Anda di halaman 1dari 3

Bersama Kita Wujudkan Akses Air Bersih dan Sanitasi

Lingkungan Secara Menyeluruh


(Piran opi ke tae’na Totemo)

Toraja Utara merupakan salah satu daerah kabupaten di Sulawesi Selatan yang
terkenal akan budayanya yang masih kental, juga terkenal dengan objek parawisata yang
begitu memukau. Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa Toraja terkenal di mana-mana baik
dalam Negeri bahkan hingga ke Mancanegara. Namun selain budaya dan objek parawisata,
ada hal penting juga yang harus diperhatikan yaitu terkait dengan air bersih dan sanitasi
lingkungan. Seperti yang kita ketahui bahwa air merupakan salah satu komponen penting dan
merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup di bumi. Air saat ini menjadi kebutuhan
penting yang harus terpenuhi, terutama untuk air bersih yang layak konsumsi.

Air bersih adalah air yang sudah diolah (melalui tahapan pengelolaan). Air yang
bersih tentunya berhubungan dengan sanitasi lingkungan. Karena air yang bersih
mengindikasikan bahwa sanitasi lingkungan sudah ditangani dengan baik. Penduduk di
Toraja Utara pada tahun 2017 meningkat menjadi 228.414 ribu jiwa (BPS Sul-Sel 2018).
Dengan bertambahnya jumlah penduduk ini maka kebutuhan akan air bersih juga semakin
meningkat baik digunakan untuk keperluan masak, mandi, minum, pertanian, perikanan,
hotel, rumah sakit, dll. Maka dari itu penyediaan dan pengelolaan air bersih menjadi sangat
penting untuk dilakukan.

Saat ini layanan air bersih yang ada di Toraja Utara adalah PDAM. Sumber mata air
PDAM Toraja Utara berasal dari mata air Salu Silaga di Kecamatan Buntu Pepasan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sul-Sel dalam angka 2018, melaporkan
bahwa pada tahun 2015 menurut jenis konsumen (sosial, non niaga, niaga dan industri)
perkabupaten/kota, pelanggan PDAM di Toraja Utara sebanyak 5.751 dan pada tahun 2017
meningkat hingga mencapai 7000 pelanggan. Karena air PDAM ini masuk dalam kategori
akses air bersih yang aman, oleh karenya pihak PDAM harus memperhatikan betul kualitas
air yang didistribusikan, karena hal ini menyangkut kesehatan masyarakat yang
menggunakan air dari PDAM. Tercatat dari hasil studi EHRA tahun 2013 lalu, menunjukkan
perilaku menggunakan air bersih dari sumber air yang terlindungi untuk berbagai aktivitas
rumah tangga di Kabupaten Toraja Utara masih dalam kategori rendah yaitu 32%,
penggunaan air bersih dari sumber air yang terlindungi mayoritas dari air sumur gali
terlidungi untuk berbagai aktifitas sebesar 8,5%. Selanjutnya menggunakan air ledeng dari
PDAM hanya sebesar 4%. Dan dari data BPS 2016 tingkat capaian air bersih Kabupaten
Toraja Utara yaitu 51,5%. Hal ini tentu akan menjadi perhatian publik ketika layanan air
minum layak di Toraja Utara, pemerintah belum bisa memberikan akses pelayanan secara
menyeluruh.

Saat ini, dengan melihat kondisi di area yang padat penduduk di Rantepao, warga
yang tingal di daerah pinggiran sungai hampir semua saluran pipa pembuangan dari mck
terjun langsung ke sungai. Seharusnya hal demikian tidak boleh dilakukan karena akan
mencemari sungai, dan akan berdampak di bagian hilir sungai daerah selatan, selain itu masih
banyak juga yang masih membuang sampah langsung ke sungai, sampah menghalangi aliran
sungai sehingga saat musim hujan akan terjadi luapan air keatas dan bisa saja memicu
terjadinya banjir. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat
terhadap sanitasi lingkungan masih tergolong cukup rendah. Toraja Utara menempati urutan
paling terendah dengan persentase penduduk berakses sanitasi layak per kabupaten/kota di
Sul-Sel. Capaian akses sanitasi layak Toraja Utara kurang dari 50% yaitu sekitar 27,26%. Hal
demikian tentu sangat memprihatinkan, dibandingkan dengan daerah kota yang mana akses
sanitasi layaknya hampir mencapai 100%.

Terkait dengan resiko kesehatan lingkungan, telah diketahui bahwa mereka yang
tinggal di perumahan padat, akan memiliki resiko kesehatan lingkungan yang lebih besar
dibanding mereka yang tinggal di lingkungan yang kurang padat. Penyakit – penyakit seperti
TBC, diare dan influenza adalah contoh penyakit – penyakit yang mudah tersebar dalam
lingkungan padat penduduk. Dan juga suplai air yang bersih merupakan salah satu faktor
yang mengurangi resiko terkena penyakit seperti diare. Karenanya, warga masyarakat yang
belum mendapatkan akses air bersih lebih beresiko terkena gejala diare. Untuk meningkatkan
akses air bersih dan sanitasi lingkungan, maka pemeritah perlu mengadakan sosialisasi terkait
sanitasi lingkungan baik ke rumah warga, sekolah – sekolah, maupun tempat – tempat umum
serta pemerintah juga harus menyediakan suplai air bersih PDAM secara menyeluruh. Hal
lainnya juga seperti sosialisasi pemberdayaan masyarakat terhadap akses air minum,
penggunaan jamban, buang sampah pada tempatnya, penggunaan septic tank, penyediaan
tempat sampah, serta melakukan gerakan sanitasi total berbasis masyarakat atau yang dikenal
sebagai STBM. Demi pencapaian akses sanitasi yang layak maka warga masyarakat juga
harus ikut serta berkontribusi, masyarakat punya kesadaran diri sendiri untuk tidak mengotori
lingkungan, mengelola sampah masing-masing, dan wajib berlangganan air bersih PDAM
untuk mengurangi risiko terkena penyakit air atu yang dikenal dengan Water Borne Disease
(WBD).

Pemerintah Toraja Utara tentunya harus berusaha lebih keras agar tahun ini semua
warga masyarakat di Toraja Utara sudah menikmati akses sanitasi dan air bersih yang layak
konsumsi, ini juga mendukung program pemerintah yaitu Universal Access 2019 dan juga
untuk memperingati hari air setiap tanggal 22 maret dimana tahun ini bertemakan "Leaving
No One Behind" yang artinya tak ada satupun kalangan yang tak dapat akses air bersih. Ini
juga merupakan agenda besar Sustainable Development Goal 6 (SDG 6), yaitu menargetkan
ketersediaan dan keberlanjutan terhadap penggunaan air untuk semua kalangan di tahun
2030. Artinya, tak akan ada lagi orang yang tidak dapat mengonsumsi air bersih. Fokus
pemerintah saat ini jangan hanya ke pariwisatanya saja tetapi juga fokus dalam program
akses universal 2019 dimana Kabupaten Toraja Utara mendukung program pemerintah
tersebut agar tahun ini dapat mencapai tujuan dari akses universal yaitu 100 % akses sanitasi,
0 % wilayah kumuh, dan 100 % akses air minum (100-0-100). Pengelolaan air bersih yang
bersumber dari mata air Salu Silaga ini tinggal lebih ditingkatkan lagi agar warga masyarakat
mendapatkan akses air bersih yang lebih layak. Sangat disayangkan ketika kita yang masih
mempunyai potensi sumber air bersih yang layak malah tidak bisa dikelola dan dimanfaat
sebaik mungkin. Tidak ada kata terlambat dalam memperbaiki sesuatu, kalau ada tekad maka
segala rencana pasti bisa dijalankan. Baik Pemerintah Kabupaten Toraja Utara serta
masyarakat harus mempunyai komitmen yang tinggi untuk mencapai akses universal 2019,
agar tahun ini Toraja Utara dapat mencetak prestasi tidak hanya dari segi Ekowisata tetapi
juga dari segi Sanitasi Lingkungan dan Air Bersih.

Anda mungkin juga menyukai