Oleh:
Kelompok 1 (PAI 4-C)
Bismillahirahmanirahiim
Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kelapangan dan
kenyamanan kepada kami, melalui inayah dan rahmat-Nyalah kami bisa
menyususun suatu makalah yang in syaa Allah memiliki sedikit manfaat bagi para
pembaca nantinya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tersampaikan kepada
junjungan alam nabi Muhammad SAW, dan keluarganya yang telah memberikan
penerangan bagi kita yang dalam keadaan bingung dan tersesat karena gelapnya
fatamorgana dunia. Tidak lupa kepada para generasi terbaik yaitu generasi sehabat
yang juga telah memberikan banyak kontribusi pengetahuan ilam bagi kita
sehingga mempermudah kita untuk menggali sumber ilmu islam hingga saat ini.
Makalah ini kami susun bertujuan untuk membahas 3 aspek penting yang
berkaitan dengan hadits tarbawi yaitu pengertian, tujuan serta manfaat yang
didapat setelah mempelajarinya. Kami juga mendapat bantuan dari berbagai pihak
baik dosen pengampu, dosen pembimbing, kawan, serta kampus yang telah
memfasilitasi kami dengan berbagai buku hingga mempermudah kami
menemukan referensi yang baik. Terlepas dari semua itu kami mengetahui dalam
penyusunan makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan sebab sifat manuisa
kami, maka dari itu kami mohon kritik dan saran dari para pembaca bila
menemukan kesalahan di dalamnya.
Akhir kata saya ucapkan terimaksih dan semoga makalah yang kami buat
memiliki manfaat meskipun sedikit bagi para pembaca untuk mereview bagi
sudah mempelajarinya dan menjadi suatu wawasan baru bagi yang belum pernah
mempelajarinya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja nama yang dinisbatkan pada kata pendidikan?
2. Bagaimana implikasi nama-nama tersebut?
3. Perbedaan nama-nama tersebut?
4. Persamaan nama-nama tersebut?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui nama-nama yang digunakan untuk kata pendidikan.
2. Mengetahui implikasi nama-nama tersebut.
3. Mengetahui perbedaan nama-nama tersebut
4. Mengetahui persamaan nama-nama tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Istilah Tarbiyah
A. Hadist Tentang Istilah Tarbiyah
علَى َ َُّللاُ لَه َّ َصد َ ار أ َ اخا لَهُ فِي قَ ْريَ ٍة أ ُ ْخ َرى فَأ َ ْر َ َسلَّ َم أ َ َّن َر ُج اًل ز َّ صلَّى
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ي ِِّ َِع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ َع ْن النَّب
َمد َْر َجتِ ِه َملَ اكا فَلَ َّما أَت َى َعلَ ْي ِه قَا َل أَيْنَ ت ُ ِريد ُ قَا َل أ ُ ِريد ُ أ َ اخا ِلي فِي َه ِذ ِه ْالقَ ْريَ ِة قَا َل ه َْل لَكَ َعلَ ْي ِه ِم ْن نِ ْع َم ٍة ت َُربُّ َها قَا َل
َّللاَ قَدْ أ َ َحبَّكَ َك َما أَحْ َب ْبت َهُ فِي ِه
َّ َّللاِ إِ َليْكَ ِبأ َ َّن َّ ََل َغي َْر أَنِِّي أَحْ َب ْبتُهُ فِي
ُ َّللاِ َع َّز َو َج َّل قَا َل فَإِنِِّي َر
َّ سو ُل
“Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Pada suatu ketika ada
seorang lelaki yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah pun
mengutus seorang malaikat untuk menemui orang tersebut. Ketika orang itu
ditengah perjalanannya ke desa yang dituju, maka malaikat tersebut bertanya;
'Hendak pergi ke mana kamu?' Orang itu menjawab; 'Saya akan menjenguk
saudara saya yang berada di desa lain.' Malaikat itu terus bertanya kepadanya;
'Apakah kamu mempunyai satu perkara yang menguntungkan dengannya?' Laki-
laki itu menjawab; 'Tidak, saya hanya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.'
Akhirnya malaikat itu berkata; 'Sesungguhnya aku ini adalah malaikat utusan
yang diutus untuk memberitahukan kepadamu bahwasanya Allah akan senantiasa
mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah.
B. Implikasi Hadits
Sebagaimana dikutip dari Ahmad Tafsir1 bahwa pendidikan merupakan
arti dari kata tarbiyah kata tersebut berasal dari tiga kata yaitu; rabba-yarbu yang
bertambah, tumbuh, dan ‘rabbiya- yarbaa’ berarti menjadi besar, serta ‘rabba-
yarubbu’ yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga,
memelihara
1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosda Karya, 1992.
Hal 5.
Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut Kamus Bahasa Arab,
lafal al-Tarbiyah berasal dan tiga kata, yaitu:
Pertama: raba yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh. Makna ini dapat
dilihat dan firman Allah:
ِ َّوم ْن ِرباا ِليَ ْرب َُو فِي أَ ْم َوا ِل الن
َّ َاس فًَلَ يَ ْربُو ِع ْند
َِّللا ِ ََ َما آَت َ ْيت ُ ْم
“Dan suatu riba (tambahan) yang kalian berikan agar dia menambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah “. (QS Al-Rum: 39).
Kedua: rabiya yarba dengan wazan (bentuk) khafiya yakhfa yang berarti: menjadi
besar. Atas dasar makna inilah Ibn aI-’Arabi mengatakan:
ُنى ِب َم َّكةَ َم ْن ِز ِلى َو ِب َها ُر ِبيْت
ِِّ ِسائًِلا َعنِِّى فَإ
َ ُفَ َم ْن يَك
"Jika orang bertanya tentang diriku, maka Mekah adalah tempat tinggalku dan di
situlah aku dibesarkan".
Ketiga: rabba yarubbu dengan wazan (bentuk) madda yamuddu yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara. Makna ini
antara lain ditunjukkan oleh perkataan Hasan bin Tsabit, sebagaimana yang ditulis
oleh Ibn al-Manzhur dalam “lisan al-‘Arab:
ْ َسا َح ِة ْالق
ص ِر َ َْوَلَ ْنت أ َح
ْ سنُ ِإذْ َبذَ ْرتَ َلنَا َي ْو َم
َ الخ ُر ُو َْ ُج ِب
َّب َجا ِئ َرة ُ ْال َبحْ ِر
َ ِم َّما ت ََرب صا ِف َي ٍة
َ آء
ِ ض َ ِم ْن ذ ُ َّر َي ِة َب ْي
"Sesungguhnya ketika engkau tampak pada hari ke luar di halaman istina, engkau
lebih baik daripada sebutir mutiara putih bersih yang dipelihara oleh kumpulan
air di laut’ ".
Kata Ibn al-Manzhur. “Rababtul amra-arubbuhu rabban wa rababan, berarti aku
memperbaiki dan mengokohkan perkara itu (Al-Nahlawi, 1989: 31).
Kata “tarbiyah” merupakan masdar dan rabba, yurabbiy, tarbiyat dengan
wazan fa‘ala, yufa‘ilu, taf'ilan”. Kata ini ditemukan dalam Alquran Surat Al-
Isra’/17:24 yang terjemahannya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil “.
Dalam terjemahan ayat di atas, kata tarbiyah digunakan untuk mengungkapkan
pekerjaan orang tua yang mengasuh anaknya sewaktu kecil. Pengasuhan itu
meliputi pekerjaan: memberi makanan, minuman. pengobatan, memandikan,
menidurkan dan kebutuhan lainnya sebagai bayi. Semua itu dilakukan dengan rasa
kasih sayang.
Beberapa pengkaji telah menyusun definisi pendidikan dari ketiga asal
kata ini: Imam al-Baidawi (wafat: 685),dalam tafsirnya “Anwar al-Tanzil wa
Asrar al-Ta‘wil “, mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah yaitu:
menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna. Kemudian kata itu
dijadikan sifat Allah SWT sebagai mubalaghah (penekanan).
Dalam buku mufradat, al-Raghib al-Ashfahani (wafat: 502 H), menyatakan bahwa
makna asal al-Rab adalahal-Tarbiyah, yaitu: memelihara sesuatu sedikit demi
sedikit hingga sempurna (Al-Ashfahani, 1992:336).
Dari ketiga asal kata di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan (tarbiyah) terdiri dari empat unsur:
a. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang balig.
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam
c. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan
kesempurnaan yang layak baginya.
d. Proses ini dilaksanakan secara bertahap.
B. Implikasi Hadist
Kata ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’dib yang artinya
pendidikan (udecation) disiplin, patuh dan tunduk pada aturan (discipline)
peringatan atau hukum (punishment) hukuman-penyucian (chastisement). Ada
juga yang memberikan arti ta’dibyang berarti beradab, bersopan santun, tata
karma, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.2
al-Attas mengartikan ta’dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan
peradaban dan kebudayaan sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang-tempat yang tetap dari
segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan. Melalui ta’dib ini al-
Attas ingin menjadikan pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak
mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri manusia, serta menjadi
dasar terjadinya proses islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan
ini menurutnya perlu dilakukan dalam rangka membendung pengaruh
materialisme, sekularisme, dan dikotomisme ilmu pengetahuan yang
dikembangkan oleh barat.
Selanjutnya dalam sejarah, kata ta’dib digunakan untuk menunjukkan pada
kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di istana-istana raja (qushur) yang para
muridnya terdiri dari para putra mahkota, pangeran atau calon pengganti raja.
Pendidikan yang berlangsung di istana ini diarahkan untuk menyiapkan calon
pemimpin masa depan. Karena itu, materi yang diajarkan meliputi pelajaran
bahasa, pelajaran berpidato, pelajaran menulis yang baik, pelajaran sejarah para
pahlawan dan panglima besar dalam rangka menyerap pengalaman keberhasilan
mereka, renang, memanah, dan menunggang kuda (pelajaran
ketarampilan).3 Penggunaan kata ta’dib dalam arti pendidikan antara lain di
jumpai dalam hadis Rasullah sebagai berikut:
“Didiklah putra-putrimu sekalian dengan tiga perkara: yaitu mencintai Nabi
mereka, mencintai keluarganya, membaca al-Qur’an, karena yang menghafal al-
Qur’an akan berada di bawah naungan Allah, pada hari yang tidak
2 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Predana Media,
2006), hal.10.
3 Muhammad Dhiyau ar-Rahman al-‘Azhami, al-Mihnatul Kubra Syarah wa Takhrij as-
Nusan as-Shukhra, (Riyad, an-Nasyir Maktabah ar-Rusydi 1422 H), Juz 8, hal. 154.
ada perlindungan kecuali perlindungannya bersama para nabi dan para
sahabatnya.” (HR. Dailami)4
أدبني ربي فأحسن تأديبي
“Tuhanku telah mendidikku, maka ia menjadikan pendidikanku menjadi
baik”(HR.Ibnu Hibban)
Oleh karenanya ta’dib sebagai istilah pendidikan, pada awalnya telah dipakai
secara tepat oleh para tokoh sufi yang secara tipikal menonjol dalam
pengembangan pribadi Islam melalui pengembangan indra, akal dan moral.
Makna yang dikandung dengan istilah adab atauta’dib, sebab istilah ini tidak
terbatas hanya pada aspek kognitif, tetapi juga meliputi pendidikan spiritual,
moral dan sosial.
َم ْن دَ َخ َل َمس ِْجدَنَا َهذَا ِليُ َع ِ ِّل َم َخي اْرا ا َ ْو ِليَت َ َعلَّ َم َكانَ كَا اْل ُم َجا ِه ِد فِى سبيًلهلل
“Barang siapa masuk masjid kami ini untuk tujuan mengajarkan kebaikan atau
untuk belajar, maka dia bagaikan orang berperang di jalan Allah”
4 Abi al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali al-Hajar al-Haitami, al-
Shawa’iqu al-Muharriqah ‘ala Ahli al-Rafdhi wa al-Dhalala wa al-Zindiqah,( Beirut, 1997,
Muasasa al-Risalah), Juz 2, hal. 496.
B. Implikasi Hadist
Perkataan ta’lim dipetik dari kata dasar ‘allama () َعلَّ َم, yu‘allimu ) )يُعَ ِلِّ ُمdan
ta’lim()تَ ْع ِليْم.Yu‘allimu diartikan dengan mengajarkan, untuk itu istilah ta’lim
diterjemahkan dengan pengajaran. M. Thalib mengatakan bahwa ta’lim memiliki
arti memberitahukan sesuatu kepada seseorang yang belum tahu.
Istilah Mu’allim atau pengajar yang berarti orang yang melakukan pengajaran,
juga di munculkan dalam hadith Nabi Muhammad SAW. Bersabda:
ب الن ََواهِى فَذَالِكَ ِوقَايَة ٌ لَ ُه ْم َولَ ُك ْم َ ام ِتثَا ِل اْ ََل َو ِام ِر
ِ واجْ تِنَا, ْ ِى هللاِ َو ُم ُر ْوا ا َ ْو ََلدَ ُك ْم ب َ ِاِ ْع َملُ ْوا ب
ِ َطا َع ِة هللاِ َواتَّقُ ْوا َمع
َ اص
ِ ِِّمنَ الن
ار
“Ajarkanlah mereka untuk ta’at kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada
Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk menaati perintah-perintah dan
menjauhi larangan-larangan.Karena itu akan memelihara mereka dan kamu dari
api neraka.”
Dalam hal ini ungkapan ( )اعملوdiberikan kepada orang tua yang berlaku sebagai
mu’allim sedangkan pelajarnya (muta’allim) atau yang diajari adalah anak-
anaknya. Juga sabda beliau
خيركم من تعلِّم القرأن و علِّمه
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan
mengajarkannya.”
Dalam hadith ini secara lengkap disebutkan ungkapan ta’alim()تعلِّم, sedangkan
ilmu yang dipelajari adalah Al-Qur’an serta disebutkan pihak yang
mengajarkannya.
Ta’lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif
semata-mata. Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta’lim hanya
mengedepankan proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu’alim) dan
yang diajar (muta’alim). Ta’lim juga mewakili ungkapan proses dari tidak tahu
menjadi tahu. Dari perkataan Sa’ad bin Waqash, memberi makna anak-anak yang
tidak tahu tentang riwayat Rasulullah, diajarkan sehingga menjadi tahu.
Apabila pendidikan Islam diidentikkan dengan ta’lim, para ahli memberikan
pengertian sebagai berikut;
a) Abdul Fattah Jalal, mendefinisikan ta’lim sebagai proses pemberian
pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah,
sehingga penyucian atau pembersihan manusia dari segala kotoran dan
menjadikan diri manusia berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk
menerima al-hikmah serta mempelajari apa yang bermanfaat baginya dan yang
tidak diketahuinya. Ta’lim menyangkut aspek pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan seseorang dalam hidup serta pedoman prilaku yang baik. Ta’lim
merupakan proses yang terus menerus diusahakan semenjak dilahirkan, sebab
menusia dilahirkan tidak mengetahui apa-apa, tetapi dia dibekali dengan berbagai
potensi yang mempersiapkannya untuk meraih dan memahami ilmu pengetahuan
serta memanfaatkanya dalam kehidupan.5
b) Menurut Rasyid Ridho, ta’lim adalah proses transmisi berbagai ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu .
Definisi ini berpijak pada firman Allah yang berbunyi:
َ آلء إِن ُكنتُم
َصا ِدقِين ِ ض ُه ْم َعلَى ْال َمًلَئِ َك ِة فَقَا َل أَنبِئُونِي بِأ َ ْس َم
ِ آء َه ُؤ َ َو َعلَّ َم َءادَ َم األ َ ْس َمآ َء ُكلَّ َها ث ُ َّم َع َر
“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!"
Rasyid Ridho memahami kata ‘allama’ Allah kepada Nabi Adam as, sebagai
proses tranmisi yang dilakukan secara bertahap sebagaimana Adam menyaksikan
dan menganalisis asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya. Dari penjelasan ini
disimpulkan bahwa pengertian ta’lim lebih luas atau lebih umum sifatnya
daripada istilah tarbiyah yang khusus berlaku pada anak-anak.Hal ini karena
ta’lim mencakup fase bayi, anak-anak, remaja, dan orang dewasa, sedangkan
tarbiyah, khusus pendidikan dan pengajaran fase bayi dan anak-anak.6
c) Syed Muhammad an-Naquib al-Attas, mengartikan ta’lim disinonimkan
dengan pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar, namun bila ta’lim
disinonimkan dengan tarbiyah, ta’lim mempunyai arti pengenalan tempat segala
5 Abdul Fattah Jalal, Min al-Usuli al-Tarbawiyah fi al-Islam, Mesir: Darul Kutub
Misriyah, 1977. Hal: 32.
6 Rasyid Ridho, Tafsir al-Manar, Mesir: Dar al-Manar, 1373 H. Hal: 42.
sesuatu dalam sebuah sistem.7 Menurutnya ada hal yang membedakan antara
tarbiyah dengan ta’lim, yaitu ruang lingkup ta’lim lebih umum daripada tarbiyah,
karena tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan hanya mengacu pada
kondisi eksistensial dan juga tarbiyah merupakan terjemahan dari bahasa latin
education, yang keduanya mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat fisik-
mental, tetapi sumbernya bukan dari wahyu.
d) Menurut Muhammad Athiyah al-Abrasy, pengertian ta’lim berbeda dengan
pendapat diatas, beliau mengatakan bahwa; ta’lim lebih khusus dibandingkan
dengan tarbiyah, karena ta’lim hanya merupakan upaya menyiapkan individu
dengan mengacu pada aspek-aspek tertentu saja, sedangkan tarbiyah mencakup
keseluruhan aspek-aspek pendidikan.8
7 Syed Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam. Bandung: Mizan,
1988. Hal: 12.
8 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosda Karya, 1992.
Hal: 5
Denga pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiganya
mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik
menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan
ini dengan baik.
BAB III
KESIMPULAN
Ahmad Tafsir, 1992, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosda
Karya.
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta,
Predana Media)
Muhammad Dhiyau ar-Rahman al-‘Azhami, al-Mihnatul Kubra Syarah wa
Takhrij as-Nusan as-Shukhra, (Riyad, an-Nasyir Maktabah ar-Rusydi
1422 H)
Abi al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali al-Hajar al-
Haitami, al-Shawa’iqu al-Muharriqah ‘ala Ahli al-Rafdhi wa al-Dhalala
wa al-Zindiqah,( Beirut, 1997, Muasasa al-Risalah)
Abdul Fattah Jalal, 1977, Min al-Usuli al-Tarbawiyah fi al-Islam, Mesir: Darul
Kutub Misriyah.
Rasyid Ridho, 1373 H, Tafsir al-Manar, Mesir: Dar al-Manar.
Syed Muhammad Naquib al-Attas, 1988, Konsep Pendidikan Dalam Islam.
Bandung: Mizan.
Ahmad Tafsir, 1992, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosda
Karya.