Dalam berwirausaha, modal yang diperlukan bukan hanya meliputi modal yang
berwujud saja seperti uang dan barang, melainkan dibutuhkan juga modal yang tidak
berwujud, seperti modal manusia dan modal sosial. Modal manusia mengacu pada
intelektual dan keterampilan yang telah diperoleh oleh seorang wirausahawan. Sedangkan
modal sosial (social capital) merupakan salah satu instrumen yang dianggap penting dalam
pendapat mengenai pendefinisian modal sosial, namun pada intinya modal sosial
hubungan dengan orang lain dan menjaganya agar terus berlangsung sepanjang waktu,
sehingga dapat mewujudkan apa yang dikehendaki sebagai suatu tujuan (keberhasilan) yang
ingin dicapainya.
orang lain atau masyarakat, sehingga modal sosial disini diperlukan sebagai pendorong kerja
sama ataupun interaksi antara sang wirausahawan dengan orang lain atau masyarakat
luas.Semakin banyak orang yang dikenal oleh sang wirausahawan dan semakin banyak
kesamaan cara pandang yang diperoleh dari mereka, maka semakin kaya modal sosial yang
wirausaha, yang didefinisikan sebagai kepercayaan (trust), jaringan sosial (network), dan
norma sosial (norms) yang ketiganya tersebut memfasilitasi adanya kerjasama untuk
Dalam pandangan Fukuyama (1995), trust adalah sikap saling percaya diantara
masyarakat yang kemudian menjadi saling bersatu dengan yang lain dan memberikan
kontribusi pada peningkatan modal sosial. Rasa percaya dibangun oleh keadaan saling yakin
bahwa orang lain akan bertindak sesuai dengan harapan, selalu mendukung, dan tidak
merugikan dirinya dan kelompoknya (Putnam, 1993). Menurut Fukuyama, unsur terpenting
dalam modal sosial ialah kepercayaan yang merupakan parameter bagi keberlangsungan dan
merupakan parameter bagi suksesnya usaha yang sedang dirintis. Dengan mendapat
kepercayaan dari orang lain dan masyarakat luas, maka dengan mudah wirausahawan
mengembangkan usahanya. Kepercayaan harus dirajut dari dalam maupun dari luar aktor-
aktor yang terlibat dalam usaha tersebut. Aktor internal meliputi pemilik usaha, antar
karyawan serta perangkat-perangkat lain yang berperan langsung dalam kegiatan usaha.
Sedangkan aktor eksternal meliputi mitra kerja, dan masyarakat luas sebagai sasaran
kepercayaan terhadap usaha yang kita miliki, maka masyarakat selalu menggunakan hasil
usaha kita tersebut, baik berupa produk/barang maupun jasa. Selain itu apabila kepercayaan
terhadap usaha kita telah dimiliki oleh sejumlah orang-orang yang memiliki usaha yang
sama ataupun yang memiliki usaha yang selaras dengan usaha kita, maka orang tersebut
tidak berpikir panjang untuk melakukan kerja sama dengan kita dalam merintis usahanya,
dan hal tersebut membuat wirausahawan dapat mudah menarik mitra kerjanya. Kepercayaan
yang terpenting dan merupakan tonggak bagi berhasilnya usaha kita ialah kepercayaan yang
ada pada aktor-aktor yang terlibat langsung dalam usaha kita (aktor internal), jika
kepercayaan di dalam telah dibangun sedemikian rupa sehingga terjadi keselarasan antara
pemilik usaha dengan karyawannya dan sebaliknya yakni karyawan dengan pemilik
usahanya ataupun dengan perangkat-perangkat lain yang berperan langsung dalam kegiatan
usaha (manajer, sales marketing, dsb), maka usaha kita akan memungkinkan untuk berjalan
saja, melainkan harus dibuktikan, agar pihak lain tahu bahwa kita dapat memegang amanat
dengan baik. Loyalitas dibangun dari penilaian orang lain terhadap bukti sejauh mana kita
bukanlah hal yang mudah, maka dari itu seorang wirausahawan harus memiliki sifat yang
dapat dipercaya (amanah). Apabila kita telah mendapatkan kepercayaan dari orang/pihak
lain, maka kita harus benar-benar menjaganya sehingga tidak memberikan hasil yang
Menurut Robert M.Z Lawang sikap atau prilaku yang dapat diterapkan guna
Kejujuran
Memiliki sifat jujur merupakan kunci utama seorang wirausahawan dalam mendapatkan
kepercayaan dari orang lain. Jika seorang wirausahawan berperilaku sebaliknya yakni tidak jujur,
maka tidak mungkin ada mitra kerja yang ingin melakukan kerja sama dengannya, tidak
mungkin ada masyarakat yang mau membeli hasil usahanya, serta tidak akan ada karyawan yang
mau bekerja dengannya. Apabila hal itu terjadi, sudah pasti tidak mungkin seorang
wirausahawan dapat mengembangkan usahanya. Jikalau bisa, pun usahanya tersebut tidak akan
bertahan lama, karena hanya dengan sifat dan sikap yang baik-lah suatu kebaikan dapat
diperoleh, dan juga sebaliknya dengan sifat dan sikap buruklah hasil yang berupa keburukan itu
Kewajaran
Seorang wirausahawan harus memiliki sikap yang wajar, yakni memperlakukan pihak-pihak
yang berkaitan dengan usahanya sebagaimana mestinya, sesuai porsi, dan tidak berlebihan.
Selain itu selalu berperilaku baik, sopan santun, serta menjadi orang yang cerdas, sehingga pihak
lain akan memnganggap kita sebagai orang yang memang benar-benar wajar menjadi seorang
pihak-pihak lain.
Sikap Egaliter
Seorang wirausahawan harus menyadari bahwa selain dirinya hak dan kewajiban juga dimiliki
oleh orang lain. Semua pihak harus diperlakukan dengan setara, bukan hanya salah satu pihak
Toleransi
Menjadi seorang wirausahawan otomatis berhubungan dengan berbagai pihak yang memiliki
karakter dan sifat yang berbeda-beda. Untuk tetap menjga kepercayaan dari mereka, seorang
wirausahawan harus selalu menghargai mereka dengan cara misalnya mengetahui karakter dan
sifat mereka sehingga dapat meperlakukan mereka dengan sikap yang tepat, menghargai
keberadaan mereka, menampung aspirasi mereka, serta memahami bahwa dari berbagai karakter
yang dimiliki oleh seseorang pasti memiliki sisi kelebihan dan sisi kekurangan.
Tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa manusia lainnya, sehingga tidak ada manusia
yang tidak menjadi bagian dari jaringan dengan manusia lainnya di masyarakat. Semua
manusia di bumi selalu membina hubungan sosial dengan siapapun, hal itu karena kodrat
manusia sebagai makhluk sosial. Adanya hubungan sosial yang baik, otomatis dapat
membentuk suatu jaringan sosial. Dalam dunia wirausaha, tidak ada satupun perusahaan
yang sukses membangun usahanya secara mandiri (semua hal diurus sendiri mulai dari hal
yang kecil sampai besar). Oleh karena itu, wirausahawan selalu membutuhkan bantuan dari
orang lain untuk mendukung rencana kerjanya guna mengembangkan usahanya. Usaha yang
sukses pasti dibangun dari hasil kerja keras berbagai pihak, bukan hanya pemilik
perusahaannya saja. Oleh sebab itu, membangun jaringan dalam berwirausaha itu hukumnya
wajib. Jaringan dapat dibentuk melalui hubungan yang baik, dapat berupa hubungan
bentuk komunikasi dan hubungan sosial yang baik, akan memberi keuntungan yang luar
biasa dalam mengembangkan usaha kita. Semakin luas jaringan yang dibangun dan dimiliki,
maka semakin banyak pula relasi yang didapatkan untuk membangun kerjasama dalam
yang sedang trend di masyarakat, dll), serta memperbanyak mitra kerja yang memiliki visi
Mengembangkan jaringan sosial di masa kini telah dipermudah oleh teknologi informasi
dan komunikasi yang semakin lama semakin maju dengan pesat. Melalui berkembangnya
teknologi informasi dan komunikasi, kini menjalin hubungan dengan mitra kerja dan
konsumen semakin dipermudah tanpa kenal jarak dan waktu. Kegiatan kerja sama, promosi,
serta pemasaran dapat dilakukan melalui media sosial yang kini telah beragam macamnya,
tinggal bagaimana strategi dan cara kita untuk dapat menarik kepercayaan mitra kerja dan
konsumen agar dapat bekerja sama atau membeli produk/jasa dari usaha kita. Namun, kita
juga harus melakukan proteksi karena tidak semua mitra kerja yang belum pernah kita temui
adalah mitra kerja yang baik dan memiliki visi yang sama dengan perusahaan kita, serta
tidak semua konsumen yang belum pernah kita temui merupakan konsumen yang baik dan
dapat melakukan kegiatan konsumsi sesuai prosedur pembelian yang telah kita tetapkan,
Menurut Robert M.Z. Lawang, jaringan sosial dapat diperoleh dan terbentuk melalui :
Resiprositas (timbal balik), semakin baik apa yang dibjiperikan oleh seorang wirausahawan
kepada orang lain, maka semakin mudah bagi seorang wirausahawan dalam memperoleh
jaringan sosial, karena jaringan yang dibangun tidak mungkin hanya berhenti pada satu
orang itu saja, melainkan akan ada timbal balik dari orang tersebut kepada seorang
wirausahawan yang telah memberikannya hal-hal yang baik, timbal balik itu dapat berupa
kegiatan mempromosikan usaha yang dimiliki oleh wirausahawan tersebut kepada orang-
orang lain (masyarakat luas). Sehingga jaringan yang dimiliki oleh seorang wirausahawan
Solidaritas (rasa kebersamaan), jaringan sosial tentu akan terbentuk dari adanya kesamaan
kepentingan dan tujuan, dengan adanya kesamaan-kesamaan tersebut akan timbul sikap
solidaritas, semakin tinggi sikap solidaritas yang dimiliki oleh seorang wirausahawan
dalam kelompok maupun komunitasnya, maka akan semakin mudah baginya untuk
Kerjasama
Kerjasama salah satu kegiatan yang banyak melibatkan orang lain, secara tidak langsung
hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan kerjasama tersebut merupakan
sebuah jaringan sosial. Semakin banyak mitrakerja yang dimiliki oleh seorang
wirausahawan, maka semakin banyak pula jaringan sosial yang dimiliki oleh seorang
wirausahawan tersebut.
Secara etimologis, kata norma berasal dari bahasa Belanda, yaitu “norm” yang artinya
patokan, pokok kaidah, atau pedoman. Namun beberapa orang mengatakan bahwa istilah
norma berasal dari bahasa latin, “mos” yang artinya kebiasaan, tata kelakuan, atau adat
istiadat. Menurut Robert M.Z. Lawang, norma dapat berbentuk nilai bersama (mencakup
nilai-nilai yang dianut dalam mayarakat seperti kejujuran, kesopanan, toleransi, adat, dll),
sanksi (akibat dari suatu perbuatan yang melanggar nilai-nilai, aturan-aturan atau hukum),
serta aturan-aturan (membatasi tindakan atau perilaku seseorang agar tetap berada pada
tindakan yang benar dan diakui kebenarannya oleh masyarakat luas). Apabila ditarik intinya,
norma ialah kaidah, pedoman, acuan dalam berperilaku dan berinteraksi antar manusia
dalam aspek apapun dalam menjalani kehidupan bersama-sama. Norma sangat penting
dalam tahapan menjadi wirausahawa hal ini terkait dalam wirausahawan sendiri dalam
Pembentukan pola pikir tersebut berkaitan dengan morallity yang berhubungan dengan
etika bisnis, dan intelectuallity. Pola pikir tersebut dapat dijadikan kemampuan
wirausahawan menjadikan tantangan sebagai peluang. Norma dianggap sebagai modal sosial
yang harus dimiliki kewirausahan yang kepentingannya akan meliputi keberhasilan seorang
wirausahawan yaitu dengan membangun relasi ataupun jaringan untuk memulai usahanya.
Norma juga akan mempengaruhi jiwa kewirausahawan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan.
menumbuhkan modal sosial yang berupa kepercayaan dan jaringan sosial, yang mana
nantinya kedua modal sosial tersebut dapat dijadikan modal utama dalam proses
pengembangan usaha. Dengan adanya norma sosial yang mengatur setiap hubungan
wirausahawan dengan pihak-pihak lain, maka hubungan tersebut dapat berjalan dengan
lancar dalam pencapaian tujuannya, karena keuntungan akan diperoleh semua pihak (dengan
Sebagai dasar atau landasan seorang wirausahawan dalam berhubungan dengan pihak lain