Oleh :
Nama : Siti Salmiah, drg
NIP : 132 308 186
Halaman
DAFTAR ISI……………………………………………………………... i
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………….......... 1
BAB 5 KESIMPULAN......................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 27
Anak merupakan anggota masyarakat yang tergolong lemah baik dari segi
fisik maupun dalam pemenuhan hak meraka. Anak sebenarnya secara penuh telah
menyerahkan hidupnya kepada orang tua yang diharapkan dapat menjadi tempat
bernaung yang aman baginya.
Kebutuhan dasar yang sangat penting bagi seorang anak adalah adanya
hubungan sehat antara orangtua dan anak. Kebutuhan anak seperti perhatian dan
kasih sayang terus-menerus, perhatian, dorongan, dan pemeliharaan harus
dipenuhi oleh orangtua. Kebutuhan umum anak adalah perlindungan (keamanan),
kasih sayang, perhatian, dan kesempatan untuk terlibat dalam pengalaman positif
yang dapat membutuhkan serta mengembangkan kehidupan mental yang sehat.
Salah satu dampak dalam kehidupan sebuah keluarga dengan tingkat
ekonomi yang rendah adalah sering terjadi kekerasan terhadap anak. Tindak
kekerasan terhadap anak dapat terjadi pada semua kalangan masyarakat, tetapi
faktor ekonomi merupakan faktor pemicu yang terpenting untuk munculnya suatu
kekerasan. Hak perlindungan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi
terabaikan. Selain itu pencetus kekerasan terhadap anak terjadi akibat stres dalam
keluarag yang berasal dari beberapa permasalahan, kekerasan terhadap anak juga
disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan agama dan moral.
Kekerasan anak disebut juga Child Abuse (CA) adalah perbuatan atau
kelalaian yang membahayakan fisik, emosi, dan perkembangan anak, sehingga
anak tersebut kehilangan kesempatan untuk mengembangkan potensinya sebagai
manusia.
Dampak CA terburuk adalah kematian. Selain itu dapat mengalami
komplikasi fisik serius, seperti patah tulang, luka bakar, buta, tuli, cacat tetap,
kerusakan otak, gangguan perkembangan jiwa, dll. Dampak CA juga dapat terjadi
pada rongga mulut. Hal tersebut dapat terlihat adanya memar di lidah, mukosa
bukal, avulsi gigi, fraktur rahang, dll. Lebih dari 50% luka yang disebabkan CA
berada pada daerah kepala, leher, muka dan mulut. Oleh sebab itu dokter gigi
sebaiknya mengetahui dan melaporkan serta menangani anak yang mengalami
CA.
Gambar.2. Anak ditampar begitu keras, outline jari bisa terlihat. Ini adalah petunjuk Child Abuse.
Gambar.5. Luka memar tersebar luas di punggung anak dan luka akibat pencelupan.
Luka pada daerah kraniofasial, kepala, muka dan leher dan daerah
intraoral terjadi pada lebih dari setengah kasus CA. Kavitas oral menjadi fokus
sentral dari physical abuse karena merupakan daerah yang terekspos dan
mudah diakses, penting dalam komunikasi dan nutrisi, dan mewakili diri anak
tersebut. Semua korban abuse harus diperiksa secara cermat tidak terbatas
pada tanda trauma oral tetapi juga meliputi karies, gingivitis dan masalah
kesehatan oral lainnya, termasuk di dalamnya pemeriksaan terhadap frenulum,
gigival, palatum lunak dan keras, lidah, regio sublingual, mukosa bukkal dan
faring posterior.
Luka pada kavitas oral biasanya disebabkan oleh trauma secara
langsung atau trauma benda tumpul, seperti alat-alat pecah belah, tangan, jari-
jari, alat makan atau pemberian makanan secara paksa dengan botol, air panas
atau caustic substances. Abuse menyebabkan luka memar, bakar, atau laserasi
pada lidah, bibir, mukosa bukal, palatum (keras dan lunak), mukosa alveolar
atau frenulum, fraktur gigi, rahang dan tulang muka, displaced gigi.
Lima puluh empat persen abuse berdampak pada daerah bibir, diikuti
mukosa oral, gigi, gingival dan lidah. Luka pada kavitas oral, lidah, palatum
dan frenulum, trauma langsung pada gigi dan tulang wajah serta tulang rahang
dapat juga disebabkan oleh trauma yang berulang terjadi. Pewarnaan gigi,
sebagai indikasi nekrosis pulpa, merupakan akibat dari trauma sebelumnya.
Cekikan atau sumbatan pada mulut menyebabkan memar, lichenifcation, atau
luka pada sudut bibir. Beberapa luka serius pada kavitas oral termasuk luka
pada faring posterior dan abses retrofaringeal juga dapat disebabkan oleh
abuse yang dilakukan sebagai tindakan pengelabuan atau peniruan
hemoptysis.
4.1.Perlindungan Anak
Pencegahan dan penanggulangan anak korban CA merupakan tanggung
jawab semua pihak. Pencegahan dapat dilakukan dengan identifikasi orang tua
yang mempunyai faktor resiko yang tinggi untuk melakukan kekerasan terhadap
anaknya. Beberapa faktor yang disebut sebagai resiko tinggi, antara lain befrasal
dari keluarga yang penuh kekerasan, depresi, ketergantungan obat, masalah
kesulitan ekonom, pasangan usia muda dan orang tua tunggal. Penanggulangan
anak korban CA dilakukan dengan memberikan berbagai perlindungan hukum,
pelayanan sosial dan penanganan medis. Penanganan anak korban CA melibatkan
banyak pihak, yaitu pekerja sosial, psikoterapi, pekerja medis (dokter,dokter anak,
dokter gigi), keluarga anak, sustitute care, battered women’s service serta aparat
hukum.
4.2.Perlindungan Hukum
Manifestasi kekerasan terhadap anak memang tampak begitu tidak jelas,
tetapi dampaknya bagi anak dapat dirasakan seumur hidup. Mengingat
ketidakmatangan fisik dan mental, dibutuhkan perlindungan dan perawatan
khusus, termasuk perlindungan hukum yang layak terhadap anak. Pasal 3 UU
No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menyebutkan perlindungan anak
bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapt hidup, tumbuh
dan berkembang, dan berpartisipasi secara optimal, sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia
dan sejahtera. Kehadiran undang-undang tersebut diharapkan dapat memberikan
perlindungan secara menyeluruh bagi seluruh anak Indonesia. Masalah anak-anak
yang membutuhkan perlindungan khusus menandai perkembangan masalah anak.
Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak Departemen Sosial RI telah menyusun
avuan strategi dan manjemen perlindungan anak, memuat program-program untuk
anak yang membutuhkan perlindungan khusus, mencakup :
4.4.Penanganan Medis
Pada kasus CA penanganan medis diutamakan terhadap keadaan yang
mengancam jiwa, kalau perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap
seperti tes laboratorium, radiografi, HIV. Bone X-Ray dilakukan pada setiap
kasus yang dicurigai sebagai physical abuse meliputi semua tulang termasuk
tulang tengkorak, X-ray dilakukan untuk melihat fraktur yang tersembunyi, sudah
lama atau dalam tahap penyembuhan. MRI atau CT scan pada kepala atau perut
dilakukan apabila ada fraktur tengkorak, perdarahan pada mata, muntah tidak
jelas, memar pada wajah, kepala atau perut, atau simptom neurogical yang tidak
jelas, sakit kepala, atau hilang kesadaran.
1. Child Abuse ( CA) merupakan kasus yang banyak terjadi pada masyarakat
Indonesia dengan tingkat penanganan rendah dan tidak terkoordinasi serta
tidak adanya kerjasama dari bidang terkait.
2. CA dapat berdampak buruk terhadap kehidupan anak mulai dari kegagalan
pertumbuhan dan perkembangan, kerusakan otak, fraktur tulang, retardasi
mental, gangguan kejiwaan sampai kematian.
3. CA mempunyai dampak yang spesifik terhadap gigi dan mulut seperti fraktur
gigi insisivus, lecet, memar, laserasi dan luka bakar pada frenulum, gingiva
dan bibir.
4. Dokter gigi berperan dalam penanganan, perawatan dan pelaporan kasus CA.