Jurnal Komunikasi
ISSN 2580-8338
Riniwaty Makmur
Abstract
Results of various researches about people with HIV AIDS (ODHA) concluded that in
general, stigma happens to ODHA. Stigma has been a basis for discrimination against
ODHA and becoming obstacle in many efforts to overcome impact of HIV AIDS. This
research uses the qualitative approach and the data was collected through interview,
document review, including discussion found in specific websites used by ODHA
support group. The research uncovered that ODHA has been stigmatized by a range of
group such as family, school, and religious leader. In dealing with stigma, some of
ODHAs prefer to keep their status in secret, in order to protect themselves and their
family, and some others choose to be straightforward about their condition. The
decision on what strategy to take, significantly depends on support they receive from
family and their significant others.
Keywords: ODHA, HIV AIDS, Stigma, Discrimination
Abstrak
Menurut berbagai penelitian, stigma terhadap ODHA (Orang dengan HIV AIDS) telah
umum terjadi. Stigma ini menyebabkan diskriminasi terhadap ODHA dan menjadi
kendala dalam upaya-upaya menanggulangi dampak HIV AIDS. Penelitian ini mencoba
menggambarkan strategi dan tindakan ODHA menghadapi stigma dalam keseharian
mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara
mendalam dan telaah dokumen termasuk percakapan dari forum diskusi ODHA di situs
kelompok dukungan bagi ODHA. Penelitian ini menemukan bahwa stigma dialami
ODHA, dengan pelaku beragam seperti keluarga, sekolah dan pemuka agama. Dalam
menghadapi stigma, ada ODHA yang memilih tidak berterus terang untuk melindungi
dirinya dan keluarga, dan ada juga yang berterus terang atau apa adanya. Faktor
dukungan keluarga dan orang dekat sangat penting dalam pilihan strategi ODHA
mengenai kondisinya.
Kata kunci: ODHA, HIV AIDS, Stigma, Diskriminasi
68
Riniwaty Makmur, Strategi Komunikasi Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Menghadapi Stigma..
AIDS, dan 191,073 orang penderita dan bagaimana nantinya harus bersikap
HIV1 di seluruh Indonesia, atau terjadi setelah mengetahui hasil tes HIV. Untuk
kenaikan sekitar 16% dari 2014 tes cepat dapat juga digunakan tes
(Infodatin, 2014). usapan selaput lendir mulut (Oraquick).
HIV atau Human AIDS atau Acquired Immune
Immunodeficiency Virus adalah virus Deficiency Syndrome adalah
yang menyerang sel darah putih di sekumpulan gejala penyakit yang timbul
dalam tubuh (limfosit) yang karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS
mengakibatkan turunnya kekebalan disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat
tubuh manusia. Orang yang dalam menurunnya kekebalan tubuh pada
darahnya terdapat virus HIV bisa seseorang maka orang tersebut sangat
tampak sehat dan belum membutuhkan mudah terkena penyakit seperti TBC,
pengobatan. Namun, orang tersebut kandidiasis, berbagai radang pada kulit,
dapat menularkan virusnya kepada paru, saluran pencernaan, otak dan
orang lain bila melakukan hubungan kanker. AIDS dapat dicegah dengan
seks, memakai alat suntik yang telah pengobatan antiretroviral atau ARV.
tercemar HIV terutama jika memakai Pengobatan ARV menekan laju
alat suntik bersama di kalangan perkembangan virus HIV di dalam
pengguna narkoba suntik (penasun). tubuh sehingga orang dengan infeksi
Selain itu, HIV juga bisa ditularkan HIV dapat kembali “sehat” atau ‘bebas
melalui beberapa cara seperti transfusi gejala.’ Namun virus HIV masih ada di
darah dari darah yang sudah tercemar dalam tubuhnya dan tetap bisa
HIV, ibu HIV positif selama masa menularkan pada orang lain2.
kehamilan, waktu persalinan dan/ atau Tahun 2014, UNAID (United
waktu menyusui. Nations Programme on HIV/AIDS)
Status terinfeksi HIV hanya dapat mencanangkan program “Fast Track”
diketahui setelah mengikuti test HIV untuk mengakhiri epidemi AIDS pada
yang disertai konseling atau yang 20303. Program ini mengusulkan
disebut dengan VCT (Voluntary akselerasi cepat dan masif bagi layanan
Counseling and Testing). Tes HIV pencegahan dan pengobatan HIV yang
biasanya bersifat sukarela dan rahasia, berpusat pada manusia untuk
dilakukan melalui tes darah untuk mengakhiri epidemi AIDS pada 2030.
memastikan adanya antibodi HIV di Jakarta termasuk salah satu kota yang
dalam sampel darah. Sebelum berpartisipasi dalam program fast track
melakukan tes HIV, akan diadakan ini.
konseling untuk mengetahui tingkat
risiko infeksi dari perilaku selama ini 2
Sumber: Komisi Penanggulangan Aids (KPA)
pada situs:
http://www.aidsindonesia.or.id/contents/37/78/I
1
Sumber data dari dari Statistik kasus HIV nfo-HIV-dan-AIDS#sthash.je6iI6qi.dpuf
3
AIDS di Indonesia sampai dengan Desember Sumber:
2015, publikasi Ditjen PP (Pengendalian http://www.unaids.org/en/resources/presscentre/pressrelea
Penyakit) dan PL (Penyehatan Lingkungan) seandstatementarchive/2014/september/20140925_pr_fas
Kemenkes RI t_track/
69
LUGAS Volume I, Nomor 01, Juni 2017
Jurnal Komunikasi
ISSN 2580-8338
Akses terhadap pengobatan HIV sembilan orang anak yatim piatu ODHA
hanyalah salah satu dari masalah yang di Kota Solo yang ditolak oleh
dihadapi Orang-orang dengan HIV komunitas di sekitar lokasi panti asuhan
AIDS (ODHA). Masalah lain yang mereka. Para relawan terpaksa
cukup signifikan adalah stigma4 dan mencarikan anak-anak itu tempat
diskriminasi5 dari keluarga, kenalan dan penampungan sementara. Kendati para
anggota masyarakat. Ketakutan akan dokter telah berusaha menjelaskan
stigma dan diskriminasi menjadi salah bahwa HIV AIDS tidak menular
satu penyebab utama banyak orang melalui kontak dengan penderitanya,
enggan mengikuti VCT. Stigma dan anggota masyarakat tidak mau tahu.
diskriminasi ini pula yang masih banyak Pekerja sosial yang mendampingi anak-
dialami oleh ODHA (Sosodoro et al., anak tidak bersalah itu mengatakan
2009; Butt et al., 2010; Hermawati, bahwa selain komunitas takut terinfeksi
2011; Harapan et al., 2013; UNAIDS, HIV, ada stigma dan diskriminasi
2016). Tahun 2011 misalnya, dunia mengenai asal dari penyakit HIV
pendidikan dihebohkan oleh penolakan AIDS7. Anak-anak tersebut diketahui
sebuah sekolah terhadap seorang anak mendapatkan HIV dari ibu mereka.
yang sebelumnya telah diterima di Setelah ibunya meninggal, keluarga
sekolah itu. Pasalnya, dalam sesi menolak untuk merawat mereka.
wawancara dengan orang tua si anak, Laporan mutakhir mengenai
orang tuanya mengakui bahwa si ayah AIDS dari UNAIDS tahun 2016,
adalah seorang penderita HIV. Sekolah mengungkapkan bahwa ketidakpedulian
beralasan tindakannya menolak anak itu dan ketidakmengertian terus terjadi dan
atas desakan oleh orang tua-orang tua merusak upaya-upaya untuk mengakhiri
lain yang takut anak mereka ketularan. AIDS. Pada kasus-kasus terburuk,
Padahal anak yang ditolak itu sehat sikap-sikap dan perilaku diskriminasi
walafiat, alias sama sekali tidak bahkan difasilitasi oleh kebijakan-
menderita HIV apalagi AIDS6. kebijakan dan hukum resmi. Tahun
Pada Januari 2016, ABC News, 2016, 72 negara memiliki hukum yang
media daring dari Australia membiarkan kriminalisasi, khususnya
mengungkapkan keberadaan sekitar terhadap HIV (Unaids, 2016: 10).
Stigma adalah hal pertama yang
4
Stigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan oleh seorang dokter pegiat
(KBBI) versi daring adalah ciri negatif yang HIV/AIDS, ketika ditanya mengenai
menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh
lingkungannya, atau tanda. tantangan terbesar yang dihadapinya
5
Diskriminasi menurut KBBI versi daringa berarti dalam menjalankan tugasnya di KPA
pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (Komisi Penanggulanan AIDS). KPA
(berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi,
agama, dan sebagainya). adalah lembaga pemerintahan non
6
Sumber:
https://m.tempo.co/read/news/2011/12/05/08337
0012/kasus-orang-tua-odha-yayasan-don-bosco- 7
Sumber: http://www.abc.net.au/news/2016-01-
minta-maaf dan 08/orphans-rejected-by-indonesian-community-for-
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia
/2011/12/111205_aidsdonbosco.shtml having-hiv/7075360
70
Riniwaty Makmur, Strategi Komunikasi Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Menghadapi Stigma..
71
LUGAS Volume I, Nomor 01, Juni 2017
Jurnal Komunikasi
ISSN 2580-8338
72
Riniwaty Makmur, Strategi Komunikasi Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Menghadapi Stigma..
73
LUGAS Volume I, Nomor 01, Juni 2017
Jurnal Komunikasi
ISSN 2580-8338
74
Riniwaty Makmur, Strategi Komunikasi Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Menghadapi Stigma..
75
LUGAS Volume I, Nomor 01, Juni 2017
Jurnal Komunikasi
ISSN 2580-8338
76
Riniwaty Makmur, Strategi Komunikasi Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Menghadapi Stigma..
Harapan et al., tahun 2013 di Banda virus HIV AIDS karena praktik-praktik
Aceh mendapati perlakuan stigma yang yang kurang bermoral. Pengalaman dan
umum di kalangan petugas kesehatan status moral memang telah menjadi
(dokter, perawat dan mahasiswa bagian dari stigma dalam perspektif
kedokteran) terhadap ODHA, dan ini antropologi (Kleinman dan Hall-
juga mirip dengan temuan-temuan Clifford, 2009: 3).
penelitian di luar negeri. Rumah sakit Penolakan oleh sekolah seperti
paling banyak disebutkan sebagai pernah diekspos di media massa,
tempat terjadinya stigma. ODHA ternyata juga dialami oleh beberapa
menilai stigma terhadap mereka salah orang tua ODHA. Sekolah berdalih bisa
satunya dari komunikasi non verbal memahami bahwa penularan HIV tidak
seperti ekspresi wajah perawat, cara mudah, tetapi banyak pihak lain yang
perawat memegang dirinya ketika mungkin tidak mengerti/ menerima,
melakukan pemeriksaan yang hanya seperti staf sekolah, orang tua murid,
menggunakan dua jari, dan melihat dan sebagainya. Tidak semua kasus
perawat memakai sarung tangan hingga penolakan oleh sekolah ini
dua lapis sebelum melakukan mendapatkan liputan media massa
10
pemeriksaan pada dirinya . seperti kasus putri dari Fajar, seorang
Agama atau sikap religius ODHA yang tadinya telah diterima di
ternyata berhubungan dengan sikap sebuah sekolah swasta, tetapi kemudian
yang menstigma. Seorang informan ditolak ketika sekolah mengetahui
mengungkapkan bahwa dia pernah bahwa orangtuanya terdampak HIV
mendapatkan kata-kata yang tidak AIDS11.
menyenangkan dari pemuka agamanya. Menurut seorang informan,
Si pemuka agama itu mengatakan kebanyakan orang tua yang ODHA,
kepada orang tuanya, agar ketika mengalami penolakan memilih
menyingkirkan dia dan anak-anaknya mengalah dan mencari sekolah lain.
dari rumah si orang tua. Sebuah studi Mereka maklum akan stigma dari
lain juga memperlihatkan bahwa agama masyarakat, dan memilih bersabar. Hal
memengaruhi sikap-sikap diskriminasi, ini selaras dengan aturan komunikasi
dan derajatnya meningkat dengan Gofman, yaitu tidak perlu merespons
derajat penting agama bagi orang yang hinaan, dan orang yang distigma harus
bersangkutan (Harapan et al., 2013). mengabaikan atau dengan sabar
Literatur umum menyatakan bahwa menyangkal serangan atau pandangan
petugas kesehatan yang lebih religius yang melatarbelakanginya (Crossman
cenderung lebih menstigma terhadap 2016).
ODHA yang dianggap telah tertular
11
10
Percakapan/ diskusi sesama ODHA di
halaman Forum pada situs Yayasan Spiritia http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2011/12
pada alamat:
/111205_aidsdonbosco.shtml
http://spiritia.or.id/smf/index.php?topic=129.ms
g1932#msg1932
77
LUGAS Volume I, Nomor 01, Juni 2017
Jurnal Komunikasi
ISSN 2580-8338
Gambar 1.
ODHA dan Kemungkinan Pelaku Stigma
78
Riniwaty Makmur, Strategi Komunikasi Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Menghadapi Stigma..
79
LUGAS Volume I, Nomor 01, Juni 2017
Jurnal Komunikasi
ISSN 2580-8338
80
Riniwaty Makmur, Strategi Komunikasi Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Menghadapi Stigma..
Gambar 2.
Strategi Menghadapi Stigma
82
Riniwaty Makmur, Strategi Komunikasi Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Menghadapi Stigma..
83