Anda di halaman 1dari 12

Inkompatibilitas Rhesus dengan Kern Ikterik 110

LAPORAN KASUS

INKOMPATIBILITAS RHESUS
DENGAN KERN IKTERUS

Yelli Santriati*, Iskandar Syarif dan Parma Oemi Asnil **


* Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK. Unand/RSUP DR. M. Djamil Padang
** Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK. Unand/RSUP DR. M. Djamil Padang

Abstrak

Ikterus pada neonatus dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya pada
penyakit hemolitik yang disebabkan oleh Inkompatibilitas Rhesus (Rh). Pada keadaan
tertentu dapat terjadi karena ikterik yang merupakan suatu sindroma neurologis yang
timbul akibat penimbunan bilirubin tak terkonjugasi dalam sel-sel otak.
Telah dilaporkan seorang bayi laki-laki umur 2 hari yang di rawat di bagian
Perinatologi bagian IKA RSUP DR. M. Djamil Padang sejak tanggal 13 November –
3 Desember 1996 dengan hiper bilirubinemia. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
ikterus derajat V, tidak ada kelainan pada jantung dan paru. Kadar bilirubin total 35.3
mg/dl dan bilirubin tak terkonjugasi 30.97 mg/dl. Golongan darah ibu dengan Rh
negatif dan anak dengan Rh positif. Hari ketiga perawatan pasien kejang. Diagnosis
ditegakkan sebagai Ikterik dengan Inkompatibilitas Rhesus.

Kata kunci : Iketrus, Inkompatibilitas, bilirubin, kern ikterik

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997


ABSTRACT
Ikterus neonatorum is another medical problem that often correlation with
Inkompatibilitas Rhesuscan
haemolisis which dengan Kern of
caused Ikterik
Rhesus Incompatibility. The condition was found
111
if the mother with blood type negative and her baby with positive rhesus.
Hemolisis as caused of ikterus neonatorum reach 17.5 cases in 100 neonatus.At
generally, it was found for primipara, althought the attacking can more strenght
for multipara.
A neonatus, 2 days old came to pediatric department M. Djamil Hospital with
main complain is hiperbilirubinemia. For examination, we found anemic
appearance and icteric grade V. Laboratory examination is Hb 8gr%, leukocyt
12.200/mm3, reticuloocyt 48 cells/mil, peripery blood appearance as seen
hemolitic anemia. The mother’s blood examination was found negative rhesus and
baby’s blood as positive rhesus, so that patient was diagnosed with Rhesus
incompatibility.

key words; Iketrus, Inkompatibilitas, bilirubin, kern ikterik


PENDAHULUAN mungkin dijumpai karena perkawinan
Ikterus pada neonatus merupakan dengan orang asing yang bergolongan Rh
suatu masalah yang sering dihadapi oleh negatif.
Dokter ataupun tenaga kesehatan
lainnya. Banyak penyebab timbulnya INKOMPATIBILITAS RHESUS
ikterus, antara lain adalah penyakit
hemolitik karena Inkompatibilitas Definisi
Rhesus (Rh). Penyakit hemolitik ini Inkompatibilitas Rhesus adalah
pertama kali dilaporkan oleh Levine.(1) penyakit hemolitik isoimun yang
Pada kadar tertentu dapat terjadi kern menyebabkan anti bodi IgG melawan
ikterus, yang merupakan suatu sindrom anti gen sel darah merah fetus.(5)
neurologis yang timbul sebagai akibat
penimbunan bilirubin tak terkonyugasi
dalam sel – sel otak.(2) Insiden
Inkompatibilitas rhesus terjadi Kira-kira 15% orang kulit putih, 7%
apabila ibu golongan Rh negatif dan orang kulit hitam dan 1% orang Cina
janin dengan Rh positif.(3) Penyakit tidak mempunyai antigen D (Rh negatif
hemolitik karena inkompatibilitas Rh atau d/d).(6) Inkompatibilitas Rh terjadi
jarang terjadi pada kehamilan pertama, jika ibu Rh negatif dan anak Rh positif.
tetapi risikonya menjadi lebih tinggi pada (3.7)
Sepertiga dari bayi dengan penyakit
kehamilan berikutnya. Penyebab hemolitik yang tidak mendapat
hemolisis tersering pada neonatus adalah pengobatan dan kadar bilirubin serum
pasase transplasental anti bodi maternal yang lebih dari 20 mg/dl akan
yang merusak eritrosit janin.(3) Sejak di mengalami kern ikterus.(2)
kenalnya imunoglobin D Rh pada tahun
1968, insiden isoimunisasi anti gen D Patofisiologi
kira-kira 10,6 kasus per 1000 lahir hidup. Kira-kira 5% primipara rhesus
(4)
Pada tahun 1971 dilaporkan kematian negatif akan mengalami respon anti bodi
oleh penyakit hemolitik ini 17,5 dalam yang ringan.(8) Proses terjadinya
100 kasus.(1) hemolisis pada penyakit isoimun akibat
Kejadian Rh negatif pada kulit putih inkompatibilitas Rh adalah sebagai
15% dan orang kulit hitam 5%.(3) Pada berikut;(3.6) 1) Ibu golongan Rh negatif, 2)
penduduk Indonesia asli jarang sekali di Fetus golongan Rh positif, 3) Masuknya
temukan inkompabilitas Rh, keadaan ini eritrosit fetus ke sirkulasi maternal

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997


Inkompatibilitas Rhesus dengan Kern Ikterik 112
melalui proses perdarahan fetomaternal, tali pusat > 14 gr/dl). Kadar blilirubin <
4) Terjadi sensitisasi maternal oleh 4 mg/dl, tidak memerlukan pengobatan
antigen D dari eritrosit fetus, 5) yang spesifik. Bentuk sedang, anemia
Terbentuk anti D maternal sebagai ringan kadar bilirubin < 4 mg/dl.
respon terhadap anti gen D fetus, 6) Kadang-kadang di sertai trombositopenia
Kemudian anti D maternal secara (sebabnya tidak diketahui). Dapat timbul
transplasental masuk kedalam sirkulasi kern ikterus bila tidak di tangani dengan
fetus, 7) Anti bodi tersebut melekat pada baik. Bentuk berat dapat berupa; anemia
eritrosit fetus dan 8) Menyebabkan yang berat (hidropfetalis), tanda - tanda
aglutinasi kemudian eritrosit tersebut dekompensasi jantung (hepato
menjadi lisis. splenomegali, kesulitan pernafasan),

Bilirubin ekstraseluler

Bilirubin berikatan dengan fospolipid di membran sel saraf

Bilirubin masuk ke dalam sel Pembentukan bilirubin asam

Kompleks bilirubin dengan fospolipid Agregasi dan presipitasi dari


Di membran mitokondria, retikulum endoplasma Bilirubin asam

Pembentukan bilirubin asam Kerusakan membranaplasma

Kematian saraf

Gambar 1. Akibat potensial dari neurotoksisitas bilirubin11

Penyakit hemolitik karena edema anasarka masif & kolaps sirkulasi.


inkompatibilitas Rh jarang terjadi pada Pemeriksaan laboratorium pada
kehamilan pertama tetapi resikonya darah tepi terdapatnya eritrosit berinti,
menjadi lebih tinggi pada kehamilan hiper bilirubinemia, uji Coombs direk
berikutnya. maupun indirek yang positif dan anemia
tergantung berat-ringannya hemolisis.
Gambaran klinis Pada hidropfetalis kadar hemoglobin tali
Pada mulanya terjadi respon pusat sampai 3 – 4 gr/dl.
maternal dengan peningkatan IgM yang
tidak dapat melewati plasenta, kemudian KERN IKTERUS
terjadi respon berupa pembentukan IgG
yang dapat melewati plasenta yang Definisi
nantinya akan menyebabkan hemolisis.3.6 Kern ikterus suatu sindrom
Secara klinis derajat hemolisis neurologis yang timbul sebagai akibat
dinyatakan sebagai bentuk ringan penimbunan bilirubin tak terkonyugasi
umumnya terjadi tanpa anemia (kadar Hb dalam sel– sel otak.(2)
Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997
Inkompatibilitas Rhesus dengan Kern Ikterik 113
menetap dan bayi yang selamat
Insiden menderita sekuele dari kern ikterus.(10)
Berdasarkan kriteria patologis, 1/3 Tanda-tanda dan gejala kern ikterus
dari bayi yang menderita penyakit biasanya mulai timbul 2 – 5 hari setelah
hemolitik yang tidak mendapat kelahiran bayi matur dan sampai hari ke
pengobatan dan kadar bilirubin serum 7 pada bayi prematur.(2) Gerjala-gejala
yang lebih dari 20 mg/dl akan dini mungkin sangat ringan yang tidak
mengalami kern ikterus.(6) dapat dibedakan dengan tanda-tanda
akibat sepsis, asfiksia, hipoglikemia,
Patofisiologi perdarahan intra kranial dan lain-lainnya.
Kadar bilirubin bebas darah yang Secara klinis kern ikterus di bagi
tepat bersifat toksis terhadap bayi tidak atas 4 tingkat.(5) 1) Tingkat I. Reflek
dapat di ramalkan tetapi kernik terus moro yang jelek (), penurunan tonus,
jarang di temukan pada bayi aterm tanpa letargi, poor feeding, muntah, tangis
penyakit hemolitik.(9) Makin kurang melengking. 2) Tingkat II, opistotonus,
matang bayi semakin besar kepekaannya kejang, demam, rigiditas, krisis
untuk mengalami kern ikterus.(6) okulogirik, paralisis of up ward gaze. 3)
Bilirubin bebas dalam bentuk asam Tingkat III, spastisitas, atetosis, tuli
membentuk kompleks dengan fospolipid sebagian atau komplit, retardasi mental,
dan melengket pada membrana paralysis of upward gaze, displasia
mitokondria sel saraf yang akan dental.
menimbulkan perbacakan dan kerusakan Banyak bayi dengan tanda-tanda
sel otak.(10) Pada gambar 1 dapat di lihat neurologis berat akan mati, sedangkan
akibat potensial dari neurotoksisitas bayi yang berhasil hidup akan menderita
bilirubin. kerusakan yang berat, tetapi dapat pulih
kembali dan selama 2 - 3 bulan timbul
Neuropatologi kembali sedikit abnormalitas. Tahun
Permukaan otak biasanya berwarna kedua kehidupan opistotonus dan
kuning pucat. Pada pemotongan daerah serangan kejang berkurang, tetapi
yang terkena kuning terutama daerah kekakuan otot, pergerakan involunter
subtalamus, hipokampus dan daerah yang tidak beraturan atau pada beberapa
olfaktorius yang berdekatan, korpus bayi hipotonus bertambah terus. Pada
stiatum, talamus, globus palidus, umur 3 tahun sering timbul sindrom
putamen, klivus inferior, inti saraf neurologis yang lengkap terdiri dari;(2)
kranial.(2.9.12.13) koreoatetosis bilateral, spasme otot
Setelah 7 – 10 hari pigmen kuning involunter, tanda-tanda ekstra piramidal,
mulai pucat, kira-kira 3 minggu kuning serangan mata juling dan gangguan
tidak tampak lagi, terjadi kehilangan pergerakan mata ke atas.
neuronal, demielinisasi dan prolefisasi Pada tabel di bawah ini dapat di lihat
astrositik Stadium ini menyebabkan hubungan patologi klinis dari kern
ensefalopati pasca ikterus. ikterus (ensefalopati bilirubin).
Gambaran klinis Diagnosis
Toksisitas bilirubin pada susunan Diagnosis inkompatibilitas Rh
saraf pusat dapat bersifat asimptomatis, ditegakkan dengan riwayat kehamilan
simtomatis yang reversibel, akut atau dan persalinan sebelumnya, penetapan
kronik. Pada yang kronik kemudian golongan darah Rh ibu negatif dan janin

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997


Inkompatibilitas Rhesus dengan Kern Ikterik 114
atau bayi Rh positif, Uji Coombs gestasi 35 minggu, 2) pada kehamilan
langsung darah janin / bayi positif.(3) berikutnya, yang sebelumnya didahului
oleh kelahiran bayi eritroblastosis, jika
Penatalaksanaan titer anti bodi maternal 1,0 ug/ml atau
Tujuan utama pengobatan adalah :(6) lebih, amniosintesis di lakukan sebelum
1) mencegah kematian intra/ekstra uterin masa gestasi 35 minggu, 3) pada
sebagai akibat anemia atau kehamilan berikutnya yang sebelumnya
komplikasinya. didahului dengan kelahiran bayi
2) mencegah neurotoksisitas yang eritoblastosis sedang, amniosintesis
disebabkan oleh hiper bilirubinemia. dilakukan pada masa gestasi 28 minggu,
4) setiap kehamilan yang didahului
Penatalaksanaan antepartum(3.5.7) eritroblastosis berat, aminiosintesis
Pemeriksaan titer anti bodi maternal dilakukan pada masa gestasi 22 minggu
(tes Coombs tidak langsung), untuk Pemeriksaan ultra sonografi serial
Tabel 1. Hubungan patologi klinis ensefalopati bilirubin (kern ikterus)

Daerah yang terkena Temuan Klinis


Sistim motorik
- Globus palidus Hipertonus
- Korpus striata Hipotonus
- Nukleus subtalamus Diskinesia
Sistim serebelum
- Nukleus dentatus Hipotonus
- Nukleus olivarius inferior Tremor
Sistem akustik
- Nukleus koklearis }
- Kolikulus inferior } Hilang fungsi pendengaran
- Korpus genikulatum media }
- Nukleus vestibularis Disfungsi vestibular
Area pretektal Paralysis of upward gaze
Sumber :(9)

mendeteksi IgG anti D maternal. Titer pada kehamilan dengan risiko untuk
anti bodi serial diperlukan setiap 1 – 4 mendeteksi edema kepala, asites dan
minggu selama kehamilan. Tes Coombs tanda lain dari eritroblastosis. Tranfusi
tidak langsung negatif berarti tidak ada intra uterin bertujuan untuk
sensitisasi. Tes ini dilakukan pada mempertahankan eritrosit efektif dalam
kehamilan 28–34 minggu. Imuno- sirkulasi fetus dan agar kehidupan ekstra
globulin Rh diberikan sebagai imuno- uterin dapat di capai.
profilaksis pada kehamilan 28 minggu Penatalaksanaan Postoartum(6)
untuk yang tidak tersensitisasi. Persalinan harus dihadiri oleh dokter
Pemeriksaan amniosintesis dilaku- yang akan merawat bayi, harus segera
kan jika titer anti bodi meternal tersedia darah segar, bertiter rendah,
menunjukkan risiko untuk kematian golongan darah O, Rh negatif dan telah
janin. Indikasi amniosintesis : 1) pada dilakukan “cross match” terhadap serum
kehamilan pertama kadar IgG anti D ibu dengan tes Coombs tidak langsung.
maternal 1,5 ug/ml atau lebih, Pengobatan suportif : mengatasi asidosis,
amniosintesis dilakukan sebelum masa bantuan ventilasi, dan apabila pada saat

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997


Inkompatibilitas Rhesus dengan Kern Ikterik 115
kelahiran terlihat tanda-tanda klinis selalu ada oksigen dan alat penghisap
anemia hemolitik berat (pucat, edema, lendir di samping pasien.
hepatosplenomegali atau asites). 3. Paling baik adalah memasang kateter
Transfusi tukar adalah tindakan arteri umbilikalis dan vena
terapeutik yang efektif pada penyakit umbilikalis.
hemolisis neonatal. Indikasi tranfusi 4. Pengeluaran darah pertama
tukar pada penyakit;(14) 1) semua keadaan ditunjukan untuk pemeriksaan darah
dengan kadar sewaktu bilirubin tak tepi lengkap, kadar bilirubin,
terkonyugasi sama atau lebih 20-mg/dl kalsium, biakan, enzim G 6 PD dan
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 15 lain-lain.
mg/dl pada bayi kurang bulan/BBLR 5. Kecepatan tranfusi tukar
dengan riwayat hipoksia, asidosis, (memasukan / mengeluarkan darah)
asfiksia atau distres pernafasan, 2) adalah 2 – 4 ml/menit.
kegagalan terapi sinar, 3) pada 6. Pencacatan jumlah yang keluar dan
kecurigaan penyakit hemolisis neonatal, yang masuk sangat penting selama
tranfusi tukar di lakukan : bila terdapat transfusi tukar.
kenaikan kadar bilirubin tak 7. Pantau tanda-tanda vital,
terkonyugasi yang cepat, > 0,3 – 1 mg/dl hipoglikemia, hipokalsemia
per jam, kadar bilirubin tali pusat >4 (iritablilitas, takikardi, interval Q-T
mg/dl dengan kadar hemoglobin < 10 memanjang). Bila terjadi
gr/dl atau dengan kadar hemoglobin tali hipokalsemia suntikan larutan
pusat <14 gr/dl, dengan uji Coombs kalsium glukonas 10% sebanyak 1ml
direk positif dan anemia berat dengan secara perlahan.
tanda-tanda dekompensasio kordis. 8. Selama tranfusi tukar harus selalu
Polisitemia simtomatik dengan nilai ada kartu pencatatan resusitasi.
sentral hematokrit lebih 65% juga
merupakan indikasi transfusi tukar. Komplikasi tranfusi tukar ;(12,14)
Tujuan transfusi tukar adalah :(15) 1) vaskular : emboli udara atau
mengeluarkan bilirubin indirek, trombus, trombosis,
mengeluarkan, mengeluarkan anti bodi 2) kelainan jantung : aritmia,
imun, mengganti sel darah merah yang volume jantung berlebihan,
telah tersensitisasi dengan sel darah henti jantung,
merah yang tidak mudah di hemolisis, 3) gangguan elektrolit :
restorasi volume darah dan untuk hipokalsemia, hipernatremia dan
mengoreksi anemia dan memberi hipoglikemia.
kesempatan kepada albumin bebas untuk 4) trombositopenia, defisiensi faktor
mengikat bilirubin. pembekuan.
5) infeksi : bakterimia, hepatitis,
Tatalaksana Transfusi Tukar(15) enterokolitis nekrotikan,
1. Sebelum di lakukan tranfusi tukar, 6) hipotermia, dll.
atasi dulu setiap keadaan
hipoglikemia, asidosis dan suhu Pemberian fenobarbital 5 – 8 mg/kg
lingkungan harus di atur dengan BB/hari merangsang enzim mikrosom
adekuat agar bayi tidak kedinginan. dan meningkatkan konyugasi dan eksresi
2. Bayi di letakkan di tempat yang bilirubin. Sedangkan terapi sinar
hangat dan kalau mungkin dengan diberikan sebelum dan sesudah tranfusi
alat monitor jantung dan paru. Harus tukar dan tidak boleh lebih dari 100 jam.

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997


Inkompatibilitas Rhesus dengan Kern Ikterik 116
Pada keadaan hiper bilirubinemia yang cicit dari ibu bersuami dengan orang
sudah ada kern ikterus perlu pemantauan asing (Belanda).
lebih lanjut terhadap tumbuh kembang Pada pemeriksaan fisik saat baru di
anak. rawat tanggal 13 November 1996 di
dapatkan seorang bayi laki-laki berumur
Pencegahan 2 hari 1 jam dengan berat badan 3400
Pemberian imunoglobulin yang gram, panjang 51 cm. Pasien terlihat
mengandung anti D kepada ibu dapat sakit ringan, aktif dan menangis kuat,
mengikat eritrosit janin yang masuk denyut jantung 138 menit, frekuensi
kedalam sirkulasi maternal. Penyuntikan nafas 46x/menit dan suhu tubuh 37ºC,
di lakukan dengan dosis 300 ug anti D ikterus derajat V. Konjungtiva anemis,
dalam waktu 72 jam setelah kelahiran sklera ikterik. Toraks jantung dan paru
atau kejadian abortus.(3) tidak di temukan kelainan. Abdomen
tidak membuncit, tali puasat tidak ada
KASUS tanda-tanda infeksi, hepar dan lien tidak
Seorang bayi laki-laki umur 2 hari, 1 teraba. Ekstremitas : refleks fisiologis
jam di rawat di Perinatologi Patologi dalam batas normal dan tidak ditemukan
Bagian IKA RSUP Dr. M. Djamil Padang refleks patologis.
sejak tanggal 13 November 1996-3 Pada pemeriksaan laboratorium:
Desember 1996, kiriman Dokter hemoglobin 8 gr%, lekosit 12200/mm3,
Spesialis Anak dengan keterangan Hiper hitung jenis (%): basofil 0, eosinofil 2,
bilirubinemia. netrofil batang 5, netrofil segmen 71,
Aloanamnesis dengan ibu pasien limfosit 20, dan monosit 2. Retikulosit
didapatkan bayi menderita kuning kira- 48%. Pada sediaan apus ditemukan
kira 4 jam setelah lahir (bidan yang di anisositosis, polikromasi dan
rawat menyatakan kuning ini biasa) dan fragmentosit. Gambaran darah tepi sesuai
saat berumur 1 hari seluruh tubuh bayi dengan anemia hemolitik. Pemeriksaan
terlihat kuning sekali. Buang air besar urin : bilirubin negatif, urobilin positif.
berwarna hitam, dan buang air kecil Hasil pemeriksaan kimia darah: kadar
berwarna kuning muda. Bayi mau bilirubin total 35,30 mg/dl, bilirubin tak
menyusu. Deman tidak ada. terkonyugasi 30,97 mg/dl dan bilirubin
Selama hamil ibu kontrol teratur terkonyugasi 4,33 mg/dl. Pemeriksaan
dengan bidan, mengaku sehat. Lahir golongan darah: ibu golongan darah A,
spontan dengan bidan dan langsung Rh negatif, sedangkan anak golongan
menangis, berat badan 3500 gram. Air darah A, Rh positif.
ketuban berwarna jernih. Pasien di diagnosis dengan :
Kakak pasien juga menderita kuning Inkompatibilitas Rhesus. Di tatalaksana
pada hari pertama, tetapi tidak kuning dengan pemberian ASI semaunya,
sekali lebih kurang 1 minggu kuning ampisilin 4 x 100 mg, gentamisin 2 x 3 ½
menghilang sendiri. Riwayat sakit mg, terapi sinar biru, direncanakan untuk
kuning pada keluarga lain tidak ada. terapi plasma 70 ml, dan dipersiapkan
Pasien merupakan anak kedua, ayah untuk transfusi tukar.
berumur 25 tahun, tamat SMA bekerja Hari kedua perawatan : menyusu
sebagai Satpam BRI dengan penghasilan mau, tidak ada kejang. Keadaan umum
Rp. 200.000,-/bulan. Ibu berumur 24 sakit sedang, sadar, denyut jantung 130
tahun, tamat SMA, tidak bekerja. Dari x/menit, frekuensi nafas 38x/menit, suhu
silsilah keluarga di ketahui bahwa nenek tubuh 37,20C, berat badan 3400 gram,

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997


Inkompatibilitas Rhesus dengan Kern Ikterik 117
kejang tidak ada, ikterus derajat V Sikap : Luminal diturunkan 2 x 5 mg.
(kuning sedikit berkurang). Jantung dan Diberikan oksigen 21/menit.
paru tidak ditemukan kelainan. Abdomen Pada hari ke-4 perawatan : kejang
tidak membuncit, tali pusat basah, tidak tidak ada, keadaan pasien sakit berat,
ada tanda – tanda radang. Refleks letargi, denyut jantung 126/menit,
fisiologis dalam batas normal, tidak frekuensi nafas 24/menit, suhu tubuh
ditemukan refleks patologis. Plasma 36,50C, berat badan 3450 gram, ikterus
tidak dapat diberikan oleh karena tidak derajat II – III. Jantung dan paru tidak
tersedia golongan darah yang cocok di ditemukan kelainan. Refleks moro (-).
PMI. Terapi sinar dihentikan.
Direncanakan pemberian albumin, Pada hari ke-5 perawatan : buang air
tetapi persiapan tranfusi tukar lebih kecil warna kuning kecoklatan, buang air
dahulu tersedia. Dilakukan tranfusi tukar besar warna kuning. Keadaan umum
dengan 420 ml “washed erythrocyte”, sakit berat, denjut jantung 124/menit,
dilanjutkan dengan infus albumin 50 ml, frekuensi nafas 16/menit, suhu tubuh
4 tetes/menit dan infus glukosa: natrium 36,80C, berat badan 3500 gram, ikterus
bikarbonat 4: 1 12 tetes/ menit, mikro derajat II – III. Jantung dan paru tidak
drip. Claforan 3 x 165 mg. Terapi sinar ditemukan kelainan. Kesan : Depresi
dilanjutkan. Pada hari ketiga perawatan : pernafasan. Dilakukan pemeriksaan
Pasien kejang kira-kira ½ menit tangis analisis gas darah : dengan kesan dalam
melengking, menyusu tidak mau. Buang batas normal. Bilirubin total 17,2 mg%,
air besar dan buang air kecil biasa. Sakit bilirubin tidak terkonyugasi 10,8 mg%,
sedang, sadar, lemah, ikterus derajat III – bilirubin terkonjugasi 6,4 mg%, SGOT
IV. Denyut jantung 124/menit, frekuensi 206 u/L, SGPT 104 u/l, ALP 181 u/l dan
nafas 32/menit, suhu tubuh 380C, berat HBsAg (-). Pemeriksaan IgM anti HCV
badan 3450 garam. Jantung dan paru tidak dilakukan karena biaya yang besar.
tidak di temukan kelainan. Tali pusat Diagnosis kerja : Suspek kolestasis
tidak ada tanda infeksi. Refleks moro . (suspek inspissated bile syndrom).
Hasil pemeriksaan laboratorium: Pada hari ke-6 perawatan : menyusu
hemoglobin 13 gram% bilirubin total sudah mau, anak mulai aktif, buang air
20,19 mg/dl, bilirubiin tak terkonyugasi kecil kuning kecoklatan dan buang air
13,37 mg/dl, dan bilirubin terkonyugasi besar biasa, denyut jantung 120/menit,
6,82 mg/dl. Bilirubin urin (+). Diagnosis: frekuensi nafas 26/menit, suhu tubuh
Inkompatibilitas rhesus dengan kern 36,80C, berat badan 3500 gram Ikterus
ikterus + suspek kolestasis. Ditatalaksana derajat II – III. IVFD dan pemberian ASI
dengan luminal dosis awal 30 mg IM, di personde di hentikan.
lanjutkan dengan luminal 2 x 15mg, Pada hari ke-7 perawatan : menyusu
urdafalk 2 x 15mg, infus glukosa dan kuat, buang air kecil kuning, buang air
natrium bikarbonat, antibiotik diteruskan. besar biasa, denyut jantung 124/menit,
Asi diberikan personde 10 x 20cc. frekuensi nafas 33/menit, suhu tubuh
Dua jam setelah pemberian luminal 36,60C Ikterik derajat II – III, kuning
dosis ganda yang peretama: tangis berkurang. Hemoglobin 11,2 gr%,
melengking, keadaan umum pasien sakit leukosit 11.000/mm3, hitung jenis dalam
berat, letargi, denyut jantung 128/menit, batas normal. Gambaran darah tepi
frekuensi nafas 16x/menit, suhu tubuh normositer normokrom. Kesan: Anemia
37,40C, refleks moro negatif, reflek hisap normositer normokrom. Diberikan
berkurang. tranfusi PRC 50 ml

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997


Inkompatibilitas Rhesus dengan Kern Ikterik 118
Pada hari ke-9 perawatan : tidak ada pencegahan dengan pemberian anti – D.
keluhan, keadaan umum membaik, Kepada keluarga yang lain dianjurkan
refleks fisiologis dalam batas normal. untuk memeriksa golongan darah rhesus
Pemeriksaan bilirubin total 16,91 mg%, tapi yang terlaksana hanya 2 orang adik
Bilirubin tak terkonyugasi 10,8 mg %, perempuan ibu. Ternyata 1 orang dengan
bilirubin terkonjugasi 6,11 mg%. rhesus negatif. Kepada keluarga
Pada hari ke-14 perawatan: Keadaan dijelaskan bahwa penyakit yang sama
umum sedang, ikterus berkurang (derajat mungkin terjadi pada adik ibu pasien
II). Refleks fisiologis adalam batas (bibi) apabila menikah dengan pria Rh
normal. Bilirubin urin (–), hemoglobin (+). Perlu pemeriksaan saat kehamilan di
13,3 gram%. Claforan dihentikan. RS dengan sarana yang lengkap dan
Pada hari ke-21 perawatan: Keadaan dapat diberikan pencegahan terjadinya
umum baik, ikterus derajat II, refleks inkompatibilitas rhesus.
fisiologis adalam batas normal.
Hemoglobin 12,3gr%, lekosit 6600/mm3, DISKUSI
hitung jenis (%): basofil 0, eosinofil 1, Penderita adalah seorang bayi
netrofil batang 0, netrofil segmen 65, berumur 2 hari, 1 jam yang didiagnosis
limfosit 33 dan monosit 1. Bilirubin total dengan inkompatibilitas rhesus dengan
10,87 mg% billirubin tak terkonyugasi kern ikterus. Diagnosis ditegakkan atas
5,8 mg%, bilirubin terkonyugasi 5,09%, dasar : kuning muncul pada hari pertama
SGOT 189U/L, SGPT 174 U/L dan ALP lahir, demikian juga dengan kakak
114 U/L. pasien, namun kuningnya tidak hebat,
Pada hari ke-22 perawatan pasien dalam silsilah keluarga ada yang
dipulangkan dengan anjuran kontrol menikah dengan orang Belanda, kejang
teratur. dan pada pemeriksaan penunjang : hiper
Setelah dipulangkan pasien kontrol bilirubinemia, uji Coombs (+), ibu
ke poliklinik IKA 1 kali sebulan, terlihat golongan Rh (-), anak golongan Rh(+).
pertumbuhan dalam batas normal dan Selama perawatan direncanakan untuk di
perkembangan agak tertinggal. tranfusi tukar dan menjelang persiapan
Ditemukan adanya spastisitas. tranfusi tukar direncanakan pemberian
Keadaan anak terakhir 23 – 5 – 1997 plasma, tetapi plasmapun tidak dapat
Umur : 6 bulan, 12 hari. diberikan oleh karena tidak tersedianya
Berat badan; 6,4 kg. golongan darah yang cocok.
Lingkaran kepala 41 cm (normal Tranfusi tukar dapat terlaksana
standar Nelhauss). setelah pasien di rawat 15 jam.
Anak sudah bisa tengkurap sejak Kurangnya pengenalan penolong
umur 6 bulan ini. persalinan, bahwa setiap ikterus yang
Keadaan neurologis: Refleks muncul dalam 24 jam kehidupan adalah
fisiologis meningkat, refleks patologis, mengakibatkan terlambatnya
patologis (-), spastisitas (+) pasien didiagnosis dan pada hari kedua
Fungsi pendengaran normal, perawatan terjadi komplikasi kern
fungsi penglihatan normal. ikterus. Perbaikan terjadi setelah 4 hari
perawatan, dan pada hari ke–22
Pencegahan perawatan pasien dipulangkan. Pada
Terhadap keluarga dianjurkan pemantauan terakhir (umur 6 bulan 12
sebaiknya tidak hamil lagi tetapi jika hari) ditemukan adanya defisit
mau hamil lagi dapat diberikan

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997


Inkompatibilitas Rhesus dengan Kern Ikterik 119
neurologis berupa refleks fisiologis 9. Sarnat M. Neonatal bilirubin en
meningkat, spastisitas (+). cephalopathy. Dalam: Sarnat HB Ed.
Tropics in neonatal neurology ; edisi ke
KEPUSTAKAAN –2. London : Grune E Stratton, 1984;83
1. Zipursky A. Bowman JM. Isoimune –108.
hemolytic diseases. Dalam: DG, Oski FA
Ed. Hematology of infancy and 10. Monintja HE. Sikap rasional terhadap
childhood, edisi ke- 4. Philadelohia: ikterus neonatorum non obstruktif.
Saunders, 1993 ; 44 – 69. Dalam: Sujitno H, Setiati TE, Soeroso S,
Koesen R, dan Deliana E,Ed. Kumpulan
2. Kleigman RM, Behrman RE. Kern naskah lengkap simposium. Kongres
icterus. Dalam :Behrman RE, Kleigman Nasional Ilmu Kesehatan Anak IX. Jilid
RM, Nelson WE, Vaugan VC, Ed. I. Semarang: Badan Penerbit UNDIP,
Nelson Texbook of pediatric, edisi ke – 1993; 15 – 29.
14.Philadelphia:Saunders,1992 ;479 – 81
11. Volpe JJ. Neurology of newborn; edisi
3. Markum AH. Anemia hermolitik pada ke –2. Philadelphia: Saunders, 1987;
neonatus. Dalam: Markum AH, dkk. Ed 386-408.
Buku ajar ilmu kesehatan anak jillid 1.
Jakarta;Balai Penerbit FKUI,1991;325– 12. Gartner LM, Kwang Sun L. Jaundice
34. and liver disease. Dalam :Fun aroff AH,
Martin RJ. Ed. Neonatal- perinatal
4. Gollin Gy, Copel JA. Management of the medicine; edisi ke –5. St. Louis : Mosby
Rh-sensitized mother. Dalam: Binafo Year Book, 1992; 1075 – 1100.
EM, Ehrenkranz RA, Ed. Clinics in
perinatology vol. 22 (3). 1995 ;549 – 59. 13. Gomella TL, Cunningham MD.Eyal FG.
Neonatalogy; Management, Procedures,
5. Cloherty JP. Neonatal on -all Promblens, disease and drug,
hiperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP, edisi ke-3. London : Prentice Hall
Ed. Manual of neonatal care, edisi ke-2. Inetrnational, 1994 ; 311 – 23.
Boston: Little Brown, 1985; 233 –60.
14. Purwanto SH. Tranfusi tukar pada
6. Kleigman RM, Behrman RE. Hemolitic neonatus. Dalam: Setiati TE, Atmodjo D,
disease of the newborn due Rh Winarno, Hardjojuwona AGS, Ed.
incompatibility. Dalam : Behrman RE, Penatalaksanaan kegawatan neonatus.
Kleigman RM, Nelson WE, Vaugan VC Semarang: Balai Penerbit UNDIP, 1991;
Ed. Nelson Texbook of pediatrics, edisi 35 – 48.
ke – 14. Philadelphia: Sauders, 1992 ;
482 – 87. 15. Boejang RF. Pendekatan diagnosis dan
tatalaksana ikterus pada bayi baru lahir.
7. Shurin SB. The blood and hematopoetic Dalam: Sari pediatri vol.1 (3), Juli,
system. Dalam: Fanaroff AH, Martin Rj. 1994; 105-17.
Ed. Neonatal- perinatal medicine, edisi
ke – 5. St. Lois : Mosby Yearbook, 1992;
941 – 87.

8. Roberton NRC. A manual of neonatal


intensive care, edisi ke –3, London;
Edward Arnold, 1993; 243 – 59.

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997


Inkompatibilitas Rhesus dengan Kern Ikterik 120

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No. 2. Juli – Desember 1997


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.21. No.2. Juli - Desember 1997 112

Majalah Kedokteran Andalas Vol.21. No.2. Juli – Desember 1997

Anda mungkin juga menyukai