Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular merupakan suatu penyakit yang memiliki dampak bagi kesehatan di
masyarakat dan masih menjadi suatu masalah di Indonesia (Kemenkes RI, 2016). penyakit
menular dengan angka kejadiannya dilaporkan cukup tinggi dan terus mengalami
peningkatan dan penularan penyakitnya semakin meluas adalah penyakit DBD
( Sucipto,2015 ).

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau biasa disebut dengan Dengue Haemorrhage Fever
(DHF) merupakan suatu penyakit yang dapat ditularkan oleh virus Dengue yang berasal dari
nyamuk Aedes aegypti ( kemenkes RI,2010 ). Demam berdarah masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat utama di seluruh daerah tropis dan substropis di dunia (Nila,dkk,
2017). Demam berdarah merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue yang masuk keperedaran darah. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di
dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus
dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya (Dinas Kesehatan Prov. Sumbar, 2016).

Menurut data dari World Health Organization (WHO) 50 juta infeksi Dengue terjadi
diseluruh dunia setiap tahunnya dan 2,5 miliar orang beresiko terjangkit penyakit DBD. Dan
selain itu 500.000 orang yang terjangkit DBD memerlukan rawat inap setiap tahun. Penyakit
DBD awalnya banyak terjadi di daerah perkotaan tetapi kini DBD telah menyebar hingga ke
daerah pedesaan (WHO, 2015).

Di dunia, kawasan asia khususnya asia tenggara terjangkit dampak yang cukup serius
terhadap penyakit DBD. Sebanyak 1,3 miliar orang hidup di daerah endemis DBD. Jumlah
kasus DBD sejak tahun 1985 sampai tahun 2009 menunjukkan angka yang fluktuatif setiap
tahunnya. Di negara asia tenggara khususnya indonesia selama 3 sampai 5 tahun terakhir
terjadi peningkatan jumlah kasus DBD (WHO,2011)

Indonesia merupakan negara tropis dengan kelembaban udara yang cukup tinggi dan
itu merupakan salah satu penyebab mudahnya perkembang biakkan nyamuk Aedes Aegypti
yang menularkan virus dengue( Nila,dkk,2017 ). Di indonesia demam berdarah pertama kali
ditemukan di kota surabaya pada tahun 1968 sebanyak 58 orang yang terinfeksi dan 24
orang diantaranya meninggal dunia (kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2015 kasus DBD terjadi
peningkatan sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah kematian 1.071 orang (IR 50,75 per
100.000 penduduk dan CFR 0,83%) dan pada tahun 2016 terdapat 204.171 kasus ( Kemenkes
RI, 2016).

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di indonesia yang memiliki angka
kejadian DBD yang cukup tinggi. Dari data dinas kesehatan Provinsi Sumatera Barat, pada
tahun 2013jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 2.959 kasus denngan angka
kematian 31 kasus (IR 62.55 per 100.000 penduduk dan CFR 1.05%). Pada tahun 2014 terjadi
penurunan kasus DBD yaitu 2.282 kasus dengan jumlah kematian 12 orang (IR 45.75 per
100.000 penduduk dan CFR 1%) (Dinas Kesehatan prov. Sumbar, 2014). Pada tahun 2016
terjadi peningkatan kasus DBD yaitu 71.79 per 100.000 penduduk. Masalah dari
pengendalian penyakit DBD adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap
kebersihan lingkungan tempat tinggal untuk pemberantasan sarang nyamuk penular DBD,
angka bebas jentik dan adanya perubahan iklim (Dinas Kesehatan Prov. Sumbar, 2016).

Dalam kurun waktu dua tahun terakhir kasus DBD di kabupaten pesisir selatan
mengalami peningkatan. Pencegahan dan pengendalian penyakit dinas kesehatan pesisir
selatan menyebutkan peningkatan kasus DBD tersebut di picu oleh faktor cuaca ekstrem dan
tak menentu serta dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan
lingkungannya. kasus DBD di daerah pesisir selatan tercatat sebanyak 216 kasus dengan
angka kematian 2 orang. Pada tahun 2018 angka kasus kejadian DBD mengalami
peningkatan menjadi 246 kasus dengan angka kematian 1 orang (Dinas Kesehatan kab.
Pesisir selatan,2019). Penyebab kematian pada kasus DBD karena terlambatnya mendapat
penanganan medis dikarenakan keluarga mengira itu demam biasa saja padahal DBD yang
mngakibatkan rusaknya pembuluh darah( Dinas Kes. Pessel,2019).

Saat ini sudah terlihat perubahan lingkungan dengan nyata bukan hanya dari lingkup
kecil saja tetapi sudah secara mendunia yaitu pemanasan global yang menyebabkan
perubahan iklim di seluruh dunia. Hal tersebut sangat mempengaruhi spesies yang hidup di
dalamnya terkhusus nyamuk yang sangat peka terhadap perubahan iklim. Hal tersebut
secara tidak langsung mempengaruhi distribusi, populasi, serta kemampuan nyamuk dalam
beradaptasi, dan hal tersebut yang menjadi penyebab menungkatnya penyakit menular
seperti DBD (Kemenkes RI.Epidemiologi,2010)

Perubahan iklim merupakan faktor penyebab terjadinyan peningkatan kasus DBD yang
akan menambah jumlah habitat vektor DBD dan infrastruktur penyediaan air bersih yang
kurang memadai. Dan faktor penyebab lainnya adalah kurangnya peran dalam masyarakat
untuk penanggulangan DBD, kurangnya kualitas sumber daya manusia untuk melakukan
pengelolaan DBD (Dinas Kes. Prov. Sumbar,2015). Selain hal hal tersebut penyebaran dari
DBD bisa di sebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan dari wilayah
perkotaan maupun pedesaan, perubahan dari kepadatan penduduk, serta faktor lainnya
yang masih memerlukan penelitian untuk lebih lanjut (Kemenkes RI.Epidemiologi,2010).

Dari penelitian yang telah dilakukan Wirayoga di kota Semarang menunjukkan bahwa
adanya hubungan bermakna sedang antara suhu udara (r=0,439), curah hujan (r=0,403), dan
kelembaban (r=0,057) dengan kejadian kasus DBD. Dan tidak terdapat hubungan antara
kecepatan angin (r=0,057) dengan kejadian kasus DBD (Wirayoga,2013). Dari penellitian
yang telah di lakukan oleh Zambrano dkk di Hondurass juga menunjukkan adanya hubungan
curah hujan (r^2=0,6556), hari hujajn (r^2=0,5173), dan kelembaban ( r^2= 0,5151 ) dengan
kejadian kasus DBD (Zambrano,dkk,2012). penelitian yang dilakukan Dini dkk di kabupaten
serang pada menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyinaran
matahari dengan kejadian kasus DBD (r=-0.109) (Dini,dkk,2010).

Karena tingginya kejadian kasus DBD dalam kurun waktu terakhir dengan Incedence
Rate yang terus melunjak, serta kondisi cuaca dan keadaan lingkungan tempat tinggal yang
menyebabkan tingginya angka kejadian DBD di Kabupaten Pesisir Selatan, penulis tertarik
melakukan penelitian mengenai “ hubungan faktor cuaca dan lingkugan tempat tinggal
dengan kejadian DBD di daerah kabupaten Pesisir selatan “.

Anda mungkin juga menyukai