Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Pneumonia

Disusun oleh:
- Siti Rahma - Intan Cahyani
- Aldin - Panji
- Samsam

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN/


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA
PALU
2018
A. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal
dari suatu infeksi. (Price, 1995).Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolusterminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terloka
lisasi didalam bronkidan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
Pada bronko pneumonia terjadikonsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).

B. ETIOLOGI PNEUMONIA
1. BakteriPneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posififseperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakterigram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. VirusDisebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet.Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus
3. JamurInfeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupanudara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanahserta kompos.
4. ProtozoaMenimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanyamenjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
C. PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan
penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya ,
adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup
normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan
dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan
jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan
oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-
toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara
langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis
menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi
infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan
sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan
cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus
adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

D. MANIFESTASI KLINIS PNEUMONIA


Manifestasi klinis dari bronkopneumonia adalah antara lain:
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea

2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi


a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
a. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat.
9. Gelisah
10. Cyanosis
a. Area sirkumoral
b. Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

E. KOMPLIKASI PNEUMENIA
Ada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi karena
adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu sehingga
penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang untuk tempat
oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel tubuh tidak bisa bekerja karena
inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita pneumonia juga bisa
meninggal (Muttaqin, 2008).

Menurut Mansjoer (2000) komplikasi pneumonia yaitu :


1. Abses kulit
2. Abses jaringan lunak
3. Otitis media
4. Sinusitis
5. Meningitis purualenta
6. Perikarditis
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG PNEUMONIA

1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan


absesluas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).
Pneumonia mikoplasmasinar x dada mungkin bersih.

2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi,
tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,


aspirasitranstrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasiorganisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada
infeksivirus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar);tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal
danketerlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999
G. PENATALAKSANAAN PNEUMONIA

1. KemoterapiPemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan


kuman penyebabinfeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap
antibodi).
Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat dib
erikansecara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses
penuaan,maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu
penyesuaiandosis (Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum
 Terapi Oksigen
 HidrasiBila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara
parenteral
 FisioterapiPenderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-
ubah untuk menghindari pneumonia hipografik,kelemahan dan dekubitus
H. PATHWAYS PNEUMONIA
I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN DATA
1. Aktivitas / istirahat
 Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
 Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
 Gejala : riwayat gagal jantung kronis
 Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego
 Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4. Makanan / Cairan
 Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
 Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan malnutrusi
5. Neurosensori
 Gejala : sakit kepala bagian frontal
 Tanda : perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
 Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
7. Pernafasan
 Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea,
pernafasandangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
 Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulent
 Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
 Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafasBronkial
 Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
 Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
 Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
 Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
padakasus rubela / varisela
9. Penyuluhan
 Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
b. DIAGNOSA & RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Perawatan : Kebersihan jalan nafas tidak efektif
1. Dapat dihubungkan dengan :
 Inflamasi trakeobronkial, pembentukan oedema, peningkatan
produksisputum
 Nyeri pleuritik
 Penurunan energi, kelemahan
2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
 Perubahan frekuensi kedalaman pernafasan
 Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
 Dispnea, sianosis
 Batuk efektif/tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum
3. Kriteria Hasil :
 Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas
 Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak
adadispnea atau sianosis
4. Intervensi Keperawatan :
 Mandiri
 Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
 Auskultasi paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi
nafas tambahan (krakles, mengi)
 Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam
 Penghisapan sesuai indikasi
 Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
 Kolaborasi
 Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapilain
 Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesic
 Berikan cairan
 Awasi seri sinar ‘X’ dada, Analisa Gas Darah, nadi oksimetri
 Bantu bronkoskopi / torakosintesis bila diindikasikan
2. Diagnosa Perawatan : Kerusakan pertukaran gas
a. Dapat dihubungkan dengan :
 Perubahan membran alveolar kapiler (efek inflamasi)
 Gangguan kapasitas oksigen darah
b. Kemungkinan dibuktikan oleh :
 Dispnea, sianosis
 Takikardi
 Gelisah/perubahan mental
 Hipoksia
c. Kriteria Hasil :
 Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
denganAnalisa Gas Darah dalam rentang normal dan tak ada gejala
distress pernafasan
 Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen
d. Intervensi Keperawatan :
 Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
 Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
 Kaji status mental
 Awasi status jantung/irama
 Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan
untukmenurunkan demam dan menggigil
 Pertahankan istirahat tidur
 Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam
dan batuk efektif
 Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah/perasaan.
 Berikan terapi oksigen dengan benar
 Awasi Analisa Gas Darah
3. Diagnosa Perawatan .Pola nafas tidak efektif
a. Dapat dihubungkan dengan :
 Proses inflamasi
 Penurunan complience paru
 Nyeri
b. Kemungkinan dibuktikan oleh :
 Penggunaan otot aksesori
 Perubahan kedalaman nafas
 Dispnea, takipnea
 Analisa Gas Darah abnormal
c. Kriteria Hasil :
 Menunjukkan pola pernafasan normal/efektif dengan Analisa
GasDarah dalam rentang normal
d. Intervensi Keperawatan :
 Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
 Auskultasi bunyi nafas
 Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
 Observasi pola batuk dan karakter secret
 Dorong/bantu pasien nafas dalam dan latihan batuk efektif
 Berikan Oksigen tambahan
 Awasi Analisa Gas Darah
4. Diagnosa Perawatan : Peningkatan suhu tubuh
a. Dapat dihubungkan dengan :
 Proses infeksi
b. Kemungkinan dibuktikan oleh :
 Demam, penampilan kemerahan
 Menggigil, takikardi
3. Kriteria Hasil :
 Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
 Tidak menggigil
 Nadi normal
4. Intervensi Keperawatan :
 Obeservasi suhu tubuh (4 jam)
 Pantau warna kulit
 Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
 Berikan obat sesuai indikasi : antipiretik
 Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari
5. Diagnosa Perawatan .Resiko tinggi penyebaran infeksi
a. Dapat dihubungkan dengan :
 Ketidakadekuatan pertahanan utama
b. Kemungkinan dibuktikan oleh :
 Tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala
membuatdiagnosa actual
c. Kriteria Hasil :
 Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
 Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan
resikoinfeksi
d. Intervensi Keperawatan :
 Pantau Tanda-tanda Vital
 Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan
melaporkan perubahan warna jumlah dan bau secret
 Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
 Ubah posisi dengan sering
 Batasi pengunjung sesuai indikasi
 Lakukan isolasi pencegahan sesuai individu
 Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
 Berikan antimikrobal sesuai indikasi
6. Diagnosa Perawatan :Intoleransi aktivitas
a. Dapat dihubungkan dengan :
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Kelemahan, kelelahan
b. Kemungkinan dibuktikan dengan : Laporan verbal kelemahan, kelelahan
dan keletihan
 Dispnea, takipnea
 Takikardi
 Pucat / sianosis
7. Kriteria Hasil :
 Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitasyang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan
berlebihandan Tanda-tanda Vital dalam rentang normal
8. Intervensi Keperawatan :
 Evaluasi respon klien terhadap aktivitas
 Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
 Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunyakeseimbangan aktivitas dan istirahat
 Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
9. Diagnosa Perawatan .Nyeri
a. Dihubungkan dengan :
 Inflamasi parenkim paru
 Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin
 Batuk menetap
b. Kemungkinan dibuktikan dengan :
 Nyeri dada
 Sakit kepala, nyeri sendi
 Melindungi area yang sakit
 Perilaku distraksi, gelisah
c. Kriteria Hasil :
 Menyebabkan nyeri hilang / terkontrol
 Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktivitas
dengancepat
d. Intervensi Keperawatan :
 Tentukan karakteristik nyeri
 Pantau Tanda-tanda Vital
 Ajarkan teknik relaksasi
 Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama
episode batuk.
10. Diagnosa Perawatan .Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a. Dapat dihubungkan dengan :
 Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam
dan proses infeksi
 Anoreksia distensi abdomen
b. Kriteria Hasil :
 Menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Berat badan stabil atau meningkat
c. Intervensi Keperawatan :
 Indentifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah
 Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
 Auskultasi bunyi usus
 Berikan makan porsi kecil dan sering
 Evaluasi status nutrisi
11. Diagnosa Perawatan :Resti kekurangan volume cairan
a. Faktor resiko :
 Kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringan
banyak,hiperventilasi, muntah)
b. Kriteria Hasil :
 Balance cairan seimbang
 Membran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat
c. Intervensi Keperawatan :
 Kaji perubahan Tanda-tanda Vital
 Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
 Catat laporan mual / muntah
 Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
 Hitung keseimbangan cairan
 Asupan cairan minimal 2500 / hari
 Berikan obat sesuai indikasi ; antipirotik, antiametik
 Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
i. INTERVENSI
A. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial, peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:
 Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
 Bunyi nafas tak normal.
 Dispnea, sianosis
 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
 Batuk teratasi
 Nafas normal
 Bunyi nafas bersih
 Tidak terjadi Sianosis
Intervensi:
 Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.
 Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi
nafas.
Rasional: Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan.
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk
mempertahankan jalan nafas paten.
 Penghisapan sesuai indikasi.
 Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik
pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau
penurunan tingkat kesadaran.
 Berikan cairan sesuai kebetuhan.
 Rasional: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan
secret
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.
Rasional: Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret,
analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan
.

B. Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa


oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan:
 Dispnea, sianosis
 Takikardia
 Gelisah/perubahan mental
 Hipoksia
Tujuan : gangguan gas teratasi
Kriteria hasil :
 Tidak nampak sianosis
 Nafas normal
 Tidak terjadi sesak
 Tidak terjadi hipoksia
 Klien tampak tenang
 Intervensi
 Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
 Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
 Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis
perifer (kuku) atau sianosis sentral.
 Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap
demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan
kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
 Kaji status mental.
 Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.
 Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk
efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran
secret untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
 Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master
venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan
metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.

C. Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan


ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun),
penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
 Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
 Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
 Intervensi:
 Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
 Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
 Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
 Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan
masukan nutrisi adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan
alamiah
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal
penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.

D. Dx 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:
 Dispnea
 Takikardia
 Sianosis
Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria hasil :
 Nafas normal
 Sianosis tidak terjadi
 Irama jantung normal
Intervensi
 Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
interan.
 Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
 Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

E. Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk


menetap ditandai dengan:
 Nyeri dada
 Sakit kepala
 Gelisah
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Nyeri dada teratasi

2) Sakit kepala terkontrol

3) Tampak tenang

Intervensi:
 Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia,
juga dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
 Pantau tanda vital
 Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus
bila alas an lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
 Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
 Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat
keefektifan upaya batuk.
 Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau
menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
F. Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses inflamasi
Tujuan: Nutrisi tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB
 Intervensi :
 Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum,
banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
 Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
 Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini
 Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
 Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.
 Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
 Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap
terapi.
G. Dx 7 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas
mulut, penurunan masukan oral.
Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter
individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda
vital stabil.

Intervensi :
 Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang,
takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik
dan kehilangan cairan untuk evaporasi.
 Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran
mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
 Catat laporan mual/muntah
 Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
 Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung
keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.
 Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan
keseluruhan penggantian.
 Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
 Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
 Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
 Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
 Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan
penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan

ii. EVALUASI
1. Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :
a. Batuk teratasi
b. Nafas normal
c. Bunyi nafas bersih
d. Tidak terjadi sianosis
e. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas ditandai dengan :
1) Tidak nampak sianosis
2) Nafas normal
3) Tidak terjadi sesak
4) Tidak terjadi hipoksia
5) Klien tampak tenang
6) Tidak ada resiko terhadap infeksi ditandai dengan :
 Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
 Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
7) Toleran terhadap aktivitas sehari-hari ditandai dengan :
 Nafas normal
 Sianosis tidak terjadi
 Irama jantung normal
8) Nyeri (akut) teratasi ditandai dengan :
 Nyeri dada teratasi
 Sakit kepala terkontrol
 Tampak tenang
9) Nutrisi adekuat ditandai dengan :
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
 Pasien mempertahankan meningkat BB.
10 Tidak ada tanda kurang volume cairan ditandai dengan : pasien
menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter
individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, tanda vital stabil.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn (2000).Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
Lackman’s (1996).Care Principle and Practise Of Medical Surgical
Nursing ,Philadelpia : WB Saunders Company.
Pasiyan Rahmatullah (1999),Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut . Editor :
R.Boedhi Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
SalembaMedica.
Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
I,Jakarta : EGC
Suyono, (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/pneumonia.html
https://rikayuhelmi116.wordpress.com/2012/12/09/asuhan-keperawatan-dengan-
klien-pneumonia/

Anda mungkin juga menyukai