Anda di halaman 1dari 9

2.

3 Modal Sosial dalam Perspektif Kewirausahaan

Dalam berwirausaha, modal yang diperlukan bukan hanya meliputi modal yang

berwujud saja seperti uang dan barang, melainkan dibutuhkan juga modal yang tidak

berwujud, seperti modal manusia dan modal sosial. Modal manusia mengacu pada

intelektual dan keterampilan yang telah diperoleh oleh seorang wirausahawan. Sedangkan

modal sosial (social capital) merupakan salah satu instrumen yang dianggap penting dalam

mengembangkan suatu usaha dan membentuk kecakapan seorang wirausahawan. Banyak

pendapat mengenai pendefinisian modal sosial, namun pada intinya modal sosial

membicarakan soal hubungan, yakni bagaimana seorang wirausahawan membangun

hubungan dengan orang lain dan menjaganya agar terus berlangsung sepanjang waktu,

sehingga dapat mewujudkan apa yang dikehendaki sebagai suatu tujuan (keberhasilan) yang

ingin dicapainya.

Keberhasilan pengembangan kewirausahaan tidak pernah lepas dari campur tangan

orang lain atau masyarakat, sehingga modal sosial disini diperlukan sebagai pendorong kerja

sama ataupun interaksi antara sang wirausahawan dengan orang lain atau masyarakat

luas.Semakin banyak orang yang dikenal oleh sang wirausahawan dan semakin banyak

kesamaan cara pandang yang diperoleh dari mereka, maka semakin kaya modal sosial yang

dimiliki oleh wirausahawan tersebut, sehingga terbukanya peluang baginya untuk

mengembangkan usahanya. Modal sosial dinilai sebagai pendorong dalam pengembangan

wirausaha, yang didefinisikan sebagai kepercayaan (trust), jaringan sosial (network), dan

norma sosial (norms) yang ketiganya tersebut memfasilitasi adanya kerjasama untuk

mengembangkan wirausaha demi mencapai keuntungan bersama.


2.4 Membangun Kepercayaan (Trust) dalam Berwirausaha

Dalam pandangan Fukuyama (1995), trust adalah sikap saling percaya diantara

masyarakat yang kemudian menjadi saling bersatu dengan yang lain dan memberikan

kontribusi pada peningkatan modal sosial. Rasa percaya dibangun oleh keadaan saling yakin

bahwa orang lain akan bertindak sesuai dengan harapan, selalu mendukung, dan tidak

merugikan dirinya dan kelompoknya (Putnam, 1993). Menurut Fukuyama, unsur terpenting

dalam modal sosial ialah kepercayaan yang merupakan parameter bagi keberlangsungan dan

keberlanjutan kerja sama dalam kelompok masyarakat. Dalam berwirausaha, kepercayaan

merupakan parameter bagi suksesnya usaha yang sedang dirintis. Dengan mendapat

kepercayaan dari orang lain dan masyarakat luas, maka dengan mudah wirausahawan

mengembangkan usahanya. Kepercayaan harus dirajut dari dalam maupun dari luar aktor-

aktor yang terlibat dalam usaha tersebut. Aktor internal meliputi pemilik usaha, antar

karyawan serta perangkat-perangkat lain yang berperan langsung dalam kegiatan usaha.

Sedangkan aktor eksternal meliputi mitra kerja, dan masyarakat luas sebagai sasaran

(obyek/konsumen) dari usaha itu sendiri.

Kepercayaan sangatlah penting dalam berwirausaha. Apabila masyarakat menaruh

kepercayaan terhadap usaha yang kita miliki, maka masyarakat selalu menggunakan hasil

usaha kita tersebut, baik berupa produk/barang maupun jasa. Selain itu apabila kepercayaan

terhadap usaha kita telah dimiliki oleh sejumlah orang-orang yang memiliki usaha yang

sama ataupun yang memiliki usaha yang selaras dengan usaha kita, maka orang tersebut

tidak berpikir panjang untuk melakukan kerja sama dengan kita dalam merintis usahanya,
dan hal tersebut membuat wirausahawan dapat mudah menarik mitra kerjanya. Kepercayaan

yang terpenting dan merupakan tonggak bagi berhasilnya usaha kita ialah kepercayaan yang

ada pada aktor-aktor yang terlibat langsung dalam usaha kita (aktor internal), jika

kepercayaan di dalam telah dibangun sedemikian rupa sehingga terjadi keselarasan antara

pemilik usaha dengan karyawannya dan sebaliknya yakni karyawan dengan pemilik

usahanya ataupun dengan perangkat-perangkat lain yang berperan langsung dalam kegiatan

usaha (manajer, sales marketing, dsb), maka usaha kita akan memungkinkan untuk berjalan

dengan lancar sehingga akan mengalami peningkatan produktivitas.

Dalam membangun kepercayaan bukan hanya diungkapkan melalui sebuah pengakuan

saja, melainkan harus dibuktikan, agar pihak lain tahu bahwa kita dapat memegang amanat

dengan baik. Loyalitas dibangun dari penilaian orang lain terhadap bukti sejauh mana kita

dapat menjaga kepercayaan dan memberikan kebermanfaatan. Membangun kepercayaan

bukanlah hal yang mudah, maka dari itu seorang wirausahawan harus memiliki sifat yang

dapat dipercaya (amanah). Apabila kita telah mendapatkan kepercayaan dari orang/pihak

lain, maka kita harus benar-benar menjaganya sehingga tidak memberikan hasil yang

mengecewakan, dan kita tidak dicap sebagai seorang yang pengkhianat.

Menurut Robert M.Z Lawang sikap atau prilaku yang dapat diterapkan guna

mendapatkan kepercayaan dari orang lain, meliputi:

Kejujuran

Memiliki sifat jujur merupakan kunci utama seorang wirausahawan dalam mendapatkan

kepercayaan dari orang lain. Jika seorang wirausahawan berperilaku sebaliknya yakni tidak jujur,

maka tidak mungkin ada mitra kerja yang ingin melakukan kerja sama dengannya, tidak
mungkin ada masyarakat yang mau membeli hasil usahanya, serta tidak akan ada karyawan yang

mau bekerja dengannya. Apabila hal itu terjadi, sudah pasti tidak mungkin seorang

wirausahawan dapat mengembangkan usahanya. Jikalau bisa, pun usahanya tersebut tidak akan

bertahan lama, karena hanya dengan sifat dan sikap yang baik-lah suatu kebaikan dapat

diperoleh, dan juga sebaliknya dengan sifat dan sikap buruklah hasil yang berupa keburukan itu

akan selalu tiba meskipun tidak pernah diinginkan.

Kewajaran

Seorang wirausahawan harus memiliki sikap yang wajar, yakni memperlakukan pihak-pihak

yang berkaitan dengan usahanya sebagaimana mestinya, sesuai porsi, dan tidak berlebihan.

Selain itu selalu berperilaku baik, sopan santun, serta menjadi orang yang cerdas, sehingga pihak

lain akan memnganggap kita sebagai orang yang memang benar-benar wajar menjadi seorang

wirausahawan, dengan begitu-lah seorang wirausahawan akan mendapatkan kepercayaan dari

pihak-pihak lain.

Sikap Egaliter

Seorang wirausahawan harus menyadari bahwa selain dirinya hak dan kewajiban juga dimiliki

oleh orang lain. Semua pihak harus diperlakukan dengan setara, bukan hanya salah satu pihak

menjadi lebih spesial diantara pihak-pihak lainnya.

Toleransi

Menjadi seorang wirausahawan otomatis berhubungan dengan berbagai pihak yang memiliki

karakter dan sifat yang berbeda-beda. Untuk tetap menjga kepercayaan dari mereka, seorang

wirausahawan harus selalu menghargai mereka dengan cara misalnya mengetahui karakter dan
sifat mereka sehingga dapat meperlakukan mereka dengan sikap yang tepat, menghargai

keberadaan mereka, menampung aspirasi mereka, serta memahami bahwa dari berbagai karakter

yang dimiliki oleh seseorang pasti memiliki sisi kelebihan dan sisi kekurangan.

2.5 Mengembangkan Jaringan Sosial (Social Network) dalam Berwirausaha

Tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa manusia lainnya, sehingga tidak ada manusia

yang tidak menjadi bagian dari jaringan dengan manusia lainnya di masyarakat. Semua

manusia di bumi selalu membina hubungan sosial dengan siapapun, hal itu karena kodrat

manusia sebagai makhluk sosial. Adanya hubungan sosial yang baik, otomatis dapat

membentuk suatu jaringan sosial. Dalam dunia wirausaha, tidak ada satupun perusahaan

yang sukses membangun usahanya secara mandiri (semua hal diurus sendiri mulai dari hal

yang kecil sampai besar). Oleh karena itu, wirausahawan selalu membutuhkan bantuan dari

orang lain untuk mendukung rencana kerjanya guna mengembangkan usahanya. Usaha yang

sukses pasti dibangun dari hasil kerja keras berbagai pihak, bukan hanya pemilik

perusahaannya saja. Oleh sebab itu, membangun jaringan dalam berwirausaha itu hukumnya

wajib. Jaringan dapat dibentuk melalui hubungan yang baik, dapat berupa hubungan

pertemanan, hubungan persaudaraan, dan melalui perkenalan dari mulut ke mulut

(diperkenalkan teman). Dengan membangun dan mengembangkan jaringan sosial melalui

bentuk komunikasi dan hubungan sosial yang baik, akan memberi keuntungan yang luar

biasa dalam mengembangkan usaha kita. Semakin luas jaringan yang dibangun dan dimiliki,

maka semakin banyak pula relasi yang didapatkan untuk membangun kerjasama dalam

mengembangkan perusahaan. Relasi yang didapatkan dapat bertujuan untuk menambah


konsumen, mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas

perusahaan (misalnya informasi mengenai tenaga kerja, pemasaran, investasi, barang/produk

yang sedang trend di masyarakat, dll), serta memperbanyak mitra kerja yang memiliki visi

dan misi yang sesuai dengan usaha yang kita miliki.

Mengembangkan jaringan sosial di masa kini telah dipermudah oleh teknologi informasi

dan komunikasi yang semakin lama semakin maju dengan pesat. Melalui berkembangnya

teknologi informasi dan komunikasi, kini menjalin hubungan dengan mitra kerja dan

konsumen semakin dipermudah tanpa kenal jarak dan waktu. Kegiatan kerja sama, promosi,

serta pemasaran dapat dilakukan melalui media sosial yang kini telah beragam macamnya,

tinggal bagaimana strategi dan cara kita untuk dapat menarik kepercayaan mitra kerja dan

konsumen agar dapat bekerja sama atau membeli produk/jasa dari usaha kita. Namun, kita

juga harus melakukan proteksi karena tidak semua mitra kerja yang belum pernah kita temui

adalah mitra kerja yang baik dan memiliki visi yang sama dengan perusahaan kita, serta

tidak semua konsumen yang belum pernah kita temui merupakan konsumen yang baik dan

dapat melakukan kegiatan konsumsi sesuai prosedur pembelian yang telah kita tetapkan,

sikap kehati-hatian sangat penting dalam hal ini.

Menurut Robert M.Z. Lawang, jaringan sosial dapat diperoleh dan terbentuk melalui :

Partisipasi (keikutsertaan), apabila seorang wirausahawan aktif berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan dalam masyarakat, maka otomatis akan semakin mudah dalam

memperoleh jaringan sosial.

Resiprositas (timbal balik), semakin baik apa yang dibjiperikan oleh seorang wirausahawan

kepada orang lain, maka semakin mudah bagi seorang wirausahawan dalam memperoleh
jaringan sosial, karena jaringan yang dibangun tidak mungkin hanya berhenti pada satu

orang itu saja, melainkan akan ada timbal balik dari orang tersebut kepada seorang

wirausahawan yang telah memberikannya hal-hal yang baik, timbal balik itu dapat berupa

kegiatan mempromosikan usaha yang dimiliki oleh wirausahawan tersebut kepada orang-

orang lain (masyarakat luas). Sehingga jaringan yang dimiliki oleh seorang wirausahawan

akan semakin banyak dan meluas.

Solidaritas (rasa kebersamaan), jaringan sosial tentu akan terbentuk dari adanya kesamaan

kepentingan dan tujuan, dengan adanya kesamaan-kesamaan tersebut akan timbul sikap

solidaritas, semakin tinggi sikap solidaritas yang dimiliki oleh seorang wirausahawan

dalam kelompok maupun komunitasnya, maka akan semakin mudah baginya untuk

membentuk jaringan sosial.

Kerjasama

Kerjasama salah satu kegiatan yang banyak melibatkan orang lain, secara tidak langsung

hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan kerjasama tersebut merupakan

sebuah jaringan sosial. Semakin banyak mitrakerja yang dimiliki oleh seorang

wirausahawan, maka semakin banyak pula jaringan sosial yang dimiliki oleh seorang

wirausahawan tersebut.

2.6 Pentingnya Norma (Norms) dalam Berwirausaha

Secara etimologis, kata norma berasal dari bahasa Belanda, yaitu “norm” yang artinya

patokan, pokok kaidah, atau pedoman. Namun beberapa orang mengatakan bahwa istilah

norma berasal dari bahasa latin, “mos” yang artinya kebiasaan, tata kelakuan, atau adat
istiadat. Menurut Robert M.Z. Lawang, norma dapat berbentuk nilai bersama (mencakup

nilai-nilai yang dianut dalam mayarakat seperti kejujuran, kesopanan, toleransi, adat, dll),

sanksi (akibat dari suatu perbuatan yang melanggar nilai-nilai, aturan-aturan atau hukum),

serta aturan-aturan (membatasi tindakan atau perilaku seseorang agar tetap berada pada

tindakan yang benar dan diakui kebenarannya oleh masyarakat luas). Apabila ditarik intinya,

norma ialah kaidah, pedoman, acuan dalam berperilaku dan berinteraksi antar manusia

dalam aspek apapun dalam menjalani kehidupan bersama-sama. Norma sangat penting

dalam tahapan menjadi wirausahawa hal ini terkait dalam wirausahawan sendiri dalam

menenetukan pola pikir (mindset).

Pembentukan pola pikir tersebut berkaitan dengan morallity yang berhubungan dengan

etika bisnis, dan intelectuallity. Pola pikir tersebut dapat dijadikan kemampuan

wirausahawan menjadikan tantangan sebagai peluang. Norma dianggap sebagai modal sosial

yang harus dimiliki kewirausahan yang kepentingannya akan meliputi keberhasilan seorang

wirausahawan membangun kepercayaan (trust). Setelah itu, untuk menuju keberhasilan

wirausahawan yaitu dengan membangun relasi ataupun jaringan untuk memulai usahanya.

Norma juga akan mempengaruhi jiwa kewirausahawan dalam membuat keputusan dan

memecahkan persoalan.

Perilaku yang sesuai dengan norma juga membantu wirausahawan dalam

menumbuhkan modal sosial yang berupa kepercayaan dan jaringan sosial, yang mana

nantinya kedua modal sosial tersebut dapat dijadikan modal utama dalam proses

pengembangan usaha. Dengan adanya norma sosial yang mengatur setiap hubungan

wirausahawan dengan pihak-pihak lain, maka hubungan tersebut dapat berjalan dengan
lancar dalam pencapaian tujuannya, karena keuntungan akan diperoleh semua pihak (dengan

adil) dan memungkinkan untuk terjadinya kerjasama secara berkelanjutan.

Fungsi dari adanya norma dalam berwirausaha adalah sebagai berikut:

Sebagai dasar atau landasan seorang wirausahawan dalam berhubungan dengan pihak lain

(karyawan, mitra kerja, masyarakat luas).

Mengatur jalannya kegiatan usaha agar berjalan dengan lancar.

Meminimalisir perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkaitan

dengan kegiatan usaha.

Anda mungkin juga menyukai