DASAR TEORI
2.1 Dasar Perencanaan
2.1.1 Jenis Pembebanan
Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur
khusus yang mempu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup mauppun
beban khuhus yang berkeja pada struktur bangunan tersebut.
Beban yang bekerja pada struktur bangunan menurut “Peraturan Pembebanan
Indnesia Untuk Gedung (19983)”, beban tersebut adalah :
a. Beban Mati (D)
Beban mati adalah beban dari berat semua bagian suatu gedung yang bersifat
tetap. Komponen yang termasuk dalam beban mati diantaranya adalah sebagai
berikut :
Bahan bangunan :
- Baja : 7850 kg/m3
- Beton bertulang : 2400 kg/m3
- Beton biasa : 2200 kg/m3
- Pasangan batu belah : 2200 kg/m3
- Pasir basah : 1800 kg/m3
- Pasir kering : 1600 kg/m3
Komponen gedung
- Dinding pasangan bata merah setangah bata : 250
kg/m2
- Semen asbes (eternit) dengan tebal maksimum 4 mm (langit-langit) : 11
kg/m2
- Kaca dengan tebal 3 – 4 mm (langit – langit) : 10
kg/m2
- Penutup atap genteng dengan reng & usuk : 50
kg/m2
- Penutup lantai dari tegel, keramik dan beton (tanpa adukan) : 24
kg/m2
- Adukan semen per cm : 21
kg/m2
b. Beban Hidup (L)
Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat adanya penghunian atau
penggunaan suatu gedung, termasuk beban pada lantai yang berasal dari barang yang
dapat berpindah – pindah. Beban hidup yang berkerja padasuatu bangunan
disesuaikan dengan rencana fungsi bangunan tersebut, diantaranya yaitu :
- Beban atap : 100 kg/m2
- Beban tangga & bordes : 300 kg/m2
- Beban lantai : 200 kg/m2
- Balkon – balkon : 300 kg/m2
Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua
bagian dan unsur sruktur pemikul secaraserempak selama unsur gedung tersebut
adalah sangat kecil, maka perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul
beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien
reduksi yang nilainyatergantung pada penggunaan gedung / bangunan yang ditinjau.
Berikut adalah nilai koefisien reduksinya :
Koefisien Beban Hidup
Penggunaan Gedung / Bangunan (untuk perencanaan balok
induk dan portal)
1. Perumahan / Penghunian
Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah
0,75
sakit
2. Perdagangan
Toko, toserba, pasar 0,80
3. Gang dan Tangga
- Perumahan / penguhinan
0,75
- Pendidikan, kantor
0,75
- Pertemuan umum, perdagangan,
0,90
industri, tempat kendaraan
Sumber : SNI 03-1729-2002
jenis ini disalurkan ke empat sisi pelat atau ke empat balok yang menopang pada
pelat tersebut. Berikut ini adalah gambaran dari pelat dua arah :
𝐿𝑦
Tabel 1 adalah nilai perbandingan dengan kondisi pelat berada pada
𝐿𝑥
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lx Mlx = 0.001.q.Lx2 x 44 52 59 66 73 78 84 88 93 97 100 103 106 108 110 112 125
Ly
Mly = 0.001.q.Lx2 x 44 45 45 44 44 43 41 40 39 38 37 36 35 34 32 32 25
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 36 42 46 50 53 56 58 59 60 61 62 62 62 63 63 63 63
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 36 42 46 50 53 56 58 59 60 61 62 62 62 63 63 63 63
Mly = 0.001.q.Lx2 x 36 37 38 38 38 37 36 36 35 35 35 34 34 34 34 34 13
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 36 37 38 38 38 37 36 36 35 35 35 34 34 34 34 34 38
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 48 55 61 67 71 76 79 82 84 86 88 89 90 91 92 92 94
2
Mlx = 0.001.q.Lx x 48 55 61 67 71 76 79 82 84 86 88 89 90 91 92 92 94
2
Mly = 0.001.q.Lx x 48 50 51 51 51 51 51 50 50 49 49 49 48 48 47 47 19
2
Mty = - 0.001.q.Lx x 48 50 51 51 51 51 51 50 50 49 49 49 48 48 47 47 56
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2
Mlx = 0.001.q.Lx x 22 28 34 41 48 55 62 68 74 80 85 89 93 97 100 103 125
Mly = 0.001.q.Lx2 x 51 57 62 67 70 73 75 77 78 79 79 79 79 79 79 79 25
2
Mty = - 0.001.q.Lx x 51 57 62 67 70 73 75 77 78 79 79 79 79 79 79 79 75
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 51 54 57 59 60 61 62 62 63 63 63 63 63 63 63 63 63
2
Mlx = 0.001.q.Lx x 51 54 57 59 60 61 62 62 63 63 63 63 63 63 63 63 63
Mly = 0.001.q.Lx2 x 22 20 18 17 15 14 13 12 11 10 10 10 9 9 9 9 13
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 31 38 45 53 59 66 72 78 83 88 92 96 99 102 105 108 125
Mly = 0.001.q.Lx2 x 60 65 69 73 75 77 78 79 79 80 80 80 79 79 79 79 25
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 60 65 69 73 75 77 78 79 79 80 80 80 79 79 79 79 75
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 60 66 71 76 79 82 85 87 88 89 90 91 91 92 92 93 94
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 60 66 71 76 79 82 85 87 88 89 90 91 91 92 92 93 94
Mly = 0.001.q.Lx2 x 31 30 28 27 25 24 22 21 20 19 18 17 17 16 16 15 12
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 38 46 53 59 65 69 73 77 80 83 85 86 87 88 89 90 54
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 38 46 53 59 65 69 73 77 80 83 85 86 87 88 89 90 54
Mly = 0.001.q.Lx2 x 43 46 48 50 51 51 51 51 50 50 50 49 49 48 48 48 19
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 43 46 48 50 51 51 51 51 50 50 50 49 49 48 48 48 56
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 13 48 51 55 57 58 60 61 62 62 62 63 63 63 63 63 63
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 13 48 51 55 57 58 60 61 62 62 62 63 63 63 63 63 63
Mly = 0.001.q.Lx2 x 38 39 38 38 37 36 36 35 35 34 34 34 33 33 33 33 13
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 38 39 38 38 37 36 36 35 35 34 34 34 33 33 33 33 38
Catatan:
= Terletak bebas
= Menerus atau terjepit elastis
Tabel 2. Momen Pelat Persegi akibat beban merata kondisi tumpuan bebas dan terjepit
penuh
Momen Pelat persegi akibat beban merata (PBI'71)
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lx
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 44 52 59 66 73 78 84 88 93 97 100 103 106 108 110 112 125
Ly
Mly = 0.001.q.Lx2 x 44 45 45 44 44 43 41 40 39 38 37 36 35 34 32 32 25
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 52 59 64 69 73 76 79 81 82 83 83 83 83 83 83 83 83
2
Mlx = 0.001.q.Lx x 21 25 28 31 34 36 37 38 40 40 41 41 41 42 42 42 42
2
Mly = 0.001.q.Lx x 21 21 20 19 18 17 16 14 13 12 12 11 11 11 10 10 8
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 52 54 56 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 68 77 85 92 98 103 107 111 113 116 118 119 120 121 122 122 125
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 28 33 38 42 45 48 51 53 55 57 58 59 59 60 61 61 63
Mly = 0.001.q.Lx2 x 28 28 28 27 26 25 23 23 22 21 19 18 17 17 16 16 43
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 68 72 74 76 77 77 78 78 78 78 79 79 79 79 79 79 79
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 22 28 34 42 49 55 62 68 74 80 85 89 93 97 100 103 125
Mly = 0.001.q.Lx2 x 32 35 37 39 40 41 41 41 41 40 39 38 37 36 35 35 25
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 70 79 87 94 100 105 109 112 115 117 119 120 121 122 123 123 125
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 70 74 77 79 81 82 83 84 84 84 84 84 83 83 83 83 83
2
Mlx = 0.001.q.Lx x 32 34 36 38 39 40 41 41 42 42 42 42 42 42 42 42 42
2
Mly = 0.001.q.Lx x 22 20 18 17 15 14 13 12 11 10 10 10 9 9 9 9 8
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 31 38 45 53 60 66 72 78 83 88 92 96 99 102 105 108 125
Mly = 0.001.q.Lx2 x 37 39 41 41 42 42 41 41 40 39 38 37 36 35 34 33 25
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 84 92 99 104 109 112 115 117 119 121 122 122 123 123 124 124 125
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 84 92 98 103 108 111 114 117 119 120 121 122 122 123 123 124 125
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 37 41 45 48 51 53 55 56 56 59 60 60 60 61 61 62 63
2
Mly = 0.001.q.Lx x 31 30 28 27 25 24 22 21 20 19 18 17 17 16 16 15 13
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 55 65 74 82 89 94 99 103 106 110 114 116 117 118 119 120 125
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 21 26 31 36 40 43 46 49 51 53 55 56 57 58 59 60 63
Mly = 0.001.q.Lx2 x 26 27 28 28 27 26 25 23 22 21 21 20 20 19 19 18 13
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 60 65 69 72 74 76 77 78 78 78 78 78 78 78 78 79 79
Mtx = - 0.001.q.Lx2 x 60 66 71 74 77 79 80 82 83 83 83 83 83 83 83 83 83
Mlx = 0.001.q.Lx2 x 26 29 32 35 36 38 39 40 40 41 41 42 42 42 42 42 42
Mly = 0.001.q.Lx2 x 21 20 19 18 17 15 14 13 12 12 11 11 10 10 10 10 8
Mty = - 0.001.q.Lx2 x 55 57 57 57 58 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
Catatan:
= Terletak bebas
= Terjepit penuh
Dengan perencanaan :
a. Pembebanan :
- Beban mati
- Beban hidup : 200kg/m2
b. Asusmsi perletakan : terjepit elastis
c. Analisa struktur & penampang berdasarkan pada SNI 03-2847-2002
d. Syarat pemasangan tulangan lentur :
- Jarak minimum tulangan sengkang adalah 25 mm.
- Jarak maksimum tulangan sengkarang adalah 240 mm atau 2h.
Berikut ini adalah tahapan dalam perhitungan penulangan lentur :
𝑀𝑢
a. 𝑀𝑛 = ; ∅ = 0,80
∅
𝑓𝑦
b. 𝑚 = 0,85×𝑓′
𝑐
𝑀
c. 𝑅𝑛 = 𝑏×𝑑𝑛 2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
d. 𝑝 = 𝑚 (1 − √1 − )
𝑓𝑦
0,85×𝑓′ 𝑐 600
e. 𝑝𝑏 = × (𝛽 (600+𝑓𝑦))
𝑓𝑦
f. 𝑝𝑚𝑎𝑥 = 0,75 × 𝑝𝑏
𝑝𝑚𝑖𝑛 < 𝑝 < 𝑝𝑚𝑎𝑥 → 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
𝑝 < 𝑝𝑚𝑖𝑛 → 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑝𝑚𝑖𝑛 = 0,0025
g. 𝐴𝑠 = 𝑝𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 × 𝑏 × 𝑑
Keterangan :
Mn : nilai momen nominal penampang (Nmm)
Mu : nilai momen terfaktor penampang (Nmm)
Ø : faktor reduksi
m : nilai momen (Nmm)
f’c : kuat tekan beton (Mpa)
fy : kuat leleh baja (Mpa)
b : lebar penampang (mm)
d : jarak dari serat terluar ke titik tulangan tarik (mm)
p : rasio tulangan tarik non – prategang
pb : rasio tulangan kondisi regangan yang seimbang
β : nilai koefisien yang tergantung dari besarnya nilai f’c
2.2.2 Perencanaan Balok
Dalam perencanaan balok yang perlu diperhatikan pertama adalah
pendimensian balok itu sendiri, dimana dimensi balok akan menentukan besarnya
gaya – gaya dalam yang terjadi pada struktur. Dan berikut ini adalah syarat umum
yang dipakai dalam pendimensian balok :
1 1
- h = 10 𝐿 − 15 𝐿
1 2
- b = 2ℎ − 3ℎ
1
- d = ℎ − 2 × ∅𝑡𝑢𝑙 − ∅𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘
h d
b
Gambar 2.2 Penampang Balok
Keterangan :
h : tinggi balok (mm)
b : lebar balok (mm)
d : tinggi efektif balok (mm)
L : panjang bentang balok (mm)
Øtul : diameter tulangan utama (mm)
Øsengk : diameter sengkang (mm)
Dengan perencanaan :
a. Pembebanan :
- Beban mati
- Beban hidup : 200kg/m2
b. Asusmsi perletakan : jepit – jepit
c. Analisa struktur berdasarkan pada program SAP 2000.
d. Analisa penampang berdasarkan pada SNI 03-2847-2002.
Berikut ini adalah tahapan dalam perhitungan penulangan lentur :
𝑀𝑢
a. 𝑀𝑛 = ; ∅ = 0,80
∅
𝑓𝑦
b. 𝑚 = 0,85×𝑓′
𝑐
𝑀𝑛
c. 𝑅𝑛 = 𝑏×𝑑2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
d. 𝑝 = 𝑚 (1 − √1 − )
𝑓𝑦
0,85×𝑓′ 𝑐 600
e. 𝑝𝑏 = × (𝛽 (600+𝑓𝑦))
𝑓𝑦
f. 𝑝𝑚𝑎𝑥 = 0,75 × 𝑝𝑏
1,4
𝑝𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
𝑝𝑚𝑖𝑛 < 𝑝 < 𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑝 < 𝑝𝑚𝑖𝑛 → 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑝𝑚𝑖𝑛
∅𝑉𝑐 = 0,6 × 𝑉𝑐
c. 𝑉𝑢 < ∅𝑉𝑐 < 3 × ∅𝑉𝑐 → 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟
d. 𝑉𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝑉𝑢 − 𝑉𝑐 → 𝑝𝑖𝑙𝑖h 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
𝐴𝑣×𝑓𝑦×𝑑
e. 𝑉𝑠 𝑎𝑑𝑎 = 𝑠
Keterangan :
Mn : nilai momen nominal penampang (Nmm)
Mu : nilai momen terfaktor penampang (Nmm)
Ø : faktor reduksi
m : nilai momen (Nmm)
f’c : kuat tekan beton (Mpa)
fy : kuat leleh baja (Mpa)
b : lebar penampang (mm)
d : jarak dari serat terluar ke titik tulangan tarik (mm)
p : rasio tulangan tarik non – prategang
pb : rasio tulangan kondisi regangan yang seimbang
β : nilai koefisien yang tergantung dari besarnya nilai f’c
Vu : nilai gaya lintang terfaktor (N)
Vc : kuat geser nominal yang disumbangkan beton (N)
Vs : kuat geser nominal yang disumbangkan tulangan geser (N)
2.2.3 Perencanaan Kolom
Kolom direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada
semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada
satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau.
Momen yang bekerja harus didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah
lantai tersebut berdasarkan kekakuan relatif kolom dengan memperhatikan kondisi
kekangan pada ujung kolom.
Lx = 4,00
A
A’
𝐿𝑦 4,65
= = 1,3
𝐿𝑥 3,50
𝑀𝑙𝑥 = 0,001 × (𝑞𝑢) × (𝐿𝑥 2 ) × (𝑥) = 0,001 × 809,6 × 3,502 × 59 = 585,1 𝑘𝑔𝑚
𝑀𝑙𝑦 = 0,001 × (𝑞𝑢) × (𝐿𝑥 2 ) × (𝑥) = 0,001 × 809,6 × 3,502 × 50 = 495,6 𝑘𝑔𝑚
𝑀𝑡𝑥 = 0,001 × (𝑞𝑢) × (𝐿𝑥 2 ) × (𝑥) = 0,001 × 809,6 × 3,502 × 82 = 813,2 𝑘𝑔𝑚
𝑀𝑡𝑦 = 0,001 × (𝑞𝑢) × (𝐿𝑥 2 ) × (𝑥) = 0,001 × 809,6 × 3,502 × 72 = 714,1 𝑘𝑔𝑚
d. Tipe pelat C Ly = 4,00
Lx = 3,50
C
Lx = 3,15
F’
Lx = 1,98
Lx = 3,15
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 11,29 × 0,74
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
11,29 240
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,003
Syarat penulangan :
pmin < pperlu < pmaks dipakai pperlu
pperlu < pmin dipakai pmin
Tulangan yang digunakan (asumsi tulangan Ø 12) :
- Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,003 × 1000 × 100 = 300 𝑚𝑚2
- Tulangan yang harus dipakai :
As = 300 mm2 4Ø12 (452 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
- Jarak antar tulangan :
As = 452 mm2 250 mm (as – as) lihat dari tabel jarak tulangan
pelat
Jadi, penulangan lapangan arah sb X dipakai tulangan Ø12 – 250 mm
3.5.2 Penulangan Lapangan Arah sb Y
Nilai momen arah sb Y (Mu) = 595,9 kgm = 0,595 x 107 Nmm
Maka penulangan :
- Mn
𝑀𝑢 0,595 × 107
𝑀𝑛 = = = 0,74 × 107 𝑁𝑚𝑚
∅ 0,8
- Rn
𝑀𝑛 0,74 × 107
𝑅𝑛 = 2
= 2
= 0,74 𝑁/𝑚𝑚2
𝑏×𝑑 1000 × 100
- m
𝑓𝑦 240
𝑚= = = 11,29
0,85 × 𝑓′𝑐 0,85 × 25
- pperlu
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 11,29 × 0,74
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
11,29 240
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,003
Syarat penulangan :
pmin < pperlu < pmaks dipakai pperlu
pperlu < pmin dipakai pmin
Tulangan yang digunakan (asumsi tulangan Ø 12) :
- Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,003 × 1000 × 100 = 300 𝑚𝑚2
- Tulangan yang harus dipakai :
As = 300 mm2 4Ø12 (452 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
- Jarak antar tulangan :
As = 452 mm2 250 mm (as – as) lihat dari tabel jarak tulangan
pelat
Jadi, penulangan lapangan arah sb Y dipakai tulangan Ø12 – 250 mm
3.5.3 Penulangan Tumpuan Arah sb X
Nilai momen arah sb X (Mu) = 842,0 kgm = 0,842 x 107 Nmm
Maka penulangan :
- Mn
𝑀𝑢 0,842 × 107
𝑀𝑛 = = = 1,05 × 107 𝑁𝑚𝑚
∅ 0,8
- Rn
𝑀𝑛 1,05 × 107
𝑅𝑛 = = = 1,05 𝑁/𝑚𝑚2
𝑏 × 𝑑2 1000 × 1002
- m
𝑓𝑦 240
𝑚= = = 11,29
0,85 × 𝑓′𝑐 0,85 × 25
- pperlu
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 11,29 × 1,05
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
11,29 240
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,005
Syarat penulangan :
pmin < pperlu < pmaks dipakai pperlu
pperlu < pmin dipakai pmin
Tulangan yang digunakan (asumsi tulangan Ø 12) :
- Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,005 × 1000 × 100 = 500 𝑚𝑚2
- Tulangan yang harus dipakai :
As = 500 mm2 5Ø12 (565 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
- Jarak antar tulangan :
As = 565 mm2 200 mm (as – as) lihat dari tabel jarak tulangan
pelat
Jadi, penulangan lapangan arah sb X dipakai tulangan Ø12 – 200 mm
3.5.4 Penulangan Tumpuan Arah sb Y
Nilai momen arah sb Y (Mu) = 714,5 kgm = 0,714x 107 Nmm
Maka penulangan :
- Mn
𝑀𝑢 0,714 × 107
𝑀𝑛 = = = 0,89 × 107 𝑁𝑚𝑚
∅ 0,8
- Rn
𝑀𝑛 0,89 × 107
𝑅𝑛 = = = 0,89 𝑁/𝑚𝑚2
𝑏 × 𝑑2 1000 × 1002
- m
𝑓𝑦 240
𝑚= = = 11,29
0,85 × 𝑓′𝑐 0,85 × 25
- pperlu
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 11,29 × 0,89
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
11,29 240
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,004
Syarat penulangan :
pmin < pperlu < pmaks dipakai pperlu
pperlu < pmin dipakai pmin
Tulangan yang digunakan (asumsi tulangan Ø 12) :
- Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,004 × 1000 × 100 = 400 𝑚𝑚2
- Tulangan yang harus dipakai :
As = 400 mm2 4Ø12 (452 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
- Jarak antar tulangan :
As = 452 mm2 250 mm (as – as) lihat dari tabel jarak tulangan
pelat
Jadi, penulangan lapangan arah sb X dipakai tulangan Ø12 – 250 mm
b. Grid 3
- Balok induk bentang (L) = 315 cm
1 1
h= 12
∙ 315 = 26,25 cm ; b = 2 ∙ 26,25 = 13,13 cm
c. Grid 4
- Balok induk bentang (L) = 465 cm
1 1
h = 12 ∙ 465 = 38,75 cm ; b = 2 ∙ 38,75 = 19,38 cm
d. Grid 5
- Balok induk bentang (L) = 570 cm
1 1
h = 12 ∙ 570 = 47,50 cm ; b = 2 ∙ 47,50 = 23,75 cm
e. Grid 6
- Balok induk bentang (L) = 465 cm
1 1
h = 12 ∙ 465 = 38,75 cm ; b = 2 ∙ 38,75 = 19,38 cm
f. Grid 13
- Balok anak bentang (L) = 465 cm
1 1
h = 14 ∙ 465 = 33,21 cm ; b = 2 ∙ 33,21 = 16,61 cm
g. Grid 8
- Balok induk bentang (L) = 465 cm
1 1
h = 12 ∙ 465 = 38,75 cm ; b = 2 ∙ 38,75 = 19,38 cm
h. Grid 12
- Balok anak bentang (L) = 570 cm
1 1
h= ∙ 570 = 40,71 cm ; b = ∙ 40,71 = 20,36 cm
14 2
b. Grid B
- Balok anak bentang (L) = 400 cm
1 1
h = 14 ∙ 400 = 28,79 cm ; b = 2 ∙ 28,79 = 14,39 cm
c. Grid F
- Balok induk bentang (L) = 350 cm
1 1
h = 12 ∙ 350 = 29,17 cm ; b = 2 ∙ 29,17 = 14,58 cm
d. Grid C
- Balok induk bentang (L) = 600 cm
1 1
h = 12 ∙ 600 = 50,00 cm ; b = 2 ∙ 50,00, = 25,00 cm
e. Grid G
- Balok induk bentang (L) = 350 cm
1 1
h= ∙ 350 = 29,17 cm ; b = ∙ 29,17 = 14,58 cm
12 2
f. Grid D
- Balok anak bentang (L) = 245 cm
1 1
h = 14 ∙ 245 = 17,50 cm ; b = 2 ∙ 17,50 = 8,75 cm
g. Grid I
- Balok induk bentang (L) = 350 cm
1 1
h= ∙ 350 = 29,17 cm ; b = ∙ 29,17 = 14,58 cm
12 2
h. Grid E
- Balok induk bentang (L) = 600 cm
1 1
h = 12 ∙ 600 = 50,00 cm ; b = 2 ∙ 50,00 = 25,00 cm
Dari gambar diatas didapatkan keterangan untuk letak balok anak dan balok induk
yaitu sebagai berikut :
Jenis Balok Kode Dimensi Keterangan
BA 3 15/30 As B (6 – 12)
BA 3 15/30 As C (3 – 5)
BA 4 15/25 As D (3 – 4)
BA 3 15/30 As I (4 – 6)
Balok Anak BA 2 15/40 As 12 (A – C)
BA 1 15/35 As 13 (D – E
BA 1 15/35 As 5 (C – D)
BA 1 15/35 As 4 (C – D)
Jenis Balok Kode Dimensi Keterangan
BI 1 15/45 As A (6 – 12)
BI 3 15/60 As A (3 – 6)
BI 1 15/45 As F (1 – 3)
BI 3 15/60 As C (5 – 12)
BI 1 15/45 As G (1 – 3)
BI 1 15/45 As D (6 – 8)
BI 1 15/45 As D (4 – 6)
BI 1 15/45 As E (6 – 8)
BI 3 15/60 As E (3 – 6)
BI 1 15/45 As E (1 – 3)
BI 1 15/45 As 8 (C – D)
BI 2 15/50 As 6 (A – C)
Balok induk
BI 1 15/45 As 6 (C – D)
BI 1 15/45 As 6 (D – E)
BI 2 15/50 As 5 (A – C)
BI 1 15/45 As 4 (D – E)
BI 1 15/45 As 3 (A – F)
BI 1 15/45 As 3 (F – G)
BI 1 15/45 As 3 (G – I)
BI 1 15/45 As 3 (I – E)
BI 1 15/45 As 1 (F – E)
BI 1 15/45 As 1 (G – I)
BI 1 15/45 As 1 (I – E)
5.1.1 Perhitungan Lebar Equivalen
Untuk mengubah beban trapesium dari pelat menjadi beban merata pada balok,
maka beban pelat harus diubah menjadi beban “equivalen” yang besarnya dicari dengan
rumus sebagai berikut :
a. Lebar equivalen tipe trapseium
1 1,5
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 1,5 (3 − 4 × ( ))
6 2×4
1 4
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 4 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 4,2
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = 0,67 × 1,10 = 0,74
d. Tipe 7
- Ukuran pelat :
Lx = 4,0 m
Ly = 4,2 m
- Lebar equivalen
1
𝐿𝑒𝑞(𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎) = × 𝐿𝑥
3
1
𝐿𝑒𝑞(𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎) = × 4 = 1,34
3
e. Tipe 3
- Ukuran pelat :
Lx = 2,55 m
Ly = 4,65 m
- Lebar equivalen
1 𝐿𝑥
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = 𝐿𝑥 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 𝐿𝑦
1 2,55
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 2,55 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 4,65
1 1,5
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 1,5 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 3,56
1 3,15
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 3,15 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 3,56
1 1,58
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 1,58 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 4,65
1 2,45
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 2,45 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 4,65
1 1,98
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 1,98 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 5,70
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = 0,33 × 2,31 = 0,76
o. Tipe 15
- Ukuran pelat :
Lx = 3,45 m
Ly = 4,65 m
- Lebar equivalen
1
𝐿𝑒𝑞(𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎) = × 𝐿𝑥
3
1
𝐿𝑒𝑞(𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎) = × 3,45 = 1,15
3
p. Tipe 16
- Ukuran pelat :
Lx = 3,45 m
Ly = 4,65 m
- Lebar equivalen
1 𝐿𝑥
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = 𝐿𝑥 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 𝐿𝑦
1 3,45
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 3,45 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 4,65
1 3,50
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 3,50 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 4,00
1 3,50
𝐿𝑒𝑞(𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚) = × 3,50 (3 − 4 × ( ))
6 2 × 4,65
Memanjang
942,58 2692,84 7027,78 D (8 – 6)
2247,74 3604,25 6279,45 D (6 – 4)
888,46 1974,92 3875,15 I (1 – 3)
690,33 1928,79 5050,57 E (6 – 12)
729,18 1637,25 2669,07 E (1 – 3)
4052,4 5126,58 7957,36 1 (F – G)
B1 450,28 3264,59 6804,9 1 (G – I)
1426,83 549,59 2440 1 (I – E)
708,48 3190,59 4129,13 3 (A – F)
2595,1 5856,48 7434,19 3 (F – G)
3475,25 6717,36 10778,07 3 (G – I) Melintang
1560,75 2617,48 5335,71 3 (I – E)
3345,17 6012,15 8005,83 4 (D – E)
973,97 3432,63 4782,87 6 (C – D)
3873,51 6736,58 9078,64 6 (D – E)
2279,04 4438,82 5706,01 8 (C – D)
5292,26 8656,13 9861,94 6 (A – C)
BI 2 Melintang
2098,83 3702,16 3918,91 5 (A – C)
2502,35 5242,36 7746,71 A (3 – 6)
BI 3 2403,62 5135,27 8906,71 C (12 – 6) Memanjang
2480,94 3838,09 6576,26 E (6 – 3)
BA 1 3058,84 3564,39 5618,25 13 (D – E) Melintang
1034,46 3420,41 3738,56 4 (C – D)
BA 2 4238,34 5581,8 7428,78 12 (A – C) Melintang
1194,78 2981,32 5173,64 B (12 – 6)
BA 3 1007,61 2225,66 3142,12 C (5 – 3) Memanjang
1196,04 2694,97 4378,64 I (4 – 6)
BA 4 715,98 1836,24 3871,33 D (3 – 4) Memanjang
Dari hasil nilai momen dan gaya geser yang dihasilkan dari tiap balok, maka
diambil nilai momen dan gaya geser yang paling besar untuk tiap masing – masing balok
baik itu melintang maupun memanjang yaitu sebagai berikut :
a. BI 1 b. BI 2
Momen lapangan : 2247,74 kgm Momen lapangan : 5292,26 kgm
Momen tumpuan : 3865,16 kgm Momen tumpuan : 8656,12 kgm
Gaya geser : 7027,78 kg Gaya geser : 9861,94 kg
b. BI 3 c. BA 1
Momen lapangan : 2502,35 kgm Momen lapangan : 3058,84 kgm
Momen tumpuan : 5242,36 kgm Momen tumpuan : 4438,82 kgm
Gaya geser : 8906,71 kg Gaya geser : 5706,01 kg
c. BA 2 d. BA 3
Momen lapangan : 4238,34 kgm Momen lapangan : 1196,04 kgm
Momen tumpuan : 5581,80 kgm Momen tumpuan : 2981,32 kgm
Gaya geser : 7428,78 kg Gaya geser : 5173,64 kg
d. BA 4
Momen lapangan : 715,98 kgm
Momen tumpuan : 1836,24 kgm
Gaya geser : 3871,33 kg
6.5 Perhitungan Tulangan Balok BI 1
6.5.1 Tulangan lentur
Data perencanaan :
h = 450 mm ;b = 150 mm
d’ = 40 mm ; f’c = 25 Mpa
fy = 400 Mpa ;d = 450 – 40 = 410 mm
Syarat rasio tulangan :
- pb
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 600
𝑝𝑏 = ×𝛽( )
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
0,85 × 25 600
𝑝𝑏 = × 0,85 ( )
400 600 + 400
𝑝𝑏 = 0,027
- pmaks
𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 × 𝑝𝑏
𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 × 0,027 = 0,020
- pmin
1 1
𝑝𝑚𝑖𝑛 = = = 0,003
𝑓𝑦 400
Syarat penulangan :
pmin < pperlu < pmaks dipakai pperlu
pperlu < pmin dipakai pmin
a. Daerah Lapangan
Mu = 2247,74 kgm = 2,24 x 107 Nmm
Mn =
𝑀𝑢 2,24 × 107
= = 2,8 × 107 𝑁𝑚𝑚
𝜑 0,8
Rn
𝑀𝑛 2,8 × 107
𝑅𝑛 = = = 1,11 𝑁/𝑚𝑚2
𝑏 × 𝑑2 150 × 4102
m
𝑓𝑦 400
𝑚= = = 18,82
0,85 × 𝑓′𝑐 0,85 × 25
pperlu
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 1,11
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,003
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,003 × 150 × 410 = 184,5 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 184,5 mm2 3D13 (398 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 398 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 398×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 49,95
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 1,92
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,005
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,005 × 150 × 410 = 307,5 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 307,5 mm2 4D13 (531 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 531 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 531×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 66,64
m
𝑓𝑦 400
𝑚= = = 18,8211
0,85 × 𝑓′𝑐 0,85 × 25
pperlu
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 2,08
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,005
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,005 × 150 × 460 = 345,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 345,0 mm2 4D13 (531 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 531 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 531×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 66,64
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 3,41
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,009
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,009 × 150 × 460 = 621,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 621,0 mm2 5D13 (664 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 664 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 664×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 83,33
Syarat penulangan :
pmin < pperlu < pmaks dipakai pperlu
pperlu < pmin dipakai pmin
a. Daerah Lapangan
Mu = 2502,35 kgm = 2,50 x 107 Nmm
Mn =
𝑀𝑢 2,50 × 107
= = 3,13 × 107 𝑁𝑚𝑚
𝜑 0,8
Rn
𝑀𝑛 3,13 × 107
𝑅𝑛 = = = 0,67 𝑁/𝑚𝑚2
𝑏 × 𝑑2 150 × 5602
m
𝑓𝑦 400
𝑚= = = 18,8211
0,85 × 𝑓′𝑐 0,85 × 25
pperlu
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 0,67
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,002
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,003 × 150 × 560 = 252,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 252,0 mm2 4D13 (531 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 531 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 531×400
a = = = 66,64
0,85×𝑓′𝑐×𝑏 0,85×25×150
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 1,39
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,004
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,004 × 150 × 560 = 336,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 336,0 mm2 5D13 (664 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 664 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 664×400
a = = = 83,33
0,85×𝑓′𝑐×𝑏 0,85×25×150
- pmaks
𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 × 𝑝𝑏
𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 × 0,027 = 0,020
- pmin
1 1
𝑝𝑚𝑖𝑛 = = = 0,003
𝑓𝑦 400
Syarat penulangan :
pmin < pperlu < pmaks dipakai pperlu
pperlu < pmin dipakai pmin
a. Daerah Lapangan
Mu = 3058,84 kgm = 3,05 x 107 Nmm
Mn =
𝑀𝑢 3,05 × 107
= = 3,81 × 107 𝑁𝑚𝑚
𝜑 0,8
Rn
𝑀𝑛 3,81 × 107
𝑅𝑛 = = = 2,64 𝑁/𝑚𝑚2
𝑏 × 𝑑2 150 × 3102
m
𝑓𝑦 400
𝑚= = = 18,8211
0,85 × 𝑓′𝑐 0,85 × 25
pperlu
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 2,64
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,007
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,007 × 150 × 310 = 325,5 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 325,5 mm2 3D13 (398 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 398 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 398×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 49,95
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 3,07
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,008
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,008 × 150 × 310 = 372,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 372,0 mm2 3D13 (398 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 398 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 398×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 49,95
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 2,72
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,007
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,007 × 150 × 360 = 378,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 378,0 mm2 3D13 (398 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 398 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 398×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 49,95
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 3,59
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,009
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,009 × 150 × 360 = 486,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 486,0 mm2 4D13 (531 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 531 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 531×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 66,64
m
𝑓𝑦 400
𝑚= = = 18,8211
0,85 × 𝑓′𝑐 0,85 × 25
pperlu
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 1,47
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,004
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,004 × 150 × 260 = 156,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 156,0 mm2 2D13 (265 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 265 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 265×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 33,25
1 2 × 18,82 × 3,67
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,010
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,010 × 150 × 260 = 390,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 290,0 mm2 3D13 (398 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 398 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 398×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 49,95
Vs = Vu – Vc
= 51736,4 N – 32500 N = 19236,4 N
Vs perlu
= ∅𝑉𝑠⁄0,6 = 19236,4⁄0,6 = 32060,7 𝑁
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 1,35
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,004
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,004 × 150 × 210 = 126,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 126,0 mm2 2D13 (265 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 265 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 265×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 33,25
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 3,46
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,009
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,009 × 150 × 210 = 283,5 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 283,5 mm2 3D13 (398 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 398 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 398×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 49,95
Cb =
600 600
×𝑑 = × 560 = 336
600 + 𝑓𝑦 600 + 400
ab = β1 x cb = 0,85 x 336 = 285,6
Pnb = 0,85 x f’c x ab x b
= 0,85 x 25 x 285,6 x 150 = 9,1 x 105 N
1 2𝑚 × 𝑅𝑛
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 18,82 × 3,09
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
18,82 400
𝑝𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,008
Tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperoleh :
𝐴𝑠 = 𝑝 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑠 = 0,008 × 150 × 260 = 312,0 𝑚𝑚2
Tulangan yang harus dipakai :
As = 312,0 mm2 2D16 (402 mm2) lihat dari tabel diameter
tulangan
Cek kapasitas :
As ada = 402 mm2
𝐴𝑠 𝑎𝑑𝑎×𝑓𝑦 402×400
a = 0,85×𝑓′𝑐×𝑏 = 0,85×25×150 = 50,45