Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GANGGUAN PENDARAHAN SELAMA KEHAMILAN

KELOMPOK 1

1. AKNES PAPPA 5. AUREL KRISTIN


2. ADRIANTO SAMBO 6. ARNI SILAMBI
3. ANGGITA LESTARI 7. ASTRIANA SOLANA
4. DETRI MANASE

Program Studi S1 Keperawatan Semester IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TANA TORAJA TAHUN AKADEMIK
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Makalah Gangguan
Perdarahan Selama Kehamilan”. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetahuan.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan maupun
kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengaharapkan masukan berupa kritikan dan saran
yang sifatnya membangun.

Rantepao, 4 Mei 2019


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan


terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi
dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010). Kehamilan
merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi
normal dapat menjadi patologi. Menyadari hal tersebut dalam melakukan asuhan
tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi
(Sulistyawati, 2009).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama
haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama dimulai dari hasil
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari bulan keempat sampai 6
bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2008; 89).
Kehamilan adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita dalam siklus
reproduksi. Kehamilan dimulai dari konsepsi dan berakhir dengan permulaan
persalinan. Selama kehamilan ini terjadi perubahan-perubahan, baik perut, fisik
maupun fsikologi ibu (Varney, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Penyebab gangguan perdarahan awal kehamilan dan perdarahan kehamilan
lanjut?
2. Apa definisi perdarahan pasca persalinan?
3. Apa definisi syok hemoragik?
4. Apa definisi gangguan pembekuan darah pada masa kehamilan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan ilmu dan
pengetahuan dalam memberikan makalah keperawatan pada ibu hamil dalam
masa kehamilan dengan menggunakan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
- Agar mahasiswadapatmengetahuidanmemahamigangguan perdarahan pada
awal kehamilan dan perdarahan kehamilan lajut
- Agar mahasiswa dapatmengetahuicara-carapenanganankehamilan
- Untukmenambahwawasanpengetahuanmengenaikehamilan
- Mampumengidentifikasimasalah& diagnose mengenaikehamilan
D. Manfaat
1. Bagitenagakesehatan
Menambahpengetahuantenagakesehatantentangasuhan ibu
hamil.
2. Bagiinstitusipendidikan .
Sebagaidokumendanbahandalampenelitianselanjutnya.
3. Bagipenulis.
Menambahwawasandanpengetahuan yang
lebihluastentangibuhamilsertasebagaipenerapanilmu yang didapatselama
perkuliahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian gangguan perdarahan awal kehamilan dan perdarahan kehamilan lanjut
Perdarahan saat hamil merupakan kondisi yang cukup sering terjadi pada
trimester awal kehamilan. Sekitar 20 persen wanita hamil pernah mengalami
perdarahan saat hamil, khususnya pada 12 minggu pertama kehamilan. Kondisi ini
tidak selalu menandakan adanya masalah yang serius dalam kehamilan. Namun,
kondisi ini tetap harus diwaspadai oleh para wanita hamil, sebab perdarahan saat
hamil bisa menjadi tanda terjadinya keguguran atau kondisi lain yang dapat
membahayakan wanita hamil.
Penyebab Umum Perdarahan Saat Hamil Trimester Pertama
Pada trimester pertama atau 12 minggu pertama kehamilan, perdarahan saat hamil
dialami oleh 2 dari 10 wanita hamil. Beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya
hal tersebut, yaitu:
1. Keguguran
Penyebab paling sering dari perdarahan saat hamil di trimester pertama adalah keguguran.
Sekitar 20-30 persen wanita yang mengalami perdarahan saat hamil di trimester awal
akan berakhir dengan keguguran. Selain perdarahan, gejala lain keguguran adalah kram
atau nyeri di perut bagian bawah dan keluarnya jaringan atau gumpalan daging melalui
vagina.
2. Perdarahan implantasi

Pada 6-12 hari pertama kehamilan, ibu hamil mungkin akan mengeluarkan bercak darah.
Munculnya bercak-bercak tersebut terjadi saat sel telur yang sudah dibuahi menempel
pada dinding rahim. Dalam beberapa kasus, banyak wanita yang menyamakan kondisi ini
dengan siklus menstruasi biasa dan tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil.

3. Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik juga bisa menjadi penyebab terjadinya perdarahan saat hamil. Meski
begitu, kondisi ini sangat jarang terjadi dan biasanya hanya menimpa sekitar 2 persen dari
jumlah wanita hamil. Kehamilan ektopik sendiri terjadi ketika sel telur yang sudah
dibuahi menempel di tempat lain selain rahim, biasanya di tuba falopi. Jika embrio terus
berkembang, tuba falopi lama kelamaan berisiko pecah hingga mengakibatkan perdarahan
yang berbahaya. Selain perdarahan, kehamilan ektopik biasanya juga disertai dengan
kram di perut bagian bawah atau panggul, nyeri menjalar hingga ke bahu, merasa tidak
nyaman ketika BAB atau BAK, merasa lemas, pingsan, serta penurunan hormon HCG
(human chorionic gonadotropin).

4. Kehamilan mola
Kehamilan mola atau hamil anggurterjadi ketika jaringan yang seharusnya menjadi janin,
berkembang menjadi jaringan abnormal sehingga tidak terbentuk bakal janin. Dalam
kasus yang jarang terjadi, kehamilan mola dapat berubah menjadi kanker ganas yang bisa
menyebar ke seluruh bagian tubuh. Kendati demikian, penyebab perdarahan saat hamil ini
sangat jarang sekali terjadi.

Perdarahan kehamilan lanjut, perdarahan antepartum pada umumnya


disebabkan oleh kelainan implantasi plasenta ( letak rendah dan previa ), kelainan insersi
tali pusat atau pembuluh darah pada selaput amnion ( vasa previa ) dan separasi plasenta
sebelum bayi lahir.Untuk menurunkan angka kematian ibu di indonesia, Departemen
Kesehatan melakukan strategi agar semua asuhan antenataldan sekitar 60% dari
keseluruhan persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih. strategi ini dilaksanankan
untuk dapat mengenali dan menanggulangi gangguan kehamilan dan persalinan sedini
mungkin.

Masalah

a. Perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga menjelang persalinan (


sebelum bayi dilahirkan )
b. Perdarahan intrapartum
c. Prematuritas dan mortalitas perinatal

Penangan Umum
Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat karena perdarahan entepartum merupakan
komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu.

a. Setiap tingkat fasilitas pelayanan harus dapat mengenali, melakukan stabilisasi,


merujuk dan menataksana komplikasi pada ibu dan anak sesuai dengan jenjang
kemampuan yang ada
b. Setiap kasus perdarahan antepartum memerlukan rawat inap dan penatalaksaan segera
c. Lakukan restorasi cairan dan darah sesuai dengan keperluan untuk mememuhi defisit
dan tingkat gawat darurat yang terjadi
d. Tegakkan diagnosis kerja secara cepat dan akurat karena hal ini sangat mempengaruhi
hasil penatalaksanaan perdarahan antepartum
e. Tindakan konservatif dilakukan selama kondisi masih memungkinkan dan mengacu
pada upaya untuk memperbesar kemungkinan hidup bayi yang dikandung
f. Pada kondisi yang sangat gawat, keselamatan ibu merupakan pertimbangan utama

Perdarahan hami tua ( perdarahan antepartum ) ialah perdarahan jalan lahir pada umur
kehamilan 22 minggu atau lebih. umumnya bersumber pada kelainan plasenta dan sangat
berbahaya.
Perdarahan hamil tua terbagi atas :

1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta
3. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya
Plasenta Previa

Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim,
sehungga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

Klasifikasi

Plasenta previa terbagi atas :

1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh jaringan
plasenta
2. Plasenta previa lateralis : bila sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh jaringan
plasenta
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada pada pinggir pembukaan
jalan lahir
4. Plasenta letak rendah : bila plasenta letaknya abnormal pada segmen bawah rahim,
tetapi belum sampai pada pinggir pembukaan jalan lahir

Etiologi

Etiologi plasenta previa belum jelas. walaupun demikian beberapa faktor predisposisi untuk
terjadinya plasenta previa ialah :

1. Primigravida tua
2. Multipara, terutama bila jarak antara kehamilan terlalu pendek
3. Mioma uteri
4. Kuretase yang berulang – ulang
B. Pasca Persalinan

Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir
yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya
tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya.

Risiko ini memang dihadapi semua wanita bersalin. Namun begitu, ada cara untuk
menghindari perdarahan pasca persalinan ini.

Setiap persalinan pasti akan mengeluarkan darah. Yang dimaksud perdarahan ialah bila darah
yang keluar lebih dari 500 cc. Indikasi lainnya ialah tensi darah menurun di bawah 90, denyut
nadi berdetak cepat, lemas atau lemah, dan pandangan kabur. Pada kondisi ini pasien sudah
masuk dalam fase syok.

Perdarahan pasca bersalin dapat terjadi langsung setelah pasien melahirkan (dalam waktu 24
jam), beberapa hari kemudian, bahkan setelah pasien pulang ke rumah. Itulah mengapa,
pasien selalu mendapat jadwal kontrol kembali pasca bersalin.

Setelah melahirkan, umumnya pasien juga akan dibekali pengetahuan untuk membedakan
darah nifas yang normal terjadi setelah bersalin, dengan perdarahan pasca persalinan yang
membahayakan. Contoh, jumlah darah nifas tidak banyak. Sementara pada perdarahan, darah
yang keluar adalah darah segar dan kadang bergumpal-gumpal. Bila ada gejala seperti ini
ditambah nyeri perut yang hebat, pasien diminta untuk segera kembali ke rumah sakit.

Resiko serius
Bila tidak tertangani, perdarahan pasca bersalin tentu berisiko mengancam jiwa. Di
Indonesia, angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi. Berdasarkan laporan MDGS, tahun
2012 sebanyak 259 ibu meninggal dunia pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
lebih dari sepuluh kali AKI Malaysia (19) dan Sri Lanka (24). Perdarahan setelah persalinan
menyumbang sekitar 20-25% kematian ibu sehingga merupakan risiko yang paling serius.
Oleh sebab itu, setiap ibu yang hendak bersalin perlu mengetahui risiko serta kemungkinan
munculnya perdarahan pasca melahirkan.

Meskipun begitu, ibu hamil tidak perlu terlalu khawatir. Perdarahan pasca persalinan sangat
mungkin untuk dapat dihindari.

1. Siapa yang berisiko tinggi mengalami perdarahan pasca bersalin?


Umumnya, perdarahan pasca bersalin dapat terjadi pada ibu hamil yang seperti berikut
ini :
a. Semasa hamil megalami anemia dimana kadar hemoglobin (HB)-nya kurang dari
normal
b. Persalinan bayi kembar
c. Punya anak lebih dari lima

Meskipun demikian, setiap ibu hamil perlu untuk selalu waspada dan aware akan perdarahan
pasca bersalin ini. Bagaimanapun, semua persalinan tetap berisiko. Jika terjadi perdarahan
pasca bersalin, penanganannya akan berkejaran dengan waktu demi keselamatan ibu dan
bayi. Oleh sebab itu, pantauan selama kehamilan serta mempersiapkan segala kemungkinan
saat persalinan, sangat dianjurkan.
2. Penyebab
Berikut ini adalah 4 penyebab perdarahan post partum (waktu yang diperlukan oleh
ibu untuk memulihkan alat kandungannya ke keadaan semula dari melahirkan bayi
sampai persalinan) dan penanganannya:
a. Tone atau Tonus (Kontraksi)
Setelah melahirkan, kontraksi rahim harus bagus sehingga pembuluh darah
yang terbuka menjadi terjepit oleh otot-otot rahim. Bagus atau tidaknya
kontraksi rahim dapat diketahui oleh penolong persalinan dengan memegang
perut pasien. Kontraksi yang tidak kencang membuat pembuluh darah rahim
tetap terbuka dan darah terus mengalir.Penanganan: Bila pada pasien tidak
ditemukan adanya kontraksi, dokter akan memberikan obat (berupa suntikan)
untuk memicu terjadinya kontraksi. Pemberian obat-obatan ini umumnya
dilakukan ketika persalinan tahap 3, sehingga kontraksi bisa terjadi begitu
pasien melahirkan dan plasenta belum keluar.
b. Tears atau Robekan
Seperti diketahui, persalinan per vaginam akan menimbulkan robekan di
vagina. Bila dilakukan episiotomi, robekan bisa mencapai perinieum (daerah
yang terletak antara vulva dan anus). Episiotomi adalah pengguntingan kulit
dan otot antara vagina dan anus dengan tujuan melebarkan jalan lahir agar
bayi mudah dikeluarkan.Perdarahan yang membahayakan pasien bisa terjadi,
bila robekan mencapai rahim sehingga darah terus mengalir. Kasus ini bisa
disebabkan oleh panggul ibu yang kecil, sementara bayinya besar. Jika
persalinan tetap dipaksakan secara normal, robekan yang terjadi pun bisa
hingga ke rahim.Penanganan: Tindakan operasi dibutuhkan untuk
mengantisipasi risiko yang fatal. Kasus ini bisa dicegah jika setiap ibu
memiliki gambaran kondisi persalina yang akan dijalani kelak. Bila dalam
pemeriksaan dokter, panggul ibu dinyatakan kecil sementara si calon bayi
besar, maka ibu bisa mempertimbangkan untuk persalinan caesar.
c. Trombine atau ada kelainan darah
Pasien yang memiliki kelainan darah, seperti hemofilia (darah sulit membeku),
juga dapat mengalami risiko perdarahan pasca bersalin. Kasus perdarahan juga
bisa terjadi pada penderita hepatitis berat atau penderita kadar trombosit
rendah.Penanganan: Persalinan berisiko tinggi seperti kasus-kasus di atas
membutuhkan penanganan yang terintegrasi. Misal, antara dokter kandungan
dengan dokter penyakit dalam yang biasa menangani masalah penyakit
tersebut. Pada penderita hemofilia, biasanya akan diberi obat-obatan
pembekuan darah terlebih dahulu sebelum menjalani persalinan.
d. Tissue atau Jaringan
Istilah jaringan (tissue) merujuk pada plasenta (atau terkadang selaput
ketuban) yang masih tertinggal dalam rahim.Saat terjadi persalinan, plasenta
harus keluar. Karena itulah, dokter akan memastikan plasenta pasien untuk
keluar semua. Plasenta yang tertinggal akan lengket di dalam rahim dan bila
tidak segera ditangani bisa menyebabkan perdarahan.Penanganan: Ibu dengan
riwayat plasenta susah lahir perlu diobservasi. Saat pemeriksan kehamilan,
misal, dapat dilihat dengan USG bagaimana kedalaman plasenta yang
menempel tersebut. Biasanya sebelum waktu persalinan tiba, dokter sudah bisa
memprediksi apakah ibu bisa bersalin normal atau perlu operasi caesar.
3. Tindakan pencegahan perdarahan pasca persalinan
a. Perhatikan gizi makanan
Dengan selalu menikmati makanan sehat dengan gizi seimbang, Ibu hamil
dapat meminimalkan munculnya perdarahan kelak saat bersalin. Bila unsur
mineral dan besi tercukupi, ibu akan terhindar dari anemia. Ibu hamil yang
mengalami anemia berisiko mengalami perdarahan pasca persalinan. Teruskan
kebiasaan makan dengan pola gizi seimbang ini hingga setelah melahirkan
agar dapat mempercepat pemulihan usai bersalin.
b. Periksa kehamilan secara rutin
Menurut WHO, pemeriksaan paling tidak dilakukan 4 kali selama kehamilan.
Pemeriksaan di trimester pertama dan kedua setiap sebulan sekali, kemudian
trimester ketiga sebulan dua kali, dan menjelang persalinan menjadi seminggu
sekali. Lewat pemeriksaan ini, ibu bisa mengetahui ukuran si calon bayi,
apakah bayinya kembar, dan sebagainya. Bila ada masalah plasenta menempel
pun sudah bisa diketahui di usia kehamilan 5 bulan. Dengan begitu, dari hasil
pemeriksaan tersebut, perencanaan untuk persalinan dapat dipersiapkan.
c. Pilih tempat bersalin yang lengkap
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diharapkan, ibu hamil disarankan untuk
memilih tempat bersalin yang mempunyai perlengkapan bersalin yang
lengkap. Ada dokter beserta tenaga medis yang lengkap, peralatan, obat-
obatan, serta fasilitas operasi.
d. Tetap waspada meski sudah di rumah
Bagi yang bersalin normal, biasanya menjalani rawat inap sekitar 1-2 hari di
rumah sakit. Sedangkan untuk yang melahirkan caesar sampai 3 hari di rumah
sakit. Perdarahan pasca bersalin bisa terjadi setelah 24 jam bersalin. Bila
perdarahan terjadi dalam waktu itu, bisa dilakukan pertolongan segera oleh
dokter di rumah sakit. Namun, ada juga perdarahan yang terjadi setelah
beberapa hari dan ketika ibu sudah di rumah. Oleh karena itu, jika ibu
mengalami perdarahan yang tak normal, segera datang kembali ke dokter.
Umumnya, sebelum ibu pulang dari rumah sakit, dokter akan menyarankan
untuk pasang KB, ini merupakan salah satu cara untuk menekan terjadinya
perdarahan pasca persalinan.

C. Syok Hemoragik
Syok hipovolemik adalah kondisi darurat di mana jantung tidak mampu memasok
darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang.
Kurangnya pasokan darah ini umumnya dipicu oleh perdarahan. Perdarahan dapat
terjadi akibat cedera atau luka (perdarahan luar) dan perdarahan dalam, misalnya
akibat perdarahan saluran pencernaan. Selain itu, penurunan pasokan darah juga dapat
terjadi saat tubuh kekurangan banyak cairan, misalnya akibat dehidrasi atau luka
bakar. Syok hipovolemik disebut juga sebagai syok hemoragik atau syok perdarahan.

Darah mengandung oksigen dan zat penting lainnya yang dibutuhkan oleh organ dan
jaringan tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. Bila perdarahan hebat terjadi,
otomatis pasokan darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang secara drastis dan
organ tidak mendapat pasokan zat-zat yang dibutuhkan tadi secara cukup. Akibatnya,
organ-organ dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Keadaan inilah yang
disebut syok hipovolemik yang ditandai dengan penurunan tekanan darah. Jika tidak
ditangani secara cepat dan tepat, kondisi ini dapat menyebabkan kematian.

1. Gejala Syok Hipovolemik

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, gejala utama syok hipovolemik adalah penurunan
tekanan darah dan suhu tubuh secara drastis. Selain itu ada beberapa gejala lainnya yang
menyertai kondisi ini, di antaranya:

a. Pucat.
b. Badan lemas.
c. Keluar keringat secara berlebihan.
d. Tampak bingung dan gelisah.
e. Nyeri dada.
f. Pusing.
g. Suhu tubuh rendah.
h. Sesak.
i. Denyut nadi lemah.
j. Berdebar-debar.
k. Bibir dan kuku tampak biru.
l. Produksi urine berkurang.
m. Hilang kesadaran.

Tingkat keparahan gejala syok hipovolemik ditentukan oleh seberapa cepat dan seberapa
banyak volume darah atau cairan berkurang dari tubuh. Untuk kasus syok hipovolemik pada
orang dewasa karena perdarahan atau bisa disebut syok hemoragik, jumlah darah yang
berkurang dapat diklasifikaskan menjadi empat kelas, yaitu:

1). Perdarahan tingkat 1. Volume darah berkurang hingga 15 persen yang ditunjukkan
dengan tanda takikardia minimal.

2). Perdarahan tingkat 2. Berkurangnya volume darah sebanyak 15-30 persen. Dalam
kondisi ini, gejala ditunjukkan dengan penurunan tekanan darah, takikardia dengan
denyut jantung melebihi 100 kali per menit, ujung-ujung jari dingin, sesak, dan
denyut nadi yang melemah.
3). Perdarahan tingkat 3. Ditunjukkan dengan penurunan volume darah sebanyak 30
hingga 40 persen dengan gejala sesak dan takikardia yang menonjol, tekanan darah
menurun, perubahan kondisi mental, seperti merasa gelisah dan bingung, serta penurunan
produksi urine.

4). Perdarahan tingkat 4. Penurunan volume darah melebihi 40 persen. Kondisi ini
ditandai dengan penurunan tekanan darah, denyut nadi yang sangat lemah, produksi urine
menurun atau tidak ada, kondisi mental yang tertekan, kehilangan kesadaran, tubuh pucat dan
terasa dingin. Kondisi ini dapat mengancam keselamatan pasien.

Di samping volume darah yang berkurang, penyakit-penyakit lain, seperti gangguan jantung,
ginjal, paru-paru, dan penyakit diabetes juga dapat memengaruhi tingkat keparahan syok
hipovolemik yang dialami.

2. Penyebab Syok Hipovolemik.

Syok hipovolemik dapat terjadi karena beberapa kondisi, antara lain:

a. Perdarahan luar yang terjadi akibat cedera atau luka robek.


b. Perdarahan dalam yang terjadi akibat perdarahan saluran pencernaan, pecah atau
robeknya aneurisma aorta, robekan organ dalam karena kehamilan ektopik, atau
solusio plasenta.
c. Berkurangnya cairan tubuh, misalnya akibat muntah-muntah, diare, keringat yang
keluar secara berlebihan, dan luka bakar.

3. Diagnosis Syok Hipovolemik

Diagnosis bisa didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik pasien, terutama jika ditemui gejala
syok hipovolemik, berupa tekanan darah rendah, suhu tubuh menurun, atau detak jantung
cepat dengan denyut nadi yang lemah. Syok hipovolemik merupakan kondisi gawat darurat
yang harus segera ditangani ketika gejala dan tanda klinis tersebut ditemukan, terutama pada
orang-orang yang mengalami trauma atau cedera. Penetapan diagnosis dan penanganan tidak
perlu menunggu hasil pemeriksaan penunjang, karena dapat membahayakan nyawa penderita.
Setelah keadaan gawat darurat tertangani namun penyebab dari syok masih belum dapat
ditentukan, beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan, di antaranya adalah:
a. Pemeriksaan hitung darah lengkap.
b. Pemeriksaan fungsi dan struktur jantung dengan ekokardiografi.
c. Tes pemindaian dengan menggunakan foto Rontgen, USG, atau CT scan pada organ
yang dicurigai mengalami perdarahan.
d. Pemeriksaan saluran pencernaan dengan endoskopi.

D. Gangguan Pembekuan pada masa kehamilan


Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adalah Pendarahan yang terjadi
karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu, sehingga darah tetap
mengalir.

1. Etiologi

Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet biasanya tidak
menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus
untuk mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan
penjendalan darah memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah
persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partum
sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari sebab lain, terutama trauma. Abnormalitas
dapat muncul sebelum persalinan atau didapat saat persalinan.Trombositopenia dapat
berhubungan dengan penyakit sebelumnya, seperti ITP atau sindroma HELLP
sekunder, solusio plasenta, DIC atau sepsis. Abnormalitas platelet dapat saja
terjadi,tetapi hal ini jarang. Sebagian besar merupakan penyakit sebelumnya,
walaupun sering takterdiagnosis.

2. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan dengan DIC (Koagulasi
Intravaskuler Diseminata) :
1.Sepesi oleh kuman gram negative, terutama yang mneyertai dengan abortus septic
2.Syok berat
3.Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus

Tujuan utama pengobatan adalah menghilngkan sumber material serupa tromboplastin,


tetapi evalusai produk konsepsi akan mendatangkan resiko perdarahan vaginal atau bedah.
Dengan alasan inilah, proses pembekuaan normal harus dipulihkan lebih dahulu sebelum
melakukan persalina operatif. Pemberian faktor-faktor pembekuan. Menghambat proses
patofisiologi dengan antikoagulasi heparin sampai faktor-faktor
pembekuan pulih kembali Cara pengobatan yang akan dipilih tergantung kepada
ancaman jiwa pasien segera akibat perdarahan yang aktif pada saat diagnosis ditegakkan atau
akibat persalinan yang akan segera terjadi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Perdarahan saat hamil, tak peduli sedikit banyaknya, bisa menjadi indikasi
berbagai komplikasi berbahaya, termasuk keguguran, kehamilan ektopik, dan
plasenta previa, sehingga tidak boleh di abaikan.
2. Warna perdarahan dapat bervariasi, mulai nuansa merah muda, merah tua,
hingga kecoklatan (warna darah kering) tapi tidak pernah berwarna merah
terang.
B. SARAN

Sebagai ibu hamil diharapkan mampu memelihara kesehatan mendeteksi kehamilan


masalah dan mengatasi masalah kesehatan. Serta mampu mencuringai apabila di
temukannya komplikasi maupun penyulit pada masa kehamilan, bersalin, nifas,
neonatus. Sehingga dapat segera memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal dan
berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai