Anda di halaman 1dari 39

MODUL PROMOSI KESEHATAN

PENYUSUN
TIM

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES
MALANG
TAHUN AKADEMIK 2014 - 2015
BAB I
DASAR-DASAR PROMOSI KESEHATAN

1.1 Konsep Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan


1.1.1. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Pengertian/batasan atau definisi PKM dari beberapa ahli, antara
lain:
1) Nyswander :
Pendidikan Kesehatan adalah suatu proses perubahan pada
manusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan kesehatan
perorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat
diberikan oleh seseorang pada orang lain, maupun serangkaian
prosedur-prosedur yang harus dijalankan untuk mencapai statu
hasil, akan tetapi suatu proses perkembangan yang selalu berubah
secara dinamis dimana didalamnya seseorang menerima atau
menolak informasi baru, sikap baru dan perilaku baru yang
berhubungan dengan tujuan hidup sehat.
Penekanannya pada perubahan perilaku, bagaimana cara
mendorong serta mempengaruhi orang lain, sehingga terjadi
perubahan perilaku tercapai tujuan kesehatan seseorang dan
masyarakat.
2) Steuart :
Pendidikan kesehatan adalah komponen dari program-
program kesehatan dan kedokteran yang memuat usaha-usaha
direncanakan untuk mengubah perilaku individu, kelompok
maupun masyarakat luas (apa yang dirasakan, dipikirkan, dan
dikerjakan) dengan tujuan menolong mereka untuk dapat mencapai
tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan.
Penekanannya bahwa pendidikan kesehatan merupakan
komponen program-program kesehatan, terencana, mudah

1
dilaksanakan, mudah mengukur hasilnya, dan perbaikan
peningkatan program pendidikan yang akan datang.
3) L. Green :
Pendidikan kesehatan adalah setiap kombinasi pengalaman
belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dari perilaku
yang sesuai dengan kesehatan. Penekanannya berdasar sukarela
dan kesadaran dalam penysuaian perilaku untuk memajukan
kesehatan melalui berbagai kombinasi pengalaman belajar.
4) Wood :
Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang
menguntungkan mempengaruhi pengetahuan, kebiasaan, dan sikap
yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat, dan
bangsa.
Penekanannya adalah bahwa pengalaman-pengalaman yang
menguntungkan didalam kesehatan dipergunakan untuk
mempengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan
kesehatan.
5) UU No. 9 tahun 1960 :
Pendidikan kesehatan sama dengan penyuluhan kesehatan
“Pendidikan kesehatan adalah statu proses perubahan,
pertumbuhan, dan perkembangan diri manusia menuju kepada
keselarasan dan keserasian serta keseimbangan jasmani,
rohani/mental dan sosial dari manusia terhadap lingkungannya,
sehingga mampu bertanggungjawab untuk mengatasi
masalahmasalah kesehatannya sendiri serta masyarakat
lingkungannya.
6) UU No. 23 tahun 1992.
Penyuluhan kesehatan diselanggarakan guna meningkatkan
pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan.
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada
setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan

2
diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau
kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi,
informasi, dan edukasi
1.1.2 Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Pengertian/batasan atau definisi promkes dari beberapa ahli, antara
lain :
1. Illona Kickbush menguraikan :
“Promosi kesehatan lahir (emerged-out) dari pendidikan
kesehatan. Ada alasan untuk itu:
1) Para penyuluh/pendidik kesehatan masyarakat menjadi lebih
sadar tentang perlunya sebuah pendekatan positif dalam
pendidikan kesehatan, lebih dari sekedar pencegahan penyakit.
2) Menjadi semakin nyata bahwa pendidikan kesehatan akan
lebih berdaya jika didukung dengan seperangkat upaya seperti
legal environment dan regulatory.
2. Green and Kreuter (1991) :
“Any planned combination of education and environmental
supports for action and conditions of living conducive to health of
individuals, groups and communities”.
3. WHO memberikan definisi :
“Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka
mengendalikan determinan kesehatan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan mereka “.
4. Departemen Kesehatan merumuskan definisi :
“Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-
faktorkesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkankegiatan yang bersumberdaya masyarakat,
sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public
yang berwawasan kesehatan.”

3
Definisi yang dirumuskan Departemen Kesehatan, lebih
menggambarkan bahwa promosi kesehatan adalah gabungan antara
pendidikan kesehatan yang dudukung oleh kebijakan public yang
berwawasan kesehatan. Gabungan kedua upaya ini akan
memberdayakan masyarakat sehingga dapat mengontrol
determinan-determinan kesehatan.
Promosi Kesehatan, bertujuan untuk meningkatnya
kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk
hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber
masyarakat, serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk
mendorong terbentuknya kemampuan masyarakat.
1.2 Visi, Misi, dan Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
1.2.1 Visi
Visi Promosi Kesehatan, merupakan bagian integral dari Visi
Indonesia Sehat 2010, maka Visi Promosi Kesehatan ditetapkan
“Perilaku Hidup Bersih & Sehat 2010” atau “ PHBS 2010”. Artinya
adalah bahwa keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga
(keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat dalam rangka :
1) Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan
lain,
2) Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain,
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan,
3) Memanfaatkan pelayanan kesehatan
4) Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan
bersumber masyarakat.
1.2.2 Misi
Misi Promosi Kesehatan, adalah :
1) Memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok
dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga,
maupun pengorganisasian dan penggerakan masyarakat

4
2) Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya
perilaku hidup bersih dan sehat 6
3) Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan
serta pihak-pihak lain yang berkepentingan (stekeholders) dalam
rangka :
(1) Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan
perudang-undangan yang berwawasan kesehatan.
(2) Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya
pemberdayaan masyarakat dalam program-program
kesehatan.
(3) Meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat
dan daerah serta antara pemerintah dengan masyarakat
(termasuk LSM).
(4) Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan
pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya.
1.2.3 Ruang Lingkup.
Promosi kesehatan telah berubah dan menjadi bagian “ Era baru
kesehatan masyarakat “. Era ini dengan puncak penyelenggaraan
konferensi Alma Alta, istilah promosi kesehatan dikukuhkan dan juga
untuk pertama kali secara nyata bahwa kondisi fundamental dan
sumberdaya untuk sehat adalah :” perdamaian, perumahan, pangan,
pendapatan, ekosistem yang stabil, kelestarian sumberdaya, keadilan
sosial, dan kesetaraan. Hal ini disebut juga prasyarat dasar (basic
prerequisites) untuk kesehatan.
Pada era ini, model kesehatan yang baru yaitu sosial model of
health, mulai diterima, meninggalkan medical model pada model
sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan
semata-mata denagn mengobati penyakit merupakan akibat dari
masalah kesehatan. Dengan diterimanya promosi kesehatan sebagai
upaya utama kesehatan
1) Ottawa ( 1986 ).

5
Pada tahun 1986 di Ottawa, Canada dilangsungkan Konferensi
International pertama, menghasilkan, Deklarasi Ottawa (Ottawa
Charter) yang merumuskan 5 (lima) pilar utamaatau 5 (lima) ruang
lingkup promosi kesehatan, yaitu :
(1) Build Healthy Public Policy (membangun kebijakan public
yang berwawasan kesehatan).
Setiap pembuat kebijakan publk harus memeprhatikan
dampak kesehatan dari setiap keputusan yang dibuatnya.
Contoh : kebijakan kawasan tanpa rokok, pembatasan merokok,
pembatasan iklan rokok, pemakaian helm dan sabuk pengaman,
ada dinas kesehatan di propinsi/kab/kota dengan unit promosi
kesehatan.
(2) Create supportive environment (menciptakan lingkungan yang
mendukung).
Lingkungan sosial yang mendukung sangat besar perannya
dalame mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang.
Contoh: lingkungan yang mendukung dengan penyediaan
tempat khusus untuk menyusui bayi di tempat-tempat umum,
penyediaan tempat sampah, pengembangan tempat konseling
remaja dll.
(3) Strengthen, community action (memperkuat gerakan
masyarakat).
Promosi kesehatan mendorong dan memfasilitasi upaya
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Contoh: mendorong terbentuknya yayasan/lembaga konsumen
kesehatan, mendorong pembentukan posyandu, mendorong
pembiayaan kesehatan bersumberdaya masyarakat dll.
(4) Develop personal skill (mengembangkan keterampilan
individu).
Agar masyarakat mampu membuat keputusan yang efektif
mengenai kesehatannya, masyarkat perlu informasi,
pendidikan/pelatihan dan berbagai keterampilan. Tugas promosi

6
kesehatan adalah memberdayakan masyarakat agar dapat
mengambil keputusan dan alih tanggungjawab kesehatan
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki,
mengembangkan keterampilan individu akan lebih efektif bila
dilakukan melalui tetatan-tatanan rumah tangga, sekolah,
tempat kerja, dan tatan lain yang sudah ada di masyarakat.
(5) Reorient health service (menata kembali arah pelayanan
kesehatan).
Upaya-upaya preventif dan promotif lebih diutamakan
tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Deklarasi Ottawa telah menjadi rujukan dan panduan baik
dalam pengembangan kesehatan masyarakat maupun dalam
kegiatan promosi kesehatan diberbagai Negara. Promosi
Kesehatan sebagai proses pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan
2) Sundsvall Swedia (1991).
Ada 4 kunci strategis untuk mengembangkan lingkungan yang
mendukung kesehatan: advokasi, memberdayakan masyarakat,
membangun aliansi, dan menjadi penengah diantara berbagai
konflik.
3) Jakarta ( 1997 )
Salah satu tonggak promosi kesehatan adalah Deklarasi Jakarta
(1997) yang lahir dari Konferensi International Promosi Kesehatan
ke-4. Deklarasi ini merumuskan :
(1) Promosi kesehatan adalah investasi utama yang memberikan
dampak pada determinan kesehatan, dan memberikan manfaat
kesehatan terbesar pada masyarakat.
(2) Promosi kesehatan mmeberikan hasil positif yang berbeda
dibandingkan upaya lain dalam meningkatkan kesetaraan bagi
masyarakat dalam kesehatan. Lima prinsip Deklarasi Ottawa
merupakan kunci strategi untuk sukses.

7
(3) Promosi kesehatan perlu disosialisasikan dan harus menjadi
tangungjawab lintas sektor. Deklarasi Jakarta merumuskan
prioritas promosi kesehatan abad 21 :
Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan,
meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan,
konsolidasi dan perluasan kemitraan untuk kesehatan,
meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemberdayaan
individu serta menjamin tersedianya infrastruktur promosi
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan komponen
penting dalam promosi kesehatan.
4) Bangkok 2005 (7 – 11 Agustus 2005).
Konferensi Bangkok dikenal dengan ”The Bangkok Charter
for Health Promotion in a globalized world”, dengan hasil
menegaskan:
(1) Perlu strategi dan komitmen untuk menghadapi berbagai faktor
yang berpengaruh terhadap kesehatan di dunia global, serta
kebijakan dan kemitraan untuk memberdayakan masyarakat
untuk memperbaiki kualitas kesehatan (termasuk
ketidakmerataan bidang kesehatan) menjadi fokus
pembangunan nasional dan global.
(2) Salah satau hak asasi setiap manusia adalah untuk memperoleh
kualitas kesehatan yang setinggi-tingginya. Promosi kesehatan
didasari hak asasi ini, menawarkan konsep sehat yang positif
dan inklusif yang merupakan faktor mempengaruhi kualitas
hidup kesehatan mental dan spiritual. Promosi kesehatan
merupakan fungsi inti kesehatan masyarakat, yang
memberikan sumbangan dalam mengatasi penyakit menular
dan tidak menular serta ancaman terhadap kesehatan, dan
merupakan investasi efektif untuk meningkatkan kesehatan dan
pembangunan manusia serta mengurangi
ketidakmerataan/ketidaksamaan dibidang kesehatan dan
jender.

8
(3) Perkembangan menuju dunia yang lebih sehat memerlukan
keterlibatan politi yang kuat, peranserta lebih luas dan
advokasi yang berkesinambungan. Untuk memperoleh
kemajuan lebih lanjut, semua sektor dan tatanan perlu
melakukan :
i. Advokasi mengenai kesehatan (sebagai konsekwensi hak
asasi)
ii. Investasi berupa kebijakan, diikuti dengan tindakan dan
penyediaan infrastruktur yang berkesinambungan
iii. Membina kemampuan dalam pengembangan kebijakan
publik, kepemimpinan, pelaksanaan promosi kesehatan,
penelitian dan alih teknologi
iv. Regulasi dan legislasi untuk menjamin perlindungan dari
hal-hal yang membahayakan kesehatan serta memperoleh
kesempatan yang sama bagi seluruh manusia dibidang
kesehatan dan kesejahteraan
v. Bermitra dan membina aliansi dengan berbagai sector
publik, swasta, organisasi nirlaba, dan kelompokkelompok
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang
berkesinambungan.
vi. Piagam Bangkok merekomendasikan, sebagai komitmen
terhadap kesehatan bagi semua, antara lain:
vii. Peningkatan kesehatan menjadi pusat agenda pembangunan,
pemerintahan semua negara dan badan-badan intenasional
harus berbuat seseuatu untuk mendekatkan jarak antara si
kaya dan si miskin, serta perlindungan kesehatan khususnya
dalam menghadapi produk, layanan, dan pemasaran yang
membahayakan kesehatan;
viii. Peningkatan kesehatan dijadikan tanggungjawab utama
semua pemerintahan, karena perkembangan sosial, politik,
ekonomi berpengaruh terhadap kesehatan;

9
ix. Peningkatan kesehatan dijadikan fokus/kunci kelompok-
kelompok masyarakat, karena masyarakat sering berada
didepan untuk memprakarsai dan melaksanakan promosi
kesehatan, mereka memerlukan hak, sumber daya dan
kesempatan sehingga sumbangan mereka berkembang dan
berkesinambungan
x. Peningkatan kesehatan dijadikan prasyarat/kriteria tentang
perusahaan yang baik, karena sektor swasta mempunyai
tanggungjawab untuk menjamin kesehatan dan keamanan
tempat kerja serta meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan karyawan dan keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
5) Vancouver- Canada (2007).
Hasil konferensi ini adalah :
(1) Mempengaruhi agenda kebijakan pemerintah melalui
peningkatan kemitraan dan advokasi.
(2) Mengembangkan sains dan teknologi dalam mendukung
promosi kesehatan.
(3) Mengembangkan innováis baru dalam pertukaran dan
penerapan sains dan teknologi promosi kesehatan melalui
berbagai pendekatan kebudayaan dan region (regional).
1.2.4 Strategi Promosi Kesehatan
Ada 3 (tiga) strategi dasar promosi kesehatan, yaitu Gerakan
Pemberdayaan sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Bina
Suasana dan Advokasi. Ke dalam masing-masing strategi harus
diintegrasikan semangat dan dukungan Kemitraan dengan berbagai
stakeholders. Kesemuanya diarahkan agar masyarakat mampu
mempraktikkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah
kesehatannya.
1) Pemberdayaan Masyarakat
Gerakan Pemberdayaan pada hakikatnya adalah proses
pemberian informasi secara bertahap untuk mengawal proses

10
perubahan pada diri sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu
menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu mempraktikkan
PHBS. Setiap fase perubahan memerlukan informasi yang berbeda.
Tetapi yang paling menentukan adalah fase pertama, di mana kita
harus dapat menyadarkan si sasaran bahwa suatu masalah
kesehatan adalah masalah bagi yang bersangkutan. (Misalnya,
menyadarkan ibu-ibu di desa bahwa perut buncit anak-anaknya
adalah masalah). Sebelum ini berhasil dilakukan, maka informasi
selanjutnya tidak akan ada artinya (tidak akan digubris).
2) Bina Suasana
Strategi dasar ke-2 adalah Bina Suasana. Yaitu upaya untuk
menciptakan lingkungan sosial yang mendorong perubahan
perilaku si sasaran. Menurut teori, perubahan perilaku seseorang
akan lebih cepat terjadi, jika lingkungan sosialnya berperan sebagai
pendorong, atau penekan (pressure).
3) Advokasi
Strategi dasar ke-3 adalah Advokasi. Sebagaimana disebutkan
di muka, Advokasi diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik
berupa peraturan perundang-undangan, dana maupun sumber daya
lain. Advokasi tidak boleh dilakukan ala-kadarnya, karena
Advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses strategis dan
terencana, menggunakan informasi yang akurat dan teknik yang
tepat.
4) Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama yang formal antara
individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi
untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
1.3 STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
1.3.1 Pengertian Promosi Kesehatan
Sesuai dengan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di
Ottawa pada tahun 1986, promkes adalah proses memberdayakan,
memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan

11
melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan
dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat.
1.3.2 Sasaran Promkes
Sasaran promosi kesehatan menurut tatanan adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Sasaran promosi kesehatan menurut tatanan
Tatanan Sasaran Sasaran Sasaran Program
PHBS Primer Sekunder Tersier prioritas
Rumah Ibu Kader Kader KIA
tangga - Anggota - PKK - PKK - Gizi
keluarga - Tokoh - Tokoh - Kesehatan
masyarakat masyarakat lingkungan
- Tokoh agama - Tokoh - Gaya hidup
- LSM agama
- LSM
Institusi Seluruh Guru, dosen - Kepala Gizi
Pendidikan siswa - Karyawan sekolah,
dan - OSIS dekan
mahasis - BP3 - Pengelola
wa -Pengelola sekplah
kantin - Pemilik
sekolah
Tempat Seluruh Pengurus/serikat Pengelola, Kesehatan
Kerja karyawan pekerja pemilik lingkungan
dan gaya
hidup
Tempat Pengunjung Karyawan, Kepala Kesehatan
Umum pengelola daerah lingkungan
1.3.3 Strategi Promosi Kesehatan
1) Strategi Promosi Kesehatan diarahkan untuk:
(1) Mengembangkan kebijaksanaan guna mewujudkan masyarakat
yang sehat.
(2) Membina suasana, iklim dan lingkungan yang mendukung.
(3) Memperkuat, mendukung dan mendorong kegiatan masyarakat.
(4) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan perorangan.

12
(5) Mengupayakan pembangunan kesehatan yang lebih
memberdayakan masyarakat.
2) Dalam upaya penerapan Promosi Kesehatan dilakukan 3 (tiga)
strategi, yaitu:
(1) Advokasi kesehatan adalah:
i. Upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik
melalui berbagai komunikasi persuasif dalam rangka
memasyarakatkan PHBS yang ditujukan pada penentu
kebijakan.
ii. Upaya untuk mempengaruhi individu melalui berbagai
komunikasi persuasif dalam rangka memasyarakatkan
PHBS.
iii. Berbagai bentuk komunikasi persuasif yang ditujukan
pada penentu kebijakan untuk memperoleh dukungan
kebijakan dalam peningkatan PHBS.
(2) Advokasi PHBS dilakukan dengan:
i. Mempengaruhi pihak lain melalui koalisi dan
jaringan kerja dan kemitraan.
ii. Mengembangkan peraturan, perundangan dan kebijakan
yang mendukung pembudayaan PHBS.
Advokasi kesehatan sangat perlu dilakukan karena sasaran
adalah pengambil keputusan di jajaran pemerintahan maupun di
setiap tatanan masyarakat, agar diperoleh dukungan baik secara
lisan maupun tertulis serta dukungan anggaran. Advokasi
kesehatan dilakukan di semua jenjang administrasi pusat, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan. Advokasi
kesehatan yang bersifat publik dapat dilakukun melalui media
massa secara intensif dengan penyiaran televisi, radio surat kabar
bahkan intemet yang dapat menjangkau sasaran yang lebih luas.
Selama ini dalam melaksanakan Advokasi PHBS dijumpai
beberapa kendala, antara lain

13
1) Para pembuat kebijakan masih belum mempunyai persepsi
yang sama terhadap promosi kesehatan dan paradigm sehat
2) Penyelenggara kesehatan masih mementingkan budaya
kuratif. Sementara Paradigma Sehat melawan arus budaya
konsumtif
3) Masih adanya budaya ketergantungan masyarakat terhadap
petugas dalam upaya kesehatan
Secara umum menurut John Hopkins University (JHU),
Advokasi kesehatan ditempuh melalui kerangka advokasi yang
memuat 6(enam) langkah, yaitu
1) Melakukan Analisis
Yang termasuk dalam analisis adalah
a. Identifikasi masalah
b. Kebijakan yang ada
c. Program-program komunikasi yang telah dilaksanakan
untuk membuat kebijakan.
d. Perubahan kebijaksanaan yang diinginkan oleh tingkat
tertentu
e. Stake holder (mitra kerja) yang terkait dengan
perubahan kebijakan.
f. Jejaring untuk penentu kebijakan, pesan yang tepat
g. Sumber daya yang memungkinkan untuk pelaksanaan
kebijakan
2) Menyusun strategi
Yang termasuk dalam strategi adalah
a. Membentuk POKJA (Kelompok Kerja) PHBS
b. Identifikasi sasaran primer dan sekunder
c. Mengembangkan tujuan "SMART" (Specific/spesifik,
measurable/dapat diukur, appropriate/tepat,
realistic/nyata, time bound/sesuai jadwal)
d. Menentukan indikator
e. Menyiapkan dukungan dana dan kebijakan pelaksanaan.

14
f. Menempatkan "issue" yang pantas mendapat dukungan
dan penentu kebijakan
g. Merencanakan perbaikan sarana komunikasi
3) Menggalang Kemitraan
a. Menyusun POA bersama-sama
b. Mendorong kemitraan
c. Mendelegasikan tanggung jawab
d. Merencanakan koordinasi peliputan berita dan data oleh
media.
4) Tindakan/Pelaksanaan
Tindakan/pelaksanaan mengacu pada rencana yang
telah disusun berdasarkan hasil analisis, persiapan strategi
yang telah dituangkan dalam plan of action yang
dipersiapkan bersama mitra, sudah terlibat mulai saat
analisis.
Beberapa tindakan dalam pelaksanaan Advokasi:
a. Melaksanakan rencana Advokasi (plan of Action).
b. Mengumpulkan pesan mitra
c. Menyajikan pesan yang tepat
d. Menempati jadwal
e. Mengembangkan jaringan komunikasi dengan mitra
Kegiatan yang bemuansa advokasi dapat berupa:
seminar sehari, orientasi, lobby, kampanye, sarasehan
f. dan bentuk kegiatan lain yang sesuai.
5) Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengukur pencapaian
tujuan (proses dan output) melalui pengecekan dokumentasi
tentang kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilaksanakan,
materi KIE yang telah diterbitkan dan disebarluaskan serta
produk-produk kebijakan yang diterbitkan
6) Kesinambungan Proses

15
Melaksanakan proses komunikasi secara terus-
menerus dengan memanfaatkan hasil evaluasi

a. Bina Suasana (Social Support)


Bina Suasana adalah menjalin kemitraan untuk
pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini
yang ada di masyarakat seperti Tokoh masyarakat, tokoh
agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia
usaha/swasta, media massa, organisasi profesi pemerintah
dan lain-lain
Bina Suasana dilakukan untuk sasaran sekunder
atau petugas pelaksana di berbagai tingkat administrasi
(dari pusat hingga desa). Strategi Bina Suasana perlu
ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan
kondisi/situasi yang konduktif di masyarakat dalam
mendukung PHBS. Bina Suasana sering dikaitkan dengan
pemasaran sosial dan kampanye. Karena pembentukan
opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan
kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa Bina Suasana
dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung
penggerak pemberdayaan masyarakat secara partisipatif dan
kemitraan.
Metode Bina Suasana dapat berupa:
i. Pelatihan
ii. Semiloka
iii. Konferensi Pers
iv. Dialog Terbuka
v. Sarasehan
vi. Promosi
vii. Pelatihan
viii. Lokakarya Mini
ix. Pertunjukan Tradisional

16
x. Diskusi Meja Bundar (Round Table Discussion)
xi. Pertemuan berkala di desa
xii. Kunjungan Lapangan
xiii. Studi Banding
Untuk menjaga kelanggengan dan kesinambungan
Bina Suasana diperlukan:
i. Forum Komunikasi
ii. Dokumen dan data yang up to date (selalu baru)
iii. Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat
iv. Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan
mitra.
v. Menumbuhkan keciptaan terhadap kesehatan.
vi. Memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana
yang mendukung upaya pembudayaan perilaku
hidup bersih dan sehat.
vii. Adanya umpan balik dan penghargaan.
3) Gerakan masyarakat
Strategi gerakan masyarakat adalah cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat
masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan
serta secara aktif dalam PHBS. Yang dimaksud sasaran primer
adalah masyarakat yang terkena masalah baik di kota maupun di
desa. Contohnya di tatanan rumahtangga adalah para ibu, di
tatanan instituti pendidikan adalah muridmurid, di sarana
pelayanan adalah petugas kesehatan.
Pelaksanaan Strategi Gerakan Masyarakat yang diharapkan
adalah sebagai berikut :
1) Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat
harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya

17
2) Peningkatan keberdayaan berarti meningkatkan kemampuan
dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan
diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai kemajuan. Oleh karena itu pemberdayaan
masyarakat sangat ditentukan oleh pemahaman, kemahiran
dan semangat dalam menerapkan pendekatan sosial
kemasyarakatan. Secara keseluruhan pendekatan Gerakan
Masyarakat dilakukan melalui : KIE, Pengembangan
institusi masyarakat, pendekatan hukum dan regulasi,
penghargaan (instensi dan desinsertif), serta pendekatan
ekonomi produktif (income generating).
Dalam melaksanakan Gerakan Masyarakat perlu
memperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Masyarakat Pembina (Caring Community
Yaitu masyarakat yang peduli kesehatan, misalnya
LSM Kesehatan.
Organisasi profesi yang bergerak di bidang
kesehatan.
b. Masyarakat Setara (Coping Community)
Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang
memadai sehingga tidak dapat memelihara kesehatannya.
Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya memeriksa
kehamilan, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak
adanya transportasi si ibu tidak pergi ke sarana pelayanan
kesehatan.
c. Masyarakat Pemula (Crisis Response Community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya
kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas yang tersedia.
Misalnya masyarakat di lingkungan kumuh dan daerah
terpencil.
Cara pendekatan gerakan masyarakat terbagi 2(dua), yaitu

18
1) Makro
a. Membangun komitmen di setiap jenjang
b. Membangun masyarakat (crical mass)
c. Menyediakan juklak dan biaya operasional .
Memonitoring dan evaluasi serta koordinasi
2) Mikro:
a. Menggali potensi yang belum disadari masyarakat.
Potensi dapat muncul dari adanya kebutuhan
masyarakat (demand creation), yang diperoleh melalui
pengarahan, pemberian masukan, dialog, kerjasama dan
pendelegasian.
b. Membuat model-model percontohan dan prototype
pengembangan masyarakat, seperti menerapkan
Pendekatan Edukatif dan Manajemen ARRIF (Analisis,
Rumusan, Rencana, Intervensi, Forum Komunikasi) .
c. Beberapa tolak ukur keberhasilan gerakan masyarakat
dapat disebutkan antara lain: Peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat, peningkatan peserta dana
sehat/JPKM.
Ketiga strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan (sinergis) namun ditandai dengan fokus yang berbeda, yaitu·
i. Advokasi kesehatan lebih diarahkan kepada sasaran tersier yang
menghasilkan kebijakan sehat.
ii. Bina Suasana lebih diarahkan kepada sasaran sekunder yang
menghasilkan kemitraan dan opini.
iii. Gerakan Masyarakat lebih diarahkan pada sasaran primer yang
menghasilkan kegiatan gerakan masyarakat mandiri.

19
BAB II
PERAN KEMITRAAN DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN PROMKES
2.1 Pengertian
Kemitraan (building lingkages) adalah kerjasama antara berbagai
institusi dan/atau perorangan, yang bekerja atas dasar prinsip-prinsip:
1) Kesetaraan (equity)
Tidak ada sedikitpun perasaan dari institusi pemerakarsa
pembentukan kemitraan, bahwa institusinya sedikit lebih penting
dan dengan demikian lebih tinggi levelnya daripada institusi yang
diajak bermitra.
2) Keterbukaan (transparancy)
Tidak ada hal-hal yang disembunyikan atau dirahasiakan
mengenai segala sesuatu yang menyangkut sumber daya dan
kegiatan yang di-mitrakan dengan segala resiko yang mungkin
bakal diterima oleh pihak yang diajak bermitra.
3) Saling menguntungkan (mutual benefit)
Kerjasama hanya akan terjadi apabila pihak-pihak yang
bekerja-sama yakin bahwa kerjasama ini akan menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan baginya. Oleh kerena itu kemitraan
harus digagas dalam rangka menghasilkan keuntungan bersama.
4) Secara efektif, efisien dan produktif
Semua rencana dan pelaksanaannya harus terfokus kearah
penca-paian tujuan yang dimitrakan, dengan menggunakan
sumberdaya yang sehemat-hematnya dan dengan hasil yang
sebesar-besarnya serta berkembang secara berkesinambungan.
5) Untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati,

20
Pelaksanaan rencana yang dimitrakan harus taat azas,
konsisten dan kosekwen sampai tujuan yang telah disepakati
tercapai. Apabila karena sesuatu hal dituntut adanya perubahan,
maka perubahan itu haruslah merupakan kehendak bersama pihak-
pihak yang bermitra.
6) Setiap komponen yang tergabung dalam kemitraan memberikan
kontribusi sesuai dengan perannya dan kemampuannya masing-
masing.
7) Pembagian tugas setiap mitra kerja hendaknya sesuai dengan
peran dan kompetensinya masing-masing.

2.2 Manfaat Kemitraan


Melalui kemitraan antar lintas program, lintas sektor, lintas profesi,
lintas lembaga atau institusi, baik pemerintah maupun swasta serta
masyarakat ini diharapkan :
1) Banyak ide atau gagasan yang masuk dari berbagai mitra yang
masing-masing memiliki sudut pandang, kemampuan dan sumber
daya yang berbeda-beda.
2) “The whole is greater than the sum of its parts” (Hasil pekerjaan
keseluruhan secara bersama-sama akan lebih besar daripada jumlah
hasil dari pekerjaan yang dikerjakan secara sendiri-sendiri.)
3) Akan menghasilkan efektivitas, efisiensi dan produktivitas yang
mak-simal dari program yang dimitrakan.
2. 3 (Tiga) Institusi besar dalam kemitraan
1) Instansi pemerintah
Di dalam sebuah negara, terutama di negara-negara sedang
berkembang, pihak pemerintah memiliki otoritas yang kuat untuk
mempengaruhi keber-hasilan pencapaian tujuan kemitraan. Oleh
karena itu keterlibatan instansi pemerintah yang terkait sebagai
mitra kerja adalah penting dalam setiap program yang menyangkut
kepentingan masyarakat luas.
2) Institusi swasta,Organisasi profesi

21
Sangat besar perannya dalam memberikan informasi serta
sumber daya lainnya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
kemitraan, baik dalam posisinya sebagai pihak yang mempengaruhi
maupun sebagai pihak yang di-pengaruhi oleh program kemitraan.

3) Institusi masyarakat, LSM dan Organisasi kemasyarakatan


Memiliki peran yang cukup besar, bisa sebagai pihak yang
dipengaruhi oleh program kemitraan, bisa sebagai pihak yang
mempengaruhi.

2.4 Unsur penting dalam kemitraan


2.4.1 Wadah koordinasi
Wadah koordinasi berbentuk organisasi, yang di dalamnya
memungkinkan pihak yang bermitra, sesuai dengan peran, tugas
dan fungsi serta kompetensinya masing-masing dalam rangka
mencapai tujuan kemitraan. Bentuk organisasi ini biasanya bersifat
sementara, sesuai dengan kebutuhan program yang dimitrakan.
2.4.2 Mekasnisme kerja
Suatu keharusan dalam proses koordinasi, yaitu adanya
mekanisme kerja yang mengatur pelaksanan tugas dan fungsi
masing-masing pihak yang ber-mitra, agar bisa tercapai tujuan
yang dimitrakan secara efektif dan efi-sien dan produktif.
2.4.3 Uraian kerja masing-masing komponen
Dapat melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing pihak
yang bermitra, diperlukan uraian kerja yang jelas, sehingga setiap
mitra kerja dapat memberikan kontribusinya yang tepat pada waktu
dan kondisi yang diperlukan.

22
BAB III
DASAR-DASAR PERILAKU KESEHATAN
DI MASYARAKAT
3.1 Pengertian Perilaku
3.1.1 Terbentuknya perilaku individu
Perilaku secara mendasar berorientasi kepada tujuan,
dengan kata lain bahwa perilaku kita pada umumnya dimotivasi
oleh suatu keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Namun
kita seringkali heran ”mengapa saya melakukan sesuatu”, alasan
bagi tindakan kita itu tidak selalu jelas dalam pikiran sadar kita
(Hersey& Blanchard, 1982).
3.1.2 Kebutuhan, sebagai sumber perilaku
Pada dasarnya, kebutuhan hidup manusia bersifat universal,
berlaku bagi setiap orang.
1) Kebutuhan Primer atau kebutuhan utama, meliputi
aspekaspek biologis/ organisma tubuh manusia;
2) Kebutuhan Sekunder atau kebutuhan sosial; yang terwujud
sebagai akibat dari adanya usaha-usaha untuk dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tergolong kebutuhan
primer, yang harus dipenuhinya dengan cara melibatkan
orang lain;
3) Kebutuhan Integratif, yang muncul dan terpancar dari
hakekat manusia sebagai makhluk pemikir dan bermoral
(perbedaan dengan makhluk lainnya) yang fungsinya adalah
mengintegrasikan berbagai kebutuhan dan kebudayaan
menjadi satuan sistem yang bulat dan menyeluruh serta
masuk akal bagi para pendukung kebudayaan tersebut,

23
yakni mencakup kebutuhan akan adanya perasaan
benar/salah, adil/tak adil, mengungkapkan perasaan dan
sentiment kolektif/kebersamaan, keyakinan diri (self
confidence) dan keberadaan diri (existence), ungkapan-
ungkapan estetika dan keindahan, rekreasi dan hiburan
(Peddington).

3.2 Jenis-jenis Perilaku kesehatan


3.2.1 Perilaku kesehatan yang Ideal (ideal berhavior)
Ialah tindakan terkait dengan kesehatan yang bisa diamati
(observable), yang menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu
warga masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan
masalah kesehatan.

3. 3 Penyebab Perubahan Perilaku


Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat, ada orang yang mudah
dan cepat berubah perilakunya, ada pula yang sulit dan memerlukan waktu
lama untuk berubah, bahkan tak akan pernah berubah. Kita sadari bahwa
perilaku individu warga masyarakat merupakan sesuatu yang kompleks,
sekompleks tatanan budaya yang melatarbelakangi perilaku itu.
Oleh karena itu, sebelum membantu proses perubahan perilaku
sasaran, provider kesehatan perlu memahami ”apa yang ada di benak
pikiran” sasaran, yang dijadikannya acuan ketika dia akan melakukan
suatu perilaku ter-tentu, meliputi nilai-nilai, norma, sikap dan adat-istiadat
serta pengetahuan budaya apa yang melatarbelakangi perilaku tersebut.
Selain itu, seorang provider kesehatan perlu juga memahami dinamika
perubahan perilaku manusia secara umum, yaitu faktor-faktor apa yang
mendorong atau menghambat orang merubah cara berpikir dan cara
mereka berperilaku.
Beberapa kondisi yang dapat mendorong perubahan perilaku,
antara lain:

24
1) Adanya pengetahuan baru terkait dengan perilaku sebelumnya, yang
terbukti lebih menguntungkan kesehatan, dan tidak bertentangan
dengan nilai-nilai, norma, adat-istiadat yang dianut.
2) Adanya rangsangan emosional (bersumber dari keluarga,
temanteman dan/ atau atasan), berupa rasa takut, rasa malu, perasaan
tidak enak, rasa cinta, atau harapan tertentu yang mendorong
individu mengadopsi perilaku baru.
3) Adanya pengaruh kuat dari lingkungan (fisik dan sosial), seperti
faktor sosial, ekonomi, hukum dan teknologi terhadap kehidupan
sehari-hari individu.
4) Adanya Persaingan, yaitu perilaku yang harus dilaksanakan oleh
individu pada waktu bersamaan akan dilakukan juga oleh lingkungan
sosialnya.

3.4 Proses perubahan perilaku


Untuk perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama. jarang
ada orang yang langsung merubah perilakunya setelah satu kali
mendengar. Para ahli mengemukakan 5 (lima) tahap dalam proses
perubahan perilaku individu, yaitu:
1) Pengetahuan tentang perilaku baru yang diperkenalkan,
2) Setuju untuk mengadopsi perilaku baru,
3) Niat untuk mencoba perilaku baru,
4) Praktek, melaksanakan perilaku baru pada saatnya diperlukan,
5) Advocacy, penguatan untuk mengadopsinya secara permanent.
Proses perubahan bisa terjadi seperti urutan diatas, melalui proses
internalisasi dalam pikiran seseorang dalam waktu yang cukup lama,
namun bisa juga terjadi dalam hitungan detik saja, seseorang segera
mengadopsi perilaku baru, tergantung kepada kecepatan internalisasi yang
di dalamnya terjadi proses analisis, apakah perilaku baru tersebut:
1) membawa manfaat atau keuntungan untuk diaplikasikan,
2) tidak bertentangan dengan nilai-nilai, norma serta adat-istiadat yang
dianut.

25
3) mudah untuk diaplikasikan.
4) membutuhkan biaya yang lebih besar atau lebih kecil.

BAB IV
METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN

4.1 Pengertian Metode dan Teknik Penyuluhan


Metode adalah: suatu alat untuk menghantar materi dan pesan
kesehatan, yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan sasaran”. Teknik adalah cara menggunakan "alat" untuk
penghantar materi atau pesan kesehatan. Sangat tergantung kepada
kemampuan petugas dan kondisi yang ada, misalnya prasarana dan sarana
yang tersedia seperti ruangan, media penyuluhan kesehatan yang
diperlukan
Metode penyuluhan kesehatan dapat dibagi berdasarkan :
1) Metode penyuluhan kesehatan berdasarkan jumlah sasaran.
a. Perorangan : kunjungan rumah, konseling
b. Kelompok : diskusi kelompok terarah
c. Massa : kampanye penyuluhan massa (Elektronik, cetak dan
tradisional) .
2) Metode penyuluhan kesehatan berdasarkan cara penyampaian.
a. Langsung : tatap muka, dialog
b. Tidak langsung : melalui media (TV, Radio, Surat kabar)

4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Metode Dan


Teknik Penyuluhan Kesehatan
1) Tujuan yang ingin dicapai.
a. Meningkatkan pengetahuan sasaran, maka metode yang
digunakan dapat :
i. Ceramah :

26
I. titip pesan melalui khotbah agama
II. media tradisional - Diskusi : Diskusi
Kelompok, diskusi pleno
ii. Tanya jawab
I. Curah pendapat
II. Penel diskusi
iii. Meningkatkan kesadaran sasaran, metode yang dapat
digunakan adalah bermain peran, simulasi
iv. Meningkatkan keterampilan/kemampuan sasaran,
metode yang dapat digunakan adalah
I. peragaan / demontrasi
II. kerja kerompok
III. kerja perorangan
IV. praktek lapangan
2) Sarana dan prasarana
Bila akan menggunakan metode peragaan, demonstrasi, cek
ketersediaan media ada atau tidak, ruangan yang akan digunakan
untuk demonstrasi memenuhi syarat atau tidak lain-lain
3) Waktu
Waktu kadang-kadang merupakan kendala utama dalam
pelatihan, karena ada beberapa metode persiapannya memerlukan
waktu yang lama seperti kampanye perlu perencanaan yang matang
agar tujuan dapat tercapai
4) Fasilitator/petugas
Kemampuan fasilitator dalam penggunaan metode memegang
peranan penting, metodenya bagus tetapi fasilitator/petugas tidak
menguasai maka tujuannya tidak tercapai.
5) Sasaran/masyarakat
Seperti tingkat pendidikan, ekonomi, sosial budaya,
kebiasaan sehari-hari, karena hal ini sangat menentukan
keberhasilan penyuluhan kesehatan Contoh: kebiasaan berkumpul di
lapo tuak sebagai ajang komunikasi pada masyarakat Bata Toba.

27
4.3 Jenis-jenis Metode Penyuluhan
1) Penyuluhan perorangan
Penyuluhan perorangan adalah penyampaian pesan dari
seseorang ke satu orang atau lebih. Penyuluhan perorangan
dilakukan melalui kunjungan rumah dan pemantauan kartu rumah.
Metode yang digunakan dalam melakukan penyuluhan" perorangan
adalah wawancara/tatap muka dan atau demonstrasi atau peragaan.
2) Kunjungan Rumah :
Serangkaian kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) perorangan/tatap muka yang saling mendukung dengan
mengunjungi rumah setiap keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan gizi keluarga untuk membantu memecahkan
masalahnya.
a. Pelaksana Kunjungan rumah:
Dilakukan oleh Tim PKMD Desa/TPM Desa pada
keluargakeluarga yang punya masalah serius dan peka yang
tidak mau dibahas di depan teman-temannya.
b. Tujuan kunjungan rumah :
i. Menjalin hubungan baik dengan keluarga
ii. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
keluarga tersebut dan membantu memecahkan
masalahnya
iii. Mendorong keluarga untuk melakukan tindakan
pencegahan dan pemecahan masalah yang bisa
dilakukan sendiri dan yang memerlukan bantuan
petugas.
c. Langkah-langkah merancang pelaksanaan kunjungan
rumah:
i. Persiapan (Pl)
a) Rapat Tim PKMD Desa membahas hasil
pelaksanaan DKT.

28
b) Mempelajari kesimpulan yang dibuat dalam
DKT yang perlu ditindak lanjuti.
c) Menetapkan keluarga-keluarga yang akan
dikunjungi
d) Menetapkan topik dan tujuan yang akan
dibahas.
e) Menyiapkan bahan-bahan dan media yang
diperlukan
f) Menentukan jadwal kunjungan rumah
g) Menentukan petugas kunjungan rumah.
h) Memikirkan kemungkinan tindak lanjut.
d. Pelaksanaan Kunjungan Rumah (P2)
Melaksanakan Kunjungan rumah sesuai jadwal
yang telah dibuat. Langkah-Iangkah kunjungan rumah
S = Salam
A = Ajak bicara.
J = Jelaskan
I = Ingatkan
i. Salam
a) Ucapkan salam kepada yang punya rumah
b) Bina suasana agar timbul keakraban seperti
tanyakan kesehatannya,
c) putranya dan lain-lain, pembicaraan yang
sifatnya ringan-ringan dan dimengerti yang
punya rumah.
d) Jelaskan maksud kedatangan Anda, yaitu ingin
mengunjungi ibu/bapak/anak yang ada masalah
e) v) Tunjukkan sikap bahwa Anda ingin
membantu meringankan/memecahkan masalah
keluarga.
f) Katakan bahwa masalah keluarga tersebut
dapat diatasi secara bersama.

29
ii. Ajak Bicara
a) Beri penjelasan hal-hal yang dapat dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalahnya
b) Gunakan alat peraga, agar penjelasan Anda
dapat dimengerti oleh keluarga
c) Ajak keluarga tersebut ke tempat pelayanan
kesehatan terdekat untuk mengatasi
masalahnya
iii. Jelaskan dan Bantu
a) Jelaskan kepada keluarga upaya-upaya yang
dapat dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalahnya, agar dapat melakukan
pencegahannya. Apabila masalah tersebut tidak
dapat diatasi sendiri oleh keluarga, dapat minta
bantuan kepada ibu bidan atau puskesmas
dengan menggunakan kartu sehat. Gunakan
media (alat bantu belajar) sehingga keluarga
tersebut dapat menerima pesan yang Anda
sampaikan dengan benar.
b) Ingatkan
a. Ingatkan kepada keluarga tersebut
kesepakatan yang telah disanggupi
seperti datang ke tempat pelayanan
kesehatan terdekat
b. Penanganan tindak lanjut agar
masalahnya tidak terulang kembali
c. Buat perjanjian untuk bertemu
kembali
iv. Evaluasi (P3)
Berhasil tidaknya kunjungan rumah dapat
dilihat dari tindakan keluarga yang dikunjungi mau
mengikuti anjuran yang telah diberikan

30
3) Penyuluhan kelompok
Yang dimaksud dengan penyuluhan kelompok adalah
penyampaian pesan melalui pertemuan kelompok, misalnya
kelompok tani, kelompok arisan, kelompok agama, kelompok PKK
dan sebagainya. Dalam penyuluhan kelompok ada yang secara
sengaja mengundang peserta misalnya pada pertemuan di desa,
arisan, dan penyuluhan WTS dilokalisasi. Namun ada pula yang
dilaksanakan dengan tidak mengundang peserta, misalnya ngobrol
di warung kopi, ngobrol di pos kamling, ngobrol sambil berjalan
bersama ke pasar, ngobrol sambil mencuci baju di sumur bersama,
dan sebagainya. Jumlah peserta 10 sampai 40 orang

4.4 Pengertian Diskusi Kelompok Terarah


Diskusi kelompok terarah adalah suatu proses komunikasi dua arah
antara pemandu dengan peserta DKT yang terdiri dari Kader Keluarga
(KK) dan antara sesama peserta DKT.
a) Tujuan & manfaat diskusi kelompok terarah
i. Meningkatkan pengetahuan, sikap dari keterampilan Kader
Keluarga (K2) agar berdaya mengenali dan mengatasi
masalah kesehatan di keluarganya
ii. Mencari jalan ke luar untuk mengatasi masalah kesehatan
iii. keluarga yang ada dalam Kartu Kesehatan Keluarga (K3)
baik yang dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat
maupun bantuan petugas.
iv. Mendorong keluarga agar berani berbicara
v. Wahana untuk mengenali masalah dan pemecahannya
vi. Upaya untuk pemberdayaan keluarga.
b) Diskusi kelompok terarah dalam pengumpulan data kwalitatif
Bertujuan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya
dari peserta DKT tentang topik yang dibahas informasi yang
diperoleh akan digunakan untuk menyusun suatu kegiatan
komunikasi. pesertanya adalah masyarakat yang telah ditetapkan.

31
4.5 Penyuluhan Massa
Yang dimaksud dengan penyuluhan massa adalah penyampaian
pesan kepada banyak orang, yang jumlahnya tidak terhitung. Batasan
banyak dan sedikit amat sulit dltentukan, kapan dikatakan banyak dan
kapan dikatakan sedikit, karena pada zaman modern ini jumlah yang
banyakpun dapat diukur dengan peralatan yang canggih. Untuk itu ada
beberapa ciri yang dipakai untuk menentukan penyuluhan massa. Pada
penyuluhan massa biasanya tidak terjadi tanya jawab (komunikasi satu
arah), peserta yang satu dengan yang lain tidak saling kenaI.
1) Ciri-ciri penyuluhan massa
a. Kegiatannya dilakukan secara cepat dan waktu-waktu
tertentu
b. Komunikasi dilakukan secara umum
c. Pesan disampaikan secara umum
d. Media yang digunakan dapat media elektronik (Radio,
televisi, Video dan media cetak (surat kabar, majalah,
leaflet, booklet dan lain-lain), media tradisional (ketoprak,
ludruk, lenong, wayang dan lain-lain). Media luar ruang
(Baliho dan lain-lain)
e. Tujuannya meningkatkan kesadaran masyarakat.
f. Jumlah sasaran besar dan luas, terdiri dari berbagai lapisan
masyarakat

4.6 Curah Pendapat


Apabila ingin memperoleh sejumlah pandangan/pendapat terhadap
suatu permasalahan Langkahnya: Rumuskan pertanyaan / permasalahan di
lembaran pertanyaan di papan tulis, Mengundang peserta untuk
menyampaikan pendapatnya, Menggolong-golongkan pendapat-pendapat
peserta.
1) Kekuatan dan kelemahannya
a. Kekuatan

32
i. Memperoleh sejumlah pemikiran/pendapat
ii. Pandangan lebih obyektif
b. Kelemahan
i. Kurang memperoleh pandangan/pemikiran yang bulat
ii. Sulit menganalisis/menyimpulkan.
4.7 DISKUSI PLENO DISKUSI KELOMPOK
Apabila materi mengandung permasalahan yang memerlukan
beberapa altematif jawaban. Apabila ingin mengetahui persepsi,
pandangan atau pendapat peserta terhadap suatu permasalahan, teori, kasus
atau gejala tertentu.
1) Langkahnya
a. Rumuskan masalah, teori, kasus yang akan didiskusikan
b. Tentukan ketua, sekertaris, kelompok diskusi
c. Siapkan alat-alat yang diperlukan (papan tulis, kertas
dinding dan sejenisnya.
d. Melaksanakan diskusi dengan mendorong setiap peserta
untuk menyumbangkan pikirannya
2) Kekuatan dan kelemahannya
a. Kekuatan
i. Lebih luas pemikiran dan altematif pemecahan masalah
ii. Keputusan yang dicapai lebih efektif
iii. Hubungan kerjasama akan lebih terbina
b. Kelemahan
i. Sering didominasi oleh seseorang dalam kelompok
ii. pembicaraan sering tidak terarah

4.8 PERAGAAN I DEMONSTRASI


Apabila ingin menunjukkan proses dalam membuat sesuatu dan
menunjukkan hasil sesuatu pekerjaan
1) Langkahnya
a. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam
demonstrasi

33
b. Mempertunjukkan proses pembuatan sesuatu langkah demi
langkah
c. Apabila telah selesai, peserta diminta mengulangi proses
pembuatan sesuatu tersebut

2) Kekuatan dan kelemahannya


a. Kekuatan
i. Memungkinkan peserta dapat mempraktekkan apa yang
didemonstrasikan oleh fasilitator
ii. Tidak membosankan
b. Kelemahan
Terlalu mempolakan pikiran atau pandangan pesertanya

4.9 KERJA PERORANGAN I KELOMPOK ( PENUGASAN )


Penggunaannya apabila ingin memberikan sesuatu kemampuan
tertentu, apabila ingin mengetahui tingkat pengetahuan peserta terhadap
sesuatu pengetahuan dan ketrampilan tertentu
1) Langkahnya
a. Siapkan diskripsi tugas dan alat (kalau ada)
b. Melakukan petunjuk dengan jelas mengenai tugas yang akan
dilakukan oleh kelompok
c. Melakukan tugas tersebut baik secara perorangan maupun
peserta
d. Hasil pekerjaan/tugas secara perorangan/kelompok dapat
didiskusikan oleh peserta seluruhnya
2) Kekuatan dan kelemahannya
a. Kekuatan
i. Peserta dapat mengekspresikan semua kemampuan
ii. Adanya persaingan sehat antara peserta, ada gambaran
yang obyektif
b. Kelemahan

34
i. Apabila petunjuk pelaksanaan tugas kurang jelas, hasil
kerja peserta akan menyimpang dari tujuan
instruksional yang diharapkan
ii. Membutuhkan waktu yang lama

4.10 TANYA JAWAB


Apabila ingin mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap
suatu pengertian konsep dan sejenisnya
1) Langkahnya
a. Mempersiapkan pertanyaan
b. Mengajukan pertanyaan kepada peserta untuk mengetahui
tingkat pemahaman mereka
c. Mengulas dan memperjelas terhadap jawaban-jawaban
peserta
2) Kekuatan dan kelemahannya
a. Kekuatan
i. Mudah dilaksanakan
ii. Menghemat waktu
b. Kelemahan
Memberi rasa khawatir/tidak aman bagi peserta
orang dewasa.

4.11 BERMAIN PERAN


Apabila ingin mengaktualisasikan peran-peran tertentu dalam
kehidupan sehari-hari untuk memecahkan suatu permasalahan
1) Langkahnya
a. Merumuskan masalah dan peran-peran tertentu yang akan
dimainkan peran
b. Menunjukkan beberapa peserta untuk memainkan peran
tersebut

35
c. Meminta komentar terhadap para pengamat mengenai
pelaksanaan permainan peran
d. Merumuskan beberapa kesimpulan dari hasil permainan
peran itu
2) Kekuatan dan kelemahannya
a. Kekuatan
i. pelibatan secara aktif dalam penghayatan terhadap
permasalahan
ii. Memberi pengalaman baru terhadap peserta dalam
memerankan suatu peran tertentu
b. Kelemahan
Peserta yang kurang memahami perannya, akan
mengakibatkan permainan peran itu membosankan.

4.12 DISKUSI PANELI (TERBUKA I TERTUTUP )


1) Penggunaannya
Apabila ingin mengetahui pandangan/pendapat terhadap
suatu permasalahan beberapa disiplin ilmu atau ahli
2) Langkahnya
a. Merumuskan suatu permasalahan atau pokok bahasan
b. Mengundang para ahli yang mempunyai disiplin ilmu yang
berbeda untuk memberikan pandangan terhadap masalah
atau pokok bahasan tersebut
c. Melaksanakan diskusi panel tersebut
d. Menyimpulkan hasil panel diskusi
e. Untuk diskusi panel terbuka, peserta ada kesempatan
bertanya
3) Kekuatan dan kelemahannya
a. Kekuatan
Memperoleh pandangan yang lebih kava terhadap
permasalahan atau pokok bahasan tertentu
b. Kelemahan

36
i. Materi lebih banyak tergantung kepada para panelis
ii. Peserta kurang aktif

4.13 CERAMAH
1) Penggunaannya
Apabila ingin memberikan suatu informasi, misalnya
kebijakan peserta terlalu banyak pandangan

2) Langkahnya
a. Mempersiapan alat-alat yang digunakan dalam ceramah
(OHP, transparan, slide, dan sejenisnya)
b. Mempersiapkan materi secara sistematis
c. Melaksanakan ceramah dengan suara yang jelas,
membericontoh dan humor
3) Kekuatan dan kelemahannya
a. Kekuatan
i. Mudah mengorganisasinya
ii. Peserta tidak repot
iii. Waktu dapat dibatasi
b. Kelemahan
i. Interaksi tidak ada
ii. Penceramah sering tidak ahli
iii. Ada kalanya membosankan

37
Daftar Pustaka

Green. 2005. Health Promotion: Planning and Strategies. Sage Publications.

Hartono. 2010. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta:


Rineka Cipta.

Kholid. 2012. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media dan
Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Mubarak. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar


dalam Pendidikan.

Maulana. 2009. Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC

Notoadmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoadmodjo. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Surbagus. 2012. Promosi Kesehatan melalui Pendidikan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Rineka Cipta.

38

Anda mungkin juga menyukai