Anda di halaman 1dari 3

Pembelajaran di Sekolah Darurat Inovasi Berbasis Milenial

Oleh: Ameliana Tri Prihatini Novianti, S.Si


Guru SMK Negeri 1 Kelapa

Konten bermuatan kontroversial dibuku pelajaran sekolah sudah cukup aneh dapat
beredar luas dipasaran yang harusnya sudah melewati tahapan-tahapan tertentu sebelum
dipasarkan. Namun dinegara ini, animasi populer “your name” muncul sebagai konten di salah
satu buku pelajaran sekolah menengah. Konten animasi ini dimuat di buku pendidikan etika
yang mana pendidikan etika di negara ini merupakan mata pelajaran resmi, tentunya bukan
tanpa maksud negara ini menampilkan konten animasi populer “your name” di dalam buku
pelajaran disekolah, cerita animasi your name berkisah tentang seorang siswi dipedesaan
Jepang bertukar tubuh dengan seorang siswa di Kota Tokyo sejalan dengan materi yang akan
dibahas pada buku pelajaran ini yaitu tema LGBT dan tema update lainnya seperti perundungan
(bullying) melalui smartphone, sosial media dan sejumlah masalah moral yang terkait dengan
penggunaan teknologi informasi.
Negara ini adalah negara Jepang. Di Jepang sendiri, film animasi your name yang
diputar secara luas dibanyak negara terutama negara maju lebih dikenal dengan nama Kimi no
Na wa. Berbeda dengan konten bermuatan kontroverisal di buku pelajaran sekolah yang
cenderung ngawur dan ada pula bermuatan pornografi yang sempat viral beberapa waktu lalu
di Indonesia, Konten animasi your name dalam buku pelajaran sekolah di Jepang adalah suatu
inovasi yang cocok dilakukan di era milenial yang dilakukan pemerintah jepang dalam
membelajarkan pendidikan moral untuk siswa siswi dinegaranya.
Di negeri sendiri, tentunya bangsa ini dikenal menganut budaya ketimuran yang selalu
mengedepankan etika dan tata krama dalam kebiasaan keseharian masyarakatnya. Namun
ironinya perubahan besar dalam bidang komunikasi dan informasi yang membebaskan generasi
milenial dalam mengakses budaya luar menggerus karakter kearifan lokal yang selama ini ada.
Jelas terlihat perbedaan karakter siswa era milenial dengan siswa sebelum memasuki abad 21.
Siswa era milenial tumbuh dan berkembang ditengah terpaan kecanggihan teknologi
digital. Era masa kini yang serba cepat dan instan untuk mendapatkan sesuatu sedangkan siswa
yang mengenyam pendidikan sebelum abad 21 tumbuh dan berkembang dalam lingkungan apa
adanya yang sebagian besar harus bekerja keras untuk mendapatkan keinginanya. Perbedaan
lingkungan dari masa ke masa tentu saja membentuk perbedaan karakter siswa sehingga
berimplikasi kepada perbedaan siswa dalam cara mempelajari sesuatu dan mengaktualisasikan
diri mereka.
Sekolah sebagai lingkungan formal pembentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan
siswa, seperti yang selama ini kita lihat tidak pernah melakukan perubahan signifikan dalam
pembelajaran yang memasuki era milenial sementara karakter siswa telah berubah secara
signifikan. Untuk itu, pembelajaran disekolah harus beradaptasi dengan karakter milenial para
siswanya. Seperti yang dilakukan Jepang dengan memasukan animasi your name sebagai
introduksi dari materi yang akan dipelajari, pembelajaran sekolah di negeri ini pun dapat
berorientasi pada personalized learning. Sistem personalized learning ini menantang guru
untuk dapat memperdalam pemahaman karakter dan potensi tiap-tiap siswa. Setelahnya, guru
melakukan pendekatan pembelajaran sesuai dengan karakter dan potensi tiap-tiap siswa yang
bertujuan agar transfer ilmu yang dilakukan guru tersampaikan sesuai dengan kapasitas siswa.
Perlu diingat bahwa dalam pembelajaran disekolah sebenarnya tidak ada siswa yang gagal,
mereka hanya memerlukan waktu yang lebih dari siswa lainnya untuk mendapatkan transfer
ilmu yang dilakukan guru.
Tata letak atau layout susunan tempat duduk siswa dikelas merupakan susunan
konvensional yang tidak pernah berubah dari dulu sejak gurunya menjadi siswa sampai
gurunya beralih menjadi guru dan membelajarkan siswa-siswannya. Padahal sejatinya susunan
tempat duduk mempengaruhi hubungan antar siswa dan guru pada saat pembelajaran
berlangsung. Penelitian yang dilakukan oleh Moses Waithanji Ngware yang dimuat dalam
Jurnal SciRes tahun 2013 mengemukakan bahwa siswa yang duduk di barisan depan
mendapatkan skor dalam pembelajaran lebih tinggi dibandingkan siswa yang duduk di barisan
lainya. Untuk itu, susunan tempat duduk konvensional ini tidak lagi tepat digunakan dalam
pembelajaran era milenial. Susunan tempat duduk siswa yang paling ideal adalah susunan
tempat duduk melingkar satu lapis. Susunan semacam ini memungkinkan seluruh siswa
memiliki kesempatan akses yang sama dalam membangun komunikasi baik komunikasi antar
sesama siswa, dengan guru, maupun dengan penunjang pembelajaran yang lainnya ketika
pembelajaran berlangsung. Sayangnya susunan tempat duduk melingkar satu lapis ini sangat
minim di terapkan di kelas padahal layout seperti ini dapat menjadi titik awal inovasi
pembelajaran berbasis milenial.
Kesimpulannya, guru sebagai garda terdepan dalam pembelajaran disekolah
diharapkan mampu melakukan inovasi berbasis karakter milenial siswanya untuk membuat
siswa betah belajar di sekolah. Selanjutnya, diharapkan pendidikan di Indonesia sedikit demi
sedikit menampakan sinar terang perubahan mengikuti era nya yang tidak hanya memberikan
nilai positif untuk siswa tetapi juga dapat berkontribusi meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai