Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KONTRAK ASURANSI ATAU PERTANGGUNGAN DAN BISNIS


INTERNASIONAL
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis yang diampu oleh :
Dr. Nina Nurani, S.H., M.Si.

Disusun Oleh :
Annisah C10180057
Salma Faisha N. C10180058
Rizwulan Sari C10180055
Adinda Triana S.P. C10180060
Aqilah Salsabil C10180074
Anisa Qori N. C10180061

S1 AKUNTANSI B

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


(EKUITAS)
Jl. P.H.H Mustofa No. 31 Bandung 40124
Jawa Barat, Indonesia
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KONTRAK
ASURANSI ATAU PERTANGGUNGAN DAN BISNIS INTERNASIONAL”.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Allah senantiasa meridhoi usaha kita. Amin.

Bandung, 7 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN MASALAH .................................................................................. 2
2.1 Kontak Asuransi/Pertanggungan ............................................................................ 6

2.1.1Pengertian Yuridis ........................................................................................... 6

2.1.2 Tujuan Asuransi ............................................................................................. 6

2.1.3 Resiko Dalam Asuransi .................................................................................. 6

2.1.4 Penggolongan Jenis Asuransi ......................................................................... 7

2.1.5 Dasar Hukum Kontrak / Perjanjian Asuransi ................................................. 8

2.1.6 Cara Mengadakan Kontrak / Perjanjian Asuransi .......................................... 8

2.1.7Asas Kontrak Asuransi .................................................................................... 9

2.1.8Polis Asuransi .................................................................................................. 9

2.1.9Hak dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung ........................................ 10

2.1.10Asuransi Berganda (Double Insurance/double Verzekering) ........................ 10

2.1.11Re Asuransi/Re Insurance/Her Verzekering.................................................. 11

2.1.12Under Insurance/Asuransi Dibawah Harga ................................................... 11

2.2 Bisnis Internasional ............................................................................................... 12

2.2.1Jual Beli Internasional ..................................................................................... 19

2.2.2Imbal Beli Internasional ................................................................................. 20

BAB III KASUS


3.1Klaim Bagi Pemegang Polis Asuransi Kendaraan Roda ......................................... 22

BAB IV KAJIAN KASUS

4.1 Pemegang Polis Asuransi Kendaraan Roda Empat Di PT. Asuransi Rama Satria
Wibawa Cabang Malang .............................................................................................. 25

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan............................................................................................................. 31

5.2 Daftar Pustaka ........................................................................................................ 32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


A. Kontrak Asuransi / Pertanggungan

Resiko dimasa datang dapat terjadi terhadap kehidupan sesorang misalnya kematian, sakit atau resiko
dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia bisnis resiko yang dihadapi dapat berupa resiko kerugian akibat
kebakaran, kerusakan atau kehilangan atau resiko lainnya. Oleh karena itu setiap resiko yang akan
dihadapi harus ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.

Untuk mengurasngi resiko yang tidak diinginkan dimasa yang akan datnag, seperti resiko kehilangan,
resiko kebakaran, resiko macetnya pinjaman kredit bank atau resiko laiinnya, maka diprlukan perusahaan
yang mau menanggung rediko tersebut. Adalah perusahaan asuransi yang mau menanggung resiko yang
bakal dihadapi nasabahnya baik perorangan maupun badan usaha. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi
merupakan perusahaan yang melakukan usaha pertanggung jawaban terhadap resiko yang akan dihadapi
oleh nasabahnya.

B. Bisnis International

Bisnis internasional merupakan salah satu bentuk Hubungan Internasional .Bisnis Internasional
merupakan kinerja aktivitas bisnis yang melintasi batas nasional. Seperti yang kita ketahui , tidak ada satu
Negara pun yang dapat menghasilkan sendiri semua barang atau jasa yang dibutuhkan oleh Negara
tersebut . Karena tak semua Negara memiliki sumber alam untuk keperluam industri serta tidak semua
iklim cocok untuk hasil bumi. Dan masih banyak lagi faktor yang melatar belakangi dilakukannya Bisnis
Internasional.

Bisnis internasional yang digerakkan suatu Negara memiliki macam aktivitas di dalamnya dan
memiliki tahapan memasuki kegiatan bisnis. Selain itu diadakannya bisnis internasional memiliki
spesialisasi keunggulan atau kekuatan beserta kelemahannya maka suatu Negara haruslah
menentukan pilihan yang strategis. Pertimbangan pengembangan bisnis yang mendorong mengapa
suatu perusahaan terjun ke bisnis internasional. Serta hambatan – hambatan dalam memasuki bisnis
internasional.

4
Bisnis internasional merupakan salah satu kompenen penting penggerak kehidupan perekonomian
suatu bangsa maka dari itu salah satu kompenen ini haruslah berjalan dalam rangka keberlangsungan
kehidupan bangsa. Dan penulis memutuskan untuk mengambil tema bisnis internasional dalam
pembahasan kali ini. (Murti Sumarni dan John Soeprihanto, 1998:26)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan asuransi ?
2. Apa tujuan dari asuransi ?
3. Bagaimana resiko dalam kontrak asuransi ?
4. Bagaimana penggolongan jenis asuransi ?
5. Apa dasar hukum kontrak asuransi ?
6. Bagaiamana cara mengadakan kontrak asuransi ?
7. Apa saja asas,polis,hak serta kewajiban dalam kontrak asuransi ?
8. Apa yang dimaksud dengan asuransi berganda, re-asuransi, dan under isurance ?
9. Apa yang dimaksud dengan jual beli perusahaan ?
10. Apa yang dimaksud dengan jual beli internasional ?
11. Apa yang dimakskud dengan imbal beli internasional ?

1.3 Tujuan
1. Makalah disusun untuk memenuhi tugas dari dosen.
2. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami materi tentang
kontrak asuransi / pertanggungan dengan bisnis internasional.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONTAK ASURANSI / PERTANGGUNGAN


2.1.1 Pengertian Yuridis
Asuransi :
Pada umumnya (ganti rugi) Ps. 246 KUH Dagang, suatu perjanjian dimana Penanggung
berjanji pada yang mempertanggungkan yang harus membayar Premi untuk memberikan padanya
penggantian kerugian karena kehilangan/kerusakan/tidak mendapat keuntungan yang diharapkan
oleh yang mempertanggungkan disebabkan oleh peristiwa yang belum terjadi.
Unsur-unsur Yuridis asuransi dari suatu asuransi adalah :

1. Adanya pihak tertanggung.


2. Adanya pihak penanggung.
3. Adanya kontak asuransi.
4. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan yang diderita tertanggung.
5. Adanya peristiwa tertentu yang mungkin terjadi.
6. Adanya uang premi yang dibayar oleh penanggung kepada tertanggung.

2.1.2 Tujuan Asuransi

1. Sebagai pemindahan resiko


Artinya resiko yang seharusnya ditanggung oleh pihak tertanggung dengan
diikatkannya perjanjian asuransi menjadi beralih kepada pihak penanggung.

2. Sebagai pembagian resiko


Artinya resiko yang seharusnya ditanggung oleh pihak tertanggung itu sendiri dengan
diikatkannya perjanjian asuransi menjadi dibagi bersama dengan tertanggung-
tertanggung lainnya secara tidak langsung dengan membayar premi.

2.1.3 Resiko Dalam Asuransi


Adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kehendak tertanggung yang menimbulkan
kerugian bagi tertanggung, resiko mana menjadi objek jaminan asuransi.
Resiko dalam asuransi :

1. Resiko Murni (Pure risk)


Kejadian yang tidak pasti bahwa suatu kerugian akan timbul, dimana jika kejadian
tersebut terjadi, maka timbullah kerugian itu.

6
2. Resiko Spekulasi (Speculative risk)
Kejadian yang terjadi menimbulkan 2 (dua) kemungkinan, akan menguntungkan
atau akan merugikan.

3. Resiko Khusus
Resiko yang terbit dari tindakan individu dengan dampak hanya terhadap seorang
tertentu saja.

4. Resiko Fudamental
Resiko yang bersumber dari masyarakat umum dan/atau yang mempengaruhi
masyarakat luas.

5. Resiko Statis
Resiko yang tidak berubah dari masa ke masa.

6. Resiko Dinamis
Resiko yang berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman.

2.1.4 Penggolongan Jenis Asuransi

1. Asuransi Ganti Rugi : Asuransi Kebakaran, Asuransi Laut, Asuransi


Pengangkutan, dll.

2. Asuransi Sejumlah Uang : Asuransi Jiwa, Asuransi Kecelakaan.

Perbedaan :

Asuransi Ganti Rugi :

 Mengganti Keugian Tertentu


yang diderita oleh tertanggung
sebesar kerugian yang diderita

 Berlaku Ps. 246 KUH Dagang

Asuransi Sejumlah Uang :

 Penanggung berjanji akan membayar


sejumlah uang yang sudah ditentukan
sebelumnya (tidak disandarkan pada
kerugian tertentu).

 Pasal 305 KUH Dagang.

7
2.1.5 Dasar Hukum Kontrak / Perjanjian Asuransi :

Perjanjian asuransi adalah perjanjian untung-untungan/KansOvereanskom (Pasal 1774


KUH Perdata).
Suatu perjanjian untung-untungan adalah :

Suatu perrbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya baik bagi semua pihak maupun bagi
salah satu pihak tergantung pada suatu kejadian yang belum tentu.

2.1.6 Cara Mengadakan Kontrak / Perjanjian Asuransi :

 Syarat sahnya kontrak / perjanjian asuransi.


Seperti halnya telah diuraikan di atas bahwa menurut ketentuan KUH Perdata
bahwa perjanjian/kontrak harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yaitu arus
memenuhi syarat yang tertuang dalam pasal 1320 KUH Perdata yaitu :

1. Adanya kesepakatan kehendak antara pihak penanggung dengan tertanggung.


2. Adanya kecakapan dari kedua belah pihak baik penanggung maupun tertanggung.
3. Adanya objek asuransi disebut kepentingan

Kepentingan adalah kekayaan atau bagian dari kekayaan yang Apabila terjadi
musibah akan menimbulkan kerugian.

Kepentingan tersebut harus memenuhi beberapa syarat antara lain :

Kepentingan Material / materiil belang


 Dapat di nilai dengan uang
 Dapat di ancam bahaya Asuransi Ganti Rugi
 Tidak dikecualikan UU

Kepentingan : idiil/idil belang


Asuransi Sejumlah
Tidak dapat dinilai dengan uang

4. Adanya causa yang halal dalam perjanjian asuransi disebut bahaya, misalnya :
Kebanjiran, kehilangan, kerusakan.

Selain keempat syarat tersebut diatas, khusus untuk perjanjian asuransi perlu
dilengkapi dengan persyaratan tambahan yang tertuang dalam Pasal 251 KUH
Dagang disebut mededelingspicht yaitu memberikan keterangan yang sebenar-
benarnya tentang keadaan objek yang diasuransikan dari pihak tertanggung.
 Bentuk perjanjian Asuransi :
1. Formal, dibuat secara tertulis yaitu dalam bentuk akta, walaupun akat di bawah
tangan yang hanya dibuat oleh kedua belah pihak saja yaitu pihak penanggung
dan pihak tertanggung disebut polis.

8
Fungsi polis hanya sebagai alat bukti saja. Artinya ketiadaan akta tidak
menyebabkan batalnya perjanjian asuransi.
(Polis : Akte perjanjian asuransi yang dapat dijadikan alat bukti).

2. Konsensual artinya perjanjian sudah dinyatakan sah sejak ada kesepakatan antara
pihak penanggung dan tertanggung, bahkan sebelum hak dan kewajiban timbul
sejak ada kesepakatan, walau polis dalam belum ditandatangani.

2.1.7 Asas Kontrak Asuransi


Suatu asuransi di dahului dengan suatu kontrak/perjanjian yang disebut “polis
asuransi”. Dalam kontrak asuransi berlaku asas-asas :

1. Asas Indemnity
Tujuan utama dari suatu kontrak asuransi adalah untuk membayar ganti rugi
manakala terjadi resiko atas objek yang dijaminkan.

2. Asas kepentingan yang Dapat Diasuransikan (insurable interest)


Objek yang diasuransi tersebut harus dapat dinilai dengan uang.

3. Asas Keterbukaan
Informasi mengenai objek yang diasuransikan harus terbuka dan jelas.

4. Asas Subrograsi untuk Kepentingan penanggung


Objek yang sama diasuransikan lebih dari satu perusahaan asuransi, maka
keuntungan dari pihak ketiga adalah milik perusahaan asuransi yang pertama.

5. Asas Kontrak Bersyarat


Kontrak asuransi merupakan kontrak bersyarat, ganti rugi akan dibayarkan jika
ada suatu peristiwa tertentu terhadap objek yang diasuransikan.

6. Asas Kontrak Untung-untungan


Kontrak asuransi merupakan kontrak untung-untungan. Pihak asuransi akan
diuntungkan bila tidak terjadi peristiwa terhadap objek yang dipertanggungkan.

2.1.8 Polis Asuransi


Adalah kontrak yang bias dinegosiasikan, meskipun dalam kenyataannya banyak
perusahaan asuransi tidak berkenan untuk menegosiasikan isi polis asuransi, dan sudah
merupakan perjanjian standar (baku) sehingga tidak akan diubah lagi.
Isi Polis :

Asuransi Ganti Rugi : Pasal 564 KUH Dagang


Asuransi Jiwa : Pasal 304 KUH Dagang
Asuransi Kebakaran : Pasal 287 KUH Dagang
Asuransi Hasil Pertanian : Pasal 299 KUH Dagang
Asuransi Laut : Pasal 592 KUH Dagang
Asuransi Pengangkutan : Pasal 686 KUH Dagang

9
2.1.9 Hak dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung

Hak Penanggung

- Menerima Premi.
- Menerima Mededelingspicht →(Keterangan tentang keadaan benda yang sebenarnya
dari benda yang diasuransikan dari tertanggung).
- Hak-hak lain sebagai lawan dari kewajiban penanggung.

Kewajiban Penanggung

- Memberikan polis
- Memberikan ganti rugi bila terjadi peristiwa yang tidak boleh bertentangan dengan
azas indemtriteit (untuk asuransi ganti rugi).
- Memberikan pembayaran sejumlah uang berdasarkan kata sepakat (untuk asuransi
sejumlah uang).
- Mengembalikan premi restono (mengembalikan sebagian atau seluruh premi
berhubung sebagian/seluruh resiko tak jadi dipertanggungkan).
Syarat premi restono : - Itikad baik
- Peristiwa belum terjadi
- Perjanjian seluruh/sebagian tak sah
Kewajiban Tertanggung
- Membayar premi
- Memberikan mededelingsplidat
- Mencegah agar kerugian dapat diatasi.

Hak Tertanggung
1. Menerima polis
2. Mendapat ganti kerugian jika terjadi peristiwa yang belum tentu terjadi.
3. Hak-hak lain sebagai lawan dari kewajiban tertanggung.
2.1.10 Asuransi Berganda (Double Insurance/double Verzekering)
Diatur dalam pasal 252 KUH Dagang.
Bila asuransi II diikatkan lagi dengan : - Waktunya sama
- Kepentingan sama
- Bahaya sama

10
Sedangkan asuransi I sudah ditutup sepenuhnya, maka asuransi II batal.
Misal A memiliki sebuah rumah dengan nilai seharga Rp 300 juta.

Diasuransikan dengan nilai seharga Rp 300 juta pula →A tidak boleh mengansuransikan untuk
kedua kalinya. Akibatnya asuransi II→batal →prinsip indemniteit (Penanggung dirugikan).

2.1.11 Re Asuransi/Re Insurance/Her Verzekering


Terjadi bila A mengansurasikan rumah pada asuransi X biasa mengansurasikan lagi pada
perusahaan asuransi Y.
A Persh Asuransi X Persh Asuransi Y
I. Kep. Rumah II. Kep. Sejumlah uang jika terjadi
Bahaya yang harus dibayarkan pada A
Maka asuransi kedua diperkenankan asal tidak melanggal prinsip indemniteit.
2.1.12 Under Insurance/Asuransi Dibawah Harga
Pasal 253 ayat 2 KUH Dagang :
Terjadi bila nilai benda yang diasuransikan lebih rendah dari nilai benda tersebut.
Misalnya : Nilai Rumah Rp 60.000.000.-
Diasuransikan Rp 30.000.000.-
30
Ganti rugi : 60 x 18 juta = 9 juta

Pasal 253 ayat 3 KUH Dagang :


Asuransi akan mengganti sebesar kerugian yang diderita namun dengan maksimum sampai
dengan jumlah yang diasuransikan.
Misal : Nilai rumah Rp 600.000.000.-
Diasuransikan Rp 400.000.00.-
Kerugian Rp 100.000.000,- akan dibayar Rp 200.000.000.-
s/d maksimum Rp 400.000.000.-
tidak melanggal prinsip indemniteit
Penggantian menurut pasal 253 ayat 3 KUH Dagang lebih besar dari pada penggantian menurut
ayat 2, karena kerugian diganti seluruhnya, tidak menurut imbangan seperti dalam pasal 253 ayat
2 KUH Dagang.

11
2.2. Bisnis Internasional
Dalam suatu bisnis melibatkan para pihak lebih dari suatu Negara, maka bisnis yang
demikian disebut dengan bisnis internasional. Terdapat berbagai aspek yang timbul manakala
terjadi bisnis internasional tersebut yang yang perlu diatur oleh hokum agar bisnis tersebut
dapat berjalan dengan pasti, tertib dan adil. Berikut ini beberapa aspek hokum yang
menyangkut dengan bisnis internasional (International business) atau perdagangan
internasional ( International trade) antara lain: jual beli perusahaan antar Negara (Jual beli
Internasional) dan imbal beli internasional.

a) Jual Beli Perusahaan

1. Pengertian Jual Beli Perusahaan


Jual beli perusahaan adalah suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan
perusahaan, yaitu perbuatan perdagangan atau pengusaha lainnya, yang
berdasarkan perusahaannya atau jabatannya melakukan perjanjian jual beli.

Jual beli perusahaan tidak hanya berlaku dalam lingkungan nasional


namun berlaku pada dalam lingkungan yang lebih luas yaitu dalam lingkungan
internasional.

Jual beli perusahaan merupakan jual beli yang bersifat “Khusus’


Kekhususan terletak dalam beberapa hal, yaitu :

a) Jual beli perusahaan merupakan suatu perbuatan perusahaan. Perbuatan


perusahaan adalah perbuatan jual beli bukan untuk keperluan sendiri
sebagi konsumen, namun untuk kepentingan perusahaan/jabatannya
dalam perusahaan.
b) Para pihak dalam perjanjian salah satu atau keduanya adalah pengusaha.
c) Barang yang dijual belikan, biasanya barang-barang dengan/barang yang
tidak dipakai/dikonsumsi sendiri, namun untuk dijual lagi pada orang lain
atau untuk dipergunakan bagi kepentingan perusahaannya/jabatannya.
d) Pengangkutan merupakan sarana yang biasa dipergunakan pada waktu
penjual menyerahkan barang pada pembeli. Pengangkutan dapat melalui
darat, laut, dan udara. Umumnya menggunakan laut mengingat barang
yang diangkut jumlahnya banyak dan berat.
e) Syarat-syarat dalam jual beli perusahaan seringkali disertai beding/syarat
misal: fas, fob, cif, c&f, franco dan loco.

12
2. Peraturan Internasional dalam jual beli perusahaan.
Seperti telah diuraikan diatas bahwa jual beli perusahaan berlaku untuk
lingkungan internasional. Perdagangan internasional membawa serta kesukaran
terhadap tidak pastinya hukum yang berlaku bagi perjanjian jual beli. Maka
lahirlah kebiasaan-kebiasaan yang sejenis mengenai jual beli perusahaan,
sehingga timbullah kesatuan hukum yang diatur dalam kontrak baku.
Oleh karena dengan berdasarkan asas kebebasan berkontrak yang diatur
dalam pasal 1338 KUH Perdata maka untuk perjanjian jual beli perusahaan
digunakan “Kontrak baku” (standaardcontracten) yang disebut Uniform Customs.
Dengan demikian Kontrak baku merupakan undang-undang bagi jual beli
perusahaan.

Kontrak Baku adalah formulir yang dicetak rapi dengan tempat yang harus
diisi pihak-pihak dalam perjanjian agar menjadi suatu kontrak yang sempurna.

Uniform Customs mengatur antara lain tentang cara-cara pembayaran


dalam jual beli perusahaan yaitu mengenai kredit berdokumen, perwasitan,
asuransi, arbitrase, dan lain-lain. UU tersebut khusus mengatur jual beli benda
bergerak yang bersifat internasional.

Syarat-syaratnya adalah :

- Jual beli harus menggunakan pengangkutan internasional.


- Penawaran dan penerimaan harus terjadi di Negara yang berbeda.
- Penyerahan harus dilakukan di Negara lain dari tempat dimana penawaran
dan penerimaan terjadi.

3. Perwasitan Dalam Jual Beli Perusahaan


Biasanya dalam kontrak baku atas perjanjian jual beli perusahaan
tercantum klausula “pactum de compromittendo” yaitu klausul yang menyatakan
bila ada perselisihan mengenai penafsiran/pelaksanaan suatu ketentuan dalam
perjanjian, maka para pihak akan menyelesaikan dengan system perwasitan.
Dalam hal ini Kadin Indonesia membentuk suatu lembaga perwasitan yang
disebut BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia).

4. Unsur-unsur Jual Beli Perusahaan :

a. Terjadinya jual beli perusahaan.


Jual beli perusahaan sifatnya konsensual, sah mengikat setelah terjadinya
kata sepakat antara barang dan harga.

Dalam prakteknya biasanya selalu diikuti dengan akta. Akta ini dikenal
dengan kontrak baku atau standar kontrak.

13
b. Pengangkutan
Penjual harus menyerahkan barang ditempat yang ditentukan dalam
perjanjian. Dalam pengiriman barang harus dipenuhi syarat-syarat yang
diperjanjikan dalam jual beli perusahaan yang sangat erat hubungannya
dengan penyerahan dan beralihnya hak milik.

a) LOCO (Loko = Gudang Penjua)


Yaitu pembeli menerima penyerahan barang di gudang penjual.
Resiko dan hak milik beralih kepada pembeli mulai saat barang
diangkut dari gudang penjual. Pembeli harus menanggung semua
biaya untuk mengangkut barang mulai dari gedung penjual sampai
ke gudang pembeli

b) FOB (Free On Board)


Yaitu penjual menyerahkan barang diatas kapal yang disediakan
pembeli di pelabuhan pemuatan barang.
Biaya pemuatan barang ditanggung penjual, resiko beralih pada
pembeli, saat barang-barang diletakkan diatas kapal/pemuatan
barang dalam kapal. Demikian juga dengan hak milik akan beralih
ketika barang diletakkan diatas kapal pemuat.

c) FAS (Free Alongside Ship)


Yaitu penjual menyerahkan barangnya di samping kapal yang
disediakan pembeli di pelabuhan pemuatan barang. Resiko dan
hak milik beralih pada saat barang diletakkan di dermaga di
samping kapal. Biaya pemuatan barang ke dalam kapal, premi
asuransi, uang angkutan, biaya pembongkaran dan ongkos-ongkos
lain sampai di gudang pembeli ditanggung pembeli.

d) CIF (Cost Insurance and Freight)


Yaitu penjual menanggung semua biaya dan ongkos-ongkos
mengangkut barang sampai di pelabuhan pembeli.
Uang angkutan, premi asuransi dan ongkos-ongkos ditanggung
penjual. Resiko beralih pada saat barang diletakkan di atas kapal.
Hak milik beralih tergantung pada syarat/klausul dalam perjanjian.
e) C & F (Cost and Freight)
Sama dengan CIF hanya premi asuransi menjadi tanggungan
pembeli. Resiko beralih pada saat pemuatan barang diatas kapal.
Hak milik beralih pada saat diserahkan dokumen (tanda bukti
dibeli) pada pembeli.

f) Franko >< Loko


Penjual harus menyerahkan barang di gudang pembeli. Resiko
sampai di tempat tujuan menjadi beban penjual. Pembeli bebas
dari pembebanan ongkos dan biaya pengangkutan.

14
c. Asuransi
Pada umumnya barang yang dibeli jumlahnya banyak dan bernilai tinggi,
sehingga pengakut tidak mau mengangkut barang sebelum barang
tersebut diasuransikan.

d. Dokumen yang diperlukan dalam jual beli


1) Konosemen/Bill of Lading (BL)
Yaitu dokumen pengangkutan yang berisi daftar semua barang-
barang yang dikirim penjual kepada pembeli sesuai dengan
perjanjian jual beli perusahaan yang telah ditutup (merupakan
dokumen induk).

2) Faktur/Invoice
Yaitu dokumen dari penjual sebagai lampiran dari Bill of Lading
(BL) yang berisi catatan barang-barang yang dikirim beserta
harganya ditempat penjual.
Faktur terbagi dua :
- Commercial Invoice yaitu invoice yang dibuat oleh penjual
berisi perincian barang-barang yang dikirim beserta
harganya.
- Consular Invoce yaitu invoice yang dibuat dan ditanda
tangani oleh konsul dagang dari Negara pembeli yang
berdomisili di Negara berkembang.

3) Polis Asuransi (bukti tertulis dari penanggung ke tertanggung)


Yaitu tanda bukti bahwa barang-barang yang dikirim itu sudah
diasuransikan. Pengangkutan tidak mau menerima barang muatan,
kalau belum diasuransikan.

Jika jual beli perusahaan bersyarat :


- Loco, FAS, FOB, CF = Polis dibuat oleh pembeli
- CIF, Franco = Polis dibuat oleh
penjual

4) Certificate of Origin
Surat keterangan asal barang yang dibuat oleh kamar dagang di
Negara penjual dengan tujuan untuk menjamin keaslianbarang
yang bersangkutan. Kalau tidak asli dapat ditolak/diclaim.

Keppres No. 58 Tahun 1971 dan Kep. Menteri Perdagangan No.


260/KP/IX/71, menetapkan bahwa :
 Certficate of origin dikeluarkan oleh perwakilan
Departemen Perdagangan setempat.

15
 Barang-barang ekspor hasil kerajinan (craft goods),
certificate oforigin dikeluarkan pleh “Superintending
Company of Indonesia Ltd” (Sucofindo).

5) Packing List
Suatu daftar tentang koli-koli beserta isinya dibuat oleh
perusahaan yang mengepak barang tersebut.

Misalnya : P.T. Guru Indonesia. Daftar barang tersebut :


a) Merek (code) dan Nomor masing-masing koli.
b) Berat masing-masing koli.
c) Ukuran masing-masing koli.
d) Keterangan tentang isi masing-masing koli.

6) Weight List (Certificate of Weight)


Suatu daftar tentang timbangan (beratnya) barang-barang di
pelabuhan pemuatan.

Penyerahan dokumen berarti penyerahan barang.

e. Tata Cara Pembayaran


1. Pembukaan Kredit berdokumen atau pembukaan L/C (Letter of Credit)

Kredit berdokumen atau “Documentary Credit” adalah :


Bank Devisi pembeli menjamin pembayaran harga barang sebagaimana
telah diperjanjikan dengan syarat, penjual menyerahkan beberapa
dokumen yang sudah ditentukan dalam L/C kepada bank devisa pembeli,
sedangkan pembayaran terjadi dengan cara lain. Tentang kredit
berdokumen ini diatur dalam UCP (Uniform Custom and Practice for
Documantary Credit).

2. Cash Payment
Yaitu pembayaran yang dilakukan oleh pembeli secara tunai kepada
penjual, tanpa menggunakan L/C, uang itu disetorkan melalui “advisi
bank” di Negara penjual.

3. Cash Devisa
Yaitu : Penjual memberi kredit kepada pembeli, yang harus dibayar
kembali oleh pembeli dalam jangka waktu tertentu seperti yang telah
ditentukan dalam perjanjian jual beli perusahaan. Pembayaran macam ini
juga harus melalui bank devisa.

16
5.Hubungan Antara Perjanjian Jual Beli Perusahaan dengan Perjanjian
Pembukaan Kredit Berdokumen

Pihak-pihak dalam Jual Beli Perusahaan :


1. Pembeli
2. Penjual

Pihak-pihak dalam perjanjian pembukaan kredit berdokumen :


1. Pembuka Kredit (pembeli)
2. Bank pembuka kredit (issuing bank)
3. Penikmat (penjual)
4.Advising/confirming bank.

Penjual Pembeli

Penikmat Pembuka Kredit

4. advis 11. Dokumen

6. Dokumen 10,Uang

7. Uang 2. Permohonan
Kredit

Advising/confirming Bank Devisa


8. Dokumen
Bank 9. Uang Issuing Bank

3. Kredit

17
Penjelasan :

1. Pembeli dengan penjual mengadakan kontrak jual beli perusahaan. Dalam kontrak
jual beli itu ditetapkan bahwa pembeli diwajibkan membuka kredit berdokumen
(documentary credit) kepada penjual.
2. Pembeli lalu mengajukan permohonan kredit berdokumen kepada bank devisa
langganannya. Kalau bank devisa tersebut setuju, kredit berdokumen ditertibkan
bagi kepentingan penjual. Dalam hubungan ini pembeli disebut pembuka kredit
dan penjual disebut penikmat (begunstige, beneficiary).
3. Bank penerbit kredit (Issuing Bank) mengirimkan surat kredit berdokumen itu
kepada penikmat dengan melalui bank korespondennya di Negara penikmat. Bank
koresponden tersebut disebut advising bank/confirming bank
4. Advising/confirming bank memberitahu penikmat bahwa baginya telah dikirim
kredit berdokumen dari issuing bank atas permohonan pembeli. Sebagai advising
bank tidak ada kewajiban, sedangkan sebagai confirming bank berkewajiban
menjamin terlaksananya kredit tersebut.
5. Setelah penikmat menerima surat kredit, dia lalu memulai mengirmkan barang-
barangnya kepada pembuka kredit (pembeli). Untuk perbuatan ini penikmat
menerima dokumen pengangkutan dan dokumen-dokumen pembantu dari instansi
yang berwenang.
6. Dokumen induk (pengangkutan) dan dokumen-dokumen pembantu asli lalu
diserahkan kepada advising/confirming bank. Duplikatnya dikirim langsung
kepada pembeli.
7. Setelah advising/confirming bank meneliti dokumen-dokumen tersebut dan
berkesimpulan bahwa dokumen-dokumen tersebut telah memenuhi syarat
sebagaimana mestinya maka dokumen itu diterima dan dibayar.
8. Dokumen yang sudah diterima oleh advising/confirming bank lalu membayar
kepada advising/confirming bank.
9. Issuing bank yang sudah menerima dokumen-dokumen lalu membayar semua
kewajibannya kepada issuing bank.
10. Issuing bank memberitahu pembuka kredit bahwa dokumen telah datang, dan
pembuka kredit lalu membayar semua kewajibannya kepada issuing bank.
11. Issuing bank mengirim dokumen asli kepada pembuka kredit (pembeli), berdasar
dokumen-dokumen mana barang-barang dapat diminta dari pengangkut.

18
6.Letter of Credit
Pengertian dan Dasar Hukum L/C

Sering disebut juga dengan Documentary Credit (kredit Berdokumen).


L/C adalah suatu kontrak, dengan mana suatu bank (issuing bank) bertindak atas
permintaan dan perintah dari seorang nasabah (pemohon L/C) yang biasanya
berkududukan sebagai importer untuk melakukan pembayaran kepada pihak
pengekspor atau pihak ketiga (beneficiary) atau membayar atau mengaksep
wesel-wesel yang ditarik oleh beneficiary atau memberi kuasa kepada bank lain
uang melakukan pembayaran, atau untuk mengaksep atau mengambil alih
(negosiasi) wesel-wesel tersebut, atas dasar penyerahan dokumen terntentu yang
sebelumnya telah ditentukan, asalkan sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan.

Dasar hokum dari L/C adalah klausula dalam kontrak jual beli yang
menundukan diri pada Uniform Customs and Practices for Documentary Credit
(UCP), hokum setempat dan kebiasaan dalam perdagangan (trade usage).

2.2.1 Jual Beli Internasional


1. Pengertian Jual Beli Internasional
Jual Beli internasional merupakan jual beli biasa, hanya dalam jual beli
internasional antara penjual dan pembeli tidak dalam 1 (satu) Negara, sehingga
harga ataupun barang harus dikirim dari satu Negara ke Negara lainnya. Karena
itu hokum tentang Jual Beli Internasional akan berjalan berbarengan dengan
hokum tentang ekspor-impor.

Karena umumnya ada dua Negara yang terlibat dalam jual beli
internasional, dimana hokum dari Negara-negara tersebut berbeda, maka
benturan-benturan hokum antarnegara yang terlibat tidak dapat dihindari.
Hukum berusaha menyelesaikan benturan-benturan tersebut dengan cara-cara :
 Dengan pembuatan konvensi-konvensi internasional.
 Penyelesaian melalui Hukum Perdata Internasional.
 Penyelesaian melalui pengaturan para pihak dalam kontrak.

2.Dasar Hukum Tertentu Jual Beli Internasional


 Ketentuan dalam kontrak tersebut berdasarkan kebebasan berkontrak
 Ketentuan dalam undang-undang tentang hokum kontrak (Nasional).
 Kebiasaan Bisnis (trade usage)
 Yurisprudensi
 Kaidah Hukum Perdata Internasional
 Konvensi-konvensi internasional, seperti United Nations Convention for
the International Sale

19
3.Pengaturan Resiko dalam Jual Beli Internasional
Hukum memberikan jalan yuridis sebagai berikut :

a. Resiko dapat diatur sendiri dalam kontrak yang bersangkutan.


b. Resiko mengikuti kepemilikan.
c. Resiko mengikuti pengaturan hukum Negara mana yang berlaku.
d. Resiko mengikuti prinsip reservasi kepemilikan.
e. Resiko mengikuti penyerahan benda.

4.Metode pembayaran Internasional


Dalam perdagangan internasional, Apabila dilihat dari waktu
dilakukannya dikenal beberapa metode pembayaran, sebagai berikut :

1.Metode Pembayaran Terlebih Dahulu.


Sistem pembayaran dimana pihak penjual (eksportir) baru akan mengirim
barang dagangannya setelah menerima pengiriman harga barang.

2. Metode Pembayaran Secara Open Account


Harga baru dibayar pembeli setelah barang itu dijual lagi oleh pembeli
kepada pihak ketiga.

3. Metode Pembayaran Atas Dasar Konsinyasi


Harga barang dibayar setelah barang itu dijual lagi oleh pembeli kepada
pihak ketiga.

4. Metode Pembayaran Secara Documentary Collection


Menggunakan dokumen Bill of Exchange, yakni harga harus segera
dibayar setelah shipping documents tiba di banknya importer.

5. Metode Pembayaran Secara Documentary Credit.


Pembayaran dilakukan dengan memakai Letter of credit (L/C) dalam hal
ini pembayaran dilakukan tanpa menunggu tibanya barang atau tibanya
dokumen, tapi dibayar pada saat pembeli membuka letter of credit di bank
dan bank tersebut meneruskannya ke bank korespondasi.

2.2.2 Imbal Beli Internasional


Suatu transaksi dagang dimana sebuah perusahaan mengekspor barang
tertentu ke suatu Negara dengan persyaratan bahwa dia juga harus mengimpor
barang-barang lain dari Negara tersebut (Sistem Barter).

Motif imbal beli adalah sebagai berikut :


1. Ada Negara yang tidak mempuyai cukup devisa untuk melakukan pembayaran
atas jual beli suatu produk.

20
2. Terkadang devisa cukup tersedia, tetapi lebih diprioritaskan untuk bidang-
bidang lain.
3. Kesempatan bagi Negara pembeli untuk menggenjot ekspornya.
Dasar hokum imbal beli :
1. Ketentuan Umum tentang Kontrak dalam KUH Pedata.
2. Ketentuan KUH Perdata tentang Jual Beli.
3. Ketentuan KUH Perdata tentang Tukar-Menukar.
4. Kebiasaan dalam Perdagangan Internasional
5. Hukum Perdata Internasional.
6. International Convention
7. Hukum Internal lainnya, seperti Hukum tentang Ekspor-Impor, L/C, Moneter,
Perbankan dan lain-lain.

21
BAB III
KASUS
3.1 PENYELESAIAN KLAIM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI KENDARAAN RODA
EMPAT
Penyelesaian klaim bagi pemegang polis asuransi kendaraan roda empat di PT. Asuransi Rama
Satria Wibawa Cabang Malang yaitu dengan cara membayar klaim yang diajukan oleh tertanggung sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan oleh PT. Asuransi Rama Satria Wibawa, karena tidak semua klaim
akan memperoleh ganti kerugian. Ganti kerugian tersebut berupa perbaikan dibengkel, pembayaran uang
tunai, serta penggantian suku cadang atau kendaraan sesuai dengan merk, tipe, model, dan tahun yang
sama sesuai dengan isi polis. Hambatan dan upaya PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang
dalam menyelesaikan klaim bagi pemegang polis kendaraan roda empat, sebenarnya pihak asuransi tidak
ingin mempersulit dan memperlambat pembayaran ganti kerugian, jika semua persyaratan yang diajukan
dipenuhi oleh tertanggung, bila terjadi keterlambatan dalam pembayaran klaim yang telah diajukan oleh
tertanggung berarti adanya kesalahan yang dilakukan oleh tertanggung terkait dengan isi polis serta
ketidak lengkapan dokumen pengajuan klaim. Upaya yang ditempuh oleh PT. Asuransi Rama Satria
Wibawa memberikan ganti kerugian sesuai dengan nilai yang dipertanggungkan.

KATA KUNCI
Penyelesaian klaim, Asuransi kendaraan roda empat.
Asuransi merupakan salah satu buah peradaban manusia dan merupakan suatu hasil evaluasi
kebutuhan manusia yang sangat hakiki ialah kebutuhan akan rasa aman dan terlindung, terhadap
kemungkinan menderita kerugian1. Problem yang ditakuti manusia adalah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan kehilangan terhadap kendaraan yang merupakan salah satu harta benda yang bernilai
harganya. Salah satu cara untuk mengurangi risiko yaitu dengan mengalihkan atau melimpahkan risiko
kepada pihak atau badan usaha lain. Salah satu jenis usaha asuransi yang dikenal sekarang ini adalah
usaha asuransi kerugian. Sebagaimana tercantum dalam pasal 3 huruf (a) angka (1) Undang-undang No. 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Asuransi kendaraan bermotor adalah asuransi kerugian yang tidak mendapat pengaturan khusus
dalam KUHD. Karena tidak mendapat pengaturan khusus, maka semua ketentuan umum asuransi
kerugian dalam KUHD berlaku terhadap asuransi
(Sri Rejeki Hartono, 1995, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
30).
kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi, yang memudahkan mobilitas
kegiatan manusia dalam segala hal. Kendaraan bermotor yang di maksud di sini adalah kendaraan roda
empat yang sering disebut mobil. Mobil merupakan alat transportasi yang banyak diminati di kalangan
masyarakat selain tingkat kenyamanan dan kegunaannya, mobil juga mewakili status sosial pemiliknya.
Karena mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi, pemilik mobil sering merasa takut jika terjadi

22
sesuatu yang menimbulkan kerugian. Untuk mengurangi risiko yang terjadi pemilik mobil mengalihkan
beban risiko terhadap pihak kedua (Perusahaan Asuransi).

Kurangnya pemahaman pihak tertanggung (pemilik) terhadap isi polis menimbulkan perselisihan
antara kedua belah pihak. Bila terjadi kecelakaan dan kehilangan kendaraan roda empat yang telah
diasuransikan, pihak tertanggung sering kali meminta ganti kerugian yang sebesar-besarnya dengan cara
mengajukan klaim yang tidak sesuai dengan isi polis dan pembayaran premi. Padahal kecelakaan tersebut
timbul karena kelalaian pihak tertanggung.
PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang adalah perusahaan yang sudah cukup mampu
membangun infrastruktur yang kuat dengan sumber daya manusia yang bermutu, jaringan kantor cabang
di seluruh Indonesia termasuk Kota Malang Jawa Timur, dengan menyediakan berbagai bentuk pelayanan
seperti Asuransi Aneka, Asuransi Harta Benda, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Kendaraan Bermotor,
Asuransi Kesehatan, Asuransi Khusus, Asuransi Rekayasa, dan Asuransi Kebakaran.
Calon tertanggung datang kepada pihak asuransi untuk mengajukan asuransi atas mobil yang
dimilikinya. Asuransi kendaraan roda empat yang ditawarkan terhadap tertanggung bermacam-macam
bentuk penggantiaanya berdasarkan nilai yang diasuransikan yang nantinya berpengaruh pada seberapa
banyak premi yang akan dibayar oleh tertanggung. Adanya kepentingan dari tertanggung untuk
mengalihkan risiko yang terjadi dikemudian hari seperti kecelakaan, kehilangan, dan kerusakan pada
mobil miliknya. Permasalahan yang dapat terjadi adalah ketika terjadi evenemen yang berupa
kecelakaan, kehilangan, dan kerusakan maka tertanggung dapat melakukan klaim, saat klaim akan
dibayarkan berdasarkan nilai yang diasuransikan, perusahaan asuransi harus bertanggung jawab atas
kejadian
Abdulkadir Muhammad, 1999, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung. hlm. 180.

apabila ternyata kerugian yang ditimbulkan melebihi jumlah yang diasuransikan, hal ini diatur dalam
polis dan ikhtisar pertanggungan (bersifat rahasia), maka pemilik dari mobil tersebut merasa tidak puas,
banyak faktor yang melatarbelakangi rasa tidak puas akan klaim yang akan dibayarkan ini.
Pada periode Januari-September 2010 terdapat 3 klaim asuransi kendaraan roda empat dan
diantara 3 klaim tersebut terdapat 1 klaim asuransi kendaraan roda empat yang terkait dengan klaim
bermasalah. Klaim yang diajukan atas kendaraan Toyota Vits pengeluaran tahun 2005 dengan Nomor
Polisi N 563 BY atas nama Irwan Soetikno QQ Fatmawati, dengan Nomor Polis 1602210900201 serta
nilai pertanggungan Rp. 151.000.000.000 mengalami kecelakaan di Jalan Ngagel Jaya, Surabaya pada
tanggal 22 Mei 2010 dan dilaporkan pada pihak penanggung pada tanggal 24 Mei 2010. Kecelakaan ini
terjadi karena kelalaian pengemudi (selaku tertanggung) yang mengemudikan mobil dalam pengaruh
alkohol yang kemudian menabrak tong pembatas perempatan. Setelah mendapatkan laporan dari
tertanggung, pihak asuransi langsung memproses klaim yang telah diajukan. Walaupun ada keganjalan
serta kelalaian dari pihak tertanggung atas kecelakaan tersebut, pihak penanggung tidak
mempermasalahkan dan laporan klaim dianggap sesuai dengan isi polis, hal ini dilakukan untuk tetap
menjaga relasi dan kerjasama yang baik kepada pihak tertanggung. Perbaikan yang dilakukan oleh pihak
penanggung atas pengajuan klaim sebesar RP. 24.585.000 yang ditangani langsung oleh kantor pusat.
Permasalahan yang muncul dari uraian diatas, bagaimana PT. Asuransi Rama Satria Wibawa
Cabang Malang dalam menyelesaikan klaim bagi pemegang polis asuransi kendaraan roda empat serta

23
adakah hambatan dan upaya dalam penyelesaian klaim tersebut. Berdasarkan kasus tersebut, maka
menjadi sangat signifikan untuk dilakukan pengkajian dan penelitian secara mendalam mengenai usaha
perasuransian.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penyelesaian klaim
bagi pemegang polis asuransi kendaraan roda empat serta hambatan dan upaya apa yang dilakukan oleh
PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang.

Dalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara yuridis
sosiologis, yang mempunyai arti bahwa penelitian ini mengkaji masalah dengan cara meneliti dari segi
ilmu hukum3. Metode ini digunakan untuk mengkaji tentang penyelesaian klaim bagi pemegang polis
asuransi kendaraan roda empat (Studi di PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang), pengkajian
terhadap permasalahan dalam penelitian ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak tertentu didalam
Usaha Perasuransian. Dengan lokasi penelitian di PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang
Jalan Letjen Sutoyo No. 52 B Malang, alasan pemilihan lokasi karena merupakan bentuk perusahaan
asuransi yang memberikan jasa pengalihan risiko terhadap tertanggung, serta adanya permasalahan yang
dihadapi oleh PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang. Jenis data yang digunakan adalah data
primer (data hukum yang berisikan wawancara dengan tertanggung dan penanggung) dan data skunder
(data penunjang seperti peraturan perundang-undangan) serta literatur hukum baik dari surat kabar, jurnal,
maupun situs internet. Sumber data primer diperoleh dari PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang
Malang dan tertanggung, sedangkan sumber data skunder adalah data yang menunjang dan memperjelas
keterangan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dengan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui library research (studi
kepustakaan) di Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya maupun di Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya. Polupasi dalam penelitian ini PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang
dan Tertanggung yang mengajukan klaim. Sedangakan sempel yang digunakan adalah Kepala Pimpinan,
Wakil Kepala Pimpinan, staf dan tertanggung PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang. Teknik
yang digunakan dalam menganalisis data adalah menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Deskriptif
kulaitatif adalah uraian yang dilakukan terhadap data yang terkumpul dengan tidak menggunakan angka–
angka tetapi dengan uraian-uraian kalimat berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dan dihubungkan
pada teori dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta pendapat para ahli.

3 Ronny Hanitijo Soemitro, 1998, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Semarang, hlm. 65.

24
BAB IV
KAJIAN KASUS
4.1 Penyelesaian Klaim Bagi Pemegang Polis Asuransi Kendaraan Roda Empat Di PT. Asuransi
Rama Satria Wibawa Cabang Malang
Secara umum istilah asuransi atau pertanggungan dapat mempunyai berbagai arti dan batasan,
sesuai dengan siapa yang memberikannya dan digunakan untuk sasaran apa. Dalam hal ini sesuai dengan
sudut pandang dan manfaat yang akan diperoleh atau dituju, berkaitan dan sesuai dengan pkepentingan
masing-masing yang memberi batasan. Asuransi atau pertanggungan dapat ditelaah dan diberi batasan
dari bidang-bidang ekonami, hukum, bisnis, matematika atau sosial4. Asuransi atau Pertanggungan diatur
dalam Pasal 246 KUHD: “Pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu
evenemen”.
Salah satu unsur penting dalam peristiwa asuransi yang terdapat dalam rumusan Pasal 246 KUHD
adalah ganti kerugian. Unsur tersebut hanya menunjuk kepada asuransi kerugian (loss insurance) yang
objeknya adalah harta kekayaan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian, menegaskan:
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang, selain memiliki segudang prestasi dalam
pelayanan masyarakat tetapi juga memiliki masalah dalam bidang penyelesaian klaim asuransi, faktor
terjadinya permasalahan bukan hanya dari pihak penanggung namun permasalahan juga muncul dari
pihak tertanggung. Dalam penyelesaian sengketa klaim PT. Asuransi Rama Satria Wibawa memberikan
Sri Rejeki Hartono, Op.cit, hlm. 78.
pelayanan yang terbaik untuk kedua belah pihak. Klaim yang diajukan oleh pihak tertanggung harus
memenuhi syarat dan sesuai dengan isi polis. Dalam penyelesaian klaim yang diajukan oleh pihak
tertanggung, PT. Asuransi Rama Satria Wibawa akan segera membayar klaim atas kepentingan benda
atau barang yang dipertanggungkan mengalami kerugian, jika klaim yang diajukan memenuhi syarat
tetapi jika klaim yang diajukan tidak memenuhi syarat maka pengajuan klaim tersebut akan ditolak.

25
1. Prosedur pengajuan klaim asuransi kendaraan roda empat di PT. Asuransi Rama
Satria Wibawa Cabang Malang
Para tertanggung PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang dalam pengajuan klaim
asuransi kendaraan roda empat harus memenuhi prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak asuransi,
antara lain :
a. Penyampaian Laporan b. Melengkapi Dokumen a) Tempat dan tanggal kejadian b) Kronologis kejadian
c) Dokumen klaim 1) Polis asuransi 2) Survei klaim 3) STNK dan BPKB 4) SIM jika terjadi kerugian
yang dapat menimbulkan klaim bagi tertanggung, ada beberapa kewajiban (duties) yang harus dilakukan
oleh tertanggung. Kewajiban itu berbentuk tertulis dalam polis atau yang disebut “implied duties” serta
kewajiban yang dinyatakan secara tegas atau tertulis dalam polis atau yang disebut “express duites”5.
Dokumen PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang.

2. Prosedur Penanganan Klaim PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang


Malang Klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (untuk
memiliki atau mempunyai) atas sesuatu6. Ihktisar pertanggungan merupakan hal yang perlu diperhatikan
sebelum proses klaim dilakukan oleh penanggung. Sebelum memproses klaim penanggung perlu
mengetahui nilai pertanggungan yang diasuransikan, dalam ikhtisar pertanggungan terdapat datadata
tertanggung. Data tersebut menjadi acuan oleh pihak penanggung untuk mengganti kerugian yang
diderita.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah ketentuan pasal-pasal dalam polis, isi dalam polis tersebut
memuat semua aspek dalam perjanjian asuransi, mulai dari definisi, jaminan kendaraan, pengecualian,
pengalihan resiko, kerusakan, ganti keruguian, dan lain-lain. Polis ini sebagai alat bukti tertulis bahwa
telah terjadi pertanggungan antara penanggung dengan tertanggung. Di dalam polis tersebut disebutkan
bahwa semua ketentuan dan persyaratan tentang pertanggungan yang telah dibuat7. Polis mempunyai arti
yang besar bagi pihak tertanggung. Sebab polis itu merupakan bukti yang sempurna tentang apa yang
mereka perjanjikan di dalam perjanjian pertanggungan itu. Tanpa polis maka pembuktian akan menjadi
sulit dan terbatas8. Tertanggung harus memahami isi dalam polis sehingga memudahkan tertanggung
untuk memahami pokok asuransi yang harus dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah
menerima laporan klaim pertanggungan :
1. Nomor polis asuransi
2. Nama tertanggung
3. Alamat tertanggung
4. Masa tertanggung
5. Penggunaan kendaraan
6. Merk dan jenis kendaraan
6 KBBI (Kamus Besar Bhasa Indonesia), Gramedia, Jakarta, hlm. 705. 7 Abdulkadir Muhammad,
1990, Pokok-pokok Hukum Pertanggungan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 58. 8 Emmy
Pangaribuan Simanjuntak, 1990, Hukum Pertanggungan: Pokok-pokok Pertanggungan Kerugian,
Kebakaran dan Jiwa, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, hlm. 20.

26
7. Tahun pembuatan
8. Warna kendaraan
9. Nomor polisi
10. Nomor rangka/mesin
11. Perlengkapan tambahan
12. Jumlah pertanggungan

3. Penyelesaian Klaim Asuransi Kendaraan Roda Empat di PT. Asuransi Rama Satria
Wibawa Cabang Malang
Munculnya tuntutan klaim dari pihak tertanggung karena tertanggung memiliki barang atau benda
yang diasuransikan pada PT. Asuransi Rama Satria Wibawa, yang mendapatkan musibah sehingga
mengalami kecelakaan, kehilangan, dan kerusakan atas kendaraan roda empat. Pengajuan klaim oleh
tertanggung, tidak selalu memperoleh ganti kerugian dari penanggung. Tertanggung harus memenuhi
prosedur pengajuan klaim dan syarat-syarat yang telah diperjanjikan sebelumnya.
1. Pengertian klaim
2. Sebab utama terjadinya klaim
1) Informasi tentang isi polis kurang dimengerti
2) Informasi tentang pembayaran premi kurang dipahami.
3) Reaksi tertanggung yang lambat.
4) Komunikasi yang buruk.
5) Pembayaran premi yang tidak sempurna.
6) Keterlambatan-ingkar pembayaran.
3. Timbulnya klaim
4. Penentuan besarnya ganti kerugian
5. Pelaksanaan Klaim
Ketika evenemen terjadi dan tertanggung merasakan ada kerugian akibat adanya kerusakan,
kehilangan, dan kecelakaan saat jangka waktu asuransi masih berlangsung, apabila nilai kerugian tersebut
melebihi nilai yang diasuransikan maka pihak asuransi tidak akan menanggung dalam hal itu. Dalam
pelaksanaannya tertanggung saat terjadi kerugian dan menuntut ganti kerugian yang mereka dapatkan
kadang diluar yang mereka inginkan atau dibawah jumlah kerugian yang mereka alami seperti contoh
kasus yang ada, Pada periode Januari-September 2010 terdapat 3 klaim asuransi kendaraan roda empat
dan diantara 3 klaim tersebut terdapat 1 klaim asuransi kendaraan roda empat yang berkaitan dengan
klaim bermasalah. Klaim yang diajukan atas kendaraan Toyota Vits pengeluaran tahun 2005 dengan
Nomor Polisi N 563 BY atas nama Irwan Soetikno QQ Fatmawati, dengan Nomor Polis 1602210900201

27
serta nilai pertanggungan Rp. 151.000.000.000, tertanggung mengajukan klaim terhadap penanggung
lebih dari satu kali, karena pihak tertanggung lalai dalam mengendarai mobil miliknya, menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan kerusakan fatal pada mobil tersebut. Dalam kasus ini tertanggung tidak ada
itikad baik dan meminta ganti kerugian yang tidak sesuai dengan polis yang telah ditandatangani.
Tertanggung mengklaim agar onderdil yang telah rusak diganti dengan onderdil yang asli. Tidak adanya
itikad baik dan kejujuran dari pihak tertanggung serta ketidaksesuaian dari isi polis mengakibatkan
terjadinya perselisihan di antara kedua belah pihak. Setelah kecelakaan tertanggung mengajukan klaim
kepada penanggung, dimana penanggung disini adalah PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang
Malang. Dalam klausula perjanjian antara kedua belah pihak, apabila terjadi evenemen dikemudian hari
beban risiko dialihkan pada penanggung. Sejak awal yang memakan waktu 5 bulan perbaikan di bengkel
Frotan Surabaya semua kebutuhan di order via Jakarta berdasarkan estimasi bengkel dan selama itu juga
cabang tidak melakukan pengembalian dari laporan survai yang dilakukan oleh Kantor Cabang Surabaya
sesuai instruksi Jakarta. Setelah dinyatakan selesai perbaikan di bengkel Frotan ditemukan masalah baru
yang akhirnya dianalisa oleh bengkel Auto 2000 Surabaya dan hasilnya dinyatakan harus ada penggantian
sparepart Transmission assy, dimana dari hasil pengecekan sparepart tersebut mengalami kesulitan
dikarenakan harus indent ke Jepang (mobil CBU) yang waktunya tidak dapat dipastikan dengan minimal
waktu 1 sampai dengan 2 bulan. Selama 3 bulan kantor pusat mencari solusi dengan perincian harga
sparepart sebagai berikut :
a. Transmission essy tanpa komputer Rp. 47.500.000,- (part only)
b. Transmission essy included komputer Rp. 75.000.000,- (part only)
c. Kondisi Copotan ex Singapura Rp. 10.000.000,- (part only)
Hasil survai di PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang, tanggal 3 Desember 2012.
d. Repair ganti part sesuai kerusakan (ditenderkan) Rp. 25.000.000,- s/d 27.500.000
Pihak asuransi akhirnya memutuskan berdasarkan wewenang kantor pusat mengambil langkah
sesuai yang ditenderkan dengan menyerahkan seluruh perbaikan ke bengkel Jakarta dengan risiko
mengambil dan mengantarkan unit kendaraan berikut jaminan jika ada kekurangan atau kehilangan
saprepart pada saat mengambil di Auto 2000 sampai dengan proses pengantaran ke Malang, dengan
perincian sesuai negoisasi awal sebelum ditariknya unit dari Surabaya telah diputuskan harga dengan nilai
Rp. 24.585.000,-. Setelah mobil diterima oleh pihak penanggung dari Jakarta, mobil tersebut langsung
dikembalikan pada pihak tertanggung, namun hari berikutnya tertanggung masih komplain dengan
kondisi kendaraan yang terlah diperbaiki oleh kantor pusat, antara lain :
1. Ada suara klitik-klitik didaerah mesin.
2. Oli didaerah Transmisi Mertik masih merembes diantara mesin dan transmisi Metik.
3. Tutup roda/wildop masih belum ada (bumper depan kiri).
4. Tutup lubang derek belum ada (bumper depan kiri).
Dengan adanya komplain dari pihak tertanggung, masalah tersebut telah ditangani oleh pihak
penanggung berupa pengecekan di bengkel Auto 2000 Malang dan ternyata setelah dicek kembali
kerusakan terjadi dari kerusakan Fanbelt dan Dinamo pengisian (tidak ada dalam ikhtisar pertanggungan,
bukan tanggungjawab PT. Asuransi Rama Satria Wibawa). Sedangkan untuk tutup lubang Foglamp dan
tutup lubang tempat derek sudah diperbaiki di bengkel Auto 2000 dengan harga Rp. 209.000,- dan Rp.
51.000,-. Dengan perbaikan yang dilakukan oleh PT. Asuransi Rama Satria Wibawa sudah sesuai dengan

28
isi dalam polis. Namun tertanggung tetap saja mengajukan komplin diluar nilai yang dipertanggungkan.
Sehingga menyulitkan pihak penanggung dan menimbulkan masalah diantara keduanya.
Sebenarnya pihak PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang telah memberikan
pelayanan yang baik terhadap tertanggung. Hal ini terbukti dari pemberian ganti rugi yang diterima oleh
pihak tertanggung.
4.2 Hambatan Dan Upaya PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang Dalam
Penyelesaian Klaim Bagi Pemegang Polis Kendaraan Roda Empat
Dari perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak, inti dari perjanjian asuransi atas
kendaraan roda empat adalah adanya pembayaran klaim. Pengurusan dan penyelesaian klaim secara
mudah dan cepat merupakan suatu hal yang diharapkan oleh semua tertanggung. Bagi pihak tertanggung
akan mengharapkan penyelesaian klaim dan pembayaran ganti kerugian secepatnya, sedangkan bagi
penanggung hal tersebut akan membuktikan kemampuannya dalam memenuhi janji yang tercantum
didalam polis, sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat akan manfaat asuransi. Namun
begitu, dalam penyelesaian klaim tidak selalu berjalan dengan baik. Ada beberapa hambatan yang dialami
baik oleh tertanggung maupun penanggung. Hambatan ini terjadi karena ada berapa faktor yang mucul
antara lain ketidaklengkapan dokumen dan kelalaian berkendara oleh tertanggung. Hal ini dapat
menghambat proses penyelesaian klaim menjadi bermasalah dan memakan waktu lama. Jika terjadi
kelalaian dalam mengendarai mobil yang dipertanggungakan, ini diluar tanggungjawab PT. Asuransi
Rama Satria Wibawa.
1. Hambatan Dalam Penyelesaian Klaim Bagi Pemegang Polis Kendaraan Roda Empat
Semua prosedur yang terkait dengan pengajuan klaim diatas telah dipernuhi oleh tertanggung
maka pihak asuransi akan segera menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan pengajuan klaim
tersebut. Jika kegiatan dilapangan menunjukan masih adanya kendala yang timbul dalam proses
pengajuan klaim sehingga keinginan tertanggung untuk mendapatkan pembayaran ganti kerugian dengan
cepat, mungkin menjadi terhambat. Begitu pula dari penanggung yang memiliki rasa tanggung jawab
tidak dapat segera membayar klaim yang diajukan tertanggung.
Hasil dari wawancara dengan pihak asuransi, diperoleh keterangan bahwa pihak asuransi tidak
ada alasan untuk menghambat proses pembayaran ganti kerugian bila semua persyaratan prosedur telah
dipenuhi oleh tertanggung, terutama jika kerugian terjadi merupakan peristiwa yang dijamin dalam
polis10. Sedangkan kendala itu baru timbul jika persyaratan pengajuan klaim tidak dipenuhi oleh
tertanggung. Hambatan yang sering terjadi kebanyakan disebabkan oleh pihak tertanggung. Hambatan ini
dapat diatasi dengan cepat, apabila tertanggung menyadari adanya ketidaklengkapan dokumen klaim yang
diajukan dan penanggung segera memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta oleh penanggung serta
kelalaian yang dilakukan oleh tertanggung, sehingga proses pengajuan klaim dapat berjalan dengan
lancar.
2. Upaya Dalam Penyelesaian Klaim Bagi Pemegang Polis Kendaraan Roda Empat
Adanya permasalahan dalam pembayaran ganti kerugian pada klaim asuransi kendaraan roda
empat, membuat cara penyelesaian ganti kerugian menjadi tidak dapat berjalan seperti biasanya karena
tidak terciptanya kesepakatan para pihak mengenai ganti kerugian. PT. Asuransi Rama Satria Wibawa
berupaya memberikan ganti kerugian sesuai dengan nilai yang dipertanggungkan. Dengan cara
penyelesaian secara kekeluargaan dan musyawarah dengan tertanggung. Hal ini dilakukan untuk tetap
menjaga kerjasama yang baik antara kedua belah pihak. Upaya yang dilakukan oleh PT. Asuransi Rama

29
Satria Wibawa Cabang Malang dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dari setiap klaim yang
diajukan, memberikan ganti kerugian yang sesuai dengan nilai pertanggungan. Untuk setiap ganti
kerugian tidak selalu sama jumlah yang digantikan, hal tersebut disesuaikan dengan jumlah nilai
pertanggungan. Jika pertangggungan yang diajukan klaim tersebut sesuai isi polis, ganti kerugian yang
diberikannyapun tidak mengalami kesulitan. Dari masalah-masalah yang timbul kelalaian dari pihak
tertanggung dapat menjadi masalah dan tidak diberikannya ganti kerugian. upaya tersebut berupa
perbaikan dibengkel, pembayaran uang tunai, penggantian suku cadang atau kendaraan sesuai dengan
merk, tipe, model, dan tahun yang sama sesuai isi polis. Didapatkan dari wawancara Bapak Ketut
Prabowo, Wakil Kepala Cabang PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang, tanggal 5 Desember
2012.
Namun dalam kasus ini tertanggung meminta ganti kerugian melebihi nilai pertanggungan. Upaya
yang dilakukan oleh PT. Asuransi Rama Satria Wibawa sebagai pihak tertanggung membawa mobil yang
dipertanggukan Toyota Vits dengan Nopol N 563 BY ke bengkel Frontan Surabaya, perbaikan tersebut
ditunjuk langsung oleh kantor pusat Jakarta. Setelah adanya perbaikan dari bengkel Frontan Surabaya
ditemukannya masalah baru dan hasilnya harus ada penggantian Sparepart Transmission Assy yang harus
pesan ke Jepang. PT. Asuransi Rama Satria Wibawa tetap mengusahakan untuk memesan sparepart
tersebut ke Jepang walaupun harus mengeluarkan biaya yang lebih dan membutuhkan waktu yang lama.
Upaya yang dilakukan oleh PT. Asuransi Rama Satria Wibawa menunjukkan bahwa adanya
tanggungjawab yang lebih kepada pihak tertanggung untuk menyelesaikan klaim yang bermasalah dengan
jalan damai dan kekeluargaan. Tetapi jika pihak tertanggung tidak puas dengan jalan perdamaian yang
ditawarkan oleh pihak penanggung, maka pihak penanggung dapat menyelesaikan sengketa dengan jalan
Arbitrase,Badan Peradilan, dan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI). Penyelesaian klaim
dilakukan apabila klaim yang diajukan berubah menjadi sengketa yang harus diselesaikan melalui
pengadilan atau arbitrase sesuai kesepakan yang tercantum dalam penjanjian polis. Sengketa asuransi
dapat terselesaikan melalui beberapa pilihan yang disepakati oleh para pihak, yaitu melalui:
1. Alternatif Penyelesaian Sengketa
a. Konsultasi
b. Negoisasi
c. Mediasi
d. Konsiliasi
2. Arbitrase (Lembaga)
3. Badan Peradilan Apabila cara penyelesaian perselisihan itu tidak dapat diselesaikan dengan jalur
perdamaian (non litigasi) maka masih mempunyai upaya non litigasi yang didapatkan dari wawancara
Bapak Deki, Staf PT. Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Malang, tanggal 6 Desember 2012. Dapat
ditempuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Namun sebenarnya ada upaya lain untuk
menyelesaikan sengketa tentang klaim asuransi yaitu dengan adanya Badan Mediasi Asuransi Indonesia
(BMAI).

30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

31
5.2 Daftar Pustaka

32

Anda mungkin juga menyukai