PARASITOLOGI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Parasitologi yang berjudul “Nematoda Yang Hidup Parasit Pada Usus Manusia”.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammaad SAW, yang dimana telah membawa kita semua dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang
membacanya dan dapat sedikit mewujudkan pengetahuan di dalam lembaran ini.
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar Belakang.............................................................................................1
b. Rumusan masalah.........................................................................................2
c. Tujuan.........................................................................................................3
BAB 11 PEMBAHASAN
a. Pengertian Nematoda...................................................................................5
a. Kesimpulan...............................................................................................17
b. Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nematoda
Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda adalah
cacing yang bentuknya panjang, silindrik, tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral
simetrik, panjang cacing ini mulai dari 2 mm sampai 1 m. Nematoda yang ditemukan
pada manusia terdapat dalam organ usus, jaringan dan sistem peredaran darah,
keberadaan cacing ini menimbulkan manifestasi klinik yang berbeda-beda tergantung
pada spesiesnya dan organ yang dihinggapi.
Nematoda merupakan salah satu jenis cacing parasit yang paling sering
ditemukan pada tubuh manusia. Nematoda yang hidup dalam usus manusia disebut
dengan nematoda usus. Ciri-ciri umum dari parasit ini diantara lain simetris bilateral,
tripoblastik, tidak memiliki appendages, memiliki coelom yang disebut
pseudocoelomata, alat pencernaan lengkap alat ekskresi dengan selrenette atau sistem
havers, belum memiliki organ peredaran darah, respirasi dengan permukaan tubuh,
cincin saraf yang mengellingi esophagus merupakan pusat system saraf berumah dua,
fertilisasi internal, tidak dapat melakukan reproduksi aseksual, dan hidup bebas.
Nematoda usus terdiri dari beberapa spesies, spesies tersebut diantaranya
Ascaris lumbricoides, Strongyloides stercoralis, Ancylostoma duodenale, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichinella spiralis dan lain-lain.
Nematoda merupakan salah satu jenis cacing parasit yang paling sering
ditemukan pada tubuh manusia. Nematoda yang hidup dalam usus manusia disebut
dengan nematoda usus. Nematoda usus sering disebut sebagai cacing gilig, di antara
filum yang lain , filum ini mempunyai anggota terbanyak baik jenis maupun
individunya.
Di antara nematoda usus ini yang paling sering menginfeksi manusia adalah
yang ditularkan melalui tanah atau disebut ”soil transmitted helminths ”. Empat jenis
Soil Transmitted Helminths (STH) yang paling sering menginfeksi adalah roundworm
(Ascaris lumbricoides), whipworm (Trichuris trichiura), dan hookworm
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) sedangkan Strongyloides
stercoralis jarang ditemukan terutama pada daerah yang beriklim dingin (Srisari G.,
2006). Namun STH yang hanya dapat dibantu transmisinya oleh pedagang makanan
(food handler) melalui kontaminasi tangan adalah Ascaris lumbricoides dan
Trichiuris trichiura.
Gambar 2.1. Jenis Soil Transmitted Helminths (STH) (Soedarto, 1991)
Data WHO menyebutkan lebih dari 2 milyar orang di seluruh dunia menderita
kecacingan. Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah yang memiliki prevalensi
tinggi infeksi cacing di dunia (de Silva et.al., 2003). Di Indonesia, infeksi cacing masih
merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat karena prevalensinya masih tinggi
yaitu kurang lebih 45– 65%, bahkan di wilayah-wilayah tertentu yang memiliki sanitasi
lingkungan buruk, panas, dan kelembaban tinggi prevalensi infeksi cacing bisa mencapai
80%.
http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html
Keterangan :
1. Cacing dewasa hidup di saluran usus halus. Seekor cacing betina mampu
menghasilkan telur sampai 240.000 per hari, yang akan keluar bersama feses.
2. Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi infektif setelah 18 hari
sampai beberapa minggu di tanah.
3. Perkembangan telur tergantung pada kondisi lingkungan (kondisi optimum:
lembab, hangat, tempat teduh).
4. Telur infektif tertelan.
5. Telur masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang kemudian
menembus mukosa usus, masuk kelenjar getah bening dan aliran darah dan terbawa
sampai ke paru-paru.
6. Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru (10-14 hari), menembus
dinding alveoli, naik ke saluran pernafasan dan akhirnya tertelan kembali. Ketika
mencapai usus halus, larva tumbuh menjadi cacing dewasa. Waktu yang diperlukan
mulai dari tertelan telur infektif sampai menjadi cacing dewasa sekitar 2 sampai 3
bulan. Cacing dewasa dapat hidup 1 sampai 2 tahun di dalam tubuh (Albert, 2006).
b. Gejala Klinis
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan
larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru. Pada orang
yang rentan terjadi perdarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan paru
yang disertai dengan batuk, demam dan eosinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrat
yang menghilang dalam waktu tiga minggu. Keadaan ini disebut Sindrom Loffler.
Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita
mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare
atau konstipasi.
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga
memperberat keadaan malnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing-cacing ini
menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Pada keadaan
tertentu, cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, atau bronkus dan
menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang-kadang perlu tindakan operatif
c.Diagnosa
Diagnosa dengan menemukan telur di dalam tinja. Selain itu, diagnosis dapat
pula dibuat apabila cacing dewasa yang keluar sendiri baik melalui mulut, hidung,
maupun tinja.
2. Trichuris trichiura
a. Siklus Hidup Gambaran umum siklus hidup cacing Trichuris trichiura
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambaran umum siklus hidup cacing Trichuris trichiura dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 2.3. Siklus Hidup Trichuris trichiura Dikutip dari :
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2009. Trichuriasis:
Biology, Atlanta: Centers for Disease Control and Prevention. Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/biology.html
Keterangan :
1. Manusia merupakan hospes perantara cacing ini. Telur yang telah dibuahi keluar
bersama tinja.
2.Awalnya telur mengandung dua sel selanjutnya membelah menjadi multiseluler,
kemudian menjadi embrio.
3. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan yang
sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Telur matang ialah telur
yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif.
4. Cara infeksi langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur matang.
5. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus.
6. Sesudah menjadi dewasa, cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah
kolon, terutama sekum. Cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari
sebanyak 3000-20.000 butir. Cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa
pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan
telur kira-kira 30-90 hari. Jangka hidup (life span) selama 4-6 tahun, bahkan dapat
juga menginfeksi sampai 8 tahun (Srisari G, 2006).
b. Gejala Klinis
Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi
dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak,
cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa
rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu
defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi
trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat
perlekatannnya dapat terjadi perdarahan. Selain itu, cacing ini mengisap darah
hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia. Penderita terutama anak dengan
infeksi Trichuris trichuira yang berat dan menahun, menunjukkan gejala-gejala nyata
seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan
turun, dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat Trichuris trichuira
sering disertai infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak
memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala (Sutanto, 2008).
j. Diagnosa parasit ini dengan ditemukannya telur pada pemeriksaan tinja.
3. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (hookworm)
a. Siklus Hidup Gambaran umum siklus hidup cacing hookworm dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
Gambar 2.4. Siklus Hidup Hookworm Dikutip dari :
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2009. Trichuriasis: Biology,
Atlanta: Centers for Disease Control and Prevention. Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/biology.html
Keterangan :
1. Telur dikeluarkan oleh hospes bersama tinja
2. Setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari keluarlah larva rhabditiform.
3. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rhabditiform tumbuh menjadi larva
filariform.
4. Larva filariform dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah. Larva filarform dapat
menembus kulit menginfeksi manusia.
Daur hidupnya sebagai berikut :
Telur → larva rhabditiform → larva filariform → menembus kulit → kapiler darah
→ jantung kanan → paru → bronkus → trakea → laring → usus halus.
b. Gejala Klinis
1) Stadium Larva Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit,
maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru
biasanya ringan.
2) Stadium Dewasa Gejala tergantung pada spesies dan jumlah cacing, serta
keadaan gizi penderita (Ferum dan Protein). Tiap cacing Ancylostoma
duodenale menyebabkan kehilangan darah 0,08-0,34 cc sehari, sedangkan
Necator americanus 0,005-0,1 cc sehari. Biasanya terjadi anemia hipokrom
mikrositer pada infeksi berat. Disamping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti
adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak
menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja
menurun.
c. Diagnosa ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Untuk
membedakan spesies Ancylostoma duodenale dan Necator americanus dapat
dilakukan biakan tinja dengan cara Harada-Mori.
BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nematoda usus terdiri dari beberapa spesies, spesies tersebut diantaranya
Ascaris lumbricoides, Strongyloides stercoralis, Ancylostoma duodenale, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichinella spiralis.
Nematoda dalam usus memiliki perbedaan anatara satu dengan lainnya antara lain
perbedaan dalam klasifikasi, morfologi, siklus hidup, patologi, epidemiologi.
B. Saran
Kritik dan saran diperlukan untuk membangun dan memper!aiki makalah ini untuk
kemudian bisa disempurnakan di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/biology.html
(WHO, 2010; Depkes RI, 2006).Dampakinfeksi kecacingan pada orang dewasa
(Brown, 1979). Fakto-rresiko-infeksi-nematoda-usus