Oleh :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
- Dapat memisahkan metanol, etanol dan butanol dalam cuplikan (alkohol) dengan
menggunakan kromatografi gas dengan detektor FID
BAB II
Tujuan Pustaka
Dasar pemisahan secara kromatografi gas adalah penyebaran cuplikan antara
dua fase. Salah satu fase adalah fase diam yang dipermukaannya relatif luas dan fase
gas yang menelusi fase diam. Komponen yang dipisahkan dibawa oleh gas pembawa
melalui kolom. Campuran cuplikan terbagi diantara gas pembawa dan pelarut (fase
diam) yang terdapat pada zat padat dengan ukuran partikel tertentu. Pelarut akan
menahan komponen secara selektif berdasarkan koefisien distribusinya, sehingga
terbentuk sejumlah pita yang berlainan pada gas pembawa. Pita komponen
meninggalkan kolom bersama dengan gas pembawa yang dicatat sebagai fungsi
waktu oleh detektor. Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan komponen-
komponen dalam suatucampuran berdasarkan perbedaan distribusi komponen-
komponen ke dalam dua fasa, yaituf a s a g e r a k b e r u p a g a s d a n f a s a diam
berupa cairan atau padatan. Selain pemisahan,kromatografi gas juga dapat melakukan
pengukuran kadar komponen dalam suatu sampel. Kromatografi gas merupakan salah
satu teknik kromatoografi yang bisa digunakan untuk memisahkan senyawa
organik. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada
temperatur pengujian. senyawa yang sukar menguap atau tidak stabil juga dapat
diukur tetapi harus melalui proses derivatisasi terlebih dahulu.Komponen-
komponen utama dalam instrumentasi kromatografi gas terdiri dari gas
pembawa, injektor, kolom dan detektor serta rekorder. Kromatografi gas dapat
digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. Analisis dilakukan
dengan cara membandingkan waktu retensi, ko-kromatografi atau spiking,
danspektrometri. (Wiji, dkk. 2016) Kromatografi gas adalah proses pemisahan
campuran menjadi komponen-komponenyadengann menggunakan gas sebagai
fasa gerak yang melalui suatu lapisan serapan (sorben)yang diam.Fasa gerak dan
fasa diam kromatografi gas diantaranya :
1.Fasa gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan
tercapaidengan partisi sampel antara fasa gas bergerak.
2.Fasa diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap)
yangterikat pada zat padat penunjangnya.
Metode Percobaan
a. Alat
1. GC-FID
2. Pipet mikroliter
3. Suntik mikroliter
b. Bahan
1. Toluene
2. PMA
3. BA
1. Analisis kualitatif
2. Analisis kuantitatif
Terjadi banyak penyimpangan pada praktikum kali ini. Salah satu contohnya ketika
menginjeksikan larutan yang terdapat senyawa PMA sebanyak 300 mikroliter. Hal ini
menunjukkan terdapat impurities yang terdeteksi oleh integrator, karena peak
tersebut berhimpitan dan menumpuk sehingga dianggap salah karena kurang tepat.
Penyimpangan ini terjadi karena ada kesalahan pada saat pembuatan larutan
standar yang kurang kuantitatif atau pada saat mendorong sampel ke dalam
kolom (pemasukan cuplikan) yang tidak sempurna.Pengolahan data kurang teliti
dan kurang tepat.
Pembahasan Oleh : CHANDRA MAULANA (06)
Pada praktikum kali ini komponen atau sampel yang digunakan adalah
campuran, Pma,Ba. Dan toluene Adapun suhu oven 75C,85c,95c,, suhu injector B
150C, dan suhu detektor B 150C. Hal ini bertujuan agar semua komponen berubah
menjadi gas dan keluar meninggalkan kolom. Sebelum dilakukan pengukuran,
instrumen GC harus dibiarkan selama ± 1 jam agar aliran gas pembawa tetap sehingga
kolom tidak akan cepat rusak. Selain berfungsi dalam pemisahan, kromatografi gas
juga dapat digunakan dalam analisa, baik analisa kualitatif maupun kuantitatif.
Pada percobaan kali ini terdapat 3 puncak. Komponen yang memiliki titik
didih lebih rendah akan lebih mudah menguap menjadi gas dan pergerakannya lebih
cepat di dalam kolom dibandingkan dengan komponen lain dengan titik didih yang
lebih tinggi untuk mencapai detektor.
Pembahasan Oleh : AMILDHA AMALIA F.I (04)
Larutan campuran dibuat dari berbagai macam komponen yaitu toluena, PMA,
dan BA. Dalam pengujian kali ini digunakan 5 sample dengan perbanidngan volume
yang berbeda-beda.
Suhu injektor pada kromatografi adalah 155 ̊C. Sedangkan untuk suhu detector
adalah 199 oC. Jumlah senyawa atau campuran yang diinjeksikkan senilai 0,04 µL.
Pada percobaan ini menggunakan campuran sampel yang terdiri dari 3 kompenen
yaitu toluena, PMA, dan BA. Dan pada praktikum kali ini mengubah variabel volume
dari salah satu kompenen campuran sampel yaitu PMA yang pertama campuran
sampel terdiri dari toluena 300 mm, PMA 100 mm, dan BA 300 mm dengan jumlah
massa sampel 0,6156 gr. Sampel kedua yang terdiri dari kompenen toluena 300 mm,
BA 300 mm, dan PMA 200 mm dengan jumlah massa sampel 0,7155 gr. Sampel yang
ketiga yaitu kompenen toluena 300 mm, BA 300 mm, dan PMA 300 mm dengan
jumlah massa sampel 0,8130 gr. Sampel yang ke empat terdiri dari kompenen toluena
300 mm, BA 300 mm, dan PMA 400 mm dengan jumlah massa sampel 0,9421 gr.
Dan sampel yang terakhir yaitu kompenen toluena 300 mm, BA 300 mm, dan PMA
500 mm dengan jumlah massa sampel 1,3610 gr.Pada percobaan pertama sampai
terakhir dilakukan operasi alat dengan suhu oven, detektor, dan injektor sama yaitu
suhu oven 85oC, suhu detektor 199 oC dan suhu injektor 155 ̊C.
Pada sesi kedua digunakan campuran komposisi: Toluene 300 µm ; PMA 200
µm ; dan BA 300 µm. Kromatogram menunjukkan antara peak pertama dan kedua
rapat dan menempel, sedangkan peak ketiga sudah memisah dan runcing rapi.
Pada sesi ketiga digunakan campuran komposisi: Toluene 300 µm ; PMA 300
µm ; dan BA 300 µm. Kromatogram menunjukkan hasil yang baik yaitu ketiga peak
saling terpisah dan tidak menempel satu sama lain. Akan tetapi, pada retention time
13.69 menit terdapat peak kecil yang terindikasi merupakan zat pengotor
Pada sesi kelima digunakan campuran komposisi: Toluene 300 µm ; PMA 500
µm ; dan BA 300 µm. Kromatogram menunjukkan hasil yang buruk dimana timbul
>3 peak dengan keadaan saling bergabung dan dengan retention time yang saling
berdekatan, hingga seolah-olah kromatogram hanya terdapat 1 peak saja.
3.3 Kesimpulan :
Kromatogram terbaik dicapai pada kondisi operasi : suhu injeksi 155°C, suhu
detect 199°C, suhu oven sebesar 85°C dengan komposisi Toluene 300 µm ; PMA 400
µm ; dan BA 300 µm. Hasil yang diperoleh adalah peak saling bebas dengan retention
time yang tidak saling berdekatan
Kromatogram terbaik dicapai pada kondisi operasi : suhu injeksi 155°C, suhu
detect 199°C, suhu oven sebesar 85°C dengan komposisi Toluene 300 µm ; PMA 400
µm ; dan BA 300 µm. Hasil yang diperoleh adalah peak saling bebas dengan retention
time yang tidak saling berdekatan
Daftar Pustaka :
Jobsheet. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Politeknik Negeri
Malang
Sumar Hendyana. 1994. Kimia Analisis Instrumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama