ID General Health Qquestionnaire 12 GHQ 12 PDF
ID General Health Qquestionnaire 12 GHQ 12 PDF
Rahmat Hidayat²
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Abstract. Adjustment Disorder (AD) is a common mental health problem in primary care
setting. This study aimed to examine the validity of GHQ-12 as Adjustment Disorder
screening instrument in Public Health Center (Puskesmas). The subjects were 243 adult
outpatients from twenty five Puskesmas in Sleman, Yogyakarta. The prevalence of AD
was 12.9%. A cronbach’s Alpha of .863 (likert’s scoring method), .841 (bimodal’s scoring
method), .832 (CGHQ’s scoring method) were obtained, Sensitivity and specivity for
GHQ-12 were .81 and .62 (for the optimum cut-off point ≥11 in Likert’s scoring method),
.81 and .57 (for the optimum cut-off point ≥2 in bimodal’s scoring method), .81 and .55 (for
the optimum cut-off point ≥4 in CGHQ’s scoring method). Positive Likelihood Ratio and
negative Likelihood Ratio for GHQ-12 were 2.12 and 0.31 (Likert’s scoring method), 1.90
and 0.34 (Bimodal’s scoring method), and 1.80 and 0.35 (CGHQ’s scoring method). The
GHQ-12 is valid and reliable in Puskesmas population, and can be employed as a
screening instrumen in this population.
Keywords: GHQ-12, SCID, adjustment disorder, public health center (puskesmas), validity
Abstrak. Gangguan Penyesuaian (GP) banyak dijumpai pada pasien yang datang di
layanan kesehatan primer, terutama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Penelitian
ini bertujuan untuk menguji validitas klinik GHQ-12, sebagai instrumen skrining GP pada
pasien Puskesmas. Penelitian ini melibatkan 243 pasien di 25 Puskesmas di Kabupaten
Sleman, Yogyakarta. Hasil analisis menunjukkan prevalensi GP di Puskesmas sejumlah
12,9%. Analisis reliabilitas menunjukkan hasil yang memuaskan (r xx’ = 0,863; 0,841; 0,832).
Analisis ROC dan LR menghasilkan nilai sensitivitas sebesar 0,81, spesivisitas 0,62, LR+
2,12, dan LR- 0,31, dengan titik potong optimum ≥11 (Likert), sensitivitas 0,81, spesivisitas
0,57, LR+ 1,90, dan LR- 0,34, dengan titik potong optimum ≥2 (Bimodal), serta spesivisitas
0,81, spesivisitas 0,55, LR+ 1,80, dan LR- 0,35 dengan titik potong ≥4 (CGHQ). Dapat
disimpulkan bahwa GHQ-12 valid, reliabel dan akurat sebagai instrumen skrining GP.
Kata kunci: GHQ-12, SCID, gangguan penyesuaian, puskesmas, validitas
men klinis yang lainnya, yaitu wawancara dan Goodman, 2010), saat diuji dengan
oleh psikiater. Hasil penelitian menunjuk- instrumen lain sebagai standar baku emas
kan bahwa terdapat korelasi yang baik (Makowska, dkk., 2002; Pevalin, 2000;
antara skor kuesioner dengan rating Berardi dkk., 1999; Uher dan Goodman,
wawancara klinis (r=+0.80) dan 91.5% 2010; Fellinger dkk., 2005; Patel dkk, 2007).
pasien berhasil diklasifikasi apakah Instrumen skrining ini juga telah
sungguh-sungguh terganggu atau tidak, digunakan dalam berbagai jenis populasi,
secara tepat. Saat ini, GHQ telah diter- sebagai contoh penderita tuna rungu
jemahkan ke 38 bahasa setelah melalui (Fellinger dkk., 2005) dan pasien dengan
serangkaian tes validitas dan reliabilitas penyakit kardiovaskular (Mellor, dkk.,
sehingga dapat digunakan di lebih dari 50 2010), serta diadministrasikan dalam
negara (Bell, Watson, Sharp, Lyons, & berbagai cara selain self-report, yaitu
Lewis, 2005; Makowska, Merecz, Moscicka wawancara (Kuruvilla dkk, 1999) dan
& Kolasa, 2002; Allison dkk., 2005; Nitsche, melalui komputer (Fellinger dkk, 2005).
Koch dan Kallert, 2010; Kapur dkk., 2004; Terkait dengan permasalahan di atas
Mellor, Braydon & Steptoe, 2010; Uher dan dan untuk menjawab kebutuhan yang ada
Goodman, 2010; Pevalin, 2000; Evans, di Puskesmas, tujuan dari penelitian ini
Kessler, Lewis, Peters & Sharp, 2004; Jacob, adalah untuk menguji validitas, menentu-
Bhugra & Manh, 1997; Berardi, dkk., 1999; kan titik potong optimum, dan menen-
Belek, 2000; Kuruvilla dkk., 1999; Patel tukan jenis skoring yang paling tepat dari
dkk., 2007; Sanchez-Lopez dan Dresch, GHQ-12, sehingga dapat digunakan
2008; Fellinger dkk, 2005; Gureje, 2002). sebagai instrumen skrining GP pada
General Health Questionnaire (GHQ) pasien Puskesmas. Tujuan penelitian ini
terdiri dari 60 butir pertanyaan, dan sering selaras dengan rekomendasi yang diusul-
dikenal dengan sebutan GHQ-60. GHQ kan dalam FGD Kelompik Pembuatan
versi 60 kemudian mengalami berbagai Sistem Program Inter-University Partnership
modifikasi, yaitu versi 30, 28, dan 12 To Improve Mental Health Care In Indonesia
pertanyaan, Sementara itu, versi GHQ (CPMH, 2012) dan prioritas dari Rencana
yang sesuai dengan kebutuhan di Kegiatan Pemerintah Direktorat Bina
Puskesmas. adalah GHQ versi 12 atau Kesehatan Jiwa Republik Indoensia tahun
GHQ-12, dengan pertimbangan versi ini 2011 (Irmansyah, 2012). Hasil penelitian
adalah versi yang paling banyak dipakai, ini bermanfaat untuk membantu mening-
memiliki validitas yang mapan, bahasa katkan kepekaan paramedis dalam
yang sederhana, ringkas dan waktu mendeteksi GP di Puskesmas, sehingga
pengerjaan relatif cepat (Yusoff, Rahim & para pasien yang mengalami GP akan
Yacoob, 2009). menjadi lebih cepat tertangani.
Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa GHQ-12 telah diuji secara psiko- Metode
metrik untuk dipakai sebagai instrumen
skrining distres psikologis di pelayanan Kriteria subjek penelitian adalah
kesehatan dasar di berbagai negara, dan pasien Balai Pelayanan Umum (BPU)
memiliki validitas dan realiabilitas yang Puskesmas dan berusia 18 – 65 tahun,
tinggi (Belek, 2000; Idaiani dan Suhardi, dengan ukuran sampel sebesar 250 orang,
2006; Patel dkk., 2007; Sanchez-Lopez dan di 25 Puskesmas di Kabupaten Sleman.
Dresch, 2008; Fellinger dkk., 2005; Uher Metode sampling yang digunakan adalah
non probability accidental sampling, yaitu kan dengan hasil rating psikolog klinis
pasien yang memiliki nomor urut senior, dengan metode inter-rater reliability.
pendaftaran BPU kelipatan 10 (nomor, 10, Dari 25 psikolog puskesmas yang menda-
20, 30, dan seterusnya), ditawari untuk patkan pelatihan, terdapat 2 psikolog yang
menjadi subjek penelitian. Apabila pasien memiliki nilai Koefisien Cohen’s Kappa
tersebut tidak bersedia, maka ditawarkan kurang dari 0,75 (mengacu pada Ventura,
kepada pasien dengan nomor urut dkk, 1998), sehingga data dari kedua
selanjutnya. Subjek yang terpilih sebagai psikolog tersebut tidak dipergunakan
sampel diberi penjelasan mengenai dalam penelitian ini.
prosedur penelitian, hak dan kewajiban Seluruh prosedur dalam pengambilan
pasien dalam penelitian yang tertera data menggunakan prosedur blinding,
dalam informed consent. Persetujuan subjek yaitu baik perawat maupun psikolog
mengenai keikutsertaan dan proses pene- puskesmas saling tidak mengetahui hasil
litian dibuktikan dengan tanda tangan pengisian kuesioner dan wawancara. Oleh
yang tertuang dalam informed concent. karena itu, baik lembar GHQ-12 maupun
Proses pengambilan data dilakukan SCID-I, keduanya dimasukkan dalam
oleh 25 perawat puskesmas, sebagai amplop terpisah dan tertutup, serta hanya
petugas administrasi GHQ-12 dan 25 boleh dibuka oleh peneliti. Dahlan (2009)
psikolog puskesmas sebagai petugas menyebutkan bahwa pada penelitian
administrasi SCID-I. Baik perawat mau- diagnostik, pengukuran sebaiknya dilaku-
pun psikolog Puskesmas telah menda- kan secara tersamar (blinding). Tujuan
patkan pembekalan pengambilan data penggunaan metode blinding adalah
yang diberikan oleh peneliti dan psikolog menghindari bias pengukuran.
senior. Khusus di dalam pembekalan Penelitian ini menggunakan GHQ-12
admnistrasi SCID-I bagi psikolog puskes- versi Bahasa Indonesia sebagai instrumen
mas, dilaksanakan pula uji kualitas penelitian. Intrumen ini terdiri dari 12
diagnosis psikolog sebagai petugas aitem, dengan 4 pilihan jawaban untuk
pengumpul data. Uji ini penting untuk masing-masing aitem. Seluruh jawaban
dilakukan, karena hasil diagnosis psikolog diberi skor dengan menggunakan 3 jenis
menggunakan SCID-I digunakan sebagai skoring, yaitu skala bimodal, skala likert,
standar baku emas dalam tahap analisis dan skala CGHQ. Adapun perincian skor
data. Dalam uji ini, para psikolog untuk masing-masing skala dipaparkan
puskesmas memberikan rating kriteria dan pada tabel 1.
diagnosis terhadap tayangan film yang
Instrumen lain yang digunakan dalam
disiapkan oleh peneliti. Hasil rating para
penelitian ini adalah Structured Clinical
psikolog puskesmas kemudian dibanding-
Interview for DSM IV Disorder atau SCID-I
Tabel 1.
Rincian model skoring GHQ-12
Jenis Respon
Model skoring
Respon 1 Respon 2 Respon 3 Respon 4
Skala Bimodal 0 0 1 1
Skala Likert 0 1 2 3
Skala CGHQ 0 0 1 1 Khusus untuk aitem positif
0 1 1 1 Khusus untuk aitem negative
versi Bahasa Indonesia Januari 2000 V.1.01. positif (LR +) dan pada hasil tes negatif
Instrumen tersebut sudah diadaptasi dan (LR -).
divalidasi oleh Bagian Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia dalam
Hasil
rangka penelitian genetik pada psikosis di
Indonesia. Dalam penelitian ini SCID Dari 251 data yang terkumpul,
berperan sebagai standar baku emas (gold terdapat 243 subjek yang memenuhi syarat
standard) yang menjadi patokan dalam rentang usia dalam penelitian ini, yaitu 18
menjamin keakuratan diagnosis psikolog. – 65 tahun, namun hanya terdapat 202
Data penelitian diolah dengan ban- data yang memenuhi syarat untuk
tuan program SPSS dan Mplus. Analisis dilakukan analisis kualitas diagnosis (ROC
reliabilitas pendekatan konsistensi internal dan LR). Hasil analisis deskriptif menun-
dengan metode Alpha Cronbach digunakan jukkan bahwa rata-rata usia subjek adalah
untuk memeriksa tingkat koefisien 37,62 dengan mayoritas subjek adalah
reliabilitas dari GHQ-12, ditinjau dari perempuan (70,80%), bekerja (54,50%),
masing-masing model skoring (bimodal, menikah (74,30%), dan memiliki pendi-
likert, dan CGHQ). Analisis struktur dikan SMA (40,10%). Sementara itu, 26
konstrak menggunakan metode analisis orang (12,9%) terdiagnosis mengalami GP.
faktor dengan teknik Confirmatory Factor Berdasarkan analisis pengestimasian
Analysis (CFA) digunakan untuk meninjau reliabilitas pendekatan konsistensi internal
model konstrak yang dimiliki oleh GHQ- dengan metode Alpha Cronbach terhadap
12. Model yang digunakan sebagai GHQ-12, diperoleh hasil seperti yang
pembanding dibagi menjadi tiga tipe tertera pada Tabel 2 berikut.
yaitu: (1) model unidimensi, (2) model dua
faktor (Idaiani & Suhardi, 2006; Politi, Tabel 2.
Koefisien Reliabilitas GHQ-12
Piccinelli, dan Wilkinson, 1994; Jacob,
Nhugra, dan Mann, 1997), (3) model tiga Model Skoring Koefisien Reliabilitas (rxx’)
faktor (Graetz, 1991; Farrell, 1998); Ibrahim Likert 0,863
dkk, 2014). Seluruh model dianalisa Bimodal 0,841
dengan menggunakan metode mean and CGHQ 0,832
variance corrected weighted least squares
(WLSMV). Tingkat kecocokan dengan Berdasarkan ketiga hasil analisis relia-
model diukur dengan kriteria yang bilitas di atas maka dapat disimpulkan
ditetapkan oleh Yu (2002), yaitu <.06 untuk bahwa GHQ-12, baik ditinjau dari model
Root Mean Square Error Approximation skoring Likert, bimodal, maupun CGHQ,
(RMSEA), ≥.95 untuk Nonnormed Fit Index memiliki tingkat reliabilitas yang memuas-
(NNFI), dan ≥.96 untuk Comparative Fit kan (rxx’ = 0,863; 0,841; 0,832). Tingkat
Index (CFI). Sementara itu, analisis dengan reliabilitas tertinggi dicapai oleh model
metode Receiver Operating Curve (ROC) skoring Likert.
digunakan untuk menentukan Area Under Analisa CFA terhadap 12 aitem GHQ-
The Curve (AUC), sensitivitas, spesifisitas 12 dengan tiga jenis skoring (bimodal,
dan nilai batas pisah optimum untuk likert, dan CGHQ) menunjukkan adanya
skrining GP. Sedangkan metode analisis kecocokan dengan model teoritik yang
Likelihood Ratio (LR) digunakan untuk berbeda. Baik jenis skoring bimodal
pemeriksaan likelihood ratio pada hasil tes maupun CGHQ secara teoritik memiliki
tingkat kecocokan yang baik dengan
model yang dimiliki oleh Idaiani dan seluruh jenis skoring GHQ-12 untuk
Suhardi (2006), Politi, dkk (1994), dan model faktor tunggal. Keterangan lebih
Graetz (1991). Hanya saja, tingkat lanjut dapat dilihat pada Tabel 3.
kecocokan yang paling baik untuk jenis Analisis kualitas diagnosis dilakukan
skoring bimodal adalah dengan model dengan dua metode analisis yaitu Receiver
yang dimiliki oleh Idaiani dan Suhardi Operating Curve (ROC) dan Likelihood Ratio
(2006), dan Politi, dkk (1994), sedangkan (LR). Resume seluruh hasil analisis ROC
jenis skoring CGHQ memiliki tingkat dan LR menggunakan tiga model skoring
kecocokan paling baik dengan model teori dapat dilihat pada Tabel 4.
dari Graetz (1991). Disisi lain, hasil analisa
terhadap jenis skoring likert menunjukan
tidak adanya kecocokan dengan model Diskusi
teori manapun. Beberapa model meme-
Hasil estimasi reliabilitas dengan
nuhi nilai kriteria nilai ≥.96 untuk CFI dan
metode Alpha Cronbach menunjukkan
≥.95 untuk NNFI, akan tetapi tidak
bahwa GHQ-12, memiliki tingkat relia-
satupun model yang memenuhi batas
bilitas yang memuaskan, baik ditinjau dari
minimal nilai RSMEA yang ditetapkan,
model skoring Likert, bimodal, maupun
yaitu <.06. Hasil penelitian ini juga
CGHQ (rxx’ = 0,863; 0,841; dan 0,832). Nilai
menunjukkan bahwa model dua faktor
koefisen reliabilitas tersebut melebihi apa
dan tiga faktor memiliki tingkat kecocokan
yang disyaratkan oleh Kehoe dalam Ihsan
yang lebih baik bila dibandingkan dengan
(2004), yang menyatakan bahwa sebuah
model faktor tunggal. Hal tersebut
tes yang kecil (10-15 item) mempunyai
nampak dari tidak ada satupun kriteria
koefisien reliabilitas sebesar 0,50 adalah
kecocokan model, baik RMSEA, CFI,
cukup.
maupun NNFI, yang terpenuhi oleh
Tabel 3.
Hasil Confirmatory Analysis terhadap 3 jenis skoring GHQ-12
Bimodal Likert CGHQ
Model
RMSEA CFI NNFI RMSEA NNFI TLI RMSEA CFI NNFI
Unitary 0.065 0.955 0.945 0.152 0.864 0.834 0.086 0.932 0.917
Idaiani dan Suhardi (2006) 0.036 0.987 0.983 0.089 0.954 0.943 0.041 0.985 0.981
Politi, dkk (1994) 0.036 0.987 0.983 0.089 0.954 0.943 0.041 0.985 0.981
Ibrahim, dkk (2014) 0.060 0.964 0.954 0.142 0.888 0.855 0.072 0.955 0.941
Graetz (1991) 0.039 0.985 0.981 0.09 0.955 0.942 0.04 0.986 0.982
Jacob, dkk (1997) 0.067 0.954 0.943 0.154 0.864 0.83 0.086 0.932 0.915
Farrell (1998) 0.062 0.962 0.951 0.146 0.881 0.847 0.078 0.946 0.93
Tabel 4.
Hasil Analisis ROC dan Likelihood Ratio
Model Titik potong Sensiti- Spesifi- Prosentase Prosentase
AUC LR + LR -
Skoring optimum vitas sitas LR + LR -
Bimodal ≥2 76,6% 81% 57% 1,90 13 - 22% 0,34 13 – 5%
Likert ≥ 11 74,1% 81% 62% 2,12 13 -24% 0,31 13-4%
CGHQ ≥4 77% 81% 55% 1,80 13 = 21% 0,35 13-5%
terpisah. Hal tersebut ditegaskan kembali sedang antara lain disebabkan oleh isu
oleh Smith, Fallowfiled, Stark, Velikova, aplikasi GHQ-12 pada setting Puskesmas
dan Jenkins (2010) bahwa GHQ-12 saat terjadinya penelitian. Penggunaan
merupakan instrumen yang bersifat GHQ-12 untuk skrining GP baru pertama
multidimensi, dan bukan unidimensi. kali dilaksanakan di Puskesmas, sehingga
Bila ditinjau dari jenis skoring yang baik perawat maupun pasien, masih
digunakan, hasil penelitian ini menunjuk- beradaptasi untuk menerima dan meng-
kan bahwa model yang dimiliki oleh gunakannya, karena tentu akan merubah
Idaiani dan Suhardi (2006), Politi, dkk sistem manajemen pelayanan pasien.
(1994), dan Graetz (1991) secara konsisten Meski demikian, bila mengacu pada
cocok diterapkan baik untuk jenis skoring ketiga hasil di atas maka dapat disimpul-
bimodal maupun CGHQ. Model yang kan pula bahwa penggunaan GHQ-12
dimiliki oleh Idaiani dan Suhardi (2006), dengan model skoring CGHQ memiliki
dan Politi, dkk (1994) merupakan model nilai diagnostik yang lebih kuat diban-
yang paling cocok diterapkan pada model dingkan dengan model skoring yang
skoring bimodal. Adapun model teori dari lainnya, untuk mendeteksi GP. Oleh
Graetz (1991) paling cocok untuk diterap- karena itu, dapat direkomendasikan
kan pada jenis skoring CGHQ. Hasil penggunaan model skoring CGHQ bagi
tersebut sekaligus memperkuat temuan skrining GP di Puskesmas. Kesimpulan
dari Campbell, Walker dan Farrel (2003) tersebut dikuatkan oleh saran yang diberi-
yang menunjukkan hasil senada. Hanya kan oleh Dahlan (2009) bahwa sensitivitas
saja, tidak ada satupun model yang cocok yang tinggi cocok untuk tujuan skrining,
diterapkan pada jenis skoring Likert. yaitu “menangkap” sebanyak-banyaknya
Dengan demikian tidak ada satupun pasien yang diduga menderita suatu
model yang cocok diterapkan untuk gangguan. Dalam penelitian ini terlihat
seluruh lintas jenis skoring, baik bimodal, bahwa model skoring CGHQ memiliki
likert, maupun CGHQ. nilai diagnostik yang lebih tinggi diban-
Hasil analisis ROC terhadap GHQ-12 dingkan dengan model skoring lain.
dengan model skoring bimodal menemu- Sementara itu, hasil penelitian lain
kan nilai AUC sebesar 76% dan batas terkait dengan skrining gangguan mental
pisah optimum ≥ 2, dengan sensitivitas di masyarakat, terutama di setting
sebesar 0,81 dan spesifisitas 0,57. pelayanan kesehatan primer, menemukan
Sedangkan hasil analisis ROC terhadap batas pisah optimum, sensitivitas dan
GHQ-12 dengan model skoring Likert dan spesifisitas yang berbeda satu sama
CGHQ menemukan nilai AUC sebesar lainnya. Penelitian Idaiani dan Suhadi
74,1% dan batas pisah optimum ≥ 11, (2006) di Indonesia, yang membandingkan
dengan sensitivitas sebesar 0,81 dan antara GHQ-12 dengan SCL-90, memper-
spesifisitas 0,62, serta nilai AUC sebesar oleh batas pisah optimum 7/8 bila
77% dan batas pisah optimum ≥ 4, dengan menggunakan skala Likert, dengan sensiti-
sensitivitas sebesar 0,81 dan spesifisitas vitas 0,67 dan spesifisitas 0,74. Masih
0,55. Metz (1978) mengkategorikan nilai dengan menggunakan standar baku emas
AUC pada seluruh model skoring tersebut SCL-90 ditambah dengan SCID, penelitian
ke dalam kategori nilai diagnostik sedang. Schmitz, dkk (1999) di Jerman, memper-
Bila mengacu pada pendapat Warner oleh batas pisah optimum 1,5 bila
(2004), nila diagnostic pada kategori menggunakan skoring bimodal, dengan
sensitivitas 0,68 dan spesifisitas 0,65. memiliki hasil GHQ-12 negatif, berkisar
Sedangkan penelitian Kuruvilla, dkk antara 4 – 13% untuk seluruh model
(1999), di India, yang menggunakan skoring.
International Clasification of Diseases-10: Terkait dengan hasil perhitungan
Primary Care Version (ICD-10 PHC) Likelihood Ratio di atas, Akobeng ((2006)
sebagai standar baku emas, merekomen- menyatakan bahwa sebuah instrumen
dasikan batas pisah optimum 2/3, dengan skrining atau diagnostik harus memiliki
sensitivitas 87,4% dan spesifisitas 79,2%. nilai LR+ ≥ 1 dan LR- ≤ 1 untuk dapat
Dalam ranah metode penelitian psiko- dipakai. Dengan demikian dapat
diagnostika, perbedaan nilai batas pisah disimpulkan bahwa dalam penelitian ini,
dalam berbagai penelitian merupakan GHQ-12 memenuhi persyaratan tersebut.
feomena yang wajar. Perbedaan tersebut
dapat disebabkan oleh jenis alat ukur yang
Kesimpulan
dijadikan sebagai standar baku emas, jenis
populasi dan subjek, kondisi budaya Berdasarkan paparan hasil dan
setempat, serta latar belakang sosiode- diskusi di atas, maka dapat disimpulkan
mografi lainnya (Idaiani dan Suhadi, beberapa hasil sebagai berikut: 1)
2006). Pendapat tersebut juga ditegaskan Berdasarkan analisis CFA, terbukti bahwa
oleh Wilson dan Jungner (1968) bahwa GHQ-12 merupakan instrumen pengu-
tingkat sensitivitas dan spesifisitas instru- kuran yang bersifat multidimensi dan
men skrining dapat bervariasi satu sama bukan unidimensi. Meski demikian, tidak
lain, bergantung pada setting skrining. ada satu pun model multidimensi yang
Sementara itu, dari hasil analisis secara konsisten cocok diterapkan untuk
Likelihood Ratio terhadap GHQ-12, seluruh jenis skoring, baik bimodal, likert,
dengan menggunakan 3 model skoring, maupun CGHQ. 2). Berdasarkan analisis
didapatkan hasil LR + 1,90 dan LR – 0,34 kualitas diagnosis ROC dan LR, GHQ-12
untuk skoring bimodal, LR + 2,12 dan LR – terbukti valid dalam menskrining GP di
0,31 untuk skoring Likert, dan LR + 1,80 Puskesmas. Ketiga model skoring GHQ-12
dan LR – 0,35 untuk skoring CGHQ. memiliki tingkat keakuratan yang berbeda
Dengan demikian, dapat disimpulkan namun ketiganya tetap dapat digunakan
bahwa individu dengan gangguan sebagai instrumen skrining GP karena
penyesuaian memiliki kemungkinan memiliki nilai AUC lebih besar dari 70%
antara 1 sampai 2 kali lebih besar untuk dan memiliki nilai sensitivitas yang tinggi
memperoleh hasil positif pada GHQ-12. untuk seluruh titik potong optimum pada
Sedangkan individu dengan gangguan setiap model skoring (sensitivitas >80%). 3)
penyesuaian memiliki kemungkinan Hasil penelitian ini dapat merekomen-
antara 0,31-0,35 untuk memiliki hasil dasikan titik potong optimum untuk
negatif pada GHQ-12 dibandingkan masing-masing model skoring, yaitu ≥ 2
dengan individu tanpa gangguan penye- untuk model skoring bimodal, ≥ 11 untuk
suaian. Adapun persentase peningkatan model skoring likert, dan ≥ 4 untuk model
kemungkinan pasien mengalami GP bila skoring CGHQ. Hasil penelitian ini
memiliki hasil GHQ-12 positif berkisar sekaligus juga merekomendasikan model
antara 13 – 24% untuk seluruh model skoring CGHQ sebagai model skoring
skoring, dan persentase penurunan yang paling tepat digunakan dalam
kemungkinan pasien mengalami GP bila skrining GP di Puskesmas, karena
memiliki nilai AUC yang paling tinggi Turkey? Social Psychiatry and
dibandingkan dengan model skoring yang Psychiatric Epidemiology, 3, 94-101. doi:
lainnya. 10.2307/ 2095178
Bell, T., Watson. M., Sharp, D., Lyons, I., &
Saran Lewis, G. (2005). Factor associated with
being a false positive on the General
Tidak dapat dipungkiri bahwa masih Health Questionnaire. Social Psychiatry
terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, and Psychiatric Epidemiology. 40, 402-407.
yaitu penelitian ini belum sampai pada doi: 10.1007/s00127-005-0881-6.
tahap analisis yang lebih spesifik
Berardi, D., Ceroni, G.B., Leggieri, G.,
mengenai sub tipe GP. Oleh karena itu,
Rucci, P., Ustun, B., & Ferarri, G.
pada penelitian selanjutnya disarankan
(1999). Mental, physical, and
untuk mengkaji dan menganalisa data
functional status in primary care
berdasarkan sub tipe GP, agar dapat mem-
attenders. International Journal of
berikan elaborasi yang lebih komprehensif
Psychiatry in Medicine, 29 (2), 133-148.
dalam strategi deteksi dini dan
doi: 10.2190/3D0C-QREW-1M5W-
penanganan GP.
VDUU
Campbell, A., Walker, J., & Farrell, G.
Kepustakaan (2003). Confirmatory factor analysis of
Abeysena, C., Peiris, U., Jayawardana, P., the GHQ-12: can I see that again?.
& Rodrigo, A. (2012). Validation of the Australian and New Zealand Journal of
Sinhala version of 30-item General Psychiatry, 37(4), 475-483.
Health Questionnaires. International Carta, M.G., Balestrieri, M., Murru, A., &
Journal of Collaborative Research on Hardoy, M.C. (2009). Adjustment
Internal Medicine & Public Health, 4(7), disorder: Epidemiology, diagnosis,
1373-1381. doi: 10.4038/jpgim.7859 and treatment. Clinical Practice and
Akobeng, A. K. (2007). Understanding Epidemiology in Mental Health Review,
diagnostic tests 2: likelihood ratios, 5(15), 1-15. doi: 10.1186/1745-0179-5-15
pre‐and post‐test probabilities and Casey, P., & Doherty, C.A. (2012). Adjust-
their use in clinical practice. Acta ment disorder: Diagnostic and treat-
Paediatrica, 96(4), 487-491. doi: ment issues. Psychiatric Times, 1, 93-96.
10.1111/j.1651-2227.2006.00179.x doi: 10.1186/1745-0179-5-15
Allison, K.R., Adlaf, E.M., Irving, H.M., Center for Public Mental Health. (2012).
Hatch, J.L., Smith, T.F., Dwyer, J.J.M., Laporan Hasil Diskusi Kelompok Terarah
& Goodman, J. (2005). Relationship of Lokakarya Pengembangan Kerjasama
vigorous physical activity to psycho- Penelitian Aksi untuk Pengembangan
logic distress among adolescents. Sistem Layanan Kesehatan Mental
Journal of Adolescent Health, 37, 164-166. Masyarakat. Data mentah yang belum
doi: 10.1016/j.jadohealth.2004.08.017 dipublikasikan.
Belek, I. (2000). Social Class, income, Dahlan, M.S. (2009). Penelitian diagnostik:
education, area of residence and Dasar-dasar teoritis dan aplikasi dengan
psychology distress: does social class program SPSS dan stata. Jakarta:
have an independent effect on Penerbit Salemba Medika.
psychological distress in Antalya,
Evans, M., Kessler, D., Lewis, G., Peters, Graetz, B. (1991). Multidimensional pro-
T.J., & Sharp, D. (2004). Assesing perties of general health questionnaire.
mental health in primary care research Social Psychiatry and Psychiatric
using standardized scales: Can I be Epidemiology, 26, 132-138. doi:
carried out over the telephone? 10.1007/BF00782952
Psychological Medicine, 34, 157-162. doi: Gureje, O. (2002). Psychological disorders
10.1017/S0033291703008055 and symptoms in primary care:
First, M.B. (Ed.). (1994). Diagnostic and Association with disability and service
statistical manual of mental disorders 4th use after 12 month. Social Psychiatry
edition. Washington, DC: American and Psychiatric Epidemiology, 37. 220-
Psychiatric Association 224. doi: 10.1007/s00127-002-0544-9
Farrell, G.A. (1998). The mental health of Ibrahim, N., Osman, Z. J., Jan, K. O. N. N.,
hospital nurses in Tasmania as Ismail, S. I. F., Kar, P. C., Mukhtar, F.,
measured by the 12‐item General & Sidik, S. M. (2014). Reliability and
Health Questionnaire. Journal of Factor structure of the General Health
advanced nursing, 28(4), 707-712. doi: Questionnaire-12 among university
10.1046/j.1365-2648.1998.00735.x students. Malaysian Journal of Medicine
Fellinger, J., Holzinger, D., Dobner, U., and Health Sciences, 10 (2), 53-60.
Gerich, J., Lehner, R., Lenz, G., & Diunduh dari http://www.medic.
Goldberg, D. (2005). Mental distress upm.edu.my/dokumen/FKUSK1_Jurn
and quality of life in a deaf al_Text_Article_7.pdf
population. Social Psychiatry and Idaiani, S., & Suhardi (2006). Validitas dan
Psychiatric Epidemiology, 40. 737-742. reliabilitas General Health Question-
doi: 10.1007/s00127-005-0936-8 naire untuk skrining distres psikologik
Gardner, W., Kelleher, K.J., & Pajer, K.A. dan disfungsi sosial di masyarakat.
(2002). Multidimensional adaptive Buletin Penelitian Kesehatan, 34 (4), 161-
testing for mental health problems in 173. Diunduh dari http://ejournal.
primary care. Medical Care, 40 (9), 812- litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/
823. doi: article/view/1204
10.1097/01.MLR.0000025436.30093.77. Ihsan, H. (2004). Reliabilitas, validitas
Goldberg, D.P., & Blackwell, B. (1970). konstruk dan validitas prediktif ujian
Psychiatric illness in general practice: masuk PGSD D-II Universitas
a detailed study using a new method Pendidikan Indonesia Bandung (Tesis
of case identification. British Medical Tidak Diterbitkan). Universitas Gadjah
Journal, 2(5707), 439-443. Mada, Yogyakarta
Mitchell, A.J. (2010). How do we know Politi, P.L., Piccinelli, M., & Wilkinson, G.
when a screening test is clinically (1994). Reliability, validity and factor