Dasar Teori
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik. Sedangkan larutan non-elektrolit
adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Daya hantar listrik larutan elektrolit bergantung pada jenis dan konsentrasinya. Daya hantar listrik
larutan adalah kemampuan larutan untuk menghantarkan listrik.
Larutan elektrolit kuat adalah sistem yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal ini
menyebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat ionisasi? = 1) menjadi ion-ion dalam
larutan ion-ion.
Larutan elektrolitalahan adalah fungsi yang dapat menghantarkan arus listrik dengan lemah. Hal ini
disebabkan karena zat terlarut akan terurai sebagian (derajat ionisasi? << 1) menjadi ion-ion dalam
larutan yang sedikit mengandung ion.
Alat
Bahan
1. 2 baterai besar
2. 1 lampu
3. Kabel + dan -
5. Kertas amplas
7. Triplek
5. Asam cuka
6. Urea (3 sendok)
7. Alkohol 70%
Cara Kerja
2) Periksalah apakah alat penguji elektrolit dapat bekerja dengan baik atau tidak jika kedua elektroda
tersedia, lampu bisa menyala.
3) Masukkan salah satu solusi yang akan memeriksa daya hantar listriknya dengan 2 buah katoda ke
dalam gelas beker hingga setengahnya. Selamat sampai bersentuhan.
3) Catat dan periksalah apa yang terjadi pada alat prngujinya, apaka lampu menyala atau padam,
memiliki gelembung atau tidak.
Tidak
Bahan
Rumus
Pengamatan
Jenis Elektrolit
Lampu
Elektroda
1
Air hujan
Redup
Non-elektrolit
Garam udara
NaCl
Tidak Menyala
Ada gelembung
Elektrolit lemah
Air gula
C 12 H 22 O 11
Tidak Menyala
Non-elektrolit
Urea
CO (NH 2 ) 2
Tidak Menyala
Ada gelembung
Elektrolit lemah
Asam cuka
CH 3 COOH
Tidak Menyala
Ada gelembung
Elektrolit lemah
Etanol (alkohol)
C 2 H 5 OH
Tidak Menyala
Non-elektrolit
H 2 SO 4
Tidak Menyala
Ada gelembung
Elektrolit lemah
Sabun udara
Tidak Menyala
Ada gelembung
Elektrolit lemah
Amonia
NH 3
Tidak Menyala
Non-elektrolit
10
HCl
Redup
Ada gelembung
Elektrolit lemah
11
Akuades
Tidak Menyala
Non-elektrolit
Tidak
Bahan
Rumus
Pengamatan
Jenis Elektrolit
Lampu
Elektroda
1
Air hujan
Tidak Menyala
Non-elektrolit
Garam udara
NaCl
Terang
Ada gelembung
Elektrolit kuat
Air gula
C 12 H 22 O 11
Tidak Menyala
Ada gelembung
Elektrolit lemah
Urea
CO (NH 2 ) 2
Tidak Menyala
Ada gelembung
Elektrolit lemah
5
Asam cuka
CH 3 COOH
Redup
Ada gelembung
Elektrolit lemah
Etanol (alkohol)
C 2 H 5 OH
Tidak Menyala
Ada gelembung
Elektrolit lemah
H 2 SO 4
Terang
Ada gelembung
Elektrolit kuat
Sabun udara
Terang
Ada gelembung
Elektrolit kuat
Amonia
NH 3
Redup
Ada gelembung
Elektrolit lemah
10
HCl
Terang
Ada gelembung
Elektrolit kuat
11
Akuades
Tidak Menyala
Non-elektrolit
Dari hasil uji coba, dan tabel diatas, diperoleh data sebagai berikut:
1) Air hujan saja non elektolit karena, tidak ada pembebanan saat dan lampu tidak menyala, akan tetapi
dalam uji coba yang kami lakukan lampu menyala redup, ini mungkin terjadi karena alat uji elektrolit
kami kotor atau bahkan salah.
2) Lampu pendingin udara menyala terang dan memiliki efek yang kuat dan kuat, namun dalam
percobaan yang kami kerjakan tidak menyala dan tergolong elektrolit lemah, ini mungkin terjadi karena
kesalahan pada alat uji elektrolit kami.
3) Air gula termasuk elektrolit lemah, lampu tidak menyala dan memiliki gelembung, akan tetapi
praktikum yang kami lakukan menunjukkan lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung,
mungkinterjadi karena alat uji elektrolit kami kotor atau bahkan salah.
4) Lampu cuka tegas menyala dan ada gelembung, namun hasil dari uji kami tidak memungkinkan, ini
mungkin dilakukan karena kesalahan / kerusakan alat uji solusi.
5) Etanol ( alkohol ) menyala lampu tidak menyala, ada gelembung akan tetapi hasil pengukuran kami
tidak menyala dan tidak ada gelembung. Semoga saja terjadi karena kesalahan alat atau alat uji kami
kotor.
6) Asam sulfat (air aki) menyala lampu menyala dan ada gelembung, yang akan digunakan untuk
menghasilkan lampu menyala. Mungkin ini karena alat uji kami yang kurang bersih.
7) Lampu air pada lampu menyala dan ada gelembung, akan tetapi hasil praktikum kami menunjukkan
lampu tidak menyala. Mungkin terjadi karena kesalahan pada alat uji elektrolit kami.
8) Urea Tersedia elektrolit lemah, lampu tidak menyala namun ada gelembung.
9) Amonia menyala lampu menyala dan ada gelembung, akan tetapi hasil praktikum kami menunjukkan
lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung. Ini mungkin terjadi karena alat uji elektrolit kami kotor
atau bahkan salah.
10) Asam klorida menyala lampu menyala dan ada gelembung, akan tetapi hasil praktikum kami
menunjukkan lampu menyala redup. Ini mungkin terjadi karena alat uji elektrolit kami kotor atau bahkan
salah.
11)Akuades termasuk solusi non elektrolit karena lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung. Daftar
Pustaka
Belajar Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti – SMP Negeri 3 Baradatu
effendyakmal
Kelas 8 Semester 2
Standar Kompetensi:
Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat :
Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang hewan yang halal dan haram dimakan.
Menjelaskan cara menghindari memakan makanan yang berasal dari hewan yang haram dimakan.
————-
A. BINATANG HALAL
Binatang yang halal ialah binatang yang boleh dimakan dagingnya menurut syariat Islam.
Dalil umum yang dimaksud di sini adalah dasar yang diambil dari Al Quran dan Hadis yang menunjukkan
helallnya binatang secara umum.
Jenis-jenis binatang ternak darat seperti: kambing, domba,sapi, kerbau dan unta.
firman Allah:
أأححلل ت
ت للأكتم بلحهيِلمةأ التنلعاَحم
kambing-
domba
sapi
Kambing
Domba
Sapi
kerbau
unta
Kerbau
Unta
Semua binatang yang hidupnya di dalam air baik berupa ikan atau lainnya, kecuali yang menyerupai
binatang haram seperti anjing laut, menurut syariat Islam hukumnya halal dimakan.
أأححلل للأكتم ل
صتيِأد اتلبلتححر لوطللعاَأمهأ لملتاَععاَ للأكتم
Artinya :”Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan yang berasal dari laut yang lezat
bagimu dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan …”.(QS. Al-Maidah : 96)
Maksudnya: binatang buruan laut yang diperoleh dengan jalan usaha seperti mengail, memukat dan
sebagainya. Termasuk juga dalam pengertian laut disini Ialah: sungai, danau, kolam dan sebagainya.
a. Kuda
Kuda merupakan binatang yang halal dimakan karena secara khusus dinyatakan dalam hadis Rasulullah
berikut ini :
Artinya : “Pada zaman Rasulullah kami pernah menyembelih kuda dan kami memakannya” (HR. Bukhari
dan Muslim)
b. Keledai Liar/Himar
Keledai yang masih liar termasuk binatang yang halal dimakan karena secara khusus dinyatakan dalam
hadis Rasulullah berikut ini :
(اأ لعللتيِحه لولسلللم )رواه البخاَري ومسلم ش فلأ للكلل حمتنهأ النلبحييِ ل
صللىَ ا صحة اتلححلماَحر اللوتح ح
حفيِ قح ل
Artinya : “Tentang kisah keledai liar, maka Nabi SAW makan sebagian dari daging keledai itu”. (HR.
Bukhari dan Muslim).
c. Ayam
Ayam juga termasuk binatang yang halal dimakan karena secara khusus dinyatakan dalam hadis
Rasulullah berikut ini :
(اأ لعللتيِحه لولسلللم يلأتأكأل أدلجاَجاَ ع )رواه البخاَري ومسلم
صللىَ ا
ت النلبحييِ ل
لرالتي أ
Artinya : “Pernah aku melihat Nabi SAW makan daging ayam” (HR. Bukhari dan Tirmizi)
d. Belalang
Belalalng merupakan binatang yang halal dimakan karena secara khusus dinyatakan dalam hadis
Rasulullah berikut ini :
Artinya : “Kami berperang bersama Rasulullah SAW tujuh kali perang, kami memakan belalang” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Belalang
e. Kelinci
Artinya : Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: Ketika kami berjalan melalui Daerah az-Zahran
tiba-tiba kami dikejutkan oleh seekor kelinci lalu kami mengejarnya sehinggga penat. Ia berkata lagi: Aku
telah mengejarnya sehingga dapat menangkapnya. Aku pun membawanya kepada Abu Talhah lalu beliau
menyembelihnya. Beliau mengirimkan kaki dan kedua pahanya kepada Rasulullah s.a.w lalu aku pun
membawanya kepada Rasulullah s.a.w dan baginda menerimanya (HR Bukhari dan Muslim)
kelinci
a. Musang
Halal, karena walaupun bertaring hanya saja dia tidak mempertakuti dan memangsa manusia atau
hewan lainnya dengan taringnya dan dia juga termasuk dari hewan yang baik (arab: thoyyib). Ini
merupakan madzhab Malikiyah, Asy-Syafi’iyah, dan salah satu dari dua riwayat dari Imam Ahmad.
[Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni’ (3/528), dan Asy-Syarhul Kabir (11/67)]
musang
b. Tupai / Bajing
Ulama berselisih pendapat tentang hukum makan tupai. Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa
makan tupai hukumnya halal. Sementara sebagian ulama berpendapat haramnya tupai, karena hewan ini
mengigit dengan taringnya. Pendapat kedua ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi dan sebagian
ulama Syafi’iyah dan Hanabilah. Sementara Malikiyah berpendapat makruh. Pendapat yang lebih kuat
adalah boleh.
Hukum memakan Tupai adalah kembali ke hukum asal segala sesuatu yakni halal, selama tidak
membahayakan kesehatan. Sebab, memang tak ada dalil baik dari Al Quran dan As Sunnah tentang
pengharamannya, atau makruhnya. Tertulis dalam kitab Hasyiah Al Jumal, kitab fiqih bermadzhab Syafi’i:
artinya: Dan dihalalkan pula Tupai, dia adalah hewan sejenis kangguru yang diambil kulitnya untuk
pakaian berbulu..”
tupai
c. Landak
Hukum landak, mayoritas ulama memandangnya sebagai hewan yang halal untuk dimakan, sedangkan
sebagian lagi memakruhkan namun ada pula yang mengharamkannya.
Yang menghalalkan landak adalah Imam Asy Syafi’i dan para pengikut mazhabnya, Imam Laits bin Sa’ad,
dan Imam Abu Tsaur. Demikian pula sebagian mazhab Hanbali seperti Imam Asy Syaukani, dan Imam Ash
Shan’ani. Sedangkan dari kalangan Maliki ada beberapa riwayat pendapat, tetapi yang kuat mazhab ini
membolehkan memakan landak.
landak.
B. BINATANG HARAM
Binatang yang diharamkan ialah binatang yang tidak boleh dimakan berdasarkan hukum syariat Islam.
artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala.
Dari ayat diatas, dapat diketahui beberapa jenis makanan yang haram, yaitu:
a. Bangkai
Bangkai yaitu hewan yang mati bukan dengan cara syar’i, baik karena mati sendiri atau karena anak
Adam yang tanpa melalui cara syar’i.
3) Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang tinggi.
4) An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya.
8) Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan membaca basmalah.
9) Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya. Hal ini berdasarkan hadits
Abu Waqid secara marfu’:
“Apa-apa yang terpotong dari hewan dalam keadaan dia (hewan itu) masih hidup, maka potongan itu
adalah bangkai”. (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy)
a. Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu penjelasan bahwa semua hewan air adalah
halal bangkainya kecuali kodok.
artinya: “Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan
belalang. Dan adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
c. Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan kecuali An-Nasa`i, bahwa Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-
bersabda:
Maksudnya jika hewan yang disembelih sedang hamil, maka janin yang ada dalam perutnya halal untuk
dimakan tanpa harus disembelih ulang.
b. Darah, yakni darah yang mengalir dan terpancar. Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana
ditunjukkan dalam hadits Ibnu ‘Umar yang baru berlalu. Juga dikecualikan darinya darah yang berada
dalam urat-urat setelah penyembelihan.
لِ تلتعللأمولن
Artinya: Dan (Dia Telah menciptakan) kuda, baghal [820] dan keledai, agar kamu menungganginya dan
(menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.(an-Nahl [16]:8)
ٌِ لونللهاَلناَ النبيِ صلىَ ا عليِه وسلم لعحن اتلححلماَحر اتللتهلحتي، ش
أللكتللناَ لزلملن لختيِبلتر التللختيِلل لوأحأملر اتللوتح ح
“Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-
melarang kami dari keledai jinak”. (HR. Muslim)
Keledai/Khimar
Kuda
3. Binatang yang diharamkan melalui dalil umum, yaitu : dalil yang hanya menyebut sifat-sifat binatang.
Binatang yang diharamkan berdasarkan dalil umum dengan menyebut sifat-sifat binatang yaitu:
Binatang buas yang bertaring adalah yang taringnya digunakan untuk memangsa atau menerkam
mangsanya. seperti singa, serigala, macann tutul, macan kumbang, anjing, kucing, beruang, buaya,
monyet.
Nabi bersabda :
(ع فلأ لتكلأهأ لحلرانم )رواه البخاَري ومسلم أكيل حذي لناَ ت
ب حمتن الرسلباَ ح
artinya : “Setiap binatang buas yang bertaring, haram dimakan” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Termasuk hewan yang dikecualikan dari kehalalan untuk dimakan adalah buaya karena ia memiliki
taring untuk menyerang mangsanya.”
Semua burung yang memiliki cakar yang kuat yang dia memangsa dengannya, seperti: Elang, Rajawali,
Kakatua, Nasar, burung hantu.
Nabi bersabda:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang memakan setiap binatang buas yang bertaring, dan
setiap jenis burung yang mempunyai kuku untuk mencengkeram.” (HR. Muslim)
(ب حملن الطلتيِحر )رواه مسلم اأ لعللتيِحه لولسلللم لعتن أكحرل حذ ت
ي حمتحلل ح صللىَ ا
نللهاَ النلبحييِ ل
Artinya : “Rasulullah telah melarang (memakan) setiap burung yang berkuku tajam” (HR. Muslim).
Rajawali
Kakatua
Burung Hantu
Elang Jawa
Hewan dilarang untuk dibunuh seperti : Semut, lebah dan burung hud-hud, burung Shurad (kepalanya
besar, perutnya putih, punggungnya hijau dan katanya biasa memangsa burung pipit), katak/kodok.
Nabi bersabda:
artinya: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk membunuh empat binatang: semut, lebah,
burung Hudhud dan burung Shurad.” (HR. Abu Daud ,, Ibnu Majah dan Ahmad)
Nabi bersabda :
Artinya : “Sesungguhnya seorang tabib bertanya kepada Rasulullah tentang katak untuk keperluan
obat,Rasulullah melarang membunuhnya” ( HR. An-Nasai )
haram memakan kelelawar adalah ulama Hambali dan Syafi’iyah. Pendapat yang tepat dalam masalah
ini, kelelawar haram dimakan karena dilarang untuk dibunuh sebagaimana disebutkan dalam hadits
berikut ini.
ِ ياَ رب سلطني: ٌ ولِ تقتلوا الخفاَش فإنه لماَ خرب بيِت المقدس قاَل، لِل تقتلوا الضفاَدع فإن نقيِقهاَ تسبيِح: ٌ أنه قاَل، عن لعبد ا بن لعتمرو
علىَ البحر حتىَ أغرقهم
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata, “Janganlah kalian membunuh katak, karena suaranya adalah
tasbiih. Jangan kalian pula membunuh kelelawar, karena ketika Baitul-Maqdis roboh ia berkata : ‘Wahai
Rabb, berikanlah kekuasaan padaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan mereka” (HR. Al
Baihaqi
Shurad
Hud-hud
Semut
Katak
Lebah
Kelelawar
Hewan yang diperintahkan untuk dibunuh, seperti: ular, burung gagak, burung elang, kalajengking, tikus,
dan anjing liar
Nabi bersabda:
Artinya: Ada lima jenis hewan fasiq (berbahaya) yang boleh dibunuh ketika sedang ihram, yaitu tikus,
kalajengking, burung rajawali, burung gagak dan kalb aqur (anjing galak).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hewan yang digolongkan hewan fasik dan juga diperintahkan untuk dibunuh adalah cecak atau tokek.
Hal ini berdasarkan hadits Sa’ad bin Abi Waqqosh, beliau mengatakan,
أللملر بحقلتتحل اتللولز ح-صلىَ ا عليِه وسلم- َى
َغ لولسلماَهأ فألوتيحسعقا أللن النلبح ل
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh tokek, beliau menyebut hewan ini
dengan hewan yang fasik” (HR. Muslim no. 2238). An-awawi membawakan hadits ini dalam Shahih
Muslim dengan judul H
Tikus
Kalajengking
Gagak
Ular
Tokek
Cicak
Termasuk juga dalam kategori binatang ini adalah binatang-binatang yang kotor dan secara umum
menjijikkan, seperti : lalat, tungau, kutu, kecoa, kumbang, cacing, bekicot dan sejenisnya .
Allah berfirman :
Artinya : “Dan dihalalkan bagi mereka segala yang baik dan diharamkan bagi mereka segala yang jelek
(khobits)” (QS. Al A’raf : 157)
Lalat
Kecoa
Bekicot
Cacing
Ulat
Kelabang
Lintah
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep-139/MUI/IV /2000 Tentang Makan Dan Budidaya
Cacing Dan Jangkrik
Cacing adalah salah satu jenis hewan yang masuk ke dalam kategori al-Hasyarat. MUI Membenarkan
adanya pendapat ulama (Imam Malik, Ibn Abi Laila dan al-Auza’i) yang menghalalkan memakan cacing
sepanjang bermanfaat dan tidak membahayakan dan pendapat ulama yang mengharamkan
memakannya.Membudidayakan cacing untuk diambil manfaatnya, tidak untuk dimakan, tidak
bertentangan dengan hukum Islam. Membudidayakan cacing untuk diambil sendiri manfaatnya, untuk
pakan burung misalnya, tidak untuk dimakan atau dijual, hukumnya boleh (mubah).
Membudidayakan jangkrik untuk diambil manfaatnya, untuk obat/ kosmetik misalnya, untuk dimakan
atau dijual, hukumnya adalah boleh (mubah, halal), sepanjang tidak menimbulkan bahaya (mudarat).
Berikut contoh beberapa hewan hidup di dua alam dan hukum memakannya:
2) Kura-kura dan penyu: juga halal sebagaimana madzab Abu Hurairah, Thawus, Muhammad bin Ali,
Atha’, Hasan Al-Bashri dan fuqaha’ Madinah. (Lihat Al-Mushannaf (5/146) Ibnu Abi Syaibah dan Al-
Muhalla (6/84).
3) Anjing laut: juga halal sebagaimana pendapat imam Malik, Syafe’i, Laits, Syai’bi dan Al-Auza’i (lihat
Al-Mughni 13/346).
4) Katak/kodok; hukumnya haram secara mutlak menurut pendapat yang rajih karena termasuk hewan
yang dilarang dibunuh sebagaimana penjelasan di atas.
5) Buaya; termasuk hewan yang haram karena memiliki taring yang kuat.
Allah SWT melarang memakan makanan yang bersumber dari hewan yang diharamkan pasti mempunyai
dampak dari negatif bagi pemakannya. Oleh karena itu hindarilah makanan tersebut supaya kita
terbebas dari pengaruh yang dihasilkan dari makanan yang diharamkan itu.
Adapun cara menghindari makanan yang bersumber dari binatang yang di haramkan sbb:
Selalu waspada terhadap makanan yang bersumber dari binatang yang diharamkan.
Selektif dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi.Mencari informasi tentang makanan yang
bersumber dari binatang yang diharamkan baik melalui dari surat kabar, buku, internet dll.
Sumber:
http://rumaysho.com/arsip-artikel.html
http://al-atsariyyah.com/kriteria-makanan-halal-2.html
http://fadhlihsan.wordpress.com/topik-artikel/kumpulan-artikel-makanan-minuman/
http://www.myhalalcorner.com/binatang-haram-dalam-al-quran-dan-as-sunnah/
http://imamsyah.alkhoirot.net/2011/06/skema-halal-atau-haramnya-makanan-dan.html
http://ad-dai.blogspot.com/2012/03/hukum-makan-daging-landak.html
http://fotohewan.blogspot.com/
http://teknikislam.blogspot.com/2011/ 05/onta-hewan-yang-kuat.html
http://fotohewan.blogspot.com
http://ruanasagita.blogspot.com
‘http://www.flexmedia.co.id’
http://gambarbinatang.blogspot.com’
‘fotohewan.blogspot.com’
‘http://alamendah.files.wordpress.com’
‘http://id.wikipedia.org/wiki/Kelinci’
‘http://alamendah.wordpress.com’
‘http://peliharaanhewan.blogspot.com’
‘http://ruanasagita.blogspot.com’’
‘http://alamendah.wordpress.com’
‘http://pictures-foto-gambar.blogspot.com
‘http://arc300.wordpress.com’
http://satopepelakan.blogspot.com
‘http://satopepelakan.blogspot.com’
‘http://ruanasagita.blogspot.com
‘http://fotohewan.blogspot.com
‘http://www.republika.co.id/berita/senggang/unik/11/02/04/162201-lho-burung-kakaktua-ternyata-
kidal
‘http://eri08tirtayasa.blogspot.com/2011/07/jenis-burung-pemangsa.html’
‘http://fotohewan.blogspot.com’
‘http://dukeofmerovingian.wordpress.com/category/islam-dan-hukum/’
http://dukeofmerovingian.wordpress.com/category/islam-dan-hukum/
‘http://id.wikipedia.org/wiki/Semut
‘http://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2011/11/makna-suara-katak.html
‘http://teknikislam.blogspot.com/2012/01/lebah-madu-yang-mengagumkan.html
‘http://fotohewan.blogspot.com
http://gambarbinatang.blogspot.com’
‘http://fotohewan.blogspot.com’
‘http://lalat.co.id/satu-alasan-jauhkan-makanan-dari-lalat.html
‘http://argakencana.blogspot.com/2012/05/9-rahasia-kecoa-alasan-kecoa-ditakuti.html
‘http://muslimdaily.net/berita/medis/mui-bekicot-haram.html# .UUjs1aAonMw’
Kategori: 4 Fiqih
Belajar Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti – SMP Negeri 3 Baradatu
Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas