Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

TUBERKULOSIS PARU
OLEH

IRDA ASTUTI, S.Ked

09171068

PEMBIMBING

Dr. ROSNIAR NASUTION Sp.P

BAGIAN SMF ILMU PENYAKIT PARU


RSUD ACEH TAMIANGFAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya,
sehingga pada akhirnya Saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul.
TUBERCULOSIS PARU

Tidak lupa Saya mengucapkan terimakasih kepada pembimbing Saya


dr. ROSNIAR NASUTION sp,P dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini sejak awal hingga selesainya tugas ini.

Tujuan penulisan referat ini adalah sebagai salah satu syarat dalam kegiatan
kepaniteraan klinik senior dibagian Ilmu Paru RSUD ACEH TAMIANG.

Saya menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu Saya sangat mengharapkan bantuan dan partisipasi teman sejawat untuk memberikan
masukan dan saran guna menyempurnakan referat ini di masa mendatang.

Akhir kata Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya atas perhatian
dan dukungannya, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Aceh Tamiang,30 september 2013

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Definisi ............................................................................................................. 3

2.2 Epidemiologi dan Penularan Tuberkulosis Paru ............................................... 3

2.3 Morfologi dan Karakteristik Mycobacterium Tuberculosis .............................. 6

2.4 Patogenesis ........................................................................................................ 7

2.5 Klasifikasi Tuberkulosis .................................................................................. 10

2.6 Diagnosis ......................................................................................................... 13

2.7 Pengobatan Tuberkulosis ................................................................................. 19

BAB 3. PENUTUP ................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 39

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat
lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah
urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang
vertebra torak yang khas TB dari kerangka yang digali di heidelberg dari kuburan zaman
neolitikum, begitu pula penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid di
mesir kuno pada tahun 2000 - 4000 SM. Hipokrates telah memperkenalkan terminologi
phthisis yang diangkat dari bahasa yunani yang menggambarkan tampilan TB paru ini.1
Literatur arab: Al Razi (850-953 M) dan Ibnu Sina (980-1037 M) menyatakan
adanya kavitas pada paru-paru dan hubungannya dengan lesi dikulit. Baru pada tahun 1882
Robert Koch menemukan kuman penyebabnya semacam bakteri berbentuk batang dan dari
sinilah diagnosis secara mikrobiologis dimulai dan penatalaksanaannya lebih terarah.
Apalagi pada tahun 1896 Rontgen menemukan sinar X sebagai alat bantu menegakkan
diagnosis yang lebih tepat.1
Penyakit ini kemudian dinamakan tuberkulosis, dan hampir seluruh tubuh manusia
dapat terserang olehnya tetapi yang paling banyak adalah organ paru.1
Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan
banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan
dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal
tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global
emergency).2
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB.
Koinfeksi TB dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan.
Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB
(multidrug resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak
berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya
epidemi TB yang sulit ditangani. 2
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien
TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah
pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004,
setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA
positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.2

1.2 Tujuan

Berdasarkan standar kompetensi dokter umum, penyakit Tuberkulosis paru tanpa


komplikasi termasuk dalam tingkat kemampuan 4 yang artinya dokter umum harus mampu
menentukan diagnosis klinik TB paru berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan serta dapat memutuskan dan mampu menangani problem TB paru tanpa
komplikasi secara mandiri hingga tuntas.

Maka dari itu makalah ini dibuat selain sebagai salah satu tugas kepaniteraan
klinik pada stase paru, juga untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan dokter muda
khususnya penulis tentang TB paru dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya.2
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah lama
dikenal pada manusia. Ditandai pembentukan turbekel dan cenderung meluas secara lokal.
Selain itu, juga bersifat pulmoner maupun ekstrapulmoner dan dapat mempengaruhi organ
tubuh lainnya. Tuberculosis paru (TB) disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
Tuberkulosis, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). 3

2.2 Epidemiologi dan Penularan Tuberkulosis

2.2.1 Epidemiologi

Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih
tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO
mendeklarasikan TB sebagaiglobal health emergency. TB dianggap sebagai masalah
penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada
tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat diseluruh dunia.1

Sebagian besar dari kasus TB ini (95 %) dan kematiannya (98 %) terjadi dinegara-

negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75 % berada pada usia produktif yaitu

20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65 %

dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul di Asia.1

Alasan utama yang muncul atau meningkatnya penyakit TB global ini disebabkan :

a. Kemiskinan pada berbagai penduduk

b. Meningkatnya penduduk dunia


c. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi

d. Tidak memadainya pendidikan mengenai penyakit TB

e. Terlantar dan kurangnya biaya pendidikan.1

Jumlah pasien TB paru di Indonesia diperkirakan sekitar 10 % dari total jumlah

pasien TB di dunia dan termasuk penyebab kematian utama. Hasil survey Prevalensi TB

paru di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara

Nasional adalah sebesar 110 per 100.000 penduduk.3

Secara regional prevalensi TB BTA positip di Indonesia di kelompokan dalam 3

wilayah yaitu wilayah Sumatra dengan angka prevalensi TB sebesar 160 per 100.000

penduduk, wilayah Jawa dan Bali dengan angka prevalensi TB sebesar 110 per 100.000

penduduk, dan wilayah Indonesia Timur dengan angka prevalensi TB sebesar 210 per

100.000 penduduk. Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah

sebesar 68 per 100.000 penduduk (Depkes, 2008).3

Gambar 1. Prevalensi Kasus TB di Indonesia Tahun 2006 dan 2007


2.2.2 Penularan Tuberkulosis

1. Cara penularan Tuberkulosis

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei) . Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.2

Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada


dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara
sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.2

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang


dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut. 2

Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh


konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. 2

2. Risiko penularan Tuberkulosis

Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari
pasien TB paru dengan BTA negatif.2

Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of


Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi
TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000
penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB
dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.2

3. Risiko menjadi sakit Tuberkulosis.

Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Dengan ARTI 1%,
diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan
10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya
adalah pasien TB BTA positif. 2
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah
daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).2

HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh
seluler (Cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis,
maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat,
dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.2

2.3 Morfologi dan Karakteristik Mycobacterium Tuberculosis

TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri gram positif, berbentuk

batang halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic.3

Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia

atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu

yang lama.3

Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium

Tuberculosis sangat tinggi. Pathogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung

dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering

muncul setelah penggunaan kemoterapi modern, sehingga menyebabkan keharusan

mengembangkan obat baru .3

Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi.

Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi

congenital yang jarang terjadi.3


Gambar 2. Morfologi Bakteri Mycobacterium Tuberculosis

Kuman tuberkulosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 µ x 0,2-0,5µm, dengan


bentuk uniform, tidak berspora dan tidak bersimpai. Dinding sel mengandung lipid
sehingga memerlukan pewarnaan khusus agar dapat terjadi penetrasi zat warna. 4

Yang lazim digunakan adalah pengecatan Ziehl-Nielsen. Kandungan lipid pada


dinding sel menyebabkan kuman TB sangat tahan terhadap asam basa dan tahan
terhadap kerja bakterisidal antibiotika.4

M.Tuberculosis mengandung beberapa antigen dan determinan antigenin yang


dimiliki mikobakterium lain sehingga dapat menimbulkan reaksi silang. Sebagian besar
antigen kuman terdapat pada dinding sel yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas
tipe lambat. Kuman TB tumbuh secara obligat aerob. Pengurangan oksigen dapat
menurunkan metabolisme kuman.4

Energi diperoleh dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana. CO2 dapat
merangsang pertumbuhan. Dapat tumbuh dengan suhu 30-40C dan suhu optimum 37-
380 C. Kuman akan mati pada suhu 600 C selama 15-20 menit. 4

2.4 Patogenesis

2.4.1 Tuberkulosis Primer

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar
getah bening di hilus (limfadenitis regional). 5

Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks


primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :

1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)

3. Menyebar dengan cara5 :

a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah epituberkulosis,


yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar
hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan,
dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang
tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang
atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.5

b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya


atau tertelan.5

c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya
tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara
spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan
menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis,
typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat
tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi
dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan5 :

- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada


anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.5
2.4.2. Tuberkulosis Postprimer

Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah


tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer
mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized
tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya.5

Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat,


karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior.
Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan
mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :

1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan
jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan keju
dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.5

3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:

- Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni ini
akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di atas
- memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali,
mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
-
Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh
dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).5
Gambar 3. Skema perkembangan sarang tuberkulosis postprimer dan perjalanan
penyembuhannya

2.5 Klasifikasi Tuberkulosis

2.5.1 Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak


termasuk pleura.5

1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) , TB paru dibagi atas:

a. Tuberkulosis paru BTA (+).5

-
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
-
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
-
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif.5
b. Tuberkulosis paru BTA (-).5

-
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan
kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
-
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
Tuberculosis.5

2. Berdasarkan tipe pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa


tipe pasien yaitu :

a. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. 5

b. Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan


tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali
lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.5

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif /
perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll)


- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten
menangani kasus tuberkulosis.5

c. Kasus defaulted atau drop out

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil
obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.5

d. Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.5
e. Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.5

f. Kasus Bekas TB:

-
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan
gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih
mendukung.5
-
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan
OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.5

2.5.2 Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain


selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing
dan lain-lain.5

Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari
tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka
diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.5

Gambar 4. Skema klasifikasi tuberkulosis


2.6 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan


fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.5

2.6.1 Gejala klinik

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).5

1. Gejala respiratorik :

- Batuk > 2 minggu


- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada

Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical
check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak
ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.5

2. Gejala sistemik

- Demam
- Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun.

3. Gejala tuberkulosis ekstraparu

Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada
pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang
rongga pleuranya terdapat cairan.5
2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang
terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur
paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)
menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior
(S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.5

Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya


cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.5

Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering


di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.
Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”.5

Gambar 5. Paru : Apeks Lobus Superior dan Apeks Lobus Inferior


2.6.3 Pemeriksaan Bakteriologik

1. Bahan pemeriksasan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti


yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi
ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).5

2. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS): Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat
kunjungan), Pagi ( keesokan harinya ), Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak
pagi), atau setiap pagi 3 hari berturut-turut. 5

Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung


dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak
mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan
apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.5

Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek,
atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml
sebelum dikirim ke laboratorium.5

Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam
kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identiti
pasien yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium.5

Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien,
spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos. Cara pembuatan dan
pengiriman dahak dengan kertas saring:

- Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian
tengahnya
- Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari
kertas saring sebanyak + 1 ml
- Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung
yang tidak mengandung bahan dahak
- Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal
di dalam dus.
- Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik
kecil
- Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi
kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi
- Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak
- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.

3. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.

Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin,
faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara mikroskopik dan
biakan.5

a. Pemeriksaan mikroskopik:

- Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen


- Mikroskopik fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin ( untuk screening)

lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila 3 kali
hasilnya positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif berarti maknanya BTA positif. 5

Bila1 kali hasilnya positif, 2 kali negatif maka ulang BTA 3 kali, kemudian bila
hasilnya 1 kali positif, 2 kali negatif berarti BTA positif. Bila 3 kali negatif berarti BTA
negatif.5

Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi


WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :

- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif


- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
- Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

b. Pemeriksaan biakan kuman

Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara


Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh dan Agar base media :
Middle brook.5

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat


mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium other than tuberculosis
(MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat
cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran
dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul.5

2.6.4 Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto
lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran bermacam--macam bentuk (multiform).5

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif antara lain; Bayangan
berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior
lobus bawah, Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular, Bayangan bercak milier, Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral
(jarang).5

Gambar 6. Gambaran Foto Rontgen TB Paru


Sedangkan gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif antara lain; Fibrotik
, Kalsifikasi, Schwarte atau penebalan pleura5

Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat,


biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari
atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi
atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi tersebut. Perlu dilakukan
pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses penyakit.5

Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) ; Lesi minimal bila proses
mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan
(volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan dan
prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak
dijumpai kaviti. Sedangkan dikatakan Lesi luasBila proses lebih luas dari lesi minimal.5

Gambar 7. Skema Alur Diagnosis TB Paru


2.7 Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan terdiri
dari paduan obat utama (lini 1) dan tambahan (lini 2). Jenis obat utama (lini 1) yang
digunakan antara lain INH, Rifampisin, Pirazinamid , Streptomisin, Etambutol.
Sedangkan Obat tambahan (lini 2) antara lain Kanamisin, Amikasin dan Kuinolon.2,5

Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya


kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa
indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah dari pada OAT
lapis pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada
OAT lapis kedua.2,5

Tabel 1. Jenis, Sifat dan Dosis OAT

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut; OAT


harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan. 2,5
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.2,5

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi
BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. 2,5

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.2,5

2.7.1 Paduan OAT dan Peruntukannya

a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

- Pasien baru TB paru BTA positif.


- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
- Pasien TB ekstra paru.2,5

Tabel 2. Dosis untuk Paduan OAT KDT Kategori 1


b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus).2,5

Tabel 3. Dosis untuk Paduan OAT KDT Kategori 2

c. OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori
1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).2,5

Tabel 4. Dosis KDT Sisipan

2.7.2 Efek Samping OAT

Sebagaimana obat-obatan lainnya, tablet tablet TBC kadangkala dapat


menimbulkan efek sampingan, namun kebanyakan orang tidak mengalami masalah. Pasien
harus memberieri tahu dokter atau petugas kesehatan dengan segera jika muncul penyakit
yang tidak diduga atau salah satu gejala efek samping antara lain; Mual dan/atau muntah,
Sakit kuning (kulit dan mata berwarna kuning, kencing berwarna gelap), Demam yang
tidak biasanya atau rasa lelah, Kesemutan pada tangan atau kaki , sakit pada persendian,
Gatal-gatal pada kulit, lebam, Penglihatan menjadi kabur atau buta warna merah/hijau dll.6

Tabel 5. Efek Samping OAT dan Penatalaksanaannya


BAB III

PENUTUP

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya.

Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien


TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah
pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004,
setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA
positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei)

Gejala TB Paru antara lain Batuk > 2 minggu , Batuk darah, Sesak napas, Nyeri dada,
Demam dan Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun.

Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum. Pemeriksaan Penunjang yang membantu diagnosis antara lain pemeriksaan
bakteriologik dan pemeriksaan radiologi

Paduan Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan terdiri dari paduan obat utama (lini
1) dan tambahan (lini 2). Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan antara lain INH,
Rifampisin, Pirazinamid , Streptomisin, Etambutol. Sedangkan Obat tambahan (lini 2)
antara lain Kanamisin,
STATUS PASIEN PARU

1.Anamnese Pribadi

Nama : Mr. X

Umur : 52 Tahun

Jenis kelamin : laki - laki

Alamat : Dsn. Metro jaya Ds. durian

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Masuk RS : 16 September 2013

II.Anamnese Penyakit

Keluhan Utama : Batuk Berdarah

Keluhan Tambahan : Sesak, Nyeri dada, demam

Telaah : Os datang ke Rumah Sakit Umum dengan keluhan batuk berdarah


sudah 2 hari yang lalu, os mengatakan banyaknya volume darah
yang dibatukkan dalam 1 hari mencapai 4 sendok makan dan os
mengatakan warna darah yang keluar bewarna merah segar, os juga
mengeluh sesak disaat batuk dan dada terasa panas, keluhan juga
disertai dengan demam dan os juga mengeluhkan sering berkeringat
malam.

RPD :-

RPK :-

RPO : mengkonsumsi obat batuk yang dibeli di warung


III.Status Present

 Keadaan umum : Baik


 Sensorium : Compos mentis
 Vital Sign
Tek.darah : 110/80mmhg

Heart rate : 80 x/i

Resp.Rate : 28 x/i

Temperature : 38,4˚C

IV.Pemeriksaan Fisik

1. Kepala
 Mata : Refleks cahaya (+), Pupil: bulat, isokor (+),
Konjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik (-)
 Telinga : Sekret (-), Pendarahan (-), Radang (-)
 Hidung : Sekret (-), Pendarahan (-), Nafas Cuping Hidung (-)
 Lidah : Beslaq (-), Tremor (-)
 Tenggorokan : Tonsil (T1/T1), Faring hiperemis (-)

2. Leher
 Trakhea : Media
 Pembesaran KGB (-)
 JVP : R-2 cm h2O
3. Thorak depan
 Inspeksi : simetris (+), Retraksi (-)
 Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru Kiri kesan
Lap. Paru Atas Ka > ki Ki < ka Kanan
meningkat
Lap. Paru Tengah Ka > ki Ki < ka Kanan
meningkat
Lap. Paru Bawah Ka = ki Ka = ki Normal

 Perkusi
Paru kanan Paru Kiri
Lap. Paru Atas Sonor memendek Sonor
Lap. Paru Tengah Sonor memendek Sonor
Lap. Paru Bawah Sonor Sonor

 Auskultasi
Suara Nafas Pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru Atas Vesikuler meningkat(+) Vesikuler (+)
Lap. Paru Tengah Vesikuler meningkat(+) Vesikuler (+)
Lap. Paru Bawah Vesikuler (+) Vesikuler (+)

Suara nafas tambahan Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru Atas Rh (+), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru Tengah Rh (+), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru Bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
4. Thoraks Belakang
 Inspeksi : simetris (+), Retraksi (-)
 Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru Kiri
Lap. Paru Atas Ka > Ki Ki < Ka
Lap. Paru Tengah Ka > Ki Ki < Ka
Lap. Paru Bawah Ka = Ki Ki =Ka

 Perkusi
Paru kanan Paru Kiri
Lap. Paru Atas Sonor memendek Sonor
Lap. Paru Tengah Sonor memendek Sonor
Lap. Paru Bawah Sonor Sonor

 Auskultasi
Suara Nafas Pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru Atas Vesikuler meningkat(+) Vesikuler (+)
Lap. Paru Tengah Vesikuler meningkat(+) Vesikuler (+)
Lap. Paru Bawah Vesikuler (+) Vesikuler (+)

Suara nafas tambahan Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru Atas Rh (+), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru Tengah Rh (+), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru Bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

5. Jantung
 Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : iktus cordis teraba sela iga IV garis midklavikula kiri
 Perkusi : batas atas sela iga II garis parasternal kiri
Batas kanan sela iga IV garis parasternal kanan
Batas bawah sela iga V parasternal sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung I – II normal, regular, murmur (+)

6. Abdomen
 Inspeksi : Datar, simetris
 Palpasi : nyeri tekan (-), Lien tidak teraba, Hepar tidak teraba
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus (+) normal

7. Genitalia eksterna
 Kelamin : Laki-laki, tidak dilakukan pemeriksaan.

8. Ekstremitas
 Superior : sianosis (-), udem (-), Akral hangat (+)
 Inferior : sianosis (-), udem (-), Akral hangat (+)

V. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

Hasil pemeriksaan tanggal 17 september 2013

Jenis pemeriksaan Hasil


Eritrosit 3,94
Haemoglobin 10,2
Leukosit 10.700
Trombosit 360.000
Albumin 4,0

Hasil pemeriksaan tanggal 18 september 2013

Jenis Pemeriksaan Hasil


Pewarnaan ZNP Zn ++ (positif)
Hasil pemeriksaan tanggal 19 september 2013

Jenis Pemeriksaan Hasil


Pewarnaan ZNP Zn ++ (positif)

Hasil pemeriksaan tanggal 20 september 2013

Jenis Pemeriksaan Hasil


Glukosa 110mg/dL
Pewarnaan ZNP Zn - (negatif)
1. Identitas Foto
Nama : Mr. X
Umur : 52
Tanggal Pembuatan : 17-09-2013

2. Pembacaan Foto
 KV : Cukup
 Trakea : Simetris
 Klavikula : Simetris, fraktur (-)
 Scapula : superposisi scapula kiri
 Soft tissue : DBN (+), massa (-), emfisema subkutan (-)
 Diafragma : Dum konveks
 Sudut costoprenicus : sudut kanan dan kiri tajam
 Sudut cardiophrenicus : sudut kanan dan kiri tumpul
 Jantung : CTR = 42 % (DBN)
 Paru : Terdapatnya konsolidasi pada paru kanan
bagian atas.
 Mediastinum
 Para trakea : Tampak normal
 Para hillus : Hipervascularisasi paru kanan dan kiri
 Para cardial :Hipervascularisasi paru kanan

Kesan foto :

 Terdapatnya hipervascularisasi para hillus pada paru kanan dan kiri,


hipervascularisasi para cardial paru kanan dan terdapatnya konsolidasi pada paru
kanan atas sampai tengah.
RESUME

Mr. X 52 tahun, dengan keluhan batuk darah sejak 2 hari yang lalu, nyeri dada (+), sesak
(+), demam (+).

Pemeriksaan fisik paru dijumpai bentuk dada simetris. Palpasi gerakan dinding dada
sebelah kanan meningkat. Stem premitus paru kanan > kiri (kesan kanan meningkat).
Perkusi dijumpai suara sonor memendek pada lapangan paru kanan atas sampai tengah.
Auskultasi paru kanan vesikuler dan terdengar suara tambahan ronkhi.

Foto thorak memberikan gambaran hipervaskularisasi pada paru kanan atas sampai bawah
dan pada paru kiri gambaran hipervaskularisasi pada paru tengah sampai bawah. Dan
terdapatnya konsolidasi pada paru kanan atas sampai tengah.

VI. DIAGNOSA BANDING

 TB paru
 Pneumonia
 Mikosis paru

VII. DIAGNOSA KERJA

 TB Paru

FOLLOW UP

 Follow up tanggal 17 september 2013

Keluhan : batuk darah (+),

PD : vesikuler (+), St : Ronkhi (+), BTA (++)

TD : 140/90 mmHg

HR : 74 x/i

RR : 20x/i
T : 36,8°C

Terapi :

 IVFD Rl 20 gtt/i
 Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
 Codein 3x10 mg
 OAT: R/H/Z/E (450/300/1000/1000)
 Lesipar 300 1x1
 Pct 3x1 (k/p)

 Follow up tanggal 18 september 2013

Keluhan : batuk darah berkurang, BTA (++)

TD : 120/80 mmHg

HR : 74x/i

RR : 24x/i

T : 36°C

Terapi :

 IVFD Rl 20gtt/i
 Inj. Ranitidin 1 amp/12jam
 Codein 3x10 mg
 OAT: R/H/Z/E (450/300/1000/1000)
 Lesipar 300 mg 1x1

 Follow up tanggal 19 september 2013

Keluhan : batuk darah berkurang, BTA (++)

TD : 120/90 mmHg

HR : 80x/i
RR : 24x/i

T : 36,4°C

Terapi :

 OAT : R/H/Z/E (450/300/1000/1000)


 Levo 500mg 1x1
 Codein 3x10mg
 Lesipar 300mg 1x1
 Ranitidin 2x1

 Tanggal 20 september 2013


 Pasien PBJ
DISKUSI

 Os datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 2 hari yang lalu. Berdasarkan teori
gejala klinik Tb paru salah satunya adalah batuk darah. Batuk darah merupakan
tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding
kavitas. Oleh karena itu, proses tuberkulosis harus cukup lanjut untuk dapat
menimbulkan batuk dengan ekspetorasi. Batuk darah masif terjadi bila ada robekan
dari aneurisma Rasmussen pada dinding kavitas atau ada perdarahan yang berasal
dari bronkiektasis atau ulserasi trakeo-bronkial. Keadaan ini dapat menyebabkan
kematian karena penyumbatan saluran pernapasan oleh bekuan darah. Batuk darah
jarang berhenti mendadak, karena itu penderita msih terus menerus mengeluarakan
gumpalan – gumpalan darah yang bewarna coklat selama beberapa hari.
Batuk darah dapat juga terjadi pada tuberkulosis yang sudah sembuh, hal ini
disebabkan oleh robekan jaringan paru atau darah berasal dari bronkiektasis yang
merupakan salah satu penyulit tuberkulosis paru.

 Os juga mengeluhksan nyeri dada yang merupakan salah satu gejala klinik dari Tb
paru.
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri
bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis yang luas.

 Os juga mengeluhkan sesak nafas. Sesak nafas merupakan late symptom dari
proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya retraksi dan obstruksi saluran
pernapasan serta loss of vascular bed/vascular thrombosis yang dapat
mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.

 Os juga mengeluhkan demam, karena demam merupakan gejala yang paling sering
dijumpai dan paling penting. Sering kali panas badan sedikit meningkat pada siang
maupun sore hari. Panas badan meningkat bila proses berkembang menjadi
progresif sehingga penderita merasakan badannya hangat.
 Pada pemeriksaan perkusi dada didapatkan bunyi hipersonor dan pada auskultasi
didapatkan suara pernapasan tambahan ronkhi. Merupakan tanda dan gejala yang
khas pada psasien Tb, dan pada pengobatan diberikan obat anti tuberkulosis (OAT)
selama 6 bulan.
KESIMPULAN

Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri


mikobaktrium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang yang bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Indonesia adalah negeri dengan
prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah cina dan india. Penularan terjadi karena
kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita.
Gejala klinis berupa demam, batuk dengan atau tampa darah, sesak napas, nyeri dada,
malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun. Obat – obat anti
tuberculosis terdiri dari Rifamfisin, INH, Pirazinamid, Etambutol, Streptomicin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 4. Jakarta : FKUI. 2007.
Hal 988 – 995
2. Aditama, Chandra Yoga dr, et all. Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulosis.
Edisi 2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006.
3. Epidemiologi unsri.blogspot.com/2011/Tuberkulosis-paru.html
4. Chandra, budiman dr, Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta:
EGC.2000.
5. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.PDPI:2006.
6. Pengobatan tuberkulosis, Departemenofhealth and community ,
http://www.health.nt.gov.au

Anda mungkin juga menyukai