Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillahhi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia nikmat
yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan maksimal.
Makalah dengan judul ‘’Perekonomian illegal’’ disusun dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata kuliah ‘Sistem Ekonomi Indonesia bimbingan ibu Ratnaningsih Damayanti, S.IP,
M.Ec. Dev

Makalah ini berisi tentang kajian-kajian perihal aspek-aspek yang ada dalam
perekonomian illegal. Semoga isi dari makalah ini dapat menambah ilmu serta kemampuan
berfikir secara kritis. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas kontibusinya dalam
penyusunan maupun setelah tuntasnya makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, sebagai manusia tentunya memiliki kekhilafan
,maka sesunggunhnya makalah ini jauh dari kata sempurna. Karenanya kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca.

Demikian, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah kami.

Malang, 24 April 2019

Tim penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................. 3

1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 3

1.3 TUJUAN PENULISAN .............................................................................................. 4

1.4 MANFAAT PENULISAN .......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5

2.1 PENGERTIAN PEREKONOMIAN ILEGAL ................................................................ 5

2.2 LANDASAN HUKUM YANG MENENTANG ADANYA PEREKONOMIAN


ILEGAL ................................................................................................................................. 5

2.3 CONTOH PEREKONOMIAN ILLEGAL ..................................................................... 9

2.4 BLACK MARKET (PASAR GELAP) ........................................................................... 15

2.5 AKIBAT PEREKONOMIAN ILLEGAL ...................................................................... 16

2.6 STUDI KASUS .............................................................................................................. 18

BAB III .................................................................................................................................... 21

PENUTUP................................................................................................................................ 21

3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 21

3.2 SARAN .......................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

2
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Di era globalisasi ini, kebutuhan akan barang-barang dan jasa semakin tinggi namun
pasar yang ada untuk memenuhi kebutuhan itu terbatas dan karena keterbatasannya maka
harga yang ditawarkan semakin mahal. Oleh karena itu di era sekarang ini banyak
bermunculan sektor-sektor dalam perekonomian yang terlarang dan tidak diakui negara atau
sering disebut dengan black market atau pasar gelap. Pasar gelap termasuk dalam
perekonomian illegal dalam negara karena tidak sah di negara dan dipungut pajak. Hal
tersebut sangat merugikan negara karena pajak merupakan komponen penting dalam
pembangunan negara. Namun masyarakat juga lebih tertarik kepada barang-barang black
market atau illegal karena memiliki harga yang jauh dibawah harga pasaran. Hal- hal tersebut
memang sudah diatur dalam peraturan yang ada di Indonesia seperti Undang-Undang dan
keputusan-keputusan yang telah disahkan. Namun masih ada saja yang melanggar dan tetap
menjalankan perekonomian yang bersifat illegal ini.

Banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perekonomian illegal ini, juga


banyak dampak-dampak yang dipengaruhi oleh perekonmian illegal baik positif maupun
negatif. Masyarakat banyak yang tidak tahu akan efek dari perekonomian illegal ini sehingga
mereka dengan bebas bisa membeli barang-barang yang terlarang dan cenderung
mengedepankan kesenangannya saja. Karena mereka tidak terlalu memperdulikan barang
yang dibelinya itu sah atau tidak dan diakui oleh negara atau tidak, sehingga mereka perlu
diedukasi lebih lanjut agar lebih mengetahui tentang perdagangan dan perekonomian. Oleh
karena itu akan dibahas lebih lanjut mengenai perekonomian illegal beserta aspek-aspek yang
ada di dalamnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Apa yang dimaksud dengan perekonomian illegal
 Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perekonomian illegal
 Apa Landasan hukum yang digunakan dalam mengatasi perekonomian illegal
 Bagaimana dampak yang dihasilkan oleh perekonomian illegal

3
1.3 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan paparan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk menjelaskan lebih lanjut apa itu perekonomian illegal


2. Untuk memaparkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perekonomian illegal
3. Untuk mengetahui landasan-landasan hukum yang digunakan dalam mengatasi
perekonomian illegal
4. Untuk mengetahui dampak-dampak yang dihasilkan oleg perekonomian illegal
1.4 MANFAAT PENULISAN

Untuk menginformasikan kepada pembaca perihal perekonomian illegal serta aspek-


aspek yang ada di dalam perekonomian illegal agar mengetahui permasalahan-permasalahan
yang sedang dihadapi dalam bidan perekonomian illegal. Agar dapat memberikan solusi
untuk permasalahan yang berkaitan dengan perekonomian illegal.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PEREKONOMIAN ILEGAL


Perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan
sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Pengertian ilegal adalah tidak sah menurut hukum,
dalam hal ini melanggar hukum, barang gelap, liar, ataupun tidak ada izin dari pihak yang
bersangkutan. 1Jadi dapat diartikan perekonomian ilegal ada sistem transaksi yang dilakukan
secara tidak sah menurut hukum dan dapat melanggar hukum yang berlaku di negara yang
bersangkutan.

Perekonomian ilegal dapat dikatakan sama dengan pasar gelap. Pasar gelap ialah
sektor kegiatan ekonomi yang melibatkan transaksi ekonomi ilegal, khususnya pembelian dan
penjualan barang dagangan secara tak sah. Barang-barangnya sendiri bisa ilegal, seperti
penjualan senjata atau obat-obatan terlarang; barang dagangan bisa curian; atau barang
dagangan barangkali sebaliknya merupakan barang resmi yang dijual secara gelap untuk
menghindari pembayaran pajak atau syarat lisensi, seperti rokok atau senjata api tak terdaftar.
Disebut demikian karena urusan "ekonomi gelap" atau "pasar gelap" dilakukan di luar
hukum, dan perlu diadakan "dalam kegelapan", di luar penglihatan hukum. Pasar gelap
dikatakan berkembang saat pembatasan tempat negara pada produksi atau syarat barang dan
layanan yang berasal dari konflik dengan permintaan pasar.2

2.2 LANDASAN HUKUM YANG MENENTANG ADANYA PEREKONOMIAN


ILEGAL
Dalam roda perekonomian sebuah negara, tidak semua transaksi ekonomi dilakukan
dengan jelas. Beberapa transaksi ekonomi ada yang dilakukan dengan tersembunyi atau tidak
transparan. Hal inilah yang biasanya disebut degan istilah shadow economy. Kegiatan
tersebut dilakukan dengan unsur kesengajaan dan memiliki motif tertentu. Beberapa tujuan
yang ingin diraih, misalnya menghindari kewajiban perpajakan, menghindari pemenuhan
standar ketenagakerjaan yang legal, hingga menghindari kewajiban administratif dan
prosedural. Beberapa negara di dunia memiliki porsi transaksi ekonomi ilegalnya masing-
masing.

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia
2
Didin S Damanhuri. 2008.Indonesia, Globalisasi Perekonomian & Kejahatan Ekonomi Inter]Nasional.
Jakarta. scientific repository.

5
1. Black Market
Pasar gelap (black market) adalah sektor kegiatan ekonomi yang melibatkan
transaksi ekonomi ilegal, khususnya pembelian dan penjualan barang dagangan yang
barang-barangnya illegal. Misal penjualan senjata atau obat-obatan terlarang; barang
dagangan curian; atau barang dagangan resmi yang sengaja dijual secara gelap, untuk
menghindari pembayaran pajak.
Mahkamah Agung dalam Putusan No. 527 K/Pdt/2006 juga menggunakan
istilah black market untuk menyebut suatu perdagangan yang tidak resmi. Cakupan
istilah pasar gelap ini cukup luas, selama perdagangan tersebut melanggar hukum dan
dilakukan di luar jalur resmi, maka dapat disebut sebagai suatu pasar gelap. Misalnya,
barang (telepon selular) yang diperdagangkan tersebut merupakan hasil pencurian,
penyelundupan, atau tidak dilengkapi perizinan untuk dapat diperdagangkan, sehingga
melanggar suatu ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dasar dari terjadinya jual beli adalah perjanjian jual beli. Salah satu syarat
sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (“KUHPer”) adalah adanya sebab yang halal yakni sebab yang
tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, maupun dengan ketertiban
umum (lihat Pasal 1337 KUHPer). Sehingga, jika telepon selular yang
diperdagangkan itu diperoleh dari hasil pencurian, penyelundupan, penadahan atau
diperoleh dengan cara-cara lain yang melanggar undang-undang, dapat dikatakan jual
beli tersebut tidak resmi/tidak sah dan terhadap pelakunya dapat dijerat dengan pasal-
pasal pemidanaan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”).3

2. Pakaian bekas impor


Pakaian-pakaian bekas impor tersebut kondisinya bermacam-macam ada yang
masih bagus akan tetapi tidak sedikit pula sangat tidak layak untuk digunakan,
terlepas dari itu dilihat dari segi kesehatan kurang memenuhi syarat untuk sebuah
pakaian yang diperjual-belikan di masyarakat.
Pengaturan importasi pakaian bekas diatur oleh pemerintah dalam beberapa
ketentuan peraturan perundang-undangan. Payung hukum tertinggi diatur dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan pada Pasal 47 ayat (1)

3
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht, Staatsblad 1915 No. 732).

6
dinyatakan bahwa“ Setiap Importir wajib mengimpor barang dalam keadaan baru ”
tentang Perdagangan menjelaskan tentang larangan Impor dan Ekspor untuk
kepentingan nasional.4
3. Perdagangan Manusia dan Anak
Hak hidup setiap manusia tidak dapat dikurangi oleh siapapun dan dalam
keadaan apapun termasuk tidak diperjual belikan seperti perdagangan manusia dan
khususnya atau perdagangan anak (ChildTrafficking).
Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan masalah yang cukup
kompleks, baik di tingkat nasional maupun internasional. Berbagai upaya telah
dilakukan guna mencegah terjadinya praktek perdagangan manusia.
Secara normatif, aturan hukum telah diciptakan guna mencegah dan mengatasi
perdagangan manusia. Akan tetapi perdagangan manusia masih tetap berlangsung
khususnya yang berkaitan dengan anak-anak. Istilah trafficking berasal dari bahasa
Inggris dan mempunyai arti “illegal trade” atau perdagangan ilegal. Berbicara
mengenai perdagangan manusia erat kaitannya dengan perbudakan dan tindakan
serupa perbudakan yang sudah dilarang diseluluruh dunia.
Perdagangan Orang menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 Pasal
1 adalah : “tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan
kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan
atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut,
baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi
atau mengakibatkan orang tereksploitasi.”
Sedangkan Perdagangan anak didefinisikan oleh ODCCP (Office for Drug
Control and Crime Prevention) yaitu: “sebagai perekrutan, pemindahan,
pengiriman, penempatan atau menerima anak-anak di bawah umur untuk tujuan
eksploitasi dan itu menggunakan ancaman, kekerasan, ataupun pemaksaan lainnya
seperti penculikan, penipuan, kecurangan, penyalah gunaan wewenang maupun posisi
penting. Juga memberii atau menerima uang atau bantuan untuk mendapatkan
persetujuan dari orang yang menguasai penuh atas anak itu”. 5

4
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
5
ODCCP (Office for Drug Control and Crime Prevention)

7
Disebutkan juga dalam Pasal 4 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
anak bahwa : “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”6
Menurut Undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan
tindak pidana perdagangan orang Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
dengan: “Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran
atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali
atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara
Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00
(seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah). “7
4. Illegal Fishing
Illegal Fishing dapat diartikan sebagai kegiatan perikanan yang melanggar
hukum, dimana kegiatan perikanan tersebut dilakukan oleh suatu negara tertentu atau
kapal asing di perairan yang bukan merupakan yuridiksinya tanpa izin dari Negara
yang memiliki yuridiksi atau kegiatan penangkapan ikan tersebut bertentangan
dengan hukum dan peraturan negara itu. Sampai saat ini kegiatan pencurian ikan di
Indonesia terbilang cukup memprihatinkan. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pencurian ikan di perairan Indonesia tidak terlepas dari lingkungan strategis
global terutama kondisi perikanan di negara lain yang memiliki perbatasan laut, dan
sistem perikanan di Indonesia itu sendiri. Penenggelaman dan peledakan puluhan
kapal asing yang di lakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tanpa
melalui persidangan ini memang merupakan kewenangan negara yang berlandaskan
pada pasal 69 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan yang menyatakan,
“Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyidik dan/atau
pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau

6
UU No. 23 Tahun 2002
7
Undang-undang nomor 21 tahun 2007

8
penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan
yang cukup.”8

2.3 CONTOH PEREKONOMIAN ILLEGAL


1. NARKOTIKA

Pada tahun 2004, biaya ekonomi dan sosial penyalahgunaan narkoba yang terjadi di
Indonesia diperkirakan sebesar Rp 23,6 trilliun. Penyalahgunaan jarus suntik atau IDU
(injected drug users) sebesar 56% atau 572.000 orang dengan kisaran 515-630.000 orang.
Jumlah kasus narkoba di Indonesia meningkat sebesar 290% dalam lima tahun terakhir atau
rata – rata hampir 58% per tahun. Jumlah tersebut merupakan penyalahgunaan dengan
kategori usia yang sebagian besar berada pada usia produktif.

Menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat, pemerintah dan Dewan


Perwakilan Rakyat (DPR) lalu mengesahkan Undang – undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
psikotropika (UU 5/1997) dan Undang-undang No 22 tahun 1997 (UU 22/1997) tentang
Narkotika. Berdasarkan kedua Undang undang tersebut Pemerintah membentuk Badan
Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116
Tahun 1999. BKNN adalah suatu badan koordinasi penanggulangan narkoba yang
beranggotakan 25 instansi pemerintah yang memiliki tugas pokok dan fungsi terkait. BKNN
diketuai oleh Ketua Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) secara ex-officio. Dan
sampai tahun 2002, BKNN tidak mempunyai personil dan alokasi anggaran tersendiri,
melainkan diperoleh dari snggsrsn Markas Besar Polri. Terkait ancaman narkoba yang makin
serius, BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi. Oleh karena nya
berdasarkan Keppres Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN
diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN).

Mulai tahun 2003, BNN baru mendapatkan alokasi anggara dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Mengubah daerah rawan narkoba menjadi daerah
yang bebas narkoba adalah tujuan umum dari BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota.
Tujuan ini sekaligus untuk membangun dan mensosialissikan peran BNN Provinsi dan BNN
Kabupaten / Kota di mayarakat yang saat ini masih sangat rendah nilainya dalam upaya

8
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009

9
melakukan sosialisasi narkoba ke masyarakat (Survey Penyalahgunaan Narkoba di Rumah
Tangga,2010,BNN-Puslitkes UI).9

Peredaran gelap (illegal) narkoba (markotika dan obat atau bahan berbahaya) memang
dioandang sebagai ancaman besar bagi kesehatan warga masyarakat,karena penyalahgunaan
(abuse) narkoba ini menimbulkan ketergantungan yang berdampak kepada cara berpikir dan
menghilangkan kreativitas seseorang. Ketergantungan ini telah dimanfaatkan untuk bisnis
ilegalnarkoba oleh sejumlah organisasi kejahatan. Dalam menanggulangi hal tersebut,
terdapat 2 strategi besar dalam melawan penggunaan narkoba.

1. Law Enforcement Strategies : Di Indonesia dilakukan oleh BNN dan Kepolisian,


antara lain melalui pencegahan masuknya narkoba melalui bandara udara dan
pelabuhan laut, melalui razia-razia di tempat umum (diskotik,klubmalam dan
cafe/bar), dan juga melalui undercover agents serta informasi dari masyarakat.
Penangkapan para pengguna dan pengedar/pembawa narkoba merupakan sarana
utama dalam strategi ini.

2. Community Strategies : Hal ini juga dilakukan BNN dan Kepolisian yang melibatkan
wrga masyarakat dan organisasi Anti Narkoba seperti GRANAT/Gerakan Nasional
Anti-Narkoba untuk melakukan “Perang melawan narkoba”. Selain itu adanya
sosialisasi tentang bahaya narkoba melalui media massa dan sekolah0sekolah
(termasuk pesantren dan universitas) merupakan sarana utama dalam strategi ini.10

2. PROSTITUSI
Prostitusi adalah pelacur atau layanan seks atau pekerja seks komersial atau bisa
dikatakan sebagai penjual jasa seksual. Prostitusi itu sendiri disebut sebagai suatu pekerjaan
dengan cara meneyrahkan diri atauy menujual layanan jasa seksual dengan harapan
mendapatkan imbalan berupa upah dari orang yang telah memakai jasa tersebut.
Prostitusi secara etimologis berasal dari kata prostitutio yang berarti hal
menempatkan, dihadapkan, hal menawarkan. (Tampi, 2010). Bisa dikatakan prostitusi itu
adalah kegiatan menyerahkan, menjajakan, atau bisa di katakan juga sebagai pertukaran uang
dengan seks, jadi terjadi balas jasa yang mana uang ditukar dengan layanan kepuasan nafsu

9
Meliala Adrianus, 2017, Badan Narkotika Dan Jebakan Kelembagaan, Depok, Masyarakat Peradilan
Indonesia (MaPPI-FHUI)
10
Reksodiputro Mardjono, 2017, Mengantisipasi Pemberantasan Perdagangan Illegal Narkoba Melalui Sistem
Peradilan Pidana (Suatu Observasi Untuk Diskusi), Depok, Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia.

10
seseorang11. Berdasarkan data kementrian kesehatan jumlah warga negara indonesia yang
melakukan transaksi seks berbayar sejumlah 6,7 juta orang pada tahun 2012, hal ini
mengindikasikan bahwa masih sangat banyak jumlah orang di Indonesia yang menggunakan
layanan prostitusi tersebut.12
Orang yang melakukan tindakan pelacuran disebut pelacur atau biasa dikenal dengan
wanita tuna susial. (kartono, 2007). Tuna susial ialah orang yang melakukan hubungan
seksual diluar pernikahan yang mana hubungan seksual itu dilakukan berkali-kali dengan
tujuan untuk mendapatkan imbalan berupa uang.
Di indonesia banyak daerah-daerah yang disebut sebagai sumber wanita pekerja seks
antara lain kabupaten indramayu, karawang, dan kuningan di jawa barat, jepara, grobongan
dan wonogiri di jawa tengah, serta blitar, malang, banyuwangi dan lamongan di jawa timur.
namun yang menonjol ialah kabupaten indramayu dan kecamatan gabus wetan.
(koenjtaraningrat 1996)
Terdapat banyak faktor yang mendasari terjadinya bentuk perilaku menyimpang yaitu
pelacuran, salah satunya ialah faktor sosiologis adanya prositusi itu adalah kemiskinan.
Biasanya kemiskinan ini terjadi di suatu daerah yang mana daerah tersebut rata-rata
didominasi penduduk miskin. Maka seakan-akan mereka semua menunjang perbuatan ini,
ada yang berperan sebagai PSK, ada yang berjualan makanan atau minuman di sekitar tempat
prostitusi, ada yang bekerja sebagai buruh cuci mucikari maupaun PSK tersebut. (Nanik,
Kamto & Yulianti, 2012).
Faktor lain yang mendorong terjadinya praktik prostitusi ialah (Munawaroh, 2010) :
1. Rendahnya taraf kehidupan ekonomi masyarakat, adanya himpitan perekonomian
ini sebenarnya menjadi dua alasan, antara keterpaksaan atau sebuah pilihan.
Karena himpitan ekonomi ini dikatakan sebagai keterpaksaan karena mungkin
pekerja seks komersial ini tidak mempunyai pilihan lain untuk memperbaiki
perekonomiannya sehingga ia memutuskan untuk menjadi wanita tuna susila.
Sedangkans ebagai pilihan, ebenarnya manusia hidup masti memiliki pilihan,
hanya bagaimana manusia itu pandai dalam mencari peluang dari pilihan itu.
Masyarakat bisa berusaha menjadi buruh cuci dan lain sebagainya daripada
menjadi pekerja seks komersial.

11
Islamia ayu anandia, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya Penanggulangan Prostitusi Sebagai
Pembaharuan Hukum Pidana, Jurnal Pembangunan Hukum, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2019, hlm.19
12
Ibid.,

11
2. Banyaknya barang-barang mewah yang ingin dimiliki, dengan adanya gengsi yang
tinggi akan kepemilikan barang-barang mewah atau brand membat bberapa orang
yang tidak ingin bekerja lebih keras menempuh jalan instan untuk mendapatkan
pengasilan yang besar untuk memiliki barang mewah tersebut. Contohnya saat ini
tidak sedikit artis yang terjaring kasus prostitusi online, beberapa saat lalu sedang
hangat-hangatnya diperbincangkan.
3. Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis, baik di bidang pergaulan,
ekonomi, atau hubungan seks yang tidak memuaskan. Sebenarnya hal ini bisa
dicarikan solusi terbaik daripada memutuskan untuk memakai jasa PSK untuk
kebutuhan biologis, perlunya penanaman iman yang kuat dan pemahaman bahwa
pernikahan adalah suatu hal yang sakral dan tidak seharusnya dinodai dengan
tindakan yang tercela dengan menggunakan jasa prostitusi.
4. Meningkatnya film-film dan VCD porno, gambar-gambar cabul di masyarakat.
Dorongan akan kebutuhan seks sebelum waktunya dan adanya rangsangan dari
luar seperti yang telah disebutkan sebelumnya tersebut akan mendukung semakin
terbukanya jalan prostitusi.
3. ILLEGAL FISHING

Illegal fishing secara istilah adalah istilah asing yang dipopulerkan oleh para pakar hukum
di Indonesia yang kemudian menjadi istilah populer di media massa dan dijadikan sebagai
kajian hukum yang menarik bagi para aktivis lingkungan hidup. Secara terminologi illegal
fishing dari pengertian secara harfiah yaitu berasal dari bahasa Inggris yaitu terdiri dari dua
kata illegal dan fishing. “illegal” artinya tidak sah, dilarang atau bertentangan dengan hukum
“Fish” artinya ikan ataudaging dan “fishing”artinyapenangkapan ikan sebagai mata
pencaharian atau tempat menangkapikan.13

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan menyebutkan bahwa


Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam
keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan
kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah,
dan/atau mengawetkannya.14 Dasar hukum yang menjadi landasan hukum Pengaturan illegal
fishing di Indonesia adalah:

13
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h.
311
14
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009

12
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009.15

Undang-undang ini merupakan perubahan atas Undang-Undang nomor 31 Tahun 2004


tentang Perikanan. Ada beberapa ketentuan yang berhubungan dengan sesuatu larangan
dalam hal penangkapan ikan sehingga pasal berikut mengatur apa larangannya, kewajiban
menjaga kelestarian plasma nutfah, serta besarnya sangsi yang akan diberikan.

2. Undang Undang RI Nomor 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif


Indonesia.16

Undang-undang ini dibuat pada bulan Oktober 1983 dimasa pemerintahan presiden Suharto,
sesuai dengan perkembangan hukum laut internasional saat itu yang mengharuskan setiap
negara pantai mempunyai perturan perundangan yang mengatur masalah Zona Ekonomi
Ekslusif, sebagai 6Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 7Undang Undang RI Nomor 5
tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 21 jawaban dan respon terhadap
konvensi PBB tentang hukum laut UNCLOS III, yang kemudian dalam perkembangannya
Konvensi PBB itu diratifikasi menjadi hukum nasional Indonesia dengan adanya UU Nomor
17 Tahun 1985. Didalam UU ini dijelaskan bahwa pengertian Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan
berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar
laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur
dari garis pangkal laut wilayah Indonesia. Keterkaitannya dengan illegal fishing terletak pada
pengaturan garis batas ZEE yang sering digunakan oleh pelaku illegal fishing sebagai tempat
pelarian dari kejaran aparat keamanan Indonesia, karena ternyata didalam UU ini ada celah
untuk para pelaku illegal fishing mengelak dari jerat hukum yaitu dengan adanya pasal 4 ayat
(3) yang berbunyi: “Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, kebebasan pelayaran dan
penerbangan internasional serta kebebasan pemasangan kabel dan pipa bawah laut diakui
sesuai dengan prinsip-prinsip hukum laut internasional yang berlaku.” dan pasal 5 ayat (3)
yang berbunyi “Dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 4 ayat (2), eksplorasi dan
eksploitasi suatu sumber daya alam hayati di daerah tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia oleh orang atau badan hukum atau pemerintah negara asing dapat diizinkan jika
jumlah tangkapan yang diperbolehkan oleh pemerintah republik Indonesia untuk jenis
tersebut melebihi kemampuan Indonesia untuk memanfaatkannya.” dan tentunnya tidak 22

15
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
16
Undang Undang RI Nomor 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

13
ada ketegasan sanksi terhadap para pelaku illegal fishing yang disebutkan secara tegas pada
UU Nomor 5 tahun 1983 ini.

3. Undang Undang RI Nomor 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran

Banyak kasus illegal fishing yang sengaja dilakukan oleh para pelakunya dibarengi dengan
tindak pidana pelayaran, mungkin mereka tidak menyadari bahwa tindak pidana perbarengan
seperti ini malahan akan memperberat sanksi pidana yang dibebankan, terlebih mayoritas
kapal yang digunakan didalam melakukan illegal fishing adalah kapal yang melanggar UU
pelayaran ini, misalnya adalah nakhoda atau pemimpin kapal selama berlayar yang
melanggar aturan-aturan yang berkaitan dengan tata cara berlalu lintas, alur-alur pelayaran,
sistem rute, sarana bantu navigasi pelayaran, dan telekomunikasi pelayaran, maka bisa di
jerat dengan pasal 15 ayat (1).17Meskipun realitanya UU ini tidak terlalu tegas terhadap kasus
illegal fishing karena sesungguhnya UU ini hanya mengatur masalah kapal yang digunakan
berlayar, bukan terhadap substansi aktifitas dari pelayaran tersebut.

4. Undang Undang RI Nomor 6 tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Yang dimaksud dengan perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan
kepulauan dan perairan pedalamannya.18Kemudian dijelaskan dengan rinci mengenai definisi
wilayah perairan Indonesia yaitu wilayah perairan yang meliputi laut teritorial Indonesia,
perairan kepulauan, 8Ibid.9konsideran UU No 5 tahun 1983 poin (g) 10Pasal 2 UU Nomor 5
tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif. 23 dan perairan pedalaman.Laut teritorial
Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil laut yang dikukur dari garis pangkal
kepulauan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 5.37 perairan kepulauan Indonesia
adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa
memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari pantai.

Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari garis
air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk kedalamannya semua bagian dari perairan
yang terletak pada sisi darat dari suatu garis penutup.

Jadi ketika ada kapal asing yang melintasi daerah-daerah sebagaimana disebutkan diatas
harus tunduk dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di Indonesia, bagi kapal semua
negara menikmati hak lintas damai melalui laut teritorial dan perairan kepulauan Indonesia,

17
konsideran UU No 5 tahun 1983 poin (g)
18
Pasal 2 UU Nomor 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif

14
namun lintas oleh kapal asing dianggap membahayakan kedamaian, ketertiban, atau
keamanan Indonesia, apabila kapal tersebut sewaktu berada di laut teritorial dan atau di
perairan kepulauan melakukan kegiatan yang dilarang oleh konvensi dan atau hukum
internasional lainnya, salah satunya adalah kegiatan perikanan yang ilegal, sehingga kapal
illegal fishing bisa dijerat dengan menggunakan UU ini.

5. Undang Undang RI Nomor 31 tahun 2004 Tentang Perikanan

Undang-undang ini adalah pengganti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang


Perikanan karena dianggap sudah tidak dapat mengantisipasi perkembangan pembangunan
perikanan saat ini dan masa yang akan datang, 11Ibid, pasal 4 ayat (3) 12Ibid, pasal 5 ayat (3)
24 karena di bidang perikanan telah terjadi perubahan yang sangat besar, baik yang berkaitan
dengan ketersediaan sumber daya ikan, kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun
perkembangan metode pengelolaan perikanan yang semakin efektif, efisien, dan modern,
sehingga pengelolaan perikanan perlu dilakukan secara hati-hati dengan berdasarkan asas
manfaat, keadilan,kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian
yang berkelanjutan.19

2.4 BLACK MARKET (PASAR GELAP)


Salah satu bagian dari jenis perekonomian ilegal ialah black market ataupun yang
sering disebut dengan pasar gelap. Black market adalah kegiatan yang melibatkan tranksaksi
dalam hal pembelian dan penjualan barang dagangan secara tidak benar/tidak sah.20 Bukan
hanya kegiatan jual belinya saja yang dianggap ilegal, namun barang ataupun jasa yang
diperjual belikan juga dapat dianggap ilegal. Beberapa aktivitas yang dilakukan dapat berupa
penjualan senjata, obat-obatan terlarang, barang resmi yang diperjual belikan untuk
menghindari pembayaran pajak ataupun syarat lisensi.
Aktivitas black market kini berusaha untuk ditiadakan, baik yang dilakukan secara
nasional maupun transnasional karena dianggap tidak sesuai serta melanggar hukum dari
ketentuan yang diberlakukan bebrapa negara. Transaksi pada black market menimbulkan
dampak negatif bagi perekonomian suatu negara, sebabnya ialah lalu lintas barang dan jasa

19
Ibid

20
Fathirma'ruf. (2014). Pandangan Hukum dan Analisa Kasus Pada Tindak Kejahatan Komputer. Diakses dari
https://www.academia.edu/9788017/Pandangan_hukum_dan_analisa_kasus_pada_tindak_kejahatan_komputer_
black_market/ (pada tanggal 23 April 2019, pukul 13.30)

15
yang diperdagangkan tidak lagi dikenakan pajak dan ketentuan yang berlaku. Kegiatan black
market juga bukan hanya melanggar hukum yang berlaku saja distua negara, namun dilarang
dalam pandangan agama, apalagi terutama di negara yang mayoritasnya muslim (islam).
Terdapat dua objek tranksaksi dalam black market (pasar gelap) yaitu dikelompokkan sebagai
berikut:21
1) Barang yang dilarang untuk dimanfaatkan atau ditransaksikan. Contohnya: obat-obat
terlarang, dan barang dagangan curian.
2) Barang yang memiliki manfaat mubah, namun dilarang pemerintah karena sangat
membahayakan atau kemungkinan besar akan dimanfaatkan untuk kejahatan.
Contohnya: senjata api, bahan kimia, dsb.
Kegiatan black market (pasar gelap) sangat membahayakan kondisi dari ekonomi suatu
negara, karena yang menjadi sasaran dari black market ialah menghindari pajak yang
ditetapkan oleh suatu negara. Maka negara Indonesia sebagai negara hukum mengatur
terwujudnya sistem hukum yang fleksibel untuk mengatur kegiatan perekonomian Indonesia.
Kemudian untuk meningkatkan pendapatan negara, Indonesia telah membuat peraturan
berupa Undang-undang yang mengatur suatu sistem transaksi jual beli baik impor maupun
ekspor.
Adanya penetapan tarif pajak yang sesuai, nantinya akan menjadi pendapatan negara
apabila dilakukan secara transparan. Untuk mengatasi perekonomian ilegal, seperti black
market salah satunya, dibutuhkan peran kepabean. Pertama, kedisiplinan dalam
melaksanakan tugas pengawasan dan pelayanan terhadap masyarakat. Kedua, adanya dasar
hukum yang kuat untuk melaksanakan otoritas dalam mengambil tindakan yang diperlukan
terutama dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi ini. Ketiga,
mengantisipasi perubahan sesuai dengan tuntutan dunia perdagangan internasional.
Kasus black market yang sering terjadi di Indonesia ialah, produk elektronik seperti: produk
Apple, android, laptop, kamera, dsb.

2.5 AKIBAT PEREKONOMIAN ILLEGAL


Tak dapat di pungkiri bahwa setiap segala sesuatu ada sebab akibat dan ada pula
kekurangan dan kelebihan. Dalam perekonomian illegal ini juga tidak bisa dipungkiri bahwa
memiliki akibat atau dampak yang cukup berpengaruh kepada negara Indonesia. Ada

21
Danariyana. (2017). Analisa Keterkaitan Black Market dengan Kepabean Cukai. Diakses dari https://
www.eprints.umm.ac.id: jiptummp-gdl-danariyana-50751-2.pdf/ (pada tanggal 24 April 2019, pukul 13.40)

16
beberapa akibat atau dampak yang dipengaruhi oleh perekonomian illegal. Berikut adalah
dampak yang ditimbulkan karena adanya perekonomian illegal:
1. DAMPAK NEGATIF
a. Tidak terpungutnya pajak.
.Sudah seharusnya kita mematuhi peraturan negara khususnya dalam pembayaran
pajak, karena dari pajaklah semua pembangunan di Indonesia dapat berlangsung.
Selain untuk pembangunan, pajak juga sangat berperan di berbagai sektor seperti
berpengaruh terhadap produksi, berpengaruh terhadap distribusi pendapatan,
berpengaruh kepada kesejahteraan, dan masih banyak yang lainnya. Perekonomian
illegal sangat berdampak pada pajak yang diperoleh suatu negara karena akan
mengakibatkan kurangnya penerimaan pajak. Dalam perekonomian illegal tidak ada
pungutan pajak yang dilakukan karena bukan merupakan sektor yang sah dan
termasuk kepada penyelundupan.
b. Merugikan negara, dari sektor ekonomi, sosial, alam dan budaya.
Perekonomian illegal memberikan kerugian yang cukup banyak di berbagai sektor
seperti ekonomi, sosial, alam, dan budaya. Dalam hal ekonomi sudah jelas
menimbulkan kerugian bagi negara karena tidak ada pungutan pajak kepada barang-
barang atau jasa yang illegal sehingga mengurangi pendapatan negara. Dalam hal
sosial mengakibatkan banyaknya tenaga kerja yang memilih untuk bekerja di sektor
yang tidak sah atau illegal. Perekonomian illegal juga berdampak negatif pada alam,
seperti perdagangan kayu illegal,kemudian illegal fishing, dan masih banyak lagi.
Dalam sektor budaya perekonomian illegal memberikan dampak kepada seseorang
untuk cenderung membeli barang-barang dari black market karena harganya yang
lebih murah dan akan menjadi kebiasaan untuk tidak membeli barang-barang yang
sudah legal.
c. Daya saing yang tidak seimbang
Perekonomian illegal akan melibatkan pesaingan pasar yang ketat dan tidak
seimbang. Karena harga barang atau jasa yang ditawarkan jauh dibawah harga pasar
yang legal. Itu membuat persaingan yang tidak seimbang karena bisa dipastikan
bahwa seseorang akan cenderung membeli barang yang jauh lebih murah dan

17
akhirnya akan mengurangi jumlah pendapatan yang diperoleh oleh sektor yang legal
atau sah.22
2. DAMPAK POSITIF
a) Warga bisa mendapatkan pekerjaan dan penghasilan untuk bertahan hidup.
Warga yang pengangguran dapat memperoleh pekerjaan walaupun dengan cara yang
tidak benar yang disebabkan karena ketidaktahuan mereka karena biasanya mereka
hanya tahu mereka disuruh itu. Biasanya dialami oleh seseorang yang memiliki
pendidikan rendah yang tidak mengerti apa yang sah dan tidak, yang mereka tau
hanya mereka dapat bekerja dan memperoleh pendapatan.
b) Penjagaan perbatasan diperketat.
Karena banyaknya perdaganyan lintas negara yang illegal, maka penjagaan perbatasan
diperketan untuk meminimalisir penyelundupan barang-barang illegal dari luar negara
yang masuk ke Indonesia. Penjagaan perbatasan juga tidak hanya bermanfaat untuk
mengurangi penyelundupan saja tetapi juga bermanfaat untuk menjaga kedaulatan dan
serangan-serangan dari luar.23

2.6 STUDI KASUS


PENUTUPAN LOKALISASI DOLLY
Pada mulanya tempat lokalisasi Dolly merupakan kawasan pemakaman warga
Thionghoa di daerah pinggiran kota yang sepi. Pada tahun 1960 makam itu dibongkar lalu
kemudian dibongkar untuk dijadikan hunian24. Seiring jalnnya waktu, gang Dolly semakin
terkenal di masyarakat luas. Tidak hanya prajurit Belanda yang berkunjung, namun warga
pribumi dan saudagar yang bergadang di Surabaya juga tuurt menjadi konsumen dari wanita
penjaja layanan seks tersebut. Banyaknya jumlah pengunjung atau konsumen di gang Dolly
tersebut berpengaruh juga pada peningkatan jumlah PSK dan memperluas rumah-rumah di
gang Dolly yang dialih fungsikan sebagai wisma prostitusi25.
Lambat laun prostitusi di gang Dolly ini semakin berkembang, bahkan gang Dolly
dikenal sebagai kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara. Jumlah PSK (Pekerja Seks
Komersial) yang ada pada tahun 2014 mencapai jumlah 1.449 orang. Angka tersebut sebelum

22
Muhammad Aulia Pratama, 2017, Maraknya Penyelundupan Barang Ilegal Di Wilayah Perbatasan Dan
Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia. Skripsi(S1), Bandung, perpustakaan Universitas Pasundan,
hlm. 41
23
Ibid, hlm 43
24
Cornelius Prasetya R.K dan Adi Darma, Dolly kisah pilu yang terlewatkan (Yogyakarta Pustaka Pena,
2011/0,. Hlm 30
25
Tjahjo Purnomo Dan Siregar, Dolly : Membedah Dunis Pelacuran Surabaya, Kasus Kompek Pelacuran
Surabaya (Jakarta : Grafiti Press, 1982)., Hlm 29

18
kawasan itu diubah oleh pemerintah pada Juli 2014. Pada akhirnya pada tahun kepemimpinan
Walikota Surabaya Triris Maharini. Salah satu alasan pemkot Surabaya menutup tempat
lokalisasi ini adalah karena . Salah satu alasan pemkot Surabaya menutup tempat lokalisasi
ini adalah karena menyatunya pemukiman warga dengan tempat lokalisasi.
Sulitnya pemkot Surabaya dalam penutupan lokalisasi Dolly ini adalah karena bangunan
atau aset yang dijadikan sebagai tempat prostitusi merupakan milik warga. Maka solusi yang
ditawarkan pemkot Surabaya ialah dengan membeli bangunan tersebut. Setelah pembelian
wisma tersebsar di tempat tersebut berimbas juga pada penutupan wisma-wisma kecil yang
masih mengontrak. Setelah ditutupnya wisma prostitusi tersebut pemkot Surabaya menggelar
siraman rohani yang sasarannya adalah PSK-PSK dan mucikari di daerah tersebut. Selain itu,
pemerintah juga bertanggung jawab atas hilangnya mata pencaharian PSK-PSK tersebut
dengan memebrikan pelatihan keterampilan agar eks-psk memiliki keterampilan untuk
berwirausaha dalam rangka untuk memperoleh pendapatan. Pelatihan keterampilan ini
anatara lain ialah pelatihan keterampilan membuat telur asin, sendal, dan kue kering. Pemkot
Surabaya juga mmeberikan uang kompensasi untuk masing-masing eks-pks sebesar
Rp.5.000.000,00 bagi mereka yang mau meninggalkan tempat lokalisasi tersebut kemudian
beralih profesi. Setelah proses pemberian dana kompensasi bagi mantan pekerja seks dan
mucikari, pemerintah kota Surabaya pun melakukan deklarasi penutupan lokalisasi Dolly dan
jarak. Deklarasi penutupan lokalisasi Dolly digelar di gedung islamic center Surabaya pada
tanggal 18 juni 2014.
Pada tanggal 10 November 2013 yang bertepatan dengan perayaan Hari Pahlawan,
wacana penutupan kawasan Dolly didengungkan. Penutupan kawasan Dolly ini tidak serta
merta dilakukan secara langsung. Ada beberapa hal yang dilakuakan Pemerintah Kota
Surabaya dalam merenovasi kawasan prostitusi Dolly. Salah satunya adalah pendampingan
atau pembinaan di Lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK) di Kecamatan Sawahan
termaasuk di dalamnya kawasan Dolly dan Jarak. Pembinaan PSK tersebut dilakukan oleh
Dinas Sosial Kota Surabaya dengan bantuan pendamping-pendamping yang berasal dari
beberapa organisasi masyarakat (ormas) yang ditunjuk oleh Dinas Sosial Surabaya.
Pembinaan yang diinstruksikan Oleh Dinas Sosial Kota Surabaya terhadap para pekerja
seks di kawasan lokalisasi Jarak-Dolly menggunakan beberapa pendekatan. Pendekatan
tersebut antara lain menggunakan sedikitnya tiga unsur. Tiga unsur tersebut yaitu agama,
gender dan ekonomi.

19
Ketiga pendekatan tersebut memiliki tujuan yang berpengaruh dalam penyadaran kembali
para pekerja seks di lokalisasi Jarak-Dolly. Secara garis besar pengaruh tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Agama
Pendekatan dengan unsur ini berdampak pada penyadaran moral para pekerja seks
mengenai hidup yang tentram, damai dan tidak dihantui perasaan bersalah atau berdosa. Hal
ini tampak pada antusiasme paa pekerja seks yang menyatakan keinginannya untuk berpindah
profesi pasca pemberian materi keagamaan.
2. Gender
Pembina perempuan yang mendominasi jumlah keseluruhan pembina terbukti mampu
menyelami dan menggali lebih jauh mengenai kehidupan yang ingin mereka (para pekerja
seks) alami pasca penutupan.
3. Ekonomi
Salah satu agenda Dinas Sosial Kota Surabaya adalah pemberdayaan para pekerja seks
melalui pelatihan kewirausahaan sesuai dengan minat dan pemberian bantuan usaha kepada
eks pekerja seks di lokalisasi Jarak-Dolly. Agenda tersebut berpengaruh dalam merubah pola
pikir pekerja seks yang mayoritas terbebani dengan pemikiran bahwa tidak ada pekerjaan lain
yang dapat dilakukan selain berprofesi sebagai pekerja seks komersial. Dengan perubahan
pola pikir tersebut mampu mengarahkan para peerja seks untuk mencoba mendalami profesi
lain dan menerima program penutupan lokalisasi tersebut.26
Banyak perubahan yang terjadi di Dolly yang tentu saja menimbulkan dampak bagi
masyarakat sekitarnya yang mengandalkan perekonomiannya di lokalisasi Dolly. Kini
masyarakat tersebut beralih profesi sesuai dengan kondisi yang saat ini. Seperti yag dulu ia
bekerja sebagai mucikari kini beralih menjadi pemilik kos, yang dulu ia bekerja sebagai
pemilik salon sekarang beralih berjualan air minum isi ulang, yang dulu ia bekerja sebagai
toko kelontong sekarang membuka warung kopi (giras), dulu ia sebagai pemilik wisma
sekarang membuka laundry, yang dulu ia sebagai mucikari kini beralih dengan membuka
taman baca di rumahnya. Tempat yang dulu di jadikan warung makan sekarang berubah
mejadi jual servise sound, dulu sebagai rumah bordil atau wisma sekarang di jadikan tempat
futsal oleh pemerintah, wisma yang terkenal dengan 6 lantai bernama Barbara kini berubah
menjadi industry sandal sepatu kulit.

26
Refti Handini, 2015, Kontribusi Pendekatan Gender Dan Ekonomi Dolly, Surabaya, Paradigma. Volume 03
Nomer 03 Tahun 2015

20
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari paparan diatas, disebutkan bahwa praktik ekonomi ilegal merupakan suatu
transaksi yang mana transaksi tersebut bertentangan dengan peraturan suatu negara. Jadi bisa
dikatakan bahwa perekonomian illegal melanggar undang-undang suatu negara. Praktik
ekonomi ilegal ini banyak contohnya antara lain prostitusi, pasar gelap, transaksi narkoba,
penjualan manusia, dan illegal fishing. Dengan banyaknya praktik ekonomi ilegal ini selain
melanggar peraturan juga menimbulkan dampak yang cukup besar bagi perekonomian.
Akibat dari adanya Black market misalnya, membuat harga barang yang seharusnya lebih
mahal karena terkena pajak atau bea cukai menjadi lebih murah, hal ini dapat merugikan
negara. Yang kedua prostitusi, prostitusi adalah masalah yang kompleks dan sulit dihilangkan
keberadaannya karena kompleks ya masalah. Contohnya di gang dolly, bukan hanya PSK dan
mucikari yang keberatan jika dolly ditutup namun seluruh warga yang menumpukan
pendapatan mereka disana baik sebagai buruh cuci dan lain sebagainya.

Selanjutnya transaksi narkoba. Transaksi narkoba merupakan tindakan yang sangat


ditentang oleh negara karena dampak dari penggunaan narkoba itu sendiri dapat merusak
generasi penerus bangsa. Dan masih banyak kasus-kasus yang berada pada titik perokonian
illegal. Disini peran pemeritah yang bersinergi dengan masyarakat sangat dibutuhkan untuk
mempertegas dan menindak lanjuti mereka yang melakukan perekonomian illegal tersebut
agar perekonomian Indonesia tetap terjaga kelangsungannya.

3.2 SARAN
Berdasarkan paparan data diatas, kami penulis menyarankan agar seluruh lapisan
masyarakat bersibergi dengan pihak pemerintah maupun swasta untuk menindak lanjut
adanya praktik-praktik ekonomi ilegal tersebut, karena dengan adanya praktik ekonomi
illegal menyebabkan kerugian bagi perekonomian negara. Sudah seharusnya pemerintah lebih
memperhatikan kondisi ini dan mempertegas aturan dan hukum untuk menjerat masing-
masing pelaku praktik ekonomi ilegal tersebut. Diharapkan dengan tulisan ini maka
masyarakat bisa mengambil pelajaran untuk kedepannya agar lebih bertindak secara
bijaksana dalam menanggapi praktik ekonomi ilegal.

21
DAFTAR PUSTAKA
Cornelius Prasetya R.K dan Adi Darma, Dolly kisah pilu yang terlewatkan (Yogyakarta
Pustaka Pena, 2011/0,. Hlm 30
Danariyana. (2017). Analisa Keterkaitan Black Market dengan Kepabean Cukai. Diakses dari
https:// www.eprints.umm.ac.id: jiptummp-gdl-danariyana-50751-2.pdf/ (pada tanggal
24 April 2019, pukul 13.40)

Didin S Damanhuri. 2008.Indonesia, Globalisasi Perekonomian & Kejahatan Ekonomi Inter


Nasional. Jakarta. scientific repository.

Fathirma'ruf. (2014). Pandangan Hukum dan Analisa Kasus Pada Tindak Kejahatan
Komputer.Diakses
https://www.academia.edu/9788017/Pandangan_hukum_dan_analisa_kasus_pada_tinda
k_kejahatan_komputer_black_market/ (pada tanggal 23 April 2019, pukul 13.30)

Islamia ayu anandia, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya Penanggulangan Prostitusi
Sebagai Pembaharuan Hukum Pidana, Jurnal Pembangunan Hukum, Volume 1, Nomor
1, Tahun 2019, hlm.19
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hlm. 311
Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht, Staatsblad 1915 No. 732).

konsideran UU No 5 tahun 1983 poin (g)

Meliala Adrianus, 2017, Badan Narkotika Dan Jebakan Kelembagaan, Depok, Masyarakat
Peradilan Indonesia (MaPPI-FHUI)
Muhammad Aulia Pratama, 2017, Maraknya Penyelundupan Barang Ilegal Di Wilayah
Perbatasan Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia. Skripsi(S1),
Bandung, perpustakaan Universitas Pasundan, hlm. 41

ODCCP (Office for Drug Control and Crime Prevention)

22
Reksodiputro Mardjono, 2017, Mengantisipasi Pemberantasan Perdagangan Illegal Narkoba
Melalui Sistem Peradilan Pidana (Suatu Observasi Untuk Diskusi), Depok, Masyarakat
Pemantau Peradilan Indonesia.

Refti Handini, 2015, Kontribusi Pendekatan Gender Dan Ekonomi Dolly, Surabaya,
Paradigma. Volume 03 Nomer 03 Tahun 2015

Tjahjo Purnomo Dan Siregar, Dolly : Membedah Dunis Pelacuran Surabaya, Kasus Kompek
Pelacuran Surabaya (Jakarta : Grafiti Press, 1982)., Hlm 29

Undang Undang RI Nomor 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009

UU No. 23 Tahun 2002

Undang-undang nomor 21 tahun 2007

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014

23

Anda mungkin juga menyukai