Anda di halaman 1dari 3

CLINICAL PATHWAY

PENDAHULUAN

Konsep Dasar Medik

Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi yang
digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan proses
penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil/APTS (Unstable Angina/UA),
infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST
(Non-ST Elevation Myocardial Infarction/ NSTEMI), dan infark miokard gelombang
Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial
Infarction/STEMI) (Morton, 2012).

Infark miokard akut didefenisikan sebagai nekrosis miokardium yang


disebabkan oleh tidak adequatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada
arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar di sebabkan oleh terjadinya
trombosis vasokontriksi reaksi inflamasi, dan microembolisasi distal. (Muttaqin,A,
2013).

Unstable Angina (UA) dan Non ST Elevasi Infark Miokard diketahui


merupakan suatu kesinambungan dengan kemiripan patofisiologis dan gambaran
klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda.
Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis UA
menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker
jantung (Ilmu penyakit dalam, jilid II).

Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidakseimbangan


permintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh
arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat
sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan
(Sylvia, 2009).

Rumah Sakit Umum Baptis Batu telah mengembangkan clinical pathway


untuk acute coronary syindrome (ACS), stroke, sectio caesarea, kanker anak dan
gangguan jiwa akut. ACS merupakan salah satu subset akut dari penyakit jantung
koroner (PJK) dan saat ini telah menempati angka prevalensi 7,2% pada tahun
2007 di Indonesia (Kemenkes RI,2008). Evaluasi implementasi clinical pathway
dan tata laksana terapi ACS perlu dilakukan karena sudah dikembangkannya
clinical pathway untuk pasien ACS.

TINJAUAN KLINIS

Pasien ACS dengan sub kategori ST-Elevation Miocardial Infarction


(STEMI) dengan kode ICD I21.0; I21.1; I21.2; I21.3 dan Non ST-Elevation
Miocardial Infarction (NSTEMI) dengan kode ICD I21.4 dan I21.9 yang dirawat inap
di RS Umum Baptis Batu hingga April 2019 telah dilakukan implementasi clinical
pathway. Clinical pathway adalah alur yang menunjukkan secara rinci tahap-tahap
penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan
berbasis pada bukti-bukti ilmiah, mempunyai dampak luas terhadap jalur klinis,
sumber daya rumah sakit dan hasil pada pasien.

Tujuan utama implementasi clinical pathway adalah untuk memilih pola


praktek terbaik dari berbagai macam variasi pola praktek, menetapkan standar
yang diharapkan mengenai lama perawatan dan penggunaan prosedur klinik.
Selain itu, implementasi clinical pathway dapat digunakan untuk menilai hubungan
antara berbagai tahap dan kondisi yang berbeda dalam suatu proses serta
menyusun strategi untuk menghasilkan pelayanan yang lebih cepat dengan tahap
yang lebih sedikit (Kinsman et al., 2010). Implementasi clinical pathway dapat
menjadi sarana dalam terwujudnya tujuan akreditasi rumah sakit yakni dalam
meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan
bagi pasien, masyarakat serta sumber daya rumah sakit (Kemenkes RI,2008).

Alasan lain terkait implementasi clinical pathway adalah adanya penerapan


sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang telah dilaksanakan sejak Januari
2014 oleh Badan Pengelola Jaminan Kesehatan (BPJS) dengan menggunakan
tarif INA-CBGs. Penerapan tarif paket Indonesian Cased Based Groups (INA-
CBGs) ini menuntut managemen rumah sakit untuk mampu mengefisiensi biaya
dan mengoptimalkan pengelolaan keuangan rumah sakit, serta melakukan kendali
mutu, kendali biaya dan akses melalui penghitungan biaya pelayanan (cost of
Care) berdasarkan perhitungan unit cost yang dimiliki rumah sakit (Kemenkes RI,
2013).

PEMBAHASAN DAN HASIL

Alat yang digunakan adalah standar terapi yang ada pada clinical pathway
untuk penyakit ACS, sedangkan bahan yang digunakan adalah 10 lembar rekam
medis clinical pathway data pasien. Hasil analisa clinical pathway menunjukkan
bahwa rekam medis yang sesuai dengan Panduan Praktik Klinis (PPK) dan
Clinical Pathway (CP) pemyakit jantung dan pembuluh darah, 50% rekam medis
telah patuh pada PPK dan CP, 20% medikasi yang diberikan tidak lengkap, 30%
anamnesa dan pemeriksaan penunjang tidak dilakukan secara lengkap.

Hal ini menunjukkan bahwa implementasi CP tidak sesuai dengan PPK


penyakit jantung dan pembuluh darah dan CP akan dapat meningkakan lama
rawat inap pasien di rumah sakit. Clinical pathway atau critical pathway jika
dijalankan atau sesuai dengan PPK penyakit jantung dan pembuluh darah akan
mampu menurunkan biaya perawatan dan terciptanya efisiensi penggunaan
sumber daya tanpa mengurangi mutu pelayanan kesehatan.

KESIMPULAN

Implemantasi clinical pathway menjadi bahasan yang menarik di kalangan


tenaga kesehatan. Beberapa keuntungan dari implementtasi clinical pathway
adalah keseragaman pelayanan dan memudahkan bagi tum tenaga kesehatan
dalam tatalaksana pasien. Di negara negara maju seperti Inggris, Amerika dan
Australia clinical pathway terus dikembangkan dan berdampak positif terhadap
kualitas hidup pasien, efisiensi biaya serta meminimalisir adanya variasi tindakan.
Variasi yang terjadi dapat berupa variasi tindakan ataupun variasi dalam
penggunaan obat obatan.

Anda mungkin juga menyukai