Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM EFISIENSI PENCAHAYAAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Efisiensi Energi

Tanggal Praktikum : 22 Maret 2018


Tanggal Laporan : 29 Maret 2018
Dosen Pembimbing : Ir. Conny K. Wachjoe, M.Eng., Ph.D

Disusun Oleh:
Beta Salsabila Asyraful Hakim (151734004)

Nama Kelompok:
Abiano Alaffan. (151734001)
Beta Salsabila A. H. (151734004)
Ilham Nurrofik (151734014)
Muhammad Barkah D. (151734018)
Rizal Aqimul Haq A. E. (151734026)

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK KONSERVASI ENERGI


JURUSAN TEKNIK KONSERVASI ENEGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jln. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga, Bandung 40012 Telp: (022)2013789, Fax:
(022)2013889
Homepage: www.polban.ic.id; Email: polban@polban.ac.id
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di zaman yang serba modern ini kebutuhan kita sebagai manusia dapat dikatakan
banyak. Salah satu dari sekian banyak kebutuhan tersebut merupakan pencahayaan. Dulu,
sebagian besar pencahayaan memanfaatkan cahaya alami karena penyebaran listrik yang
belum merata. Berbeda dengan sekarang, pencahayaan menggunakan cahaya alami sudah
tergeser dengan adanya lampu yang memanfaatkan pemerataan aliran listrik. Begitu
pentingnya penerangan bagi kehidupan kita sekarang ini.

Sistem pencahayaan digunakan ketika cahaya alami tidak dapat memenuhi


kebutuhan akan pencahayaan ruangan pada suatu bangunan. Dilihat dari penggunaan
energi listrik suatu bangunan, penggunaan energi listrik sistem pencahayaan cukup besar
dibanding sistem yang lainnya. Maka dari itu dibutuhkan pengaturan yang bagus agar
suatu sistem pencahayaan bisa beroperasi secara optimal. Penggunaan energi untuk sistem
pencahayaan dapat dioptimalkan dengan mengurangi daya dengan memilih lampu yang
berefikasi tinggi. Besar intensitas penerangan ruang serta besar daya yang dibutuhkan telah
diatur dalam SNI 03-6197-2010.

Optimalisasi pencahayaan juga bisa dilakukan dengan dengan cara pemilihan lampu
penerangan. Banyaknya jenis lampu penerangan membuat kita harus bisa memilih

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui sistem pencahyaan.
2. Mahasiswa dapat memahami karateristik/parameter operasi operasi pencahayaan.
3. Mahasiswa dapat menentukan parameter kinerja sistem pencahayaan.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikakasi operasi efisien sistem pencahayaan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dampak pengoperasian sistem pencahayaan yang
efisien.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Cahaya

Cahaya (Wikipedia, 2017) adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang


kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang
tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi tersebut
merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme
gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara
visual oleh indra penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan
optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern.

Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai
dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton.
Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan
sinar laser pada tahun 1960. Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika
klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan.

Kecepatan rambat (V) gelombang elektromagnetik di ruang bebas = 3.105 km/det.


Jika frekuensi energinya = f dan panjang gelombangnya 𝞴 (lambda), maka berlaku:

𝑣
𝞴=
𝑓

Dimana:

𝞴 = panjang gelombang

v = kecepatan rambat

f = frekuensi
2.2. Lampu

2.2.1 Lampu pijar


Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui
penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan
menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut
menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan
langsung rusak akibat teroksidasi.
Pada dasarnya filamen pada sebuah lampu pijar adalah sebuah resistor.
Saat dialiri arus listrik, filamen tersebut menjadi sangat panas, berkisar antara
2800 Kelvin hingga maksimum 3700 Kelvin. Ini menyebabkan warna cahaya
yang dipancarkan oleh lampu pijar biasanya berwarna kuning kemerahan. Pada
temperatur yang sangat tinggi itulah filamen mulai menghasilkan cahaya pada
panjang gelombang yang kasatmata. Hal ini sejalan dengan teori radiasi benda
hitam.
Efisiensi lampu atau dengan kata lain disebut dengan efikasi luminus
adalah nilai yang menunjukkan besar efisiensi pengalihan energi listrik ke
cahaya dan dinyatakan dalam satuan lumen per Watt. Kurang lebih 90% daya
yang digunakan oleh lampu pijar dilepaskan sebagai radiasi panas dan hanya
10% yang dipancarkan dalam radiasi cahaya kasat mata.
Pada tegangan 120 volt, nilai keluaran cahaya lampu pijar 100W biasanya
adalah 1.750 lumen, maka efisiensinya adalah 17,5 lumen per Watt. Sementara
itu pada tegangan 230 volt seperti yang digunakan di Indonesia, nilai keluaran
bolam 100W adalah 1.380 lumen atau setara dengan 13,8 lumen per Watt. Nilai
ini sangatlah rendah bila dibandingkan dengan nilai keluaran sumber cahaya
putih "ideal" yaitu 242,5 lumen per Watt, atau 683 lumen per Watt untuk cahaya
pada panjang gelombang hijau-kuning di mana mata manusia sangatlah peka.
Efisiensi yang sangat rendah ini disebabkan karena pada temperatur kerja,
filamen wolfram meradiasikan sejumlah besar radiasi inframerah.
Pada tabel di bawah ini terdaftar tingkat efisiensi pencahayaan beberapa
jenis lampu pijar biasa bertegangan 120 volt dan beberapa sumber cahaya ideal.

Efisiensi
Jenis lumen/Watt
lampu
Lampu pijar 40 Watt 1.9% 12.6
Lampu pijar 60 Watt 2.1% 14.5
Lampu pijar 100 Watt 2.6% 17.5
Radiator benda hitam 4000 K ideal 7.0% 47.5
Radiator benda hitam 7000 K ideal 14% 95
Sumber cahaya monokromatis 555 nm (hijau) ideal 100% 683

Karena efisiensi lampu pijar yang sangat rendah, beberapa pemerintah


negara mulai membatasi peredaran lampu pijar. Contoh negara-negara yang
mulai membatasinya adalah Australia, Amerika Serikat, Brasil, Inggris Raya,
Irlandia, Kanada, Kuba, Selandia Baru, Swiss, Uni Eropa dan Venezuela.

2.2.2 Lampu TL
Lampu pendar adalah salah satu jenis lampu lucutan gas yang
menggunakan daya listrik untuk mengeksitasi uap raksa. Uap raksa yang
tereksitasi itu menghasilkan gelombang cahaya ultraungu yang pada gilirannya
menyebabkan lapisan fosfor berpendar dan menghasilkan cahaya kasatmata.
Lampu pendar mampu menghasilkan cahaya secara lebih efisien daripada lampu
pijar.
Ballas atau pemberat bekerja sebagai pengatur arus listrik. Ballas
menyediakan kondisi yang tepat untuk menghidupkan dan mengoperasikan
lampu pendar. Jika tegangan listrik pada lampu pendar tidak diatur, maka besar
arus listrik yang mengalir melalui lampu akan meningkat pesat dan dapat
menyebabkan hancurnya komponen-komponen. Ballas bekerja mengatur
tegangan dengan prinsip pembatasan arus.
Ada dua jenis ballas dalam lampu pendar, yang pertama adalah ballas
magnetik dan yang kedua adalah ballas elektronik. Ballas magnetik bekerja
dengan cara mencekik (bahasa Inggris: choke) arus pada titik yang sudah
ditentukan berdasarkan siklus arus bolak-balik pada frekuensi jala-jala sumber,
atau 50/60Hz. Sedangkan ballas elektronik menggunakan komponen-komponen
elektronik aktif untuk membatasi arus dan bekerja pada frekuensi yang lebih
tinggi (sekitar 25KHz). Beberapa orang mungkin dapat melihat kedipan cepat
pada lampu pendar yang menggunakan ballas magnetik namun tidak untuk
lampu yang menggunakan ballas elektronik. Ballas elektronik pada umumnya
juga dapat menghidupkan lampu dengan lebih cepat, dengan lebih sedikit
gangguan, dan dengan daya yang lebih rendah, sehingga membuat lampu pendar
bekerja lebih efisien daripada ballas magnetik.

2.2.3 Lampu halogen


Lampu halogen dikenal sebagai lampu halogen kuarsa dan halogen
tungsten. Lampu tersebut merupakan bentuk yang lebih mutakhir trendi lampu
pijar yang biasa dikenal. Lampu halogen memiliki filamen tungsten mirip
seperti lampu pijar, namun bentuknya lebih kecil dengan ukuran watt yang sama
dan mengandung gas halogen di dalam lampu. Lampu kaca tersebut dibuat dari
gabungan antara kuarsa dan kaca tinggi silika atau aluminosilikat. Lampu
halogen lebih kuat dari kaca standar untuk menahan tekanan tinggi. Suhu lampu
lebih cepat meningkat. Halogen dapat menguap menjadi gas dalam suhu yang
relatif rendah. Halogen merupakan elemen monovalen yang selalu siap
membentuk ion negatif. Terdapat lima jenis halogen: fluorin, klorin, bromin,
iodin, dan astatin. Lampu halogen memiliki ukuran padat dan output lumen yang
tinggi.
Lampu halogen biasanya memiliki reflektor (cermin dibelakangnya)
untuk memperkuat cahaya yang keluar. Fittingnya biasanya khusus, namun saat
ini ada pula yang dengan jenis fitting biasa. Lampu jenis ini merupakan lampu
spot yang baik. Lampu spot adalah lampu yang cahayanya mengarah ke satu
area saja, misalnya lampu untuk menerangi benda seni secara terfokus. Lampu
ini baik untuk digunakan sebagai penerangan taman untuk membuat kesan
dramatis dari pencahayaan terpusat seperti menerangi patung, tanaman, kolam
atau area lainnya. Jenis lampu ini sebenarnya merupakan lampu filamen yang
sudah berhasil dikembangkan menjadi lebih terang, namun juga kebutuhan
energi (watt) yang relatif sama.
2.2.4 Lampu Hemat Energi
Ada tiga jenis lampu yang dirancang lebih efisein dari pada lampu neon
lama, yaitu: lampu Energy Saving Incandescent, compact fluorescent lamp
(CFL) dan light emitting diode (LED).
1. Energy Saving Incandescents
Lampu pijar jenis ini, lebih hemat 25% dan dapat bertahan tiga kali lebih
lama dari pada lampu neon. Lampu ini tersedia dalam beberapa ukuran dan
warna. Selain itu lampu jenis Energy Saving Incandescent ini, juga mampu
digunakan dengan dimmer.
2. CFL – Mampu menghemat Energi hingga 75%
Lampu ini, hanya menggunakan sekitar seperempat energi dari pada lampu
neon, dan mampu bertahan sepuluh kali lebih lama. Lampu CFL juga hadir
dengan berbagai pilihan warna.
3. LED – Mampu menghemat energi hingga 75- 80%.
Meskipun lampu LED awalnya hanya digunakan untuk indikator dan lampu
lalu lintas, LED merupakan aplikasi penerangan yang paling hemat. Lampu
ini hanya menggunakan 20% - 25 % energi yang biasa digunakan lampu
neon, dan mampu bertahan 25 kali lebih lama.
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilaksanakan pada:

Waktu : WIB
Tanggal : Rabu, Maret 2018
Tempat : Lab Konservasi Energi, Gedung U Politeknik Negeri Bandung
3.2. Alat dan Bahan

1. Rangkaian Percobaan Penerangan Lampu

2. Lampu:
 Lampu Pijar
 Lampu Halogen
 Lampu TL
 Lampu HE
3. Balast:
 Elektrik
 Konvensional

4. Alat Ukur Pencahayaan: Luxmeter

5. Alat Ukur Kelistrikan:


 Ampermeter
 Voltmeter
 Wattmeter
 Cos φ meter
6. Alat ukur panjang: Meteran

7. Kapasitor 8mF

8. Kabel konektor
3.3. Prosedur Kerja

1. Periksa rangkaian yang sudah tersedia pada meja kerja.

2. Catat spesifikasi dari lampu-lampu pada meja kerja

3. Rangkai secara tertutup sesuai skema rangkaian. Jika ingin menggunakan ballast
konvensional elektrik tambah kapasitor, dan menggunkan jenis lampu yang lain.

4. Nyalakan MCB

5. Catat parameter yang dibutuhkan:

- Tegangan (V)
- Arus (A)
- Daya (Watt)
- Faktor Daya (cosØ)
- Waktu
- Intensitas cahaya dengan menggunakan luxmeter (Lux)
- Tinggi lampu terhadap bidang kerja (cm)
- Luas bidang kerja (m2)
6. Matikan MCB

7. Lakukan percobaan yang sama terhadap jenis-jenis lampu yang berbeda.


3.4. Skema Pengukuran

1. Gambar Rangkaian

Berikut merupakan skema rangkaian yang digunakan dalam praktikum sistem


pencahayaan:

BK

TL
BE
mcb
C
A
CFL
L1

LED
L2
AC ~ V
HLG
L3

Gambar Rangkaian Percobaan

2. Skema Pengukuran

Skema simulasi titk pengukuran tingkat pencahayaan pada bidang kerja (1m2). Skema titik
pengukuran dibawah digunakan untuk jenis lampu yang lain seperti: CFL, Halogen, LED.
Namun sebagai referensi kelompok kami menggunakan tiga titik pengukuran yaitu: di
ujung kanan, di ujung kiri, dan di tengah yang tegak lurus dengan lampu.

Lampu TLD
58W

62cm

Bidang kerja
Luxmeter

Gambar Skema titik pengukuran


3.5. Pertanyaan

1. Tentukan karakteristik jenis lampu tersebut!

2. Dari table pengukuran buat profil lux dari lampu tanpa armature dan lampu dengan
armature!

3. Hitung tingkat pencahayaan, daya pencahayaan, dan effikasi dalam bentuk table!

4. Dari table yang dibuat pada butir 3, buat profil tingkat pencahayaan, daya pencahayaan
dan effikasi untuk lampu tanpa armature dan lampu dengan armature!

5. Jelaskan fenomena energy efisiensi pada sistem pencahayaan tersebut melalui


perbandingan dengan standar teknologi lampu tersebut!
BAB IV

DATA HASIL PERCOBAAN

4.1. Spesifikasi Lampu

1. Lampu pijar
Nama : Philips
Spesifikasi : 25 W, 220–240 V
2. LHE 1

Nama : Philips Essential


Spesifikasi : 11 W, 594 lm 54 lm/W, 220-240 V, 50-60 Hz, I = 80 mA, coolday light
3. LHE 2

Nama : Philips Genie


Spesifikasi : 11 W, 594 lm 54 lm/W, 220-240 V, 50-60 Hz, I = 80 mA, coolday light
4. LHE 3

Nama : Philips Tornado


Spesifikasi : 12 W, 665 lm, 55lm/W, 220-240 V, 50-60 Hz, I = 90 mA
5. Lampu halogen

Nama : Philips Spotone


Spesifikasi : 60 W, 240 V, R 63, 35°, Q 538
6. Lampu TL

Nama : Philips Lifemax (TL Konvensional dan Elektronik)


Spesifikasi : 36 W / 54 -765 cool daylight, 2600 lm, 72 lm/W

4.2. Area Percobaan

Panjang : 1,51 m

Lebar : 0,63 m

Tinggi : 0,68 m

Luas : 0,9513 m2
Kondisi Area : Dinding berwarna putih mengkilat (lapisan bahan papan tulis putih)

Kondisi Lampu : Lampu bersih

4.3. Data Pengukuran

Lampu Softone
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
14:06 223,68 92,269 0,9274 0,019 111 155 83 116,3333
14:09 223,72 92,29 0,92872 0,0191 105 147 75 109
14:12 223,95 91,797 0,92889 0,0191 109 158 74 113,6667
rata-rata 223,7833 92,11867 0,928337 0,019067 108,3333 153,3333 77,33333 113
Lampu Pijar
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
13:30 224,67 89,5 0,921 0,018 125 184 94 134,3333
13:33 224,38 89,4 0,924 0,0186 142 195 110 149
13:36 223,7 89,5 0,927 0,0185 133 194 114 147
rata-rata 224,25 89,46667 0,924 0,018367 133,3333 191 106 143,4444
Lampu LHE 1
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
13:39 223,64 68,1 0,387 0,0059 170 340 184 231,3333
13:42 224,02 66,8 0,386 0,0056 174 355 179 236
13:45 223,65 64,15 0,373 0,0054 154 351 184 229,6667
rata-rata 223,77 66,35 0,382 0,005633 166 348,6667 182,3333 232,3333
Lampu LHE 2
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
13:48 223,66 66,008 0,3825 0,0056 130 338 257 241,6667
13:51 223,62 63,399 0,3879 0,0054 123 323 244 230
13:54 223,7 63,06 0,3786 0,0053 126 323 247 232
rata-rata 223,66 64,15567 0,383 0,005433 126,3333 328 249,3333 234,5556
Lampu LHE 3
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
13:57 223,64 71,797 0,38367 0,0065 97 293 423 271
14:00 223,2 65,86 0,37953 0,0056 96 265 400 253,6667
14:03 223,26 64,064 0,37254 0,0054 102 265 391 252,6667
rata-rata 223,3667 67,24033 0,37858 0,005833 98,33333 274,3333 404,6667 259,1111
Lampu Halogen
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
13:28 224,16 217,77 0,9762 0,0478 228 1950 211 796,3333
13:31 224,46 218,43 0,9753 0,0478 226 1774 223 741
13:34 224,2 217,97 0,9761 0,0478 237 2230 232 899,6667
224,2733 218,0567 0,975867 0,0478 230,3333 1984,667 222 812,3333
Lampu TL K
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
12:51 223,19 378,04 0,62128 0,0525 913 1330 994 1079
12:54 223,040 382,36 0,6188 0,0527 898 1302 917 1039
12:57 223,32 382,16 0,061872 0,0527 906 1288 917 1037
223,1833 380,8533 0,433984 0,052633 905,6667 1306,667 942,6667 1051,667
Lampu K + Kapasitor
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
13:00 222,18 270,06 0,57014 0,0341 940 1277 901 1039,333
13:03 221,5 270,2 0,57033 0,0342 889 1263 892 1014,667
13:06 224,68 271,05 0,58141 0,0353 921 1298 913 1044
222,7867 270,4367 0,57396 0,034533 916,6667 1279,333 902 1032,667
Lampu E+ kapasitor
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
12:41 224,12 621,17 0,11164 0,0157 841 1232 915 996
12:44 224,04 620,64 0,11181 0,0156 837 1210 875 974
12:47 223,65 620,29 0,11242 0,0156 819 1204 870 964,3333
223,9367 620,7 0,111957 0,015633 832,3333 1215,333 886,6667 978,1111
Lampu E
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
12:30 224,45 223,37 0,523 0,0263 912 1277 928 1039
12:33 224,68 223,4 0,526 0,0263 933 1250 955 1046
12:36 224,44 222,6 0,525 0,0262 919 1251 930 1033,333
rata 224,5233 223,1233 0,524667 0,026267 921,3333 1259,333 937,6667 1039,444
4.4. Hasil Perhitungan

Lampu Softone Lampu Pijar

P Pencahayaan Efikasi P Pencahayaan Efikasi

20,81362346 4,708455 55,08251866 4,387357


20,81362346 4,948682 55,18763797 4,24008
20,70850415 5,231345 55,08251866 4,302635

Lampu LHE 1 Lampu LHE 2

P Pencahayaan Efikasi P Pencahayaan Efikasi

6,412277935 38,3639 6,412277935 37,32423


5,991800694 41,72368 6,096920004 41,66038
5,991800694 43,17011 5,991800694 39,33153

Lampu LHE 3 Lampu Halogen

P Pencahayaan Efikasi P Pencahayaan Efikasi (%)

6,832755177 47,71135 50,24703038 15,84837


6,202039315 48,31744 50,24703038 14,74714
5,886681383 49,49025 50,24703038 17,90487

Lampu TL K Lampu K + Kapasitor

P Pencahayaan Efikasi P Pencahayaan Efikasi

55,18763797 19,55148 35,84568485 28,99466


55,39787659 18,75523 35,95080416 28,22375
55,39787659 18,71913 37,10711658 28,13476

Lampu E+ kapasitor Lampu E

P Pencahayaan Efikasi P Pencahayaan Efikasi

16,50373174 60,34999 27,64637864 37,58178


16,39861243 59,39527 27,64637864 37,83497
16,39861243 58,80579 27,54125933 37,51947
BAB V

ANALISIS PERCOBAAN

Praktikum kali ini kami melakukan percobaan efisiensi pada sistem pencahayaan
yang dilakukan di Laboratorium Konservasi Energi, Gedung U, Politeknik Negeri Bandung.
Percobaan menggunakan 10 jenis lampu yang nantinya praktikan akan menentukan efikasi
yang terbaik maupun terburuk dari 10 jenis lampu ,diantaranya :

1. Lampu Softone
2. Lampu Pijar
3. Lampu LHE 1 (Genie)
4. Lampu LHE 2 (Essential)
5. Lampu LHE 3 (Tornado)
6. Lampu Halogen
7. Lampu TL Konvensional
8. Lampu TL Konvensional + Kapasitor
9. Lampu TL Elektronik
10. Lampu TL Elektronik + Kapasitor
Sistem pencahayaan merupakan sebuah sistem untuk memancarkan cahaya pada
benda atau kondisi yang perlu diterangi. Sistem Pencahayaan juga dibutuhkan karena
sumber pencahayaan alami terkadang masih kurang efektif.

Pengukuran diilakukan pada pukul 12:30, kondisi sekitar pada saat itu dimana lampu
ruang dimatikan dengan cuaca yang mendung, sehingga diasumsikan cahaya alami relatif
kecil berkisar 60 lux, kondisi dinding disekitar meja praktikum berwarna putih dan kondisi
masing masing lampu bersih dan bukan merupakan lampu baru. Alat yang dilakukan pada
saat praktikum adalah lux meter yang saat pengambilan data diletakan di 3 posisi berbeda
yang terlampir pada denah, proses pengukuran dilakukan dengan mencatat 3 data untuk
tiap jenis lampu, dimana masing-masing data diukur selama 3 menit. Lalu alat yang ke 2
ialah PQ analizer schneider untuk mencatat kualitas daya kelistrikan.

Praktikum ini bertujuan untuk menetukan efisiensi lampu atau efikasi dari tiap jenis
lampu supaya dapat menentukan jenis lampu mana yang paling sesuai dipakai untuk
menudukung aktivitas hari-hari dalam suatu ruangan.
Untuk menetukan nilai efikasi, terlebih dahulu kita perhatikan karakteristik
kelistrikan dari masing-masing lampu sebagai berikut :

1. Tegangan

Berdasarkan Profil diatas, dari semua jenis lampu, rata-rata tegangan


yang didapat sebesar 224 V, meskipun nilai tegangan berfluktuatif terhadap
waktu namun masih dalam range yang tidak begitu jauh, Rata-Rata tegangan
tertinggi ada pada lampu pijar dengan tegangan sebesar 224,63 V dan
terendah pada lampu TL dengan kapasitor sebesar 222,787 V.
2. Arus

Berdasarkan profil diatas, menunujukan bahwa arus pada tiap jenis


lampu konstan terhadap waktu, nilai arus rata-rata tertinggi ada pada lampu
TL Konvensional dengan Kapasitor sebesar 620,7 mA dan yang terendah ada
pada lampu hemat energi 1 (Genie) sebesar 65, 849 mA.
3. Daya Aktif
Berdasarkan profil diatas, nilai dari daya aktif dari jenis lampu relatif
konstan, ini dikarenakan daya yang merupakan fungsi dari tegangan dan arus
relatif konstan terhadap waktu. Konsumsi daya tertinggi ada pada lampu TL
konvensional sebesar 50,6 W dan yang terendah ada pada lampu hemat energi
(tornado) sebesar 5,8 W.
4. Faktor Daya

Power Faktor (PF) merupakan perbandingan antara daya aktif P


terhadap daya semu S, yang mengakibatkan daya reaktif yang besar bila PF
kecil. Berdasarkan profil diatas, nilai PF cenderung konstan terhadap waktu
kecualu untuk lampu TL konvensional dengan nilai yang menurun. Untuk nilai
PF terbesar ada pada lampu halogen sebesar 0,977 sedangakan yang terendah
ada pada TL elektronik dengan kapasitor sebesar 0,11.

Setelah melihat karaktertik kelistrikan dari lampu, maka dapat diperoleh


karakteristik pencahayaan dari masing-masing lampu berikut ini
Lux adalah satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-
rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah
ditentukan. Profil diatas merupakan hubungan lux terhadap waktu, nilai dari lux itu
sendiri relatif fluktuatif meskipun turun namun tidaklah terlalu jauh, nilai flux tertinggi
ada pada lampu TL konvensional sebesar 1051,7 lux dan terendah ada pada lampu
softone sebesar 103,11 lux. Faktor ekstrenal sangatlah mempengaruhi dari besarnya
nilai lux, seperti cahaya alami, juga jarak pengukuran sebesar 60cm.

Daya Pencahayaan Terhadap Waktu


60 SoftOne

Lampu Pijar
50
LHE 1
40 LHE 2

LHE 3
30
Lampu Halogen
20
Lampu TL K

10 Lampu TL K +C

Lampu TL E
0
13:07 13:09 13:10 13:12 13:13 13:14 13:16 Lampu TL E +C
Daya pencahayaan merupakan kinerja daya pada lampu terhadap luas, profil
diatas menunujukan daya pencahayaan relatif konstan, ini dikatenakan daya yang
dikonsumsi hampir tiap lampu konstan pula. Nilai daya pencahayaan yang tertinggi ada
pada lampu TL konvensional sebesar 55,32 kW/m2 dan yang terendah ada pada lampu
hemat energi 3 (tornado) sebesar 6,3 kW/m2.

Efikasi adalah rentang angka perbandingan antara fluks cahaya (lumen) dengan
daya listrik suatu sumber cahaya (watt), dalam satuan lumen/watt atau sering disebut
sebagai efisiensi lampu. Beradasarkan profil diatas efikasi tertinggi terdapat pada lampu
TL elektronik dengan kapasitor sebesar 59,51 lm/W dan yang terendah ada pada lampu
pijar sebesar 4,31 lm/W.

Penambahan kapasitor 8µF pada lampu TL mengakibatkan konsumsi daya pada


lampu berkurang aau dengan kata lain sebagai penghemat daya sehingga nilai efikasi
lampu menjadi lebih tinggi jika dibandingkan pada lampu TL yang tidak mengunakan
kapasitor. Namun dalam memilih kapasitor haruslah berhati-hati karena jika salah
memilih kapasitansi dari kapasitor akan mengakibatkan harmonisa yang tinggi
sehingga dapat mengganggu sistem.

Kaitannya dengan jenis ballast-nya, lampu TL dengan ballast elektronik


mampu menaikan efikasi dibandingkan dengan ballast konvensional, pertama karena
ballast elektronik memiliki daya sebesar 2-6 W yang lebih kecil dibandingkan dengan
ballast konvensional sebesar 13 W. Lalu yang terakhir karena ballast elektronik bekerja
pada frekuensi tinggi sehingga dapat meminimalisir rugi switching listrik dan
harmonisa baik tegangan ataupun arus.
Bila kita lihat standar pabrikan masing-masing lampu terhadap pengukuran
sebagai berikut

Efikasi (Lum/Watt) Daya (Watt) Standar


No. Jenis Lampu Standar Standar Label
Percobaan Percobaan
Pabrikan Pabrikan Efisiensi
Philips Standard
1 Candle Clear / 8 4,31 25 52,43 E
Lampu Pijar
Philips Genie/
2 52 41,08 11 5,83 A
LHE 1
Philips Essential/
3 52 39,43 11 5,87 A
LHE 2
Philips Tornado/
4 61 48,5 12 6,00 A
LHE 3

5 Lampu Softone 8 4,96 25 19,77 E

Philips Softone/
6 - 16,17 100 47,8 -
Lampu Halogen
Philips Lifemax/
7 90 19,00 36 52,63 A
Lampu TL (K)
Philips Lifemax/
8 Lampu TL (K) + 90 28,45 36 34,53 A
C
Philips Lifemax/
9 Lampu TL (E) + 90 59,51 36 15,63 A
C
Philips Lifemax/
10 90 37,64 36 26,27 A
Lampu TL (E)

Berdasarkan tabel diatas, bahwa hasil dari efikasi dan konsumsi daya pada
percobaan tidaklah sama dengan spesfikasi pabrikan lampu, Bila kita lihat standar
internasional lampu Energy Efficientcy light (EEL) menunjukan kelas konsumsi daya
yang paling hemat. Dimana kelas terendah dimulai dari kelas E dan tertinggi dengan
kata lain hemat ada pada kelas A++. Dari semua jenis lampu hanya lampu pijar dan
softone yang berada pada kelas E karena memiliki konsumsi daya tinggi namun
lumen yang dihasilkan rendah. Sedangkan untuk lampu jenis lain berada pada kelas A
yang artinya memiliki konsumsi daya yang rendah namun nilai dari lumennya cukup
tinggi.
Namun bila kita lihat standar yang didapat saat praktikum berbeda debgan
standar pabrikan, hal ini biasa terjadi yang disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya :

1. Umur lampu yang sudah lama


2. Metode pengukuran yang berbeda dengan pengukuran pada pabrik
3. Spesifikasi pabrikan pada lampu merupakan standar lampu yang baru produksi
4. Faktor maintenance dan faktor utility pada lampu
Untuk itu, Terdapat cara untuk meningkatkan efikasi atau efisiensi lampu,
diantaranya :
1. Melakukan maintenance pada lampu, dengan membersihkan debu pada lampu
atau ruangan sekitar agar cahaya optimal.
2. Untuk lampu TL dapat menggunakan kapasitor dan mengganti ballast
konvensional dengan ballast elektrik.
3. Operasi penggunaan lampu, gunakan seperlunya dan effisen
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah kami simpulkan bahwa:

1. Sistem pencahayaan sendiri adalah sebuah sistem untuk memancarkan cahaya


pada benda atau kondisi yang perlu diterangi.

2. Nilai lux tertinggi terdapat pada lampu TL konvensional dan terendah terdapat
pada lampu Softone.
3. Efikasi lampu merupakan efisiensi pada lampu, dengan efikasi tertinggi pada
lampu TL elektronik dengan kapasitor dan terendah pada lampu pijar.
4. Standar yang didapat saat praktikum memilik perbedaan dengan standar pada
pabrikan.
5. Potensi untuk menaikan efikasi lampu dapat dilakukan dengan melakukan
perbaikan secara rutin atau menggunakan teknologi terbaru dari lampu.
DAFTAR PUSTAKA

Andrial, Analisis dan Simulasi Rangkaian Kontroler (Ballast Elektronik)


Lampu Fluorescen, Percikan: Vol. 98 Edisi Maret 2009

Blocher, Richard. Dasar Elektronika. Yogyakarta : Penerbit Andi; 2003

Dwi, Ullin dkk. HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS


CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL
(SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE). Jurusan Teknik
Elektro, Universitas Brawijaya. Malang

Hakim, Lukman. 2014. Analisa Performa Sistem Pencahayaan Ruang Kelas Mengacu
Pada Standar Kegiatan Konservasi Energi. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer,
Politeknik Caltex Riau Vol.2, No.1, April 2014, 51-58. Pekanbaru

William, Allison, dkk., Lighting Control in Commercials Buildings,LEUKOS, Vol 8


No.3 January 2012

.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah titik Pengukuran

A B C

Denah Pengukuran
A= 30 cm dari tepi kiri
C= 30 cm dari tepi kanan
A-B=B-C = 45 cm
Lampiran 2. Contoh Perhitungan

Berikut merupakan contoh perhitungan yang diambil dari data Lampu TL Elektronik
dengna kapasitor,data selanjutnya menggunakan excel

Lampu E+ kapasitor
Lux
Waktu V (V) I (mA) cos ø P (kW)
Kiri Tengah Kanan Rata-rata
12:41 224,12 621,17 0,11164 0,0157 841 1232 915 996
12:44 224,04 620,64 0,11181 0,0156 837 1210 875 974
12:47 223,65 620,29 0,11242 0,0156 819 1204 870 964,3333

A. Tingkat Pencahayaan
Tingkat Pencahayaan=Rata-rata Intensitas Penerangan=964,33 Lux

𝐹
𝐸 = 𝐴 = 964,33

Keterangan:

E = Intensitas Penerangan (Lux)

F = Fluks cahaya (Lumen)

A = Luas bidang (m2)


B. Daya Pencahayaan

𝑃
𝑃𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 =
𝐴

0, 𝑜156𝑥1000
=
0,9513

= 16,433 𝑊𝑎𝑡𝑡/𝑚2

Keterangan:

P = Daya (Watt)

A = Luas bidang (m2)

C. Effikasi

𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
𝐸𝑓𝑓 =
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡)

𝐸 (𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛)
=
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

964,33
=
16,433

= 59,517 𝑙𝑢𝑚𝑒𝑛/𝑤𝑎𝑡𝑡
Lampiran 3 Standar SNI 03-9167-2000 pencahayaan

Anda mungkin juga menyukai