Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

PRIMING PGPR DAN KNO3 PADA JAGUNG

Disusun oleh:

Nama : Haidar Jundi Musyaffa’


NIM : 165040200111125
Kelompok : N
Asisten : Kayyis Muayadah L.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya peningkatan produktivitas tanaman memerlukan dukungan suplai
benih unggul secara genetik, fisik, dan fisiologis serta mempunyai daya adaptasi
yang tinggi pada lingkungan tumbuh yang beragam. Rendahnya produktivitas
tanaman terutama disebabkan oleh rendahnya mutu benih yang digunakan dan
daya adaptasi pada lingkungan yang rendah terutama pada kondisi lingkungan
suboptimal.
Perendaman benih jagung dalam air sebelum penanaman merupakan
teknologi sederhana yang telah diterapkan di beberapa daerah semi arid Afrika
dan beberapa wilayah penanaman jagung diIndonesia. Invigorasi benih melalui
proses priming berpengaruh positif terhadap pertumbuhan awal tanaman,
pertumbuhan kecambah, dan kecepatan tumbuh berkecambah pada tanaman
jagung dan gandum. Keberhasilan perlakuan priming pada benih dipengaruhi oleh
interaksi yang kompleks dari berbagai faktor, seperti spesies tanaman, potensial
air dari bahan priming, lama waktu priming, suhu udara dan suhu media tanam
serta vigor benih.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui perbedaan priming benih dengan menggunakan larutan
PGPR dan KNO3 dengan waktu 8 jam dan 16 jam dalam upaya mempertahankan
atau meningkatkan vigor benih untuk perkecambahan sebelum ditanam dilapang.
1.3 Manfaat
Manfaat dari paktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan teknik
priming PGPR dan KNO3 sehingga dapat menghindarkan benih dari kemunduran
benih seacara fisiologis.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Priming
Priming ialah teknik invigorasi benih yang merupakan suatu proses yang
mengontrol proses hidrasi-dehidrasi benih untuk berlangsungnya proses-proses metabolik
menjelang perkecambahan. (arief dan koes.2010). Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan priming pada benih dapat meningkatkan resistensi
terhadap penyakit pada beberapa tanaman, dan pada tanaman lainnya dapat
mengatasi defisiensi beberapa unsur hara mikro (Harris et al., 2004).

2.2 Macam-macam Priming


2.2.1 Matriks priming
Matriks priming adalah suatu perlakuan pendahuluan pada benih dengan
bahan padatan lembab atau yang disebut matriks kondisioning.Teknik tersebut
merupakan suatu cara meningkatkan perkecambahan dan performansi/vigor
dalam spektrum yang luas yang juga efektif untuk kondisi tercekam. (Ekosari,
dkk .2011). Media yang digunakan untuk matriks priming harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Memiliki potensial matrik yang tinggi, media dengan tekstur lebih
halus memiliki potensial matrik lebih rendah
b. Memiliki sifat tidak larut dalam air dan tetap utuh selama conditioning
c. Merupakan bahan kimia inert dan tidak beracun
d. Kapasitas daya pegang air yang cukup tinggi,
e. Kemampuan aerasi tinggi, mampu untuk tetap kering
f. Mampu menempel pada permukaan benih.

2.2.2 Osmotik priming


Osmotik priming adalah suatu perlakuan pendahuluan pada benih dengan
larutan osmotikum atau yang disebut osmotik kondisioning. Teknik tersebut
merupakan suatu cara meningkatkan perkecambahan dan performansi/vigor dalam
spektrum yang luas yang juga efektif untuk kondisi tercekam. (Ekosari, dkk .2011).
Prinsip dasar osmoconditioning adalah mengontrol masuknya air ke dalam benih
sehingga memberikan kesempatan yang lebih lama kepada benih untuk
berimbibisi. Beberapa larutan yang dapat digunakan meliputi polyetilen glikol
(PEG), KNO3, CaCl2, K3PO4, NaCl, dan manitol (Khan, 1990).

2.3 Manfaat Priming

Menurut Menurut Tilden 1984 cit. Gardner et al. (1991) dalam Ekosari, dkk (2011)
manfaat priming adalah;

 Dapat menyebabkan terjadinya penguatan (penyembuhan) membran


plasma
 Memperkecil kehilangan elektrolit dan meningkatkan perkecambahan
serta kekuatan semai
 Meningkatkan persentase dan laju pemunculan semai pada jagung manis
yang dilakukan secara solid matriks dan dikombinasikan dengan sodium
hipolklorit.
 Untuk tanaman yang diambil bagian vegetatifnya, priming dapat
meningkatkan aktivitas fotosintetik per unit luas daun,memudahkan
peningkatan produksi berat kering dan hasil pada beberapa tanaman.
 Meningkatnya laju perkecambahan dan keseragaman pada benih yang
dipriming akibat membaiknya proses metabolisme selama proses imbibisi.
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat Fungsi
Timbangan Untuk menimbang
Gelas plastik Sebagai wadah perendaman
Pengaduk Untuk melarutkan
Kamera Untuk dokumentasi

Bahan Fungsi
Benih jagung Sebagai bahan perlakuan
Air Bahan perlakuan
PGPR Larutan yang digunakan
KNO3 Larutan yang digunakan

3.2 Cara Kerja

Menyiapkan Alat dan Bahan

Merendam benih jagung pada larutan KNO3


dan PGPR

Benih direndam dengan perlakuan 3 level :


direndam selama 0 jam, 8 jam, dan 16 jam

Meniriskan benih dan kering anginkan selama


2 minggu

Melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan


kecambah pada benih jagung
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Waktu Berkecambah
Lama perendaman (jam) Primming PGPR (hst) Primming KNO3 (hst)
0 0 0
8 0 0
16 0 0

4.1.2 Priming PGPR


Pengamatan panjang tanaman (cm)
Lama perendaman (jam)
2 hst 3 hst 4 hst 5 hst
0 0 0 0 0
8 0 0 0 0
16 0 0 0 0

4.1.3 Priming KNO3

Pengamatan panjang tanaman (cm)


Lama perendaman (jam)
2 hst 3 hst 4 hst 5 hst
0 0 0 0 0
8 0 0 0 0
16 0 0 0 0
4.2 Pembahasan
4.2.1. Perbandingan Lama Perendaman PGPR (0, 8, 16)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan yakni perlakuan
priming dengan PGPR dengan 0, 8 jam dan 16 jam didapatkan hasil yang
dinyatakan gagal. Tidak tumbuhnya seluruh benih jagung yang dijadikan bahan
praktikum kemungkinan disebabkan oleh buruknya kualitas benih yang dijadikan
sampel bahan praktikum. Hal ini sesuai dengan pendapat Arief ( 2010) yang
menyatakan bahwa keberhasilan priming pada benih dipengaruhi oleh interaksi
yang kompleks dari berbagai faktor, seperti spesies tanaman, potensial air dari
bahan priming, lama waktu priming, suhu udara, dan suhu media tanam serta
vigor benih.
4.2.2 Perbandingan Lama Perendaman KNO3 (0, 8, 16 )
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan yakni perlakuan
priming dengan KNO3 dengan 0, 8 jam dan 16 jam didapatkan hasil yang
dinyatakan gagal. Hal ini dapat dilihat dari tidak tumbuhnya seluruh benih jagung
yang dijadikan bahan praktikum. Menurut Pitojo (2004) salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan priming adalah dari benih itu sendiri antara lain jenis
benih baik umur maupun spesiesnya. Perlakuan priming dengan menggunakan
KNO3 memang memberikan hasil yang lebih baik dibanding tanpa perlakuan
priming, karena perlakuan priming mampu menekan kemunduran benih. Dari
praktikum yang telah dilakukan tidak sesuai dengan pendapat Pitojo (2004).
Menurut Utami (2013) perlakuan dengan larutan yang bertekanan rendah
misalnya KNO3 dapat memberikan tekanan osmotic dan dapat meningkatkan
peran giberelin dan auksin dalam perkecambahan benih. Tekanan osmotik
tersebut menekan perkecambahan benih yang mengalami kemunduran. Dari hal
tersebut, maka dapat diketahui bahwa benih yang mengalami kemunduran akan
dapat terpacu untuk melakukan proses metabolismenya sehingga benih tersebut
akan dapat berkecambah secara cepat.
4.2.3 Perbandingan Priming KNO3 dan PGPR
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan hasil antara priming
dengan KNO3 dan dengan PGPR tidak menunjukkan hasil karena seluruh benih
yang dijadikan bahan praktikum dinyatakan gagal. Keduanya sama-sama tidak
tumbuh, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor
kualitas benih. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutiarti (2014) diamana
perlakuan biopriming dalam hal ini PGPR terbukti mampu memperbaiki viabilitas
dan vigor benih tanaman. Perlakuan biopriming menunjukkan perbedaan yng
sangat nyata antara benih yang diberi perlakuan biopriming dengan benih tanpa
perlakuan biopriming.Sedangkan priming dengan KNO3 kurang memberikan
respon terhadap benih.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan


bahwa perlakuan priming baik dengan KNO3 ataupun dengan PGPR mengalami
keberhasilan, hal ini dapat dilihat dari tumbuhnya semua benih yang dijadikan
bahan praktikum, meski hanya ada dua yang tidak tumbuh. Tidak tumbuhnya dua
benih saat proses priming ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu
faktor yang dapat menyebabkan gagalnya priming adalah faktor kualitas dari
benih itu sendiri. Padahal seharusnya pemberian perlakuan berupa priming
mampu meningkatkan perkecambahan dan mempu membuat benih tumbuh
menjadi seragam.

5.2 Kritik dan Saran

Praktikum sudah berjalan baik dan lancar, walaupun hasil dari praktikum
dinyatakan gagal. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Arief Ramlah dan Fauziah Koes.2010.Invigorasi Benih. Balai Penelitian Tanaman
Serealia

Ekosari, Nur Aeni Ariyanti, Purwanti Widhy. 2011. Priming Benih sebagai Usaha
Peningkatan Performansi Bibit Kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata).
disampaikan dalam Seminar Nasional Biologi FMIPA

Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
(Terjemahan). UI-Press, Jakarta. p. 428
Harris, D., A. Rashid, P.A. Hollington, L. Jasi and C. Riches. 2004. Prospects of
Improving Maize Yields with "On-Farm Seed Priming". NARC and
CIMMYT: Nepal. p. 180–185
Khan, A. A., H. Miura., J. Prusinski and S. Ilyas. 1990. Matriconditioning of Seed
to Improve Emergence. Proceeding of the Symposium on Stand
Establishment of Horticultural Crops. Minnesota. p 19-40
Pitojo, S. 2004. Benih Cabai. Yogyakarta: Kanisius
Sutiarti, G. 2014. Uji Efektifitas Teknik Biopriming dan Sumber Benih Terhadap
Vigor Benih Kakao. Agriplus. Vol.24 No. 2 Mei 2014
Utami, Esty Puri. 2013. Perlakuan Priming Benih untuk Mempertahankan Vigor
Benih Kacang Panjang (Vigna unguiculata) Selama Penyimpanan. Bul.
Agrohorti 1 (4): 75-82 (2013)
LAMPIRAN

2 hst
Sampel KNO3 16 PGPR 16 KNO3 8 PGPR 8 Kontrol
jam (cm) jam (cm) jam (cm) jam (cm) (cm)
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0
3 hst
Sampel KNO3 16 PGPR 16 KNO3 8 PGPR 8 Kontrol
jam (cm) jam (cm) jam (cm) jam (cm) (cm)
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0
4 hst
Sampel KNO3 16 PGPR 16 KNO3 8 PGPR 8 Kontrol
jam (cm) jam (cm) jam (cm) jam (cm) (cm)
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0
5 hst
Sampel KNO3 16 PGPR 16 KNO3 8 PGPR 8 Kontrol
jam (cm) jam (cm) jam (cm) jam (cm) (cm)
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai