Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASMA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anak

Dosen Pembimbing : Susri Utami, MSN.

KELOMPOK 17 :

Kharisma Nanda O (17.1331.S)

Regina Merdekari R.A (17.1374.S)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit asma.
Kejadian asma meningkat hampir seluruh dunia, baik negara maju maupun negara
berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan
meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan
pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering
ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangan bervariasi, bahkan
berat ringannya serangan dan sering jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis
sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat.
Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena
asma pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan
dengan kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada masa bayi,
balita maupun remaja ( Sidhartani, 2007 ).
Asma merupakan suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang
menyebabkan peradangan dengan manifestasi mengi kambuhan, sesak nafas, dan
batuk terutama pada malam hari dan pagi hari. Asma merupakan penyakit yang
umumnya mempengaruhi orang-orang dari semua usia, dan dapat mempengaruhi
psikologis serta sosial yang termasuk domain dari kualitas hidup. Penyakit ini pada
umumnya dimulai sejak masa anak-anak (Wong,
2009).
Menurut Wong ( 2009 ) Anak mengalami gangguan aktivitas dan gangguan
perkembangan. Serangan asma menyebabkan anak dapat tidak masuk sekolah
berhari-hari, berisiko mengalami masalah perilaku dan emosional, dan dapat
menimbulkan masalah bagi anggota keluarga lainnya, orang tua sulit membagi
waktu antara kerja dan merawat anak, masalah keuangan, fisik dan
emosional.Keadaan ini berdampak pada pola interaksi orang tua dan anak serta
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas hidup
anak.
beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat
disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma, para dokter tidak
yakin akan hal ini, meskipun hal ini adalah teori. Lebih dari 6% anak-anak terdiagnosa
menderita asma, 75% meningkat pada akhir-akhir ini. Meningkat tajam sampai 40%
diantara populasi anak di kota. Karna banyaknya kasus asma yangbmenyerang anak
terutama dinegara kita Indonesia maka kami dari kelompok mencoba mambahas
mengenai asma yang etrjadi pada anak ini, sehingga orang tua dapat menegtahui
bagaimana dan penatalaksaan bagi anak yang terserang asma.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran untuk menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien gangguan pernafasan sesuai dengan masalah utama asma.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khususnya, dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan asma terutama dalam hal :
a) Mahasiswa dapat mengkaji, mengenal masalah utama dari gangguan
pernafasan asma.
b) Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari
gangguan pernafasan.
c) Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan dari gangguan
pernafasan .
d) Mahasiswa dapat mengetahui tanda genjala gangguan pernafasan .
e) Mahasiswa dapat menegtahui pemeriksaan penunjang
f) Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan
g) Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi
h) Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian fokus
i) Mahasiswa dapat mengetahui fokus intervensi
j) Mahasiswa dapat mengetahui pathway

BAB II
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Kondisi yang berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan saluran
pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga mempersulit jalan nafas.
Asma merupakan penyakit alergi yang menimbulkan peradangan pada paru-
paru. Ini dikarenakan saluran pernapasan menjadi lebih bereaksi akibat adanya
alergen (pemicu alergi) yang menimbulkan asma. Pada kondisi saluran pernapasan
menjadi sempit akibatnya timbul pembengkakan saluran pernapasan, peregangan
otot dosekitarnya dan peningkatan produksi lendir. Gangguan pada saluran
pernapasan ini mengakibatkan terhambatnya aliran udara dari dan paru-paru. Oleh
karena itu, gejala utama asma adalah sesak nafas dengan batuk yang lama .
biasanya, batuk semakin parah dimalam hari atau jika anak terlalu aktif jika
keaadanya semakin parah, batuk sering bersamaan dengan muntah.
Tidak sulit untuk melihat si kecil mengalami sesak nafas atau tidak. Coba
perhatikan kulit diantara tulang rusuk tampak terik ke dalam atau tidak ? jika benar,
artinya anak mengalami sesak nafas. Selain itu, anak mengalami sesak nafas
menunjukan warna kebiruan di seputar bibir akibat kekurangan oksigen. Untuk
mengetahui sesak nafas yang terjadi karena asma atau bukan, perhatikan pula saat
bernapas, apakah terdengar suara “ ngik ... ngik “ atau seperti nafas kucing? Jika
benar, sangat mungkin menderita asma. Biasanya suara tersebut lebih jela
sterdeteksi jika dideteksi menggunakan stetoskop.
Sampai saat ini, asma masih disebut sebagai penyakit keturunan,tetapi tidak
menular. Anak yang keluarganya mempunyai riwayat asma beresiko mengalmai
gangguan ini . begitu pula dengan anak-anak yang mempunyai bakat alergi. Hal yang
perlu diingatkan, timbulnya asma karena adanya reaksi terhadap saluran pernapasan
akibat rangsangan dari luar atau dari tubuh anak itu sendiri. Umumnya, lebih sering
karena rangsangan dari luar yang memebuat anak menjadi lebih peka. Misalnya,
akibat kontak dengan debu rumah, debu hewan, jamur, serbuk sari, atau maknan
dan minuman. Jika si kecil sensitif terhadap udara.
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Smeltzer
2002 : 611).
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus
mengalami inflamasi/ peradangan dan hiperresponsif (Reeves, 2001 : 48)
Asma adalah gangguan jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel (Joyce M. Black : 1996)
Dari semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruksi intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

B. ETIOLOGI
 Faktor Ekstrinsik : reaksi antigen antibodi ; karena infalasi alergan
(debu,serbuk-serbuk, bulu binatang).
 Faktor intrinsik ; infeksi : cuaca dingin, perubahan temperatur.
Iritan ; kimia, polusi udara (CO, asap rokok, parfum).
Emosional ; takut, cemas, tegang.
Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus

C. Patofisiologi
 Asma terjadi pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulasi lain.
 Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadispasme
dan zat antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya
alergi.
IgE dimunculkan pada receptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran
histamin dan zat mediator lainnya mediator tersebut akan memberikan
gejala asma.
 Respon asma terjadi dalam 3 tahap :
 Tahap immediateyang ditandai dengan bronkokontriksi (1 - 2 jam).
 Tahap delayed dimana bronkokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam
dan terus menerus 2-5 jam lebih lama
 Tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan
nafas beberapa minggu atau bulan.

 Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan dan
udara dingan
 Selama serangan asma, bronkialus menjadi meradang dan peningkatan
sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak,
kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan
distres pernafasan
 Anak yang mengelami asma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi
karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinfasi pada alveoli
dan perubahan pertukaran gas . jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudia
tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan p02
(hypoxia). Selama serangan asma, C02 tertahan dengan meningkatnya
resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory
dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan
kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachynea), kompensasi
tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar C02
dalam darah (hypocapnea).

D. Manifestasi klinik/tanda gejala


Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang
sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan
tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah
ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
 Wheezing
 Dyspnea dengan lama ekspirasi ; penggunaan otot-otot asesoris pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada, dan stridor
 Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit
 Tachypnea, tachycardia, orthopnea
 Gelisah
 Berbicara sulit atau pendek karena sesak nafas
 Diaphorosis
 Nyeri abdomen karena terlibatnya otoy abdomen dalan pernafasan
 Fatigen
 Tidak toleran terhadap aktivitas ; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
 Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
 Meningkatkan ukuran diameter anteroposterior (barrel chest)
 Sarangan yang tiba-tiba atau berangur angsur
 Auskultasi ; terdengar ronki dan crackles.
E. Pemeriksaan penunjang
 pulse oxymetry
 VEP1 mungkin diindikasikan bila diaognosistidak pasti atau untuk
dokumentasi respons terhadap terapi.
 VEP1 <50% dan perkiraan : asma berat
VEP1 50-70% : asma sedang
VEP1 71-80% : asma ringan
Akan tetapi, beberapa penderita yang menunjukan gejala yanga yang signifikan
memiliki VEP1 <80% dari perkiraan dan penderita lainnya dengan gejala yang relatif
lebih ringan memiliki <70%.
 Rontgen toraks hamya diindikasikan pada menifestasi atipik,
Tampilan toksik, gejala kronik, dan pasien yang sakit berat
 Analisa gas darah arteri hanya diindikasikan pada pasien yang sakit berat,
tingkat kesadarannya abnormal, atau yang kebutuhan oksigennya meningkat.
 Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan sputum
a. Untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen
b. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkhus

b) Pemeriksaan darah
a. Untuk mengetahui hiponatremia dan kadar leukosit

 Pemeriksaan scanning paru


a. Untuk menentukan pola abnormal perfusi pada area ventilasi (ketidak
cocokan/perfusi) atau tidak adanya ventilasi/perfusi

 Pemeriksaan spirometri
a. Untuk menentukan adanya obstruksi jalan nafas

F. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
 Menghilangkan obstruksi jalan nafas
 Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
 Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dengan cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

a) Pengobatan dengan obat-obatan, seperti :


 Beta agoinst (beta adrenergik agent)
 Methylxanlines (enply bronkodilator)
 Kortokosteroid
 Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b) Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya:
 Oksigen 4-6 liter/menit
 Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit – 1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
diberikan perlahan.
 Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam
 Sedang menggunakan steroid pral atau dalam serangan sangat berat.

G. Komplikasi
 Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
 Chronic persistent bronchitis
 Bronchiolitis
 Pneumonia
 Emphysema

H. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian
 Riwayat asthma atau alergi dan serangan asthma yang alergi dan masalah
pernafasan.
 Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan pengobatan
 Fase akut; tanda-tanda vital, usaha nafas dan pernafasan, retraksi dada,
penggunaan otot, otot asesori pernafasan, cuping hidung pulse oximetry.
Suara nafas; wheezing, menurutnya suara nafas kaji status neurologi;
perubahan kesadaran, meningkatnya fatigue, perubahan tingkah lagu. Dan
kaji status hidrasi.
 Riwayat psikosial; faktor pencetus; stress, latihan, kebiasaan dan rutinintas,
perawatan sebelumnya.
Diagnosa Keperawatan
1. tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2. intolensi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. kurangnya penegtahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
4. kurangnya informasi.
I. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa 1 : tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspanasi
paru.
Tujuan : pola nafas kembali efektif selama 1x 24 jam
Kriteria hasil: pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas
normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembung.

Intervensi
 Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.catat upaya
pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan atau pelebaran
nasal.
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernavasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas, ekspansi dada terbatas yang berhubungan
dengan atelektasis dan atau nyeri dada
 Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti kreleks,
wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas atau
kegagaglan pernafasan
 Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi dan memudahkan
pernafasan
 Observasi pola batuk dan karakter sekret
Rasional : kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering atau iritasi
 Dorong atau bantu pasien dalam nafas dan latian batuk
Rasional : dapat mengakibatkan atau banyaknya sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah ketidak nyamanan ketika bernafas
 Kolaborasi
 Berikan oksigen tambahan
 Berikan humidifikasi tambahan misalnya nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas,
memberikan kelembapan pada membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret.

Diagnosa 2 : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan : klien dapat melakuakn aktivitas sehari-hari secara mandiri setelah
dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil : kondisi umum klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas
secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang.

Intervensi
 Evaluasi pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan
kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah
aktivitas
Rasional : menetapkan kebutuhan atau kemampuan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi
 Jelaskan pentingnya istirahan dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional : tirah baring di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan
 Bantu pasien untuk memilih posisi nyaman untuk istirahan dan atau tidur
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk
kedepan meja atau bantal
 Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperluakn. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
 Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan
kesehatan

Diagnosa 3 : gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik,
tekstur kulit baik, klien menhabiskan posri makan yang disediakan, bising usus 6-12
kali/menit, berat badan dalam batas nirmal.

Intervensi
 Kaji status nurtisi (tekstur kuli, rambut, konjungtiva)
Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya
 Jelaskan pada klien atau keluarga klie tentang pentingnya nutrisi pada tubuh
Rasional : peningkatan pengetahuan klien atau keluarga klien dapat
menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan
 Timbang berat badan dan tinggi badan
Rasional : penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator
kurangnya nutrisi

 Anjurkan klien minum air hangat saat makan


Rasional : air hangat dapat mengurangi mual
 Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi
 Kolaborasi
 konsul dengan tim gizi atau tim mendukung nutrisi
Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam
pembatasan.
 Berikan obat sesuai indikasi.
 vitamin B squrb 2x1
Rasional : difisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.
 Antiemetik rantis 2x1
Rasional : untuk menghilangkan mual atau muntah.
J. PATHWAYS

Stimulus non immunologik; Pengaktifan sel Stimulus immunologik


infeksi virus, stimulus fisik dan antiges
kimia

Autonomik sistem persarafan Sel maut, sel epited makrofag,


Refleks axon neuropeptida eosinophil limposit

Mediator radang kontraksi otot


otot pernapasan Kemotaksis

Respon granulosit’ Netrofil.


Eosinofil, Basofil, aktifnya sel
mononukleus, Makrofag,
Limposit

Mediator radang

Edema brokus, Infiltrat seluler


Fibrosis subepitel, Sekresi
mucus meningkat,
permeabiliitas vaskuler dan
mukosal

Hiperresponsif jalan napas


RESUME JURNAL
Atshma
STUDI KLINIS ASMA BRONKIAL PADA ANAK USIA 5 HINGGA 12 TAHUN DENGAN
REFERENSI KHUSUS UNTUK LAJU ALIRAN EKSPIRASI PUNCAK
Srivivasa, Ushakiran, Sudha rudrappa

Asma adalah salah satu penyakit kronis paling umum di dunia yang menimbulkan
beban sosial yang substansial pada anak-anak dan orang dewasa. Selama 20 tahun terakhir,
prevalensinya sangat meningkat, terutama di antar anak-anak. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mempelajari fitur klinis asma bronkial dan untuk menilai tujuan respons PEFR
terhadap terapi bronkodilator.
Metode setelah mengambil secara rinci, pemeriksaan klinis PEFR dicatat dalam 50
bronkial simtomatik anak asma antara kelompok usia 5-12 tahun sebelum dan sesudah
nebulisasi salbutamol. Mereka dibandingkan dengan nilai PEFR anak normal dari populasi
yang sama dalam kelompok usia yang sama, kisaran tinggi badan, kisaran berat badan dan
jenis kelamin.
Hasil penelitian diantara 50 kasus yang diteliti, jumlah maksimum (44%) kasus asma
ditemukan pada kelompok usia 11-12 tahun. Tahun dengan rasio pria : wanita 1,77 : 1 batuk
dan desah adalah gejala utama dan ada pada semua kasus (100%). Udara dingin di 24 (48%)
kasus, URTI di 15 (30%) kasus, debu di 8 (16%) kasus dan makanan dingin di 3 (6%) kasus
ditemukan menjadi faktor pencetus yang penting. Ada penurunan yang dignifikan dalam
PEFR (L/min) pada kelompok kontrol. Persentase peningkatan PEFR adalah 21,3% setelah
terapi bronkodilator yang signifikan secara statistik.
Peningkatan signifikan pada PEFR setelah terapi bronkodilator menunjukan
manfaatnya dalam pemantauan respons terhadap pengobatan asma dan bagaimanapun
perekaman serial PEFR direkomendasikan untuk lebih baik menejemen dan kontrol asma
dimasa kecil.
Lima puluh anak dalam kelompok umur antara 5-12 tahun dengan asma bronkial
simtomatik yang mengunjungi opede atau dirawat ke rumah sakit di pilih secra acak untuk
penelitian ini. Umur dan kelompok kontrol yang cocok dengan jenis kelamin 50 diambil dari
kelompok yang sama populasi sebagai tes fungsi paru di pengaruhi oleh fariabel tertentu
seperti usia, jenis kelamin, perawan dan kondisi. Hubungan yang tidak signifikan di amati
antara usia kelompok dan kelompok belajar dan kontrol. Kelompok studi di bagi menjadi 4
kelompok berdasarkan usia dan jumlah maksimum 44% dari kasus asma adalah di temukan
pada kelompok umum 11-12 tahun. Dalam kelompok penelitian ada 32 laki-laki dan 17
perempuan anak dengan rasio laki-laki dan perempuan sebesar 1,77 : 1 sama dengan
kelompok kontrol. Ada distribusi kasus studi dan kontrol yang sama berdasarkan usia dan
jenis kelamin. Tidak ada yang signifikan perbedaan antra usia rata-rata, berat rata-rata dan
rata-rata tinggi pada kelompok studi dan kelompok kontrol. Dalam kelompok studi 40 (80 %)
kasus berasal dari perkotaan dan 10 (20%) kasus yang berasal dari daerah pedesaan.
Kemungkinan koefisien mengungkapkan hubungan yang tidak signifikan antara kelompok
dan area.
Tabel distribusi studi dan kontrol berdasarkan usia
Kelompok usia Kelompok belajar Kelompok kontrol Total
5 – 6 tahun 8 16 % 8
7 – 8 tahun 10 20 % 9
9 – 10 tahun 10 20 % 10
11 – 12 tahun 22 44 % 23
Total 50 100 % 50

Batuk, mengi adalah gejala utama dan pilek udara, URPI adalah faktor pencetus
yang paling sering terjadi anak-anak dengan asma. Peningkatan signifikan PERF mengikuti
terapi bronkodilator menunjukan kegunaanya dalam memantau respon terhadap
pengobatan asma dan namun perekaman PERF serial direkomendasikan untuk manajemant
dan kontrol asma yang lebih baik di masa kecil dan studi lebih lanjut di perlukan untuk
menentukan penyebab.
BAB III
PENUTUP

SIMPULAN

Asma merupakan penyakit alergi yang menimbulkan peradangan pada paru-paru.


Ini dikarenakan saluran pernapasan menjadi lebih bereaksi akibat adanya alergen (pemicu
alergi) yang menimbulkan asma. Pada kondisi saluran pernapasan menjadi sempit akibatnya
timbul pembengkakan saluran pernapasan, peregangan otot dosekitarnya dan peningkatan
produksi lendir. Gangguan pada saluran pernapasan ini mengakibatkan terhambatnya aliran
udara dari dan paru-paru. Oleh karena itu, gejala utama asma adalah sesak nafas dengan
batuk yang lama . biasanya, batuk semakin parah dimalam hari atau jika anak terlalu aktif
jika keaadanya semakin parah, batuk sering bersamaan dengan muntah.
asma masih disebut sebagai penyakit keturunan,tetapi tidak menular. Anak yang
keluarganya mempunyai riwayat asma beresiko mengalmai gangguan ini . begitu pula
dengan anak-anak yang mempunyai bakat alergi. Hal yang perlu diingatkan, timbulnya asma
karena adanya reaksi terhadap saluran pernapasan akibat rangsangan dari luar atau dari
tubuh anak itu sendiri. Umumnya, lebih sering karena rangsangan dari luar yang memebuat
anak menjadi lebih peka. Misalnya, akibat kontak dengan debu rumah, debu hewan, jamur,
serbuk sari, atau maknan dan minuman. Jika si kecil sensitif terhadap udara.

SARAN
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang pemeriksaan fisik pada ibu. Kami mengetahui
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi
penulisannya, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat
memebangaun sangat kami harapkan agar dapat terciptanya makalah yang baik sehingga
dapat memberi pengetahuan yang benar kepada pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.


Jakarta:EGC.
Menderi Ni Ketut, Prayogi Agus Sarwo. 2017. Asuhan Keperawatan pada Anak sakit
dan Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: PustakaBaruPress.
Suryadi, Yuliani Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai