Oleh
Dani Cahyadi
PEMBIMBING
Dengan menucap puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang tekah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Book Reading ini guna memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik senior di bagian
kulit dan kelamin Rumah Sakit Haji Medan dengan judul “ Gangguan pada
kelenjar keringat apokrin ”.
Shalawat dan salam tetap terlafalkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang penuh ilmu
pengetahuan, beliau adalah figure yang senantiasa menjadi contoh suri tauladan
yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.
Penulis
1
CHAPTER 83
Gangguan pada kelenjar keringat apokrin
Marni C. Wiseman
RINGKASAN
Bromhidrosis Apokrin
kelenjar apokrin adalah kelenjar adneksa yang terdapat pada aksila, regio
anogenital kelenjar moll’s pada kelopak mata, kelenjar ceruminous pada meatus
auditorius ekternus dan kelenjar mammae. Kelenjar apokrin juga dapat ditemukan
pada dalam jumlah terbatas pada wajah dan abdomen. Kelenjar apokrin tidak aktif
sampai sebelum pubertas. Secara embrologik, kelenjar apokrin terbentuk dari
tonjolan atas folikel rambut pada empat bulan masa gestasional, dan terus terbentuk
selama folikel rambut berkembang. Kelenjar apokrimn terdiri dari tiga komponen
yaitu : ductus intraepithelial , ductus intradermal dan bagian sekretorius. Terdapat
4 gaangguan pada kelenjar apokrin yang dibahas pada chapter ini yaitu : apokrin
bromhidrosis, apokrin chromhidrosis, Fox-Fordyce disease dan Hidraadenitis
suppurativa, mesikpun penyakit ini bukan gangguan primer dari kelenjar apokrin,
namun, kelenjar apokrin pada penyakit ini menjadi terpengaruh secara sekunder.
2
Apokrin Bromhindrosis
Epidemiologi
Onset penyakit ini sering terjadi setelah masa pubertas dan banyak dialami
pada ras afrika-amerika. tidak terdapat predileksi secara geografis, meskipun
musim panas atau cuaca yang panas dapat memperberat penyakit. Higenitas yang
buruk juga merupakan faktor yang berkontribusi. Riwayat keluarga juga terdapat
pada beberapa pasien, khususnya yang berasal dari bagian timur amerika.
Kelenjar apokrin banyak terdapat pada aksila dan genitalia, tetapi juga
terdapat pada payudara, telinga (kelenjar ceruminous) dan area periorbital (kelenjar
Moll’s). sekresi apokrin bertanggung jawab pada produksi bau, khususnya melalui
aktivitas bakteri dan komponennya. Askila banyak mengandung bakteri, mayoritas
bakteri gram positif. Sekresi bau dari kelenjar apokrin secara khusus berhubungan
dengan aktivitas aerobic dari Corynebacterium. dan juga dipengaruhi oleh odorous
steroid, 16-androstenes, 5 α-androstenol, dan 5- α-androstenone yang
berkontribusi pada bromhidrosis. Biotransformasi dari kompleks steroid dan
penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menggambarkan jalur penyakit ini.
3
3-methy-2-hexonoic acid. Asam ini dilepaskan ke permukaan kulit dalam bentuk 2
protein yang terikat yaitu apocrine-secretion binding protein (ASOB1 dan ASOB
2). ASOB2 diindetifikasi sebagai apolipoprotein D.
Temuan Klinis
Riwayat
Pemeriksaan laboratorium
4
Patologi
Diagnosa banding
5
Pengobatan
Langkah-langkah umum
Terapi Non-pembedahan
Pembedahan
6
endoskopi konfirmasi. Tekhnik ini menggunakan ultrasound untuk mencairkan
lemak dan kelenjar keringat.
RINGKASAN
Chromhidrosis Apokrin
7
Chromhidrosis apokrin
Epidemiologi
8
produksi keringat dan terjadinya chromhidrosis apokrin. pengobatan chromhidrosis
fasialis yang berhasil dengan menggunakan capsaicin juga membuktikan peran dari
substansi P.
Temuan Klinis
Riwayat
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan sekresi yang berwarna kuning, biru atau hijau dapat dilakukan
dengan menggunakan lampu wood (360nm) yang memantulkan gambaran
berwarna kekuningan. Pantulan warna hitam atau coklat jarang terjadi. sekresi
dapat dilakukan secara manual jika tidak terdapat sewaktu dilakukan pemeriksaan.
Noda yang menempel pada pakaian juga dapat diperiksa dengan menggunakan
9
lampu wood. Sekresi keringat yang berwarna dari kelenjar apokrin dapat
distimulasi dengan menyuntikkan epinephrine atau oksitosin.
Pemeriksaan laboratorium
Patologi
10
paraffin-embedded non-stained menggunakan gelombang 360-nm. Granula dapat
positif pada pewarnaan periodic acid-schiff stains.
Diagnosa banding
Pengobatan
11
Capsaicin adalah krim topikal mengeliminasi dan mencegah penumpukan ulang
pada substansi P pada saraf sensoris yang tidak bermyelin. Laporan kasus
menunjukkan keberhasilan pemberian capsaicin pada chromhidrosis fasialis.
RINGKASAN
Fox-fordyce disease
12
Fox-fordyce disease
Epidemiologi
Penyumbatan folikel
Genetik
13
Hormon
Temuan klinis
Riwayat
Pasien mengeluhkan terdapatnya papul yang gatal pada masa pubertas dan
terus memburuk. Gatal dapat dipicu oleh faktor emosional atau keringat.
14
Patologi
Pengobatan
Terapi non-pembedahan
15
dilaporkan termasuk contrasepsi oral, testosterone, kortikosteroid topikal dan
sistemik, sinar ultraviolet dan x-ray.
Pembedahan
RINGKASAN
Hidraadenitis Suppurativa
16
Hidraadenitis Suppurativa
Epidemiologi
Struktur adneksa
17
ruptur folikel yang menyebabkan inflamasi dan kemungkinan terjadinya infeksi
sekunder. Penelitian patologis mendukung konsep dengan menunjukkan adanya
obstruksi folikular, tidak terdapatnya sumbatan pada kelenjar apokrin, adan
inflamasi yang minimal ataupun tidak pada kelenjar apokrin pada specimen HS.
Faktor genetik
18
Obesitas
Infeksi bakteri
Peran infeksi bakteri pada HS masih belum jelas. Diketahui bahwa peran
patogenik mirip dengan peran bakteri yang terjadi pada akne. Obat antibacterial
biasa digunakan untuk terapi pada penyakit ini. Keterlibata bakteri dipercaya oleh
beberapa ahli terjadi secara sekunder. Hasil kultur sering menunjukkan hasil yang
negatif, tetapi bakteri banyak dijumpai pada lesi. Staphylococcus aureus dan
golongan stapilokokal lainnya adalah penyebab tersering. Namun, bakteri lainnya,
seperti sterptokokkus, bakteri batang gram negatif, dan anerob juga dapat
menyebabkan infeksi. Tetapi lebih sebagai bakteri yang mengkolonisasi daripada
bakteri penyebab terjadinya penyakit.
Merokok
Temuan klinis
19
HS terjadi pada kulit yang mengandung kelenjar apokrin dengan predilkesi
pada daerah intertriginosa. Tempat yang terjadi adalah : aksila, inguinal, perineal
dan perianal, mammae dan inframmae, bokong, pubis, dada, kulit kepala,
retroarikular, dan kelopak mata.
20
peningginan kulit seperti tali (gambar 83-7) dan munculnya komedo (gambar 83-
8). Saluran sinus juga dapat terbentuk (gambar 83-9). Sinus juga pernah terdapat
pada jaringan yang lebih dalam, seperti otot dan fascia, urethra dan usus. Proses ini
berulang pada area yang berdekatan atau pada tempat berbeda yang terdapat
kelenjar apokrin.
21
▲Gambar, 83-7, komedo yang ▲Gambar, 83-8, komedo yang
terdapat pada aksila terdapat pada aksila pada individu
dengan hidradenitis suppurativa
Pemeriksaan laboratorium
22
Pemeriksaan khusus
Patologi
Komplikasi
Kualitas hidup
23
Komplikasi sistemik
Infeksi lokal dapat terjadi dan dapat menyebabkan septicemia. Sebuah kasus
abses epidural di lumbosacral pernah dilaporkan. Anemia atau leukositosis dapat
terjadi, tetapi tidak signifikan secara klinis.
Komplikasi Lokal
Jaringan parut dapat membatasi morbiditas. Striktur pada anal, uretral atau
rektal dapat terjadi akibat inflamasi kronis pada genitofemoral. Fistula ppada
urethra juga pernah dilaporkan terjadi. selain itu, kecacatan pada penis, skrotum,
atau limfaedema pada vulva dapat terjadi, dan terjadi gangguan fungsional secara
signifikan. Lymphedema terjadi akibat fibrosis yang menyebabkan terjadinya
sumbatan saluran limfatik. Tindakan rekonstruksi pembedahan harus dilakukan.
Squamous cell carcinoma (SCC) jarang terjadi pada daerah yang mengalami
inflamasi kronis dan daerah jaringan parut pada individu yang lama menderita
penyakit ini. SCC dilaporkan terjadi pada 3,2% pasien dengan HS perianal yang
diderita selama 20 sampai 30 tahun. SCC lebih sering terjadi pada laki-laki pada
daerah anogenital. Karsinoma ini dapat menjadi aggresif secara lokal dan
berhubungan dengan insidensi penyakit metastasis dan mortalitas. Satu kasus dari
paraneoplastic neuropathy behubungan dengan SCC yang merupakan komplikasi
berat dari HS perianal. klinisi harus menetapkan ambang batas yang rendah untuk
membiopsi semua lesi yang tidak sembuh pada derah HS kronis. Sebuah penelitian
case control dari swedia mengatakan baawa insidensi keseluruhan dari malignansi,
termasuk kanker kulit non-melanoma meningkat pada pasien HS.
Pengobatan
24
Pengobatan medis
Terapi pada tahap awal HS ialah pemberian antibiotic topikal dan sistemik.
beberapa ahli menganjurkan pemberian terapi antibakteri jangka panjang,
meskipun kurangnya bukti yang mendukung. Klindamisin topikal telah
menunjukan hasil yang baik sebagai placebo pada percobaa klinis acak. Sebuah
penelitian acak terkontrol yang membandingkan klindamisin topikal dengan
tetrasiklin sistemik, tidak menunjukkan perbedaan yang berarti secara statistik.
Analogi antara akne dan HS juga membuat terapi hormonal pad HS terlihat
menarik. Terapi hormonal dilaporkan memberikan keberhasilan pada beberapa
kasus yang pernah dilaporkna. Pada sebuah study, anti-androgen, cyproterone
acetate (50 mg), yang dicampur dengan ethinyl estradiol (50 µg), menghasilkan
pemberisihan komplit dan parsial pada 18 bulan paska terapi pada 50% pasien.
Sebuah 5α-reduktase inhibitor, finasteride (1 mg), juga memiliki efek yang lemah
pada penanganan penyakit.
25
Infliximab, sebuah chimeric monoclonal anti-tumor necrosis factor
antibody, menunjukkan keberhasilan dalam beberapa kasus. Keberhasilan
dilaporkan terjadi pada 2 pasien dengan Crohn disease dan HS. Infliximab juga baik
dalam mencapai remisi dan mencegah kekambuhan penyakit pada individu HS dan
colitis ulseratif. Sebuah laporan kasus juga menunjukkan keberhasilan pengobatan
dengan terapi sistemik lainnya, seperti kortikosteroid sistemik, azathioprine,
cyclosporine, dapsone, dan methotrexate.
Pembedahan
26
primary closure, grafting atau flaps adalah tekhnik yang sering dipakai , tetapi
berhubungan dengan hasil yang buruk. Pada suatu seri kasus dari 106 pasien,
terdapat 70% rekurensi akibat efek dari operasi dengan primary closure dan tidak
dijumpai rekurensi pada kelompok yang melakukan pembedahan dengan split-
thickness graft dan flaps.
Radioterapi
27