Anda di halaman 1dari 18

SOSIALISASI PADA ANAK

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan peserta
didik
Dosen 1: Drs.H.Asep Jihad,M,Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

Disusun oleh :

Ikhlas Naufal Marijan (1172050045)


Irfan Irfani (1172050047)
Leni Widyawati (1172050052)
Mirna Nurlaela Dewi (1172050059)
Nenden Mela Puspita Y (1172050067)

BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis ucapkan terima kasih atas ke hadirat Allah SWT karena berkat dan
karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Perkembangan peserta didik” dan Penyuntingan dalam penulisan makalah ini tidak lepas
dari bantuan bimbingan dan arahan dari semua pihak, baik langsung maupun tidak langsung.
Tidak lupa penulis berterima kasih kepada Bapak Drs.H.Asep Jihad,M,Pd.dosen mata kuliah
Pengelolaan Peserta didik.

Diharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat serta menambah


wawasan.Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih ada kekurangan dan masih
perlu saran untuk perbaikannya. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih jika ada saran
dan kritikan demi perbaikan makalah ini.

Semoga makalah yang sederhana ini mudah dimengerti dan dapat dipahami
maknanya. Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan kata dan kalimat dalam penulisan
makalah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung,8 Mei 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................i

Daftar Isi ...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan ...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sosialisasi Didik...........................................................................3
2.2. Jenis-Jenis Sosialisasi.....................................................................................4
2.3. Media Atau Agen Sosialiasi............................................................................5
2.4. Proses Sosialisasi Peserta Didik.....................................................................7
2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi.........................................................10
2.6. Fungsi dan Peran Sosialisasi Peserta didik.....................................................11
2.7. Kendala dan Pendukung Proses Sosialisasi Peserta Didik.............................12
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan.........................................................................................................15
3.2. Saran...............................................................................................................15

Daftar Pustaka ......................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena
tujuan dari pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Akan tetapi, pada realitanya peserta didik sering mengalami kesulitan dalam masalah
bersosialisasi, sehingga hal ini bisa menghambat tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Maka dari itu, perlunya pengetahuan mengenai sosialisasi. Karena usia peserta didik
merupakan usia terpenting dalam sosialisasi. Pada umumnya, saat pertama atau awal masuk
sekolah mereka memiliki interaksi yang rendah. Latar belakang yang dimiliki peserta didik
tentunya berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Namun, keluarga memiliki
peran penting dalam sosialisasi pada anak.
Masalah- masalah yang timbul pun berkaitan dengan sosiologi pendidikan pada peserta
didik. Sekolah merupakan lembaga formal yang diharapkan mampu memberikan solusi atas
permasalahan yang dialami peserta didik. Sehingga mampu meningkatkan kualitas diri
peserta didik dan mampu membentuk karakter dan perilaku yang baik untuk peserta didik.
Maka dari itu, makalah ini akan menjelaskan tentang konsep sosialisasi secara umum dan
sosialisasi peserta didik khususnya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah mengenai sosialisasi, diantaranya :
1. Apa pengertian sosialisasi ?
2. Apa saja jenis-jenis sosialisasi ?
3. Siapa saja agen dan media sosialiasi ?
4. Bagaimana proses sosialisasi peserta didik ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi ?
6. Fungsi dan peranan sosialisasi peserta didik ?
7. Apa saja kendala dan pendukung proses sosialisasi ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dari sosialisasi, diantaranya :
1. Mengetahui pengertian sosialisasi.
2. Mengetahui jenis-jenis sosialisai.
3. Mengetahui agen dan media sosialisasi.
4. Memberikan pemahaman tentang proses sosialisasi.
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi.
6. Mengetahui fungsi dan peranan sosialisasi peserta didik.
7. Mengetahui kendala dan pendukung proses sosialisasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sosialisasi Anak Didik
Seorang individu tidak akan terlepas dari kehidupan sosial. Artinya manusia pasti akan
menemui kehidupan sosial, yang akan berkumpul antara satu dengan yang lain dilingkungan
kelompok mansyarakat tertentu. Adanya manusia berkumpul dengan kelompok masyarakat
ini sudah barang tentu manusia perlu mengetahui keberadaan tentang kelompok masyarakat
tertentu ini. Berarti manusia perlu adanya bimbingan belajar untuk mengetahui kelompok

2
sosial tersebut. Proses membimbing individu ke dalam dunia sosial disebut sosialisasi 1.
Dalam proses inilah manusia akan mengetahui tatanan kehidupan lingkungan dimana ia
tinggal yang pada akhirnya ia mengetahui dan dapat beradaptasi dengan situasi yang terjadi
dilingkungannya tersebut. Dalam hal ini S. Nanution mengatakan bahwa sosialisasi adalah
belajar2. Dengan bertemunya individu kepada kelompok masyarakat tersebut maka sangat
perlu untu mengetahui hal-hal yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat tertentu terjadi.
Dengan demikian bahwa sosialisasi adalah proses belajar untuk mengenal dan menghayati
kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya3.
Dalam hal kaitannya dengan sosialisasi anak didik, bahwa anak didik yang datang di
sekolah tentu memiliki latar belakang yang berbeda, dengan perbedaan inilah yang menuntut
para peserta didik untuk selalu belajar mengenal, menghayati kebudayaan yang terjadi di
lingkungan sekolah tersebut. Sebagai contoh siswa yang dirumah yang jarang bersosialisasi,
dirumah karena orang tua jarang pulang atau orang tua memiliki banyak kesibukan diluar
rumah atau bahkan orang tua selalu mendampinginya disetiap hari, begitu siswa di sekolah
tentu akan berbeda dengan di sekolah siswa harus berlaku berbeda dengan di rumah. Baik
dengan sesama siswa maupun dengan guru yang mengakibatkan sebuah hubungan interaksi
antar sesama.
Menurut pandangan Kimball Young (dalam Abdullah Idi: 2011), sosialisasi ialah
hubungan interaktif yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan
kultural yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat4.
Dengan berbagai penjelasan di atas dapat diberi pemahaman bahwa sosialisasi anak
didik merupakan sebuah proses pembelajaran anak didik disekolah mengenai pembentukan
sikap, tingkah laku, komunikasi dan nilai sosial antar sesama anak didik maupun kelompok
masyarakat yang berada dilingkungan sekolah.
2.2 Jenis-Jenis Sosialisasi
Sosialisasi berdasarkan kebutuhan Ada dua yaitu :
a. Sosialisasi primer

Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi


pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat
(keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak

1S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 126.
2Ibd., hlm. 126
3Rizki Maulana, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: CV Cahaya Agency), hlm.
385.
4Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan (Indivifu, Masyarakat danPendidikan), (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm. 99.

3
belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan
keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di
sekitar keluarganya.

Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting
sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna
kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi
antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

Menunjuk pada suatu proses melaluinya seorang manusia mempelajari atau menerima
pengetahuan, sikap, nilai, norma, perilaku esensial, dan harapan agar mampu berpartisipasi
efektif dalam masyarakat dan atau menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi ini terjadi
semenjak usia dini agar anak-anak terhindar dari kelumpuhan berpartisipasi dalam
kehidupan sosial.

b. Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer
yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuk-
bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang
diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang
mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

Setiap proses selanjutnya yang mengimbas individu yang telah disosialisasikan itu ke
dalam sektor-sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya. Sosialisasi sekunder disebut
pula resosialisasi (sosialisasi kembali), yaitu suatu proses mempelajari norma, nilai, sikap,
dan perilaku baru agar sepadan dengan situasi baru yang mereka hadapi dalam kehidupan.
Resosialisasi terjadi bagi orang yang akan memainkan peran baru. Contohnya, orang yang
bersalah dan dimasukkan dalam penjara, setelah bebas, ini dikatakan sebagai proses
resosialisasi yang berasal dari proses pencabutan diri (desosialisasi). 5Menurut Henslin, ada
2 macam resosialisasi :

 Resosialisasi yang bersifat lembut


 Resosialisasi yang bersifat sangat kuat.6

5 Prof. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 66-68
6 Nur Hamidi, Handout Sosiologi Pendidikan 2012

4
Sosialisasi Represif Sosialisasi Partisipatoris
 Menghukum perilaku yang keliru  Memberi imbalan bagi pelaku yang
 Hukuman dan imbalan material baik
 Kepatuhan anak  Hukuman dan imbalan simbolis
 Komunikasi sebagai perintah  Otonomi anak
 Komunikasi non verbal  Komunikasi sebagai interaksi
 Sosialisasi berpusat pada orang  Komunikasi verbal
tua  Sosialisasi yang berpusat pada anak
 Anak memperhatikan  Orang tua memperhatikan keperluan
kepentingan orang tua anak
 Keluarga merupakan significant  Keluarga merupakan generalized
other other
1. Sosialisasi berdasarkan cara yang dipakai

2. Sosialisasi berdasarkan keberadaan perencanaan

Terencana Tidak Terencana


 Sosialisasi dilakukan atas dasar  Suatu proses interaksi yang terjadi
rencana yang berkelanjutan dan dalam masyarakat.
 Ditemukan dalam keluarga dan
sistematis.
 Ditemukan dalam dunia pendidikan masyarakat (orang tua, teman
formal (sekolah) dan non formal sebaya, anggota senior
(kursus dan pelatihan) masyarakat).

2.3 Media atau Agen Sosialisasi


1. Keluarga (Kinship)
Media awal dari seorang individu untuk mengenali lingkungannya adalah keluarga.
Orang tua memberi perhatian dan pendidikan pada anak agar memperoleh dasar-dasar pola
pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan dan
penyerasian.

5
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara
kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam
suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas
(extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja
terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping
anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi
dilakukan oleh orang-orang yang berada di luar anggota kerabat iologis seorang anak.
Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya,
misalnya pengasuh bayi (baby sitter), menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi
dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam
ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.7
2. Teman pergaulan
Teman pergaulan (teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu
berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok
yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi
setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok
bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Berbeda
dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda
usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara
mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab
itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan
orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.8
a. Peran positif kelompok permainan adalah memberikan rasa aman dan rasa yang
dianggap penting dalam kelompok yang berguna bagi pengembangan jiwa anak.
b. Menumbuhkan kemandirian dan kedewasaan untuk memilih teman untuk
mencurahkan berbagai perasaan, misalnya kecewa, takut, khawatir, senang dan
cinta.
c. Merupakan tempat yang baik untuk mengembangkan keterampilan sosial, misalnya
kemampuan memimpin, menyamakan persepsi, mengelola konflik, dan
sebagainya.
3. Lembaga pendidikan formal (Sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca,
menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai
kemandirian (independence), prestasi (achievement ), universalisme, dan kekhasan

7 Tim Zero Eduka, SBMPTN SOSHUM 2015 (Jakarta Selatan: Cmedia, 2014), hlm.184
8 Tim Zero Eduka, SBMPTN SOSHUM 2015 (Jakarta Selatan: Cmedia, 2014), hlm.184

6
(specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya
dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah
harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.9
Sekolah mempunya peran penting dalam agen atau media sosialisasi, antara lain10:
a. Mengenali dan mengembangkan karakteristik diri serta melestarikan kebudayaan
b. Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan
pengembangan keterampilan berpikir kritis, analitis, rasional dan objektif
c. Mengembangkan kemampuan penyesuaian diri dan kemandirian
d. Pembelajaran tentang hidup sehatm prestasim universalisme dan sebagainya
4. Media massa
Media massa seperti media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik
(radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan
frekuensi pesan yang disampaikan11
Contoh:

 Penayangan acara SmackDown di televisi diyakini telah menyebabkan


penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
 Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya
hidup masyarakat pada umumnya.
 Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv,
didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media
TV (horor, kekerasan, ketidaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan
kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan
sosial, dan dampak buruk lainnya
Seseorang dapat memdapatkan pengaruh baik maupun buruknya dari media massa. 12
Banyak pihak yang mengakui bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi,
bahkan akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dan
kecenderungan cara hidup yang sama.
5. Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga
dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan
pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang
dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas
dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
9 Ibid, hlm.184
10 Gian MR, “Agen-agen Sosialisasi atau Media Sosialisasi”, diakses dari https://ekonomi-sosiologi-
geografi.blogspot.com/2015/08/agen-agen-sosialisasi-atau-media.html pada tanggal 30 April 2019 pukul 10.19.
11 Tim Zero Eduka, SBMPTN SOSHUM 2015 (Jakarta Selatan: Cmedia, 2014), hlm.184
12 Gian MR, “Agen-agen Sosialisasi atau Media Sosialisasi”, diakses dari https://ekonomi-sosiologi-
geografi.blogspot.com/2015/08/agen-agen-sosialisasi-atau-media.html pada tanggal 30 April 2019 pukul 10.19.

7
2.4 Proses Sosialisasi Peserta Didik
Berdasarkan Pemikiran Mead dan Cooley, sosialiasi merupakan proses belajar yang
dilakukan untuk mengetahui pola dan cara hidup yang disesuaikan dengan nilai, norma, dan
kebiasaan masyarakat yang ada di suatu wilayah. Secara sederhana, sosialisasi merupakan
proses sosial yang dilakukan agar seseorang bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan adanya sosialisasi, kita bisa beradaptasi dan bermanfaat dalam lingkungannya.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena
dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Pemikiran George Herbert Mead tentang Proses Sosialisasi
a. Tahap persiapan (Preparatory Stage) : masa anak-anak
Preparatory Stage adalah masa anak meniru perbuatan orang yang ada di lingkungan
keluarga, anak belajar tentang perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan.13
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri
untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada
tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan
“mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak
memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
b. Tahap Meniru (Play Stage) : masa anak-anak
Play Stage adalah masa anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, yaitu teman
sepermainannya, anak sudah mengenal teknik bermain peran, misalnya bermain “polisi-
polisian”, dan sebagainya meskipun masih terbatas.
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran
yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama
diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang
apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata
lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada
tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai
terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi
pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi
seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other).
Contoh seorang anak kecil selalu meniru apa yang dikerjakan orang sekitarnya dan menerima
apa yang sudah dilihatnya.
c. Tahap siap bertindak (Game stage) : masa remaja

13 Fitriyah Nurul H, “Proses Sosialisasi”, diakses dari


https://www.academia.edu/28973239/PROSES_SOSIALISASI_PAPER_ pada tanggal 01 Mei 2019 pukul
07.23.

8
Game stage merupakan tahap lanjutan dari teknik bermain peran pada masa anak-anak.
Seorang remaja bukan hanya meniru peran seseorang yang diidolakannya, tapi sudah
mengidentikkan dirinya, seolah-olah dia sudah menyamakan dirinya dengan tokoh idolanya.
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri
pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain
secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan
bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak
dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman
sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap
juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu
yang berlaku di luar keluarganya.
d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage/Generalized Other) : Masa
Dewasa
Generalized Other merupakan sosialisasi titik kulminasi yang paling optimal bagi
seorang individu. Proses belajar tidak semata-mata melalui proses meniru, tetapi lebih
kepada penyesuaian diri.
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya
dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia
dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang
lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi
warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

Teori Looking Glass Self (Charles Horton Cooley)


Menurut Charles H. Cooley sosialisasi adalah proses pembentukan diri (self) Cooley
lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurutnya, konsep diri (self concept)
seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain.14 Sesuatu yang kemudian
disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Contoh: Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling
pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.

14 Siti Haiyinah Wijaya, “Sosialisasi”, diakses dari


https://www.academia.edu/36581302/Sosialisasi_Proses_Agen_Pesan_Jenis-jenis_dan_Polanya pada tanggal 01
Mei 2019 pukul 07.17.

9
Contoh: dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak
membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia,
selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap
dirinya. misalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang
tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu
benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang
lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak
memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan
bangga dan penuh percaya diri.
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi
1. Faktor Intrinsik
Pada hakikatnya faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang
melakukan proses sosialisasi. Wujud nyata faktor ini antara lain dapat berupa pembawaan-
pembawaaan seperti bakat, ciri-ciri fisik ataupun warisan biologis termasuk kemampuan-
kemampuan yang ada ada diri seseorang. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi pada jalannya
proses sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat seorang individu. Hasilnya akan sangat
berpengaruh terutama dalam perolehan ketrampilan, pengetahuan, nilai-nilai dalam proses
sosialisasi itu sendiri. Faktor intrinsik justru merupakan faktor yang dominan dalam
mempengaruhi proses sosialisasi. Di satu sisi merupakan faktor pendorong untuk me judkan
keinginan. di sisi lain merupakan faktor pengendali dan berfungsi sebagai pengukur
mengenai baik-buruknya suatu aktivitas dalam proses interaksi.

2. Faktor eksterinsik
Selain faktor-faktor bawaan yang ada di dalam diri masing-masing individu, secara
kodrati, manusia juga sudah mendàpat pengaruh dan lingkungan di sekitamya. Faktor-faktor
yang berada diluar diri individu inilah yang disebut faktor eksterinsik. Wujud nyata dan
faktor ini adalah norma-norma, sistem sosial. dan sistem budaya, sistem mata pencaharian
yang ada dalam masyarakat.
Untuk melakukan proses sosialisasi seorang individu akan dibatasi dengan nilai dan
norma yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai mi akan menjadi pedoman bagi seseorang
untuk melakukan berbagai aktivitas. Perpaduan antara faktor intrinsik dan eksterinsik akan
berakumulasi pada diri seseorang dalam melaksanakan proses sosialisasi.
Sekian artikel tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi semoga bermanfaat
(Sumber : Sosiologi, Hal : 5-6, Penerbit: Media Karya Putra, Penulis : Tim New Master)
2.6 Fungsi dan Peranan Sosialisasi Peserta didik

10
Sosialisasi peserta didik di sekolah, anak berinteraksi dengan guru-guru (pengajar)
beserta bahan-bahan pendidikan dan pengajaran, teman-teman peserta didik lainnya, serta
pegawai-pegawai tata usaha. Ia memperoleh pendidikan formal (terprogram dan terjabarkan
dengan tetap) di sekolah berupa pembentukan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan
sikap terhadap bidang studi/ mata pelajaran. Akibat bersosialisasi dengan pendidikan formal,
terbentuklah kepribadiannya untuk tekun dan rajin belajar disertai keinginan untuk meraih
cita-cita akademis yang setinggi-tingginya. Sebaliknya akibat berinteraksi dengan teman-
teman sekolahnya yang kurang tertib sekolanhya, pembolos, malas belajar, dan sebagainya,
dan kurang dapat mengendalikan diri untuk mengatasi sikap-sikap yang tidak akademis,
maka terpengaruhlah kepribadiannya menjadi kurang/ tidak produktif dalam belajar.
Akibatnya prestasi akademisnya merosot, sampai tidak tamat/ putus.15
Sebagai proses sosialisasi anak, sekolah memiliki peranan sebagai:
a. Transmisi kebudayaan
Norma-norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran secara langsung. Misal, sifat-
sifat warga negara yang baik.
b. Mengadakan kumpulan sosial
Perkumpulan pramuka, olahraga dan lain-lain.
c. Memperkenalkan anak dengan tokoh teladan
Misal, guru.
d. Menggunakan tindakan positif
Seperti pujian, hadiah dan sebagainya.16
Sedangkan nilai-nilai yang disosialisasikan kepada anak di sekolah adalah:
a. Nilai kemandirian dan tanggung jawab pribadi peserta didik terhadap tugas dan
pekerjaan yang diberikan.
b. Nilai tentang prestasi.
c. Nilai universalisme
Perlakuan yang sama pada setiap orang.
e. Nilai spesifitas, kebalikan dari nilai kekaburan,
Di sekolah seseorang ditanggapi atau ditangani secara spesifik terhadap aya yang
dikerjakannya.17
Kendati demikian, ketika anak sudah masuk sekolah bukan berarti tugas orang tua sudah
berakhir membimbing dan mendidik anaknya.
Beberapa pengaruh sosialisai anak:
1. Sifat dasar
2. Lingkungan prenatal (lingkungan dalam kandungan ibu)
3. Perbedaan individual
4. Lingkungan alam
5. Motivasi-motivasi

15 Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 57-58
16 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan., Opcit., hal. 107

17 Prof. Damsar. Sosiologi pendidikan, Opcit., hal. 73-74

11
metode yang digunakan dalam memengaruhi sosialisasi anak:
1. Metode ganjaran dan hukuman
2. Metode didacting teaching.
Metode yang mengutamakan pengajaran kepada anak tentang berbagai macam
pengetahuan dan keterampilan.
3. Metode pemberian contoh
Proses sosialisasi anak didik juga dipengaruhi oleh pendidik. Pendidik bertanggung jawab
terhadap pentingnya memahami beragam latar belakang sosial anak didik yang sedapat
mungkin menghindari, baik sengaja maupun tidak sengajar, terhadap perlakuan diskriminasi
atau mengabaikan potensi anak didik yang berlatar belakang sosial ekonomi, budaya, agama,
etnis dan politik dari keluarga anak didik. Anak didik tanpa terkecuali, didorong dan
dibimbing dengan optimal agar mereka memiliki kesempatan yang sama dan optimal dalam
proses pembelajaran. 18
2.7 Kendala dan pendukung proses sosialisasi peserta didik

a. Kendala proses sosialisasi

Dalam proses sosialisasi tidak selalu berjalan lancar karena adanya sejumlah kendala, yaitu:

1. Kesulitan komunikasi.

Komunikasi merupakan suatu proses interaksi dengan suatu stimulus (rangsangan)


yang memperoleh suatu arti tertentu dijawab oleh orang lain (respon) secara lisan, tertulis
maupun dengan aba-aba. Kesulitan komunikasi dalam proses sosialisasi yaitu terjadi bila
anak tidak mengerti apa yang diharapkan darinya atau tidak tahu apa yang diinginkan oleh
masyarakat atau tuntutan kebudayaan tentang kelakuannya.

Kesulitan komunikasi terjadi karena yang berkomunikasi adalah manusia dengan


segala perbedaannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga yaitu:
citra diri dan citra orang lain, suasana psikologis, lingkungan fisik, kepemimpinan, bahasa,
dan perbedaan usia. Citra diri yaitu ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan
orang lain, dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Suasana psikologis mempengaruhi
komunikasi, komunikasi sulit berlangsung jika seseorang dalam keadaan marah, kecewa,
bingung, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya. Lingkungan fisik juga
mempengaruhi komunikasi, karena komunikasi dapat berlangsung di mana saja dan kapan
saja dengan gaya dan cara yang berbeda. Selain itu cara kepemimpinan (otoriter, demokratis),
penggunaan bahasa, dan perbedaan usia juga mempengaruhi proses komunikasi.

18 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan., Opcit., hal. 108-115

12
2. Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan.

Pola kelakuan berbeda-beda atau bertentangan yang diperoleh anak dapat


mempengaruhi proses sosialisasi. Anak akan merasa bingung dengan perbedaan tersebut.
Contohnya Masyarakat modern terpecah-pecah dalam berbagai sector atau kelompok yang
masing-masing menuntut pola kelakuan yang berbeda-beda. Sehingga anak akan merasa
bingung dalam membedakan sifat-sifat dari orang-orang tersebut. Perubahan masyarakat
modern akan sangat berpengaruh besar akan sosialisasi yang terjalin dimasyarakat. Karena
masyarakat modern telah hidup individualis maka dengan begitu mereka tidak akan merasa
penting lagi dengan adanya sosialisasi.

b. Pendukung proses sosialisasi

1. Keluarga

Merupakan orang pertama yang mengajarkan hal-hal yang berguna bagi


perkembangan dan kemajuan hidup manusia adalah anggota keluarga. Orang tua atau
keluarga harus menjalankan sosialisasi. Fungsi sosialisasi merupakan suatu fungsi yang
berupa peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Fungsi sosialisasi
menunjukkan pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi ini,
keluarga berusaha mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya dengan memperkenalkan
pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat,
serta mempelajari peranan yang diharapkan dan dijalankan mereka kelak.

2. Lingkungan sekolah atau lingkungan rumah

Merupakan lingkungan sosial kedua bagi anak setelah keluarga, dalam kelompok ini
akan menemukan berbagai nilai dan norma yang berbeda bahkan bertentangan dengan nilai-
nilai yang dianut dalam keluarga. Melalui lingkungan sekolah dan teman sebaya anak mulai
mengenal harga diri, citra diri, dan hasrat pribadi. Tempat sekolah seorang mulai
berorganisasi secara nyata dalam suatu sistem. Sejumlah hal yang perlu dipelajari dalam
lingkungan sekolah, misalnya bagaimana menyelesaikan pekerjaan, bagaimana bekerja sama
dengan bagian lain, dan bagaimana beradaptasi dengan teman-teman.

3. Media massa

Merupakan sarana dalam proses sosialisasi kara media banyak memberikan informasi
yang dapat menambah wawasan untuk memahami keberadaan manusia dan berbagai

13
permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Media massa merupakan sarana yang efektif
dan efisien untuk mendapatkan informasi, melalui media, seorang dapat mengetahui keadaan
dan keberadaan lingkungan dan kebudayaan, sehingga dengan informasi tersebut dapat
menambah wawasan seseorang.19

4. Kelompok teman sebaya

Merupakan suatu kelompok dari orang-orang seusia dan memiliki status yang sama,
dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul (Horton dan Hunt, 1987: 115).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sosialisasi anak didik merupakan sebuah proses pembelajaran kepada anak didik yang
diberikan melalui proses pendidikan di sekolah dengan mengajarkan kepada siswa tentang
kebudayaan yang terjadi dilingkungan serta bagaiman senantiasa selalu bisa beradaptasi
dimanapun, dengan siapapun dan dalam situasi apapun. Dengan demikian sosialisasi anak
didik yang dilakukan di sekolah tidak luput dari dorongan keluarga. Keluarga merupak salah
satu komponen terdepan bagi para peserta didik, dengan pembentukan kararter yang
dilakukan didalam lingkungan keluarga, sacara langsung akan memudahkan para peserta
didik untuk mudah mengenali, memahami dan menghayati setiap perbedaan kebuayaan yang
terjadi di lingkungan sekolah.
Pada dasarnya poses sosialisasi anak dapat berlangsung melalui kelompok sosial/
masyarakat yang dapat terbentuk dari kelompok yang paling terdekat mulai dari keluarganya
terutama ayah dan ibu, teman sepermainan, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan
lingkungan masyarakat sekitar. Dalam proses inilah anak akan dapat memiliki perubahan,
tinggal bagaimana kebudayaaan atau kebiasaan yang terjadi dilingkungan terseebut.
Karena anak berasal dalam lingkungan keluarga dan keluargalah agen yang paling dekat,
khususnya ibu yang dikatan sebagai pendidikan yang pertama, maka pondasi-pondasi
pembentukan kepribadian untuk mengenalkan dengan sosial dapat diberikan lebih banyak
dilingkungan keluarga. Sehingga ketika anak sudah memasuki masa sekolah akan mudah

19 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, Opcit., hal. 112-113

14
beradaptasi, memahami kejadian-kejadian yang terjadi dilingkungan sekolah. Dengan
demikian proses sosialisasi anak didik di sekolahpun akan berjalan dengan baik. Jadi intinya
para orang tua memang benar-benar harus mengetahui bagaimana bentuk kepribadian para
anak-anaknya. Untuk mengetahui hal tersebut perlu adanya para orang tua untuk mengetahui
kepribadian anak melalui pendekatan-pendekatan ataupun metode tertentu. Seperti reward
and punishment, didactic teaching dan yang lebih penting adalah pemberian contoh kepada
anak.
3.2 Saran
Sosialisasi anak didik sangatlah diperlukan, karena di dalam proses sosialisasi, seorang
individu atau anak didik belajar tentang perilaku, kebiasaan, dan pola-pola kebudayaan lain.
Individu belajar ketrampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakaian, dan cara makan.
Sosialisasi merupakan proses membimbing ke dalam dunia sosial. Hal ini harus diterapkan
pada anak didik.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan (Indivifu, Masyarakat danPendidikan), (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011)
Gian MR. 2015. “Agen-agen Sosialisasi atau Media Sosialisasi”, https://ekonomi-sosiologi-
geografi.blogspot.com/2015/08/agen-agen-sosialisasi-atau-media.html diakses pada
tanggal 30 April 2019 pukul 10.19

Nurul,Fitriyah.2012.“ProsesSosialisasi”,https://www.academia.edu/28973239/PROSES_SOS
IALISASI_PAPER diakses pada tanggal 01 Mei 2019 pukul 07.23

Rizki Maulana, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: CV Cahaya Agency)
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)
Tim Zero Eduka.SBMPTN SOSHUM 2015. (Jakarta Selatan: Cmedia,2014)
Prof. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011)
Wijaya,SitiHaiyinah.2018.“Sosialisasi”,https://www.academia.edu/36581302/Sosialisasi_Pro
ses_Agen_Pesan_Jenis-jenis_dan_Polanya diakses pada tanggal 01 Mei 2019 pukul 07.17

15

Anda mungkin juga menyukai