel.

2. Mic Suspension atau Shock Mount


Apa yang dimaksud dengan Shock Mount dan mengapa
itu penting? Shock mount secara efektif menahan
mikrofon pada tempatnya saat mengisolasinya dari
dudukan atau boom yang terpasang. Isolasi ini
memberikan perlindungan dari goncangan (gangguan
yang ditransfer secara mekanis) dan dengan aman
memasang mikrofon pada dudukannya atau ujung
boom pole. Shock mount adalah pengikat mekanis
yang secara elastis menghubungkan mikrofon ke
dudukan mikrofon ulir atau ujung boom pole. Koneksi
elastis ini sangat penting, mikrofon bisa terpasang
dengan aman, sehingga boomer atau boom operator
bisa bebas bergerak dan mengayunkan boom pole

11
tanpa takut mikrofon tergoncang ataupun bergetar
yang bisa menimbulkan noise.

1. Pistol Grip
Sesuai dengan namanya Pistol Grip ini menyerupai
pegangan pistol. Pegangannya dibuat nyaman agar
tangan pemegangnya bisa mengarahkan kesudut
manapun sesuai dengan kebutuhannya.

2. Windscreen atau Mic Foam


Mic Foam atau busa mikrofon yang disertakan
bersama sewaktu membeli mikrofon itu lebih penting
daripada yang diperkirakan. Busa itu membantu
menyerap suara jika lokasi pengambilan yang agak
bising. Membantu menghalangi mikrofon dari angin
yang masuk ketika syuting pada lokasi outdoor atau
ketika operator boom mengayunkan boom polenya.
Busa mic dapat membantu menghilangkan suara yang
tidak diinginkan yang diambil seperti napas atau
suara napas sumber suara. Ini juga meningkatkan
kualitas suara dan mengurangi suara decak,
hembusan dan desis pada setiap akhir kalimat.
Busa mic melindungi komponen mikrofon dari
kelembaban, terutama napas dan air liur, serta
mencegah debu dan serpihan lainnya memasuki area

12
di mana kondensor berada. Ini akan memastikan
bahwa perangkat mikrofon akan bertahan lebih lama.
Kelemahannya, jika busa ini disimpan ditempat
lembab. Dia akan cepat rontok dan mengotori
mikrofon. Cara pencegahannya yaitu disimpan
ditempat yang kering.

3. Blimp Windshield
Kegunaannya sama dengan Windscreen atau Mic
Foam, hanya digunakan jika angin ditempat
pengambilan gambar terlalu kencang. Biasanya akan
ditambah lagi dengan Bulu yang disebut Furry.

4. Velcro
Pengikat kabel agar lebih teratur.

Alat Perekam atau Recorder

13
Pada dasarnya berarti alat yang mempunyai kemampuan
untuk merekam dan memainkannya kembali. Tentunya
untuk mendapatkan suara, sebuah mikrofon diperlukan.

Perekaman analog dicapai melalui diafragma mikrofon yang


menangkap akan adanya perubahan tekanan atmosfer yang
disebabkan oleh gelombang suara akustik dan merekamnya
sebagai representasi mekanis dari gelombang suara pada
media rekam. Metode perekaman analog menyimpan sinyal
sebagai sinyal yang terus berlanjut pada media. Sinyal
dapat disimpan sebagai tekstur fisik pada fluktuasi
kekuatan medan dari rekaman magnetik.
Sederhananya adalah, gelombang suara yang ditangkap
oleh mikrofon yang mengubahnya menjadi sinyal dan
dikirimkan kealat perekam yang menyimpan sinyal tersebut
pada media rekam.

Penemuan teknologi suara berlanjut sampai pada


pemikiran bahwa suara tidak hanya bisa di salurkan
melalui kabel, tetapi suara juga dapat di pindahkan pada
media yang mana suara tersebut dapat dimainkan ulang.
Maka dasar pemikirannya adalah bagaimana suara yang
sudah dipindahkan dari perubahan pola magnetik menjadi
sinyal listrik, bagaimana kemudian sinyal listrik ini dapat di
simpan dalam media yang mempunyai kemampuan waktu
tertentu.
Maka kemudian riset menemukan cara pemindahan pelalui
piringan lunak yang berputar dengan kecepatan tetap dan
digores dengan jarum yang kuat dan mampu bertahan
lama. Jarum tersebut bergetar sesuai dengan perubahan
pola magnetik yang bersumber dari perubahan sinyal listrik
dari sinyal suara. Teknologi ini kemudian dikenal dengan
tehnologi piringan hitam
Perekam suara (bahasa Inggris: gramophone record,
phonograph record, atau vinyl record) adalah sebuah
media penyimpanan suara analog yang terdiri dari piringan
pipih dengan alur spiral tertulis dan termodulasi.

14
Hasil rekamannya pada awalnya masih berkualitas buruk,
hingga pada akhirnya Warner Bros pada tahun 1926
mengumumkan bahwa mereka menggunakan
sistimVitaphone yang diambil dari bahasa Latin dan Yunani
yang berarti hidup dan suara.
Cara kerja dari Vitaphone yaitu sistim merekam gambar
dan suaranya bersamaan. Gambar menggunakan bahan
celluloid 35 mm dengan kecepatan 24 fps (frame persecond)
dan suaranya tetap direkam pada phonograph record
secara terpisah dengan kecepatan 33 1/3 rpm (round
perminute). Lalu hasilnya diputar bersamaan melalui
proyektor, sedang suaranya diputar pada player dengan
menggunakan penguat suara dari tabung. Vitaphone pun
meraih kesuksesan secara komersial. Perusahaan
perusahaan film sepakat menggunakan Vitaphone sebagai
standar film bersuara. Lalu munculah film bersuara
pertama yang berjudul The Jazz Singer. Film itu meraup
kesuksesan, dimana penonton dapat menikmati gambar
dan suaranya secara bersamaan.
Fox Film Corporation tidak mau kalah, mereka
memperkenalkan Movietone. Mereka menggunakan celluloid
35 mm bersamaan menggunakan alat perekam optical pada
sisi celluloidnya hanya dengan satu kamera. Disitulah
muncul istilah Single System, dimana gambar dan suara
diambil bersama dalam satu kamera.
Hingga sekarang sistim itu masih digunakan pada kamera
berita ataupun kamera yang dipakai oleh para pembuat film
dokumenter dan film independen.

Tahun 1950 an, sistim perekaman memakai pita


magnetikpun mulai popular, karena pita magnetik kualitas
suaranya lebih baik dari optik. Tentunya kelebihan pita
magnetik tidak lepas dari kekurangannya. Dia tidak bisa

15
bersamaan merekam dalam satu kamera. Karena ini
penemuan baru, maka harganya lebih mahal. Tidak awet
dan gampang rusak.
Seiring waktu pemakaian pita magnetik makin meluas
karena kualitasnya semakin membaik. Perekaman suara
melalui sistim optikalpun berganti dengan memakai pita
magnetik.
Perkembangan lebih lanjut tehnologi rekaman menemukan
cara yang lebih praktis dengan menggunakan pita berbahan
plastik yang dilapisi dengan bahan yang dapat menerima
dan menyimpan sinyal magnetik. Tehnologi pita ini
dianggap lebih baik karena penggunaan media dapat
berulang kali, dilakukan penghapusan data suara dan
pengisian ulang data suara baru.
Tehnologi ini bertahan cukup lama dan perkembangannya
lebih praktis dan lebih baik secara kualitas dan efisien.
Secara tehnis tehnologi ini adalah menyimpan getaran
magnetik suara melalui kumparan kecil disebut Head yang
mana pada saat yang sama pita bergerak melalui head dari
reel satu ke reel yang lain, sementara sinyal magnetik
dalam head di dapat dari sumber suara yang sudah melalui
rangkaian osilasi dalam bentuk sinyal listrik oleh Head
dirubah dalam bentuk sinyal magnetik. Maka kemudian
sinyal magnit tersebut diterima oleh pita yang berjalan pada
satuan waktu per panjang pita atau biasa disebut ips (inch
persecond). Hal ini mengandung pemahaman bahwa dalam
setiap detik terdapat panjang pita tertentu yang diisi data
magnit yaitu data suara tersebut.

16
Pada awalnya merekam suara lapangan dengan memakai
pita magnetik 35 mm dengan recorder besar tidak dalam
bentuk portable seperti sekarang. Itu memungkinkan untuk
dilaksanakan, karena sebagian besar syutingnya dilakukan
didalam studio.

Keterbatasan itulah yang membuat para pembuat mesin


recorder berkompetisi untuk membuat mesin lebih portable
yang tidak merepotkan jika dibawa kelokasi selain didalam
studio.
Akhirnya mereka mengecilkan pita magnetiknya dari 35mm
atau dari 1 inchi menjadi ¼ inchi. Salah satunya
perusahaan dari Swiss yang bernama Kudelski
menawarkan alat rekam portable bermerek Nagra
disamping perusahaan Amerika dengan Stellavox nya.

Penggunaan pita magnetik ¼ inchi berlangsung cukup


lama, hingga munculnya DAT (digital audio tape) yang pada
dasarnya masih menggunakan pita magnetik dalam skala
yang lebih kecil. 4 mm. Yang membuat recordernya juga
semakin mengecil.

17
Di sisi lain efisiensi juga di lakukan dengan cara merubah
pola dasar data yang direkam tidak lagi dalam bentuk
sinyal analog, tetapi sudah menuju sinyal data detak
modulasi atau Pulse Code Modulation yang disingkat (PCM)
adalah salah satu teknik memproses suatu sinyal analog
menjadi sinyal digital yang ekuivalen. Dengan demikian
PAM dapat diubah menjadi nilai sistem PCM dengan
menambahkan Analog to Digital (A/D) konverter yang sesuai
pada sumber sinyalnya dan Digital to Analog (D/A)
konverter pada tempat tujuan.
 
Proses-proses utama dalam sistem PCM diantaranya adalah
proses sampling, quantizing, coding, decoding.

Sampling
Adalah proses mengukur nilai amplitudo suatu sinyal pada
interval waktu yang pendek, sampling adalah  tahap
pertama dari PCM.
Biasanya dimulai dari 44.1 KHz, 48 KHz, 96 Khz dan
seterusnya.

Kuantisasi
adalah suatu proses pengelompokan sinyal pada interval
tertentu. Besarnya selang kuantisasi ini disebut dengan B
step size. Berdasarkan ukuran besarnya sebuah step size
tersebut kemudian sinyal dapat dikodekan menjadi 2 jenis,
yaitu :
 Kuantisasi seragam
 Kuantisasi tidak seragam
Banyaknya interval tergantung dari berapa banyaknya
bit yang akan digunakan untuk proses penyediaan. Jika
konverter A/D nbit, maka jangkauan sinyal analog yang
dapat dikuantisasikan menjadi z^n interval.
Biasanya dimulai dari 16 bit, 24 bit, 32 bit hingga
seterusnya.

Coding (pengkodean)
Merupakan proses perubahan sinyal yang masih
berbentuk analog menjadi sebuah sinyal digital, dimana
terdiri dari 2 blok utama, yaitu :

18
 A/D konverter adalah merubah sinyal analog menjadi
kode biner, akan tetapi keluarannya
berbentuk paralel.
 D/A konverter adalah mengubah bentuk deretan
paralel kode biner menjadi serial.

Decoding
Adalah proses sebaliknya dari pengkodean.

Berjalan seiringnya waktu DAT pun tergeser. Media


penyimpanan pun berganti, dari pita menjadi Memory Card.
Kartu penyimpannya berupa CF (compact flash) atau SD
(secure digital). Lebih kecil dan bisa dipakai berulang kali
setelah diformat ulang. Kadang ada beberapa alat rekam
sudah menyediakan Hard Disk didalamnya.

Alat rekampun demikian. Perubahan besar telah terjadi.


Alat yang tadinya hanya mempunyai input dua track,
sekarang bisa mencapai 12 track. Alat yang tadinya
memerlukan mixer, sekarang berubah menjadi Mixer
Recorder atau mixer yang berkemampuan merekam.

Time Code
Disamping itu munculah alat rekam yang menggunakan
sistim Time Code, sebuah sistim standar pengindeks an
untuk mengidentifikasi bagian tertentu dari sebuah file
audio. Time code sering digunakan untuk sinkronisasi data
audio atau mengedit dengan standar SMPTE (Society Of
Motion Picture And Television Engineers) disajikan dalam
bentuk jam: menit: detik: Nilai waktu kode waktu sub-detik
dinyatakan dalam Frame.
Contoh Jam 01 :Menit 40 :Detik 31 :Frame 03

19
Frame rate yang umum meliputi:
 24 frame perdetik (film, ATSC, 2K, 4K, 6K)
 25 frame perdetik (Sistim PAL yang berlaku di Eropa,
Uruguay, Argentina, Australia termasuk Indonesia)
 29,97 (30 ÷ 1,001) frame perdetik (Sistim NTSC di
Amerika Kanada, Meksiko, Kolombia, Jepang dll.)
 30 frame perdetik (ATSC)

Time Code ini menyinkronkan antara kamera dan alat


rekam, sehingga memudahkan sinkronisasi antara gambar
dan suara selain menggunakan Clapper Board atau Slate
Board.
Sistem Time Code umumnya memiliki satu Master atau
time code yang berhubungan dengan semua perangkat lain,
disebut dengan Slave.
Slave ini akan membaca time code yang direkam pada
tracknya dan menyesuaikan kecepatan perputarannya agar
tetap terkunci pada master atau slave akan membaca time
code dan mulai berputar ketika waktu yang ditentukan
tercapai. Dengan kata lain, slave biasanya telah terhubung
secara otomatis agar tetap sinkron.
Perangkat ini membaca kode yang masuk dan
membandingkannya dengan kode yang ditulis ditrack slave.
Synchronizer mencari titik yang benar (dengan cara fast
forward atau rewind) dan kemudian berputar dengan
kecepatan variabel hingga kode slave sama dengan kode
master. Ketika sudah sama, keduanya saling mengunci dan
biasanya ada terlihat indikasi secara visual dari status ini
pada slave atau synchronizer.
Kamera bisa menjadi master dan alat perekam menjadi
slave atau bisa berjalan sebaliknya.

20
Wireless atau clip-on
Mikrofon lavalier atau lavalier (juga dikenal sebagai lav,
mikrofon kerah, mikrofon klip, radio mic, body pack) adalah
mikrofon kecil yang digunakan untuk aplikasi film, televisi,
teater, dan berbicara di depan umum untuk
memungkinkan tangan bisa bergerak dengan bebas jika
sedang menerangkan sesuatu. Wireless biasanya dilengkapi
dengan klip kecil untuk menjepitkannya pada kerah, dasi,
atau pakaian lainnya. Kabel mikrofon dapat disembunyikan
dibalik pakaian dan dihubungkan pada pemancar atau
transmitternya yang disimpan dalam saku atau dijepitkan
pada sabuk. Jika memakai clip-on bukannya wireless,
maka kabel bias langsung disambungkan pada mixer atau
perangkat rekaman.

Mikrofon miniatur ini sering kali dilengkapi dengan pilihan


asesoris yang bisa menahan angin, ataupun menambahkan
alat agar frekuensi yang terpotong ketika mikrofon
disembunyikan dibalik pakaian ataupun dipasang dibalik
rambut tidak akan terdengar buruk.
Ada dua jenis mic yang biasa digunakan
1. Cardioid, dimana pemasangan mic nya tidak boleh
terlalu dekat dengan sumber suara. Menjaga agar
suara yang ditangkapnya tidak pecah jika si aktor
berteriak. Dan juga jika aktor berbicara sembari
menengok kekiri ataupun kekanan, suara yang
ditangkap tidak menjadi off-mic. Biasanya dipasang
dicelah rongga dada. Selain aman secara jarak, juga

21
aman dari kasat mata karena berada di rongga.
2. Omni Directional, berbeda dengan mic diatas.
Pemasangannya harus mendekati sumber suara.
Keuntungan dari mic ini, si aktor dapat dengan bebas
menggerakan kepalanya ataupun berteriak, karena
mic ini tingkat sensitifannya tidak seperti mic cardioid.

Sebagai pengirim dan penerima sinyal suara tersebut biasa


disebut Transmitter sebagai pengirim sinyal, sedang
Receiver sebagai penerima sinyal yang kemudian
meneruskannya ke mixer atau alat perekam. Sistim ini
disebut wireless atau biasa disebut nirkabel.
Wireless ini menggunakan frekuensi VHF atau UHF untuk
yang lebih sedikit gangguan sinyalnya. Kekuatan
jaraknyapun setiap wireless berbeda. Untuk wireless yang
mempunyai daya 10 miliwatt biasanya bisa menjangkau
jarak sekitar 30 meteran. Lebih tinggi miliwattnya, semakin
jauh jarak jangkauannnya.
Semakin hari teknologi wireless semakin canggih. Beberapa
perusahaan kini menggunakan gelombang 2.4 GHz dan 5
GHz, sehingga jarak jangkaunyapun lebih jauh dan lebih
stabil. Tentu nya semuanya pasti mempunyai kelebihan
dan kekurangannnya. Semua tergantung dari
kebutuhannya.

Headphone

Headphone dapat dianggap sebagai sepasang pengeras


suara berukuran kecil. Cara menggunakannya adalah
dengan diletakan pada kedua telinga kita. Kedua pengeras
suara tersebut terhubung ke sebuah sumber suara (seperti
alat perekam, pemutar mp3, radio FM, komputer, iPod atau
telepon seluler). Kegunaan utamanya adalah untuk

22
mengubah sinyal elektrik menjadi suara. Kelebihan
headphones dibanding pengeras suara biasa adalah ia
dapat dengan mudah dibawa berpergian.
Berdasarkan bentuknya, headphone dapat dibagi menjadi 4
jenis yaitu, headphone circumaural, supra-aural, earbud dan
in-ear. Setiap desain headphone ditujukan untuk kondisi
tertentu. Masing-masing jenis memiliki kelebihan dan
kekurangan. Oleh karenanya, kita harus bisa memilih
headphones sesuai kebutuhan.

Jenis jenis Headphone :


1. Over-Ear atau Circumaural
Untuk jenis circumaural ini memiliki bantalan telinga
atau earcups yang menutupi seluruh telinga dibagian
luar. Desain ini memiliki keuntungan dapat meredam
noise (gangguan suara dari luar) serta memiliki
potensi menghasilkan tingkat volume suara dan
kualitas suara bass lebih baik. Kekurangannya
adalah dari ukurannya besar, berat, bisa membuat
telinga berkeringat sehingga kurang fleksibel.
Headphones circumaural juga membuat
penggunanya cepat lelah. Headphones
circumaural lebih cocok digunakan di dalam rumah
atau di dalam studio.
2. On-Ear atau Supra-aural
Jenis supra-aural mempunyai bentuk relatif lebih
kecil daripada circumaural. Dimana bantalan telinga
atau earcups tidak menutupi seluruh telinga. Tetapi
hanya menempel pada daun telinga. Keuntungannya
headphone on-ear memiliki ukuran lebih kecil
sehingga lebih fleksibel, mudah dibawa berpergian.
Kekurangannya adalah kemampuan meredam noise
tidak sebaik desain circumaural.
3. Earbuds
Istilah earbuds ditujukan pada jenis headphone
berukuran kecil. Cara penggunaannya diletakkan
pada lubang telinga bagian luar. Jenis earbuds
cukup bagus dalam meredam noise karena
penempatan headphone pada lubang telinga dapat
menutup suara dari luar. Keuntungannya lain
adalah bentuknya sangat kecil. Hanya saja

23
kemampuannya dalam menghasilkan suara tentu
saja tidak sebaik tipe circumaural dan supra-aural.
4. In-ear
Jenis in-ear juga memiliki ukuran kecil, portabel.
Tapi berbeda dengan earbuds yang ditempelkan pada
lubang telinga bagian luar, headphone jenis in-ear
digunakan dengan cara memasukan ke lubang
telinga bagian dalam. Kekurangannya adalah
earpiece mudah tertempel kotoran telinga sehingga
harus sering dibersihkan. Kemampuan meredam
noise headphone in-ear mirip dengan earbuds. Baik
earbuds maupun in-ear mampu menutup suara dari
luar sehingga cukup berbahaya jika digunakan di
tempat umum.

Berdasarkan bentuk bantalan atau earcups, headphone


dapat dibedakan lagi menjadi:
1. Open-back (bagian belakang earcup terbuka)
Jenis open-back lebih sensitif terhadap suara noise
dari luar. Juga membocorkan suara yang dihasilkan
oleh headphone ke luar. Tetapi mampu
menghasilkan suara lebih natural dengan persepsi
arah suara lebih baik. Untuk penggunaan di luar
ruangan dianjurkan menggunakan jenis open-back
agar kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar tetap
terjaga. Contoh dari jenis headphone ini adalah Beyer
Dynamic DT880

2. Closed-back (bagian belakang earcup tertutup)


Jenis closed-back memiliki kemampuan meredam
noise sangat baik. Hanya saja headphones tipe closed
-back mempunyai lingkup suara (sound scape)
kurang baik jika dibanding tipe open-back. Jika anda
menggunakan headphones jenis closed-back, anda
akan merasakan persepsi arah suara seperti berasal

24
dari dalam kepala. Contoh headphones closed-back
yaitu Sennheiser HD202.

3. Semi-Open-back
Jenis semi-open-back adalah jenis modern yang
menggabungkan kelebihan dari kedua jenis
sebelumnya. Ia menghasilkan suara natural, juga
dapat meredam noise dari luar walaupun tidak
sebaik jenis closed-back. Contohnya headphone AKG
K240S

Noise Cancellation Headphone


Terdapat banyak noise yang tidak diinginkan di sekeliling
kita. Noise tentunya akan mengganggu pengalaman
mendengarkan musik. Untuk memblok atau meredam noise
di sekitar, terdapat dua desain yaitu:
1. Peredam-noise passive
Kebanyakan dari model pasif adalah jenis canal-
phones yang terpasang kuat pada lubang telinga
sehingga menutup noise dari luar secara pasif.
2. Peredam-noise aktif
Jenis aktif membutuhkan sumber tegangan untuk
digunakan oleh microfon kecil.
Microfon mengambil noise dari lingkungan luar,
menyaringnya, kemudian memproduksi kembali suara
menuju ear phones. Teknik ini disebut meredam noise
aktif. Kebanyakan jenis ini mampu mengurangi noise
dari luar sebesar kira-kira 19 dB.

Boom Pole

25
Tiang teleskopik yang biasa juga disebut Fish Pole ini, bisa
diatur panjangnya. Digunakan sebagai alat bantu sewaktu
melakukan pengambilan gambar dengan memasang
mikrofon pada ujungnya agar boom operator atau biasa
disebut Boomer ini bisa mendekatkan mic pada sumbernya
tanpa takut terlihat dalam frame camera.
Dengan menggunakan boom pole ini, boomer bisa lebih
bebas bergerak mengikuti sumber suara.

Boom Pole ini haruslah terasa ringan ketika digunakan.


Makanya Alumunium menjadi pilihan sebagai bahannya

Lalu sekarang banyak produsen boom pole menggunakan


Carbon Fiber karena materialnya lebih terasa ringan
dibanding aluminum.

Kabel Audio

Kabel digunakan untuk mentransfer sinyal analog atau


digital dari sumber audio ke alat perekam, amplifier atau
speaker aktif. Kabel merupakan elemen penting. Yang
berkaitan dengan suara, pasti terhubung dengan kabel.
Kabel yang baik akan menghasilkan suara yang baik.

26
Ada beberapa jenis kabel audio dan konektornya yang biasa
digunakan, yaitu:

1. Kabel XLR
Adalah kabel yang umum digunakan didunia audio.
Kabel yang berisi tiga kabel. Satu positif, satu negatif
dan satu ground. Biasa digunakan dalam aplikasi
audio mulai dari live shows hingga sesi rekaman
profesional. Kabel XLR memiliki tiga pin dan konektor
melingkar.
Mereka digunakan untuk memberikan sinyal mikrofon
dan level-line yang seimbang pada jarak jauh,
sehingga kabel XLR dapat dianggap sebagai kabel
mikrofon. Kabel yang digunakan dalam sistem audio
dan bagaimana mereka disatukan akan dapat
mendapatkan dampak besar pada suara itu sendiri.
Setiap kabel dalam sistem audio berpotensi
menambah noise dan mengurangi kualitas suara
komponen yang disambungkan, jadi penting untuk
menggunakan kabel yang tepat untuk pekerjaan yang
tepat. Itu dimulai dengan memahami jenis sinyal yang
dibawa kabel.

Ada dua jenis sinyal. Unbalanced atau tidak seimbang


dan Balanced atau seimbang.

 Kabel tidak seimbang terdiri dari dua konektor


dengan masing-masing dua konduktor,
dihubungkan oleh dua kabel di dalam kabel
kabel sinyal dan kabel ground. Di dalam kabel itu
sendiri, kabel sinyal biasanya di tengah kabel
dengan kabel ground yang mengelilinginya. Kabel
arde melayani dua fungsi, kabel ini membawa

27
bagian dari sinyal audio dan berfungsi untuk
melindungi kabel sinyal utama hingga beberapa
derajat dari gangguan luar dari noise seperti
dengung dari lampu dan transformator, serta
interferensi RF (frekuensi radio-Radio Frequency)
yang datang dari transmisi TV dan radio. Tetapi
sayangnya, kabel itu sendiri juga bertindak
seperti antena sehingga kadang menjadi bocor,
sehingga terganggu oleh suara yang tidak
diinginkan. Contoh yang paling sering terjadi
adalah masuknya gelombang radio atau suara
yang timbul dari sistim pengapian kendaraan
sekitar. Dianjurkan panjang kabelnya tidak lebih
dari 4-6 meter agar tidak terjadi gangguan.

 Sedang kabel seimbang, sebaliknya, memiliki tiga


konduktor pada konektor dan tiga kabel pada
kabel, dua kabel sinyal plus kabel ground
terpisah. Seperti pada kabel yang tidak
seimbang, kabel ground masih mengelilingi kabel
sinyal dan digunakan sebagai pelindung
terhadap interferensi. Tetapi apa yang membuat
kabel seimbang istimewa adalah caranya
menggunakan kabel sinyal ekstra itu.
Sebagian besar alat seperti mixer sudah
mempunyai pembalik polaritas. Dalam hal ini,
karena alat penerima akan membalik sinyal
terbalik kembali ke orientasi aslinya. Tetapi
karena kedua salinan sinyal mengambil suara
yang sama ketika mereka bergerak sepanjang
kabel dan suara itu identik pada dua kabel pada
kabel membalik polaritas dari apa yang tiba pada

28
alat penerima akan menghasilkan sinyal asli
utuh dan tanpa noise.
Kabel seimbang menggunakan dua konduktor
sinyal plus ground, yang memungkinkan noise
terperangkap melalui inversi polaritas. Karena
itu, kabel dengan sinyal seimbang bisa sepanjang
15-30 meter tanpa interferensi dari sinyal sekitar.
Konektor standar yang dirancang untuk
digunakan dengan sinyal seimbang adalah XLR
dan TRS (tip, ring, sleeve).

2. Power
Semua peralatan yang tertera diatas sebagian besar
memerlukan tenaga listrik untuk menjalankan semua
fungsinya. Peralatan itu biasanya dilengkapi dengan
Adaptor listrik 12-18V atau Batere yang mempunyai
Ampere lebih besar agar peralatannya bisa
menjalankan fungsinya lebih lama. Jika melakukan
pengambilan gambarnya didalam studio, biasanya
adaptor listriklah yang digunakan. Batere akan
digunakan jika pengambilan gambarnya dilakukan di
outdoor atau Travelling, berpindah tempat dan tidak
ada sumber listrik.

3. Audio Bag
Adalah tas yang dibuat khusus agar semua peralatan
portable bisa masuk didalamnya sehingga mudah
dibawa terutama jika dimana Sound Mixer harus
memegang boom. Seperti saat melakukan
pengambilan gambar untuk documenter misalanya,
atau harus mengikuti actor karena juga tim kamera
memakai sistim handheld.

29
PROSES PEMBUATAN FILM

Film merupakan kumpulan gambar yang bergerak yang


telah direkam agar supaya bisa dipertunjukkan di televisi
ataupun pada layar lebar. Sebuah film berisi kisah yang
meniru kenyataan didalam kehidupan ataupun peristiwa
yang terjadi dimasyarakat.
Dalam sebuah pembuatan film, hal seperti itu tidak bisa
dibuat begitu saja. Semuanya memerlukan perencanaan
dalam sebuah produksi pembuatannya. Ada duabelas
langkah dalam pembuatan sebuah film, yaitu:

30
Semuanya lalu dikerucutkan menjadi lima tahapan. Lalu
dikonsentrasikan pada tiga tahapan saja.
1. Pengembangan
2. Praproduksi
3. Produksi
4. Paskaproduksi
5. Distribusi

Tahapan Praproduksi

1. Skenario atau Script.


Skenario menyuplai sebagian besar dari rencana
sebuah produksi film.
 Spekulasi skrip. Karena penulis skenario
menuliskan sesuatu yang akan menjadi pilihan
bagi produser untuk menghitung biaya.
Contohnya:
Ada Deskripsi tempat kejadian, kata Interior –
Kamar – Malam, mengartikan bahwa adegan itu
berlokasi disebuah set kamar dimalam hari. Set
kamar berarti berisi peralatan kamar. Malam

31
hari, berarti memerlukan lampu untuk
membentuk adegan tersebut.
Ada Business didalam skripnya, seperti deskripsi
dari karakter atau tokoh dan gerakannya atau
action.
Lalu ada Dialog yang diucapkan si tokoh.
 Shooting Script. Penulis skenario menuliskan
lebih rinci lagi detil produksinya. Seperti jumlah
Scene yang ditulis, sudut pengambilan gambar
dan informasi teknik lainnya.
2. Storyboard.
Gambar yang bercerita yang digambar sesuai dengan
apa yang ditulis didalam skenario. Semuanya akan
digambarkan secara detil, bagaimana komposisinya,
bagaimana subyek, karakter atau tokoh dan gerak
kamera akan saling mengisi. Storyboard adalah mise-
en-scene dari sebuah film. Yang berarti kumpulan
atau gabungan semua elemen gambar yang
membentuk sebuah shot.
3. Pendanaan
Sebuah produksi film memerlukan biaya yang tidak
sedikit. Maka diperlukan perhitungan yang cermat
berbasiskan skenario yang sudah ada.
4. Pemilihan Kru
Kru disini adalah para pekerja film yang bertanggung
jawab atas kelancaran suatu produksi. Kru akan
terbagi dalam beberapa departemen sesuai dengan
posisinya masing masing.

 Kasting
Bertugas memilih para aktor yang sesuai dengan
peran.
 Perancang Kostum
Memilihkan atau merancang busana atau
kostum yang akan dipakai para actor.
 Pemilihan Lokasi
Memilih tempat untuk pengambilan gambar
sebagai lokasi.
 Disain Set
Membangun set sebagai tempat pengambilan
gambar.

32
 Props atau Property
Memilih perangkat yang akan digunakan dalam
film.
 Skejul
Mengkoordinasikan semua aspek yang
diperlukan bagi produksi.

Tahapan Produksi

Tahapan ini mendelegasikan berjalannya sebuah produksi


film pada waktu yang telah ditentukan kepada:
1. Penyutradaraan
 Sutradara
Bertanggung jawab atas semua aspek pada
produksi.
 Asisten Sutradara
Penggerak semua kegiatan kru dan set.
 Asisten Dua
Bekerja dengan para aktor.
2. Kamera
 Pengarah Fotografi
Bertanggung jawab atas semua yang berkaitan
dengan pengoperasian kamera.
 Operator Kamera
Mengoperasikan kamera
 Asisten Kamera
Mengurus semua yang berkaitan dengan kamera
dan bertugas sebagai Focus Puller.

 Clapper / Loader
Bertanggung jawab atas kartu memory kamera
yang akan dan sudah dipakai serta menjadi
petugas slate.
3. Tata Lampu atau lighting
 Pengarah Fotografi
Bertanggung jawab atas semua yang berkaitan
dengan disain lampu.
 Gaffer dan Asisten
Mengontrol dan bertanggungg jawab atas semua
lampu.

33
 Key Grip dan Asisten
Mengontrol dan mengoperasikan peralatan
spesial untuk kamera. Contoh Dolly Track dan
Jib.
4. Perekam Suara
 Sound Mixer
Bertugas merekam suara selama pengambilan
gambar berlangsung..
 Boom Operator
Memposisikan mikrofon pada tempat yang
semestinya.
 Utility atau Asisten
Mempersiapkan semua yang berkaitan dengan
kegiatan perekaman termasuk time code antara
alat rekam dan kamera.
5. Talent
 Aktor
Tampil didepan kamera.
6. Tambahan
 Koordinator Produksi
Mengkoordinir produksi dan masalah skejul.
 Continuity
Mengawasi seluruh kontinitas adegan termasuk
props yang dipakai.
 Make-up
Merias para actor.

 Asisten Produksi
Mengerjakan banyak hal yang berkaitan dengan
produksi.

Semua departemen ini semuanya mempunyai satu tujuan,


yaitu merekam gambar dan suara yang nantinya akan
menceritakan keseluruhan cerita yang ada. Ikatan berbagai
departemen itu ibaratnya seperti mur dan baut. Saling
bergantung dan tidak bisa dipisahkan.

Tahapan Paskaproduksi

Tahapan paskaprodiksi dilakukan setelah pengambilan

34
dinyatakan berakhir.

Ada beberapa yang harus dilakukan dalam tahapan ini


sebelum beredar.
1. Tim Suara melakukan sinkronisasi antara gambar dan
suara.
2. Membuat EDL (edit decision list) lalu Tim Editing
Gambar mengerjakan rough cut.
3. Membuat online edit setelah rough cut disetujui oleh
produser dan sutradara.
4. Lalu gambar dan suara kembali dikerjakan oleh Tim
Suara.
5. Gambar suara dan suara juga dikirimkan kepada
Musik Ilustrator untuk dikerjakan musiknya.
6. Sementara gambar melakukan grading.
7. Suara yang sudah menjadi Final Mix akan
digabungkan dengan gambar yang sudah sempurna
untuk dibuatkan Master DCP (digital cinema package).
8. Setelah itu masuk dalam tahapan sensor.
9. Film pun siap untuk diedarkan.

SUARA DALAM FILM

Suara dalam film adalah suara yang kita dengar dalam film
yang menyertai gambar dalam layar. Suara digunakan
untuk mengangkat mood sebuah adegan, untuk melengkapi
informasi, untuk menerangkan lokasi dari sebuah scene,
mengembangkan plot cerita dan informasi karakter yang
ada dalam cerita.

Unsur-unsur suara ini terbagi menjadi tiga unsur, yaitu:


Speech atau Percakapan, Musik dan Efek.

Speech

35
Merupakan unsur suara yang isinya berupa percakapan
dari tokoh didalam film. Speech terbagi menjadi empat,
yaitu Monolog, Dialog, Narration dan Direct Address.
1. Monolog adalah percakapan tanpa lawan bicara,
maksudnya adalah ketika seorang tokoh berbicara
dengan dirinya sendiri tanpa ada lawan bicaranya.
2. Dialog adalah percakapan dimana tokoh didalam
adegan berbicara dengan dengan lawan bicaranya satu
orang atau lebih.
3. Narration atau Narasi adalah pecakapan dimana tokoh
yang berbicara tidak terlihat didalam frame, yang
biasanya dipakai sebagai pengantar adegan. Narasi
merupakan pengantar adegan yang efisien untuk
menjelaskan permasalahan tanpa perlu melakukan
visualisasi. Narasi dapat membangun kredibilitas
cerita dan mengajak penonton untuk memasuki
permasalahan.
4. Direct Address adalah percakapan dimana tokoh
didalam adegan berbicara langsung kearah penonton.

Musik

Digunakan untuk menambahkan unsur dramatik dalam


sebuah cerita. Karena dengan menggunakan musik,
pembuat film dapat mengendalikan emosi penonton dalam
mengikuti alur cerita. Dengan musik, pembuat film dapat
menaikan atau menurunkan emosi bawah sadar penonton,
sesuai dengan kebutuhan cerita.
Kehadiran musik digunakan untuk merangsang dan
mengarahkan perasaan sesuai dengan apa yang dilihat
secara visual, berupa perasaan senang, sedih, takut,
tertekan, dan lain-lain yang berkaitan dengan adegan,
sesuai kebutuhan dramatik.

1. Musik Fungsional
Yaitu musik yang digunakan untuk menambahkan
unsur dramatik dari film tersebut.
Musik ini biasa disebut musik ilustrasi.
Musik yang hanya terdengar oleh penonton tapi tidak
terlihat sumber suaranya dalam adegan maupun
didengar oleh tokoh karakter dalam film.

36
2. Musik Realitas
Yaitu musik yang berasal dari dalam ruang adegan
yang ada didalam cerita. Fungsinya untuk
menciptakan kesan realita, contohnya musik ketika
tokoh berada di sebuah pertunjukan. Dalam hal ini,
musik yang didengar oleh penonton juga didengar oleh
tokoh karakter dalam film.
Sumber musik bisa diperoleh dari musik yang sudah
jadi yang bisa dibeli dengan bebas atau musik orisinal
yang memang dibuat khusus untuk film tersebut.
Musik jadi biasanya dijual dalam bentuk audio CD,
yang berasal dari kumpulan pustaka musik.
Sumber lain musik adalah membuat komposisi
musiknya secara orisinal dan merekamnya khusus
untuk film sehingga dapat digunakan sesuai panjang
scene dan disesuaikan dengan klimaksnya.
Jika dibutuhkan, musik dapat menggunakan orkestra
atau menggunakan satu jenis alat musik saja.
Semuanya tergantung dari keperluan isi film itu
sendiri.
Untuk skoring orkestra, musisi mengatur dan
menciptakan iringan di sebuah studio rekaman yang
disebut scoring stage. Di sana, mereka menyaksikan
film dengan layar yang lebar sambil mendengarkan
patokan atau cue melalui headphone. Dipandu oleh
seorang komposer, orkestra memainkan musik sesuai
pilihan. Musik kemudian direkam dalam multi track
untuk penggabungan selanjutnya.
Sedangkan di Indonesia, kebanyakan pemusik
membawa data gambar filmnya, lalu mereka membuat
skoringnya di studio masing masing. Kecuali ada
beberapa pemusik merekamnya di negara yang
mempunyai fasilitas scoring stage.

Efek

Efek suara merupakan bagian dari suara selain dialog yang


dihasilkan oleh orang ataupun benda yang muncul secara
alami, bersamaan dengan suara-suara pada latar belakang.
Efek suara dalam film digunakan untuk menekankan
informasi yang hendak disampaikan, memberikan kesan

37
realita didalam ruang cerita, menciptakan ilusi serta mood
dalam cerita.
Efek suara bisa berkaitan dengan kejadian di dalam atau di
luar layar.

Fungsi efek suara dibagi menjadi dua:


1. Efek Fungsional, yaitu efek suara yang digunakan
untuk menambahkan efek dramatisasi didalam film.
2. Efek Realitas, yaitu efek suara yang sumbernya
berasal dari dalam ruang adegan cerita, digunakan
untuk menciptakan realita didalam ruang cerita film.

Jenis efek suara dibagi menjadi dua:


1. Spot Effect, yaitu efek suara yang berasal dari suatu
sumber suara tertentu, misalnya suara pintu, suara
ketukan, suara ban pecah dll.
2. General Effect, yaitu efek suara yang berasal dari
berbagai sumber disuatu tempat, baik jauh maupun
dekat, misalnya suara didalam sebuah ruangan (room
tone) ataupun suara lingkungan yang biasa juga
disebut ambience atau atmosphere.
Untuk general effect dibagi lagi menjadi tiga :
1. Yang bersifat background, yaitu suara yang
timbul dari lingkungan dimana adegan itu
terlihat jauh maupun dekat, biasanya level
suaranya terdengar rendah. Misalnya suara
burung, suasana kantor, ombak dipantai dll.
2. Level yang tetap dan berdurasi panjang.
Misalnya mesin pabrik, generator dsb.

3. Yang bersifat bergantian, kekerasannya


bervariasi tetapi secara periodik berulang.
Antara lain suara lalu lintas.

Efek suara dalam film bisa berasal dari tiga sumber:


1. Production Sound, yaitu efek suara yang direkam
dilapangan. Direkam bersaman dengan gambar,
ataupun juga yang direkam tersendiri disaat
tidak sedang dilakukan shooting.
2. Foley, yaitu efek suara yang direkam pada tahap
paska produksi. Efek suaranya mengikuti
gambar.

38
3. Sound Library atau pustaka suara, yaitu
kumpulan efek suara yang sudah direkam
sebelumnya lalu dijual dan bisa dipergunakan
dengan bebas.

Kategori suara dalam film dibagi atas dua kategori :

Diegetic
Yaitu semua elemen suara yang kita lihat di dalam
layar, termasuk dialog, pintu dibanting, langkah kaki
dan sebagainya.

Non Diegetic
Yaitu elemen suara yang tidak terlihat dalam layar,
termasuk ilustrasi musik, narasi dan efek suara yang
terdengar suaranya saja

Tahapan Suara dalam sebuah produksi

Tahapan Praproduksi

Setelah penulisan skenario dinyatakan selesai, maka


mulailah kru utama melakukan membaca seluruh scenario.
Sutradara akan membuat breakdown shot dan membuat
directors treatment, Pengarah Fotografi akan membuat
breakdown sesuai dengan keperluan apa yang tertulis
dalam scenario. Begitu juga Sound Designer akan
melakukan hal yang sama. Mencoba mendisain suaranya
berdasarkan skenario yang ada. Sound designer akan
mencatat apa yang sutradara inginkan lalu membahas
tentang disain suara yang mereka tangkap dari skenario.
Sound desiner juga akan berkomunikasi dengan Sound
Mixer atau perekam lapangan tentang disainnya sehingga
perekam lapangan akan menyediakan bahan untuk sound
designer. Selain itu, perekam lapangan juga menyiapkan
peralatannya sesuai dengan apa yang dibutuhkannya.

Tahapan Produksi

Biasanya proses dalam pembuatan film, perekaman gambar


dan suara itu dilakukan terpisah. Sistim ini dikenal sebagai
Double System. Perekaman gambar menggunakan kamera,

39
perekaman suara menggunakan alat perekam.
Sedang dalam proses pemberitaan televisi, mengunakan
Single System. Dimana suara dan gambar dilakukan
bersamaan dalam satu kamera.

Tugas suara didalam film adalah memberikan nyawa pada


film tersebut agar penonton memahami akan isi ceritanya
dan mengerti apa yang akan disampaikan oleh si
pembuatnya. Seperti pada awalnya, film bisu mulai
dipertunjukan pada khalayak dengan menggunakan musik
agar penonton lebih terbawa emosinya. Lalu setelah film
bersuara mulai ada, penonton bisa mendengar dialog
pemain, efek maupun musik didalamnya. Bukan hanya
emosi saja yang terbawa, tetapi penonton merasa lebih
mendapatkan pengalaman dan rasa berbeda dengan hidup
kesehariannya ketika menontonnya.
Karena menggunakan Double System, dimana pengambilan
gambar dan suara dulakukan secara terpisah maka
selanjutnya akan ada satu proses yang dinamakan
Sinkronisasi. Yaitu menyatukan gambar dan suara kembali
dengan menggunakan patokan clapper. Ataupun
menyamakan time code pada setiap shot.

Ada beberapa kebiasaan yang biasanya dilakukan pada


setiap pengambilan gambar.

 Ketika akan dimulai, Sutradara akan memberi


perintah kepada semua yang ada didalam set dengan
mengatakan Tenang! Quiet on the set!, lalu member
perintah kepada Sound Mixer Roll Sound!
 Sound Mixer menjalankan alatnya dan mulai merekam
sembari membalas dengan kalimat Sound Speed!
 Lantas Sutradara member perintah pada Tim Kamera
Roll Camera!
 Operator kamera segera menjalankan kameranya dan
memeriksa apakah sudah berjalan di 24 fps sembari
menjawab Speed!
 Kemudian Sutradara kembali memberi perintah Slate!
Atau Marker!
 Pemegang Clapper segera mengarahkan Slatenya
kearah lensa kamera dan menyebutkan Roll, Scene,

40
Shot, Take pengambilan gambarnya dengan jelas. Lalu
Clapper akan membunyikan Slatenya dan
menurunkannya lalu keluar dari framing kamera.
 Akhirnya Sutradara akan berteriak Action! agar
supaya aktor segera memulai aktingnya.
 Track Room tone atau Atmosfir atau Ambience.
Room tone biasanya diambil setelah pengambilan
dengan gambar, Jadi merekam suara ruang yang
sama tanpa dialog ataupun dengan kamera.
Kegunaannya adalah nanti ketika sound editing. Room
tone ini yang akan meratakan suara latar belakangnya

Tahapan Paskaproduksi

Tim Paskaproduksi akan terlibat penuh dalam bagian ini


sepenuhnya. Baik dari sudut pandang. segi teknisnya
maupun artistiknya. Adapun tugas tugas yang harus
dilakukan adalah:

Menyiapkan Session
Supervisi Sound Editor dan Re-recording Mixer akan mulai
dengan membuat template master DAW (digital audio
workstation) yang cocok untuk proyek yang akan
dikerjakan supaya bisa menampung lebih banyak track
audio untuk menutupi seluruh kebutuhan dialog film, efek
suara, dan foley yang siap untuk dimixing. Kemudian mulai
mengimpor file file yang diperlukan:

1. Panduan file video dengan track audio yang akan


digunakan untuk memeriksa sinkronisasi antara
suara dan gambar.

2. File OMF (open media framework/AAF (advance


authoring format) yang dikirimkan oleh editor gambar.

Editing Dialog
Dialog Editor akan mengambil bagian kecil dari master
DAW yang akan dipergunakan untuk mengedit dialog.
Panduan OMF/AAF yang dikirim dari editor yang berisi
suara hasil rekaman dilokasi, akan disinkronkan kembali
dengan gambar.

41
Editing dialog akan melakukan memotong dan
memperpanjang clip, menembahkan Fade, Copy dan Paste,
mengganti dengan take yang terbaik lalu merender suara
yang sudah diperbaiki menjadi clip. Membuang suara suara
yang mengganggu dikuping membuat Re-recording Mixer
melakukan mixing dengan nyaman karena menggunakan
dialog yang sudah bersih. Karena Editing dialog jika tidak
benar melaksanakannya akan merusak hasil mixing. Jadi
sangatlah penting untuk menyiapkan hasil yang sebagus
mungkin sebelum Produser dan Sutradara menyatakan
memberikan persetujuannya.

Sound Design
Tim Sound Effects/Design boleh dikatakan merupakan sub
departemen yang terbesar dan memiliki beban kerja yang
paling besar pada beberapa proyek. Tim ini pengguna
terbesar master tempelate DAW untuk melakukan dragging,
dropping, syncing, fading dan memeriksa file audio pada
gambar. Mereka memmbuat layer atau lapisan sound effect
yang direkam sendiri ataupun dari pustaka suara untuk
membuat sebuah suara yang membahana berdasarkan
catatan sutradara. Suara tersebut terbagi atas beberapa
kategori:

1. Spot Effects aka Cut Effects, Hard Effects


Spot Effect dimaksudkan untuk meniru suara yang
tampak jelas di layar seperti suara pintu, suara
kendaraan, suara pukulan tinju dan lainnya. Efek
juga dapat digunakan untuk menggantikan atau
meningkatkan suara direkam sewaktu pengambilan
gambar. Pembuatan spot effects bisa sangat rumit,
kombinasi dari editing suara yang dilakukan secara
intensif dengan saling berkomunikasi dengan tim
Foley yang agar mendapatkan hasil terbaik. 
Film action cenderung banyak memakai spot effects,
karena film action banyak memakai suara kendaraan,
suara tembakan dan suara pukulan.

2. Background Effects, Atmosphere, Ambience


Efek digunakan untuk memperlebar imaji stereo
sebuah film dan mengelilingi kuping penonton dsaling
bercampur. Effectnya terdengar lama, konsisten

42
dengan suara yang berulang sehingga dapat
memberikan persepsi berbeda dengan apa yang
didengar dan ditonton. Sebagai contoh, jika dalam
sebuah adegan terdengar desiran angin sementara
gambarnya kosong, pasti akan menjadi terdengar
menakutkan, tetapi jika itu yang terdengar kicauan
burung, mungkin penonton akan merasa lebih
damai. Efek latar belakang juga dapat
menyembunyikan kekurangan hasil rekaman sewaktu
produksi, dan sehingga dapat menjaga kontinitas
suara dalam shot dan transisi. Efek juga dapat
menjadi cara untuk menyembunyikan masalah dalam
hasil rekaman sewaktu produksi. Misalnya, dalam
rekaman terdengar suara genset, maka suara itu bisa
diganti menjadi suara kulkas yang berada didalam
gambar. Cakupannya sangat sangat luas pada
beberapa proyek. Hal ini tidak jarang efek itu
bertumpuk hingga delapan layer tu lapisan agar apa
yang diinginkan dalam gambar dapat tercapai.

3. Design Effects, Sound Design


Unsur-unsur ini meliputi suara suara tidak biasanya
atau terdengar seperti suara dari dunia lain. Desain
suara musik atau audio yang harus dimanipulasi dan
berlapis lapis untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. 
Contohnya geraman raksasa, gempa bumi, pesawat
ruang angkasa, efek dan suara drone.

4. Foley
Foley dimaksudkan efek yang sengaja dibuat sehingga
terlihat manusia berinteraksi dengan benda-benda
yang terlihat dalam layar. Bahkan bukan hanya
manusia saja, mahluk lain ataupun benda bisa
terlihat terdengar ketika mereka berinteraksi.
Semuanya ini dibuat oleh foley artis yang menonton
gambar dan melakukan pekerjaannya yang sesuai
dengan berbagai benda seperti yang terlihat pada
layarnya. Tujuan utama dari Foley sebetulnya adalah
hanya untuk meniru langkah kaki, gerakan pakaian
dan suara tambahan dari property yang terlihat.
Seorang foley artis dapat dengan rinci menitu

43
kokangan senjata, suara ciuman bahkan suar
gemerincing koin didalam saku. Artist Foley yang
berpengalaman bahkan juga bisa meniru efek cuaca
serta suara lingkungan.

5. Reconforming
Setiap ada perubahan gambar setelah pekerjaan
tahapan paskaproduksi selesai, akan membuat tim
bekerja dengan DAWnya, karena pastinya akan
menyinkronkan gambar dan suara kembali. Ibaratnya
perubahan satu framepun akan membuat semuanya
berubah. Karena berarti harus mengedit ulang
semuanya, mulai dari dialog, efek, foley dan music
secara manual.

6. Final Mix
Mixing adalah proses dari semua elemen soundtrack
untuk diseimbangkan atau balancing hingga menjadi
jalinan suara yang akan memperkuat gambarnya.
Final Mix akan dikerjakan oleh Dubbing Mixer atau
Re-recording Mixer setelah semua elemen tracknya
terpenuhi dan pastinya setelah mendapat persetujuan
dari sutradara untuk melakukannya. Re-recording
Mixer akan menggunakan bermacam software untuk
mengerjakan mixingnya agar dialog terdengar
konsisten, foleynya terdengar nyata, sound effect dan
musiknya terasa dan menyatu dengan gambar.
Tangan, mata, telinga serta ketrampilan teknis saling
membantu mempers atukan itu semua.
Ada beberapa jenis Output Mixing yang biasa dilakukan:

1. Stereo Mix (2.1)


Mixing stereo yang biasa dilakukan untuk televisi dan
konten internet.
2. Surround Mix (5.1, 7.1 dan lainnya)
Mixing dilakukan untuk konsumsi bioskop. Hasilnya
jauh lebih baik daripada stereo mix. Re-recording
Mixer lebih leluasa memainkan semua track demi
menyenangkan telingan penonton. Selain untuk
bioskop, sistim 5.1 ini juga biasa dipakai untuk DVD
atau Blueray.
Sistim 5.1 terdiri dari 6 speaker (Left, Right,

44
Centre,.LFE low frequency effect, Left surround, Right
surround), sedang sistim 7.1 terdiri dari 8 speaker
dengan menambah lagi dua surround speaker.

Etika Kerja

Bekerja dengan Sutradara


Kerja sama paling penting dalam setiap proyek berasal dari
Sutradara dan Editor Suara, Sound supervisi. Hubungan
yang dibangun pada tahap pra produksi akan
memungkinkan kedua belah pihak untuk mendorong
kearah proses kreatif, saling mengisi sehingga lebih terbina
hingga selesai. Pengawas Suara menuliskan catatan
pembicaraannya dengan Sutradara mengenai semua
rencana rencananya dan mengubahnya menjadi tugas-
tugas yang praktis, yang nantinya akan dilakukan oleh
anggota tim Suara.

Bekerja dengan Produser


Tim Suara sepertinya akan terus-menerus berhubungan
dengan Produser untuk mengatur masalah keuangan yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Contohnya
termasuk membeli pustakaan efek suara, software tertentu,
bahan bahan foley, dan lokasi perekaman.

Bekerja dengan Musik Ilustrator


Pengawas Suara akan tetap berhubungan dengan
Komposer, mendiskusikan ide-ide kreatif untuk membantu
memadukan suara dan musik.

45

Anda mungkin juga menyukai