Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan pada Anak dengan Demam Kejang

I. Konsep Dasar

A. Pengertian

Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan kejang yg timbul

akibat kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah bangkitan kejang yg

terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38C) yang disebabkan oleh

suatu proses ekstrakranium (Hasan, 1995).

Banyak pernyataan yang dikemukakan mengenai kejang demam,

salah satu diantaranya adalah : “Kejang demam adalah suatu kejadian pada

bayi atau anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun,

berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi

intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa

demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang

demam harus dapat dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan

kejang berulang tanpa demam (Mansjoer, 2000).

B. Etiologi

Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan

Pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis

media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak

selalu tinbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak

begitu tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).

Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia

(penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia,


alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang

disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus

pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).

C. Patofisiologi

Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam keadaan normal

membran sel neuron dapat dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium

dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida.

Akibatnya konsentrasi natrium menurun sedangkan di luar sel neuron

terjadi keadaan sebaliknya.

Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka

terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini dapat

dirubah dengan adanya :

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler

b. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi

atau aliran listrik dari sekitarnya

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan.

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan

keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi

dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat

terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya

sehingga meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya

sehingga terjadi kejang.


Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung dari

tinggi rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang

kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 C, sedang pada ambang

kejang tinggi baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih.

D. Pathway

Kejang demam

Inflamasi
Infeksi

Peningkatan suhu tubuh

Metabolisme basal meningkat


Kebutuhan O2 meningkat

Glukosa ke otak menurun

Perubahan konsentrasi dan jenis ion


di dalam dan di luar sel

Difusi ion Na+ dan K+

Kejang
Durasi pendek Durasi lama

Sembuh Apnea

O2 menurun

Kebutuhan O2 meningkat

 Hiperkapnia
Hipoxemia
 Hipotensi arterial

Aktivitas otot meningkat

Hipoxia

Permeabilitas meningkat

Edema otak

Kerusakan sel neuron otak

Epilepsi

E. Tanda dan Gejala

Secara teoritis pada klien dengan Kejang Demam didapatkan data-

data antara lain klien kurang selera makan (anoreksia), klien tampak

gelisah, badan klien panas dan berkeringat, mukosa bibir kering

(Ngastiyah, 1997).

F. Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya

terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang

terjadi. Mula – mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu

timbul spastisitas.

Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan

anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.

Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan

kejang demam :

a. Pneumonia aspirasi

b. Asfiksia

c. Retardasi mental

G. Penatalaksanaan / Pengobatan

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :

a. Memberantas kejang secepat mungkin

Bila penderita datang dalam keadaan status convulsion, obat

pilihan utama adalah diazepam secara intravena. Apabila diazepam

tidak tersedia dapat diberikan fenobarbital secara intramuskulus.

b. Pengobatan Penunjang

Semua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya miring

untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas agar

oksigen terjamin, penghisapan lendir secara teratur dan pengobatan


ditambah dengan pemberian oksigen. Tanda – tanda vital diobservasi

secara ketat, cairan intravena diberikan dengan monitoring.

c. Pengobatan di rumah

Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumah.

Pengobatan ini dibagi atas 2 golongan yaitu :

i. Profilaksis intermitten

Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari

diberikan obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus

diberikan pada anak bila menderita demam lagi

ii. Profilaksis jangka panjang

Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang

stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah

terulangnya kejang di kemudian hari.

d. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun epilepsy

yang diprovokasi oleh demam, biasanya infeksi traktus respiratorius

bagian atas dan otitis media akut.

II. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien dan keluarga

1) Nama Pasien (initial), umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa dan

alamat
2) Nama Ayah (initial), umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku

dan bangsa

3) Nama Ibu (initial), umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan

bangsa.

b. Kesehatan fisik

1) Pola nutrisi

Tidak ada nafsu makan (anoreksia), mual dan bahkan dapat

disertai muntah. Perlu dikaji pola nutrisi sebelum sakit, porsi

makan sehari – hari, jam makan, pemberian makan oleh siapa,

frekuensi makan, nafsu makan, serta alergi terhadap makanan.

2) Pola eliminasi

3) Pola tidur

Yang perlu dikaji meliputi jam tidur, waktu tidur dan

lamanya tidur serta kebiasaan sebelum tidur

4) Pola hygiene tubuh

Mengkaji mengenai kebiasaan mandi, cuci rambut, potong

kuku dan rambut

5) Pola aktifitas

Anak tampak lemah, gelisah atau cengeng.

c. Riwayat kesehatan yang lalu

1) Riwayat prenatal
Dikaji mengenai kehamilan ke berapa, tempat pemeriksaan

kehamilan, keluhan ibu saat hamil, kelainan kehamilan dan obat –

obatan yang diminum saat hamil.

2) Riwayat kelahiran

Kelahiran spontan atau dengan bantuan – bantuan, aterm atau

premature. Perlu juga ditanyakan berat badan lahir, panjang badan,

ditolong oleh siapa dan melahirkan di mana.

3) Riwayat yang berhubungan dengan hospitalisasi

Pernahkah dirawat di rumah sakit, berapa kali, sakit apa,

pernahkah menderita penyakit yang gawat.

Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji kemungkinan ada

keluarga yang pernah menderita kejang.

4) Tumbuh kembang

Mengkaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak

sesuai dengan tingkat usia, baik perkembangan emosi dan sosial.

5) Imunisasi

Yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur

pemberiannya. Apakah imunisasi lengkap, jika belum apa

alasannya.

d. Riwayat penyakit sekarang

1) Awal serangan : Sejak timbul demam, apakah kejang timbul

setelah 24 jam pertama setelah demam


2) Keluhan utama : Timbul kejang (tonik, klonik, tonik klonik), suhu

badan meningkat

3) Pengobatan : Pada saat kejang segera diberi obat anti konvulsan

dan apabila pasien berada di rumah, tiindakan apa yang dilakukan

untuk mengatasi kejang.

4) Riwayat sosial ekonomi keluarga

Pendapatan keluarga setiap bulan, hubungan sosial antara anggota

keluarga dan masyarakat sekitarnya.

5) Riwayat psikologis

Reaksi pasien terhadap penyakit, kecemasan pasien dan orang tua

sehubungan dengan penyakit dan hospitalisasi.

e. Pemeriksaan fisik

1) Pengukuran pertumbuhan : Berat badan, tinggi badan, lingkar

kepala

2) Pengukuran fisiologis : Suhu biasanya di atas 38 C, nadi cepat,

pernafasan (mungkin dyspnea nafas pendek, nafas cepat, sianosis)

3) Keadaan umum : Pasien tampak lemah, malaise

4) Kulit : Turgor kulit dan kebersihan kulit

5) Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala dan warna rambut

serta kebersihannya

6) Mata : Konjungtiva, sklera pucat / tidak, pupil dan palpebra

7) Telinga : Kotor / tidak, mungkin ditemukan adanya Otitis Media

Akut / Kronis
8) Hidung umumnya tidak ada kelainan

9) Mulut dan tenggorokan : Bisa dijumpai adanya tonsillitis

10) Dada : Simetris / tidak, pergerakan dada

11) Paru – paru : Bronchitis kemungkinan ditemukan

12) Jantung : Umumnya normal

13) Abdomen : Mual – mual dan muntah

14) Genetalia dan anus : Ada kelainan / tidak

15) Ekstremitas : Ada kelainan / tidak.

B. Diagnosa Keperawatan

Adapun masalah keperawatan pada klien dengan kasus Febrile

Convulsion menurut Ngastiyah (19997) adalah :

a. Resiko tinggi terhadap kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang

b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme rata-rata,

proses infeksi

c. Resiko terjadi bahaya / komplikasi berhubungan dengan aktifitas

kejang

d. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan tindakan

invasif, prosedur tindakan

e. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya

informasi.

C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan I

Resiko tinggi terhadap henti nafas berhubungan dengan perubahan

kesadaran, kehilangan koordinasi otot besar dan kecil

Tujuan dan kriteria hasil :

Henti nafas dan trauma tidak terjadi dengan kriteria :

 Menunjukkan efektifitas pernafasan selama kejang dan sesudahnya

 Tidak terdapat tanda injuri, perlukaan di seluruh organ tubuh

Rencana Tindakan :

1.1 Gali bersama-sama keluarga berbagai stimulasi yang dapat menjadi

pencetus kejang

Rasional : Mengetahui dan dapat menanggulangi sedini mungkin

komplikasi yang dapat terjadi

1.2 Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur yang

terpasang dengan posisi tempat tidur rendah

Rasional : mengurangi trauma saat kejang selama berada di tempat

tidur

1.3 Gunakan termometer dengan bahan metal atau dapatkan suhu

melalui lubang telinga jika perlu

Rasional : mengurangi resiko klien menggigit dan cedera mulut

1.4 Tinggallah bersama klien dan keluarga dalam waktu beberapa lama

/ setelah kejang

Rasional : Meningkatkan rasa aman keluarga, mengobservasi

gejala lanjut
1.5 Masukkan jalan nafas buatan yang terbuat dari plastik. Miringkan

kepala ke salah satu sisi dan lakukan suction pada jalan nafas

sesuia indikasi

Rasional : Memfasilitasi ekspansi dada maksimal, drainage sekret,

dan memfasilitasi saat melakukan suction

1.6 Atur kepala, tempatkan di atas daerah yang empuk (lunak) atau

bantu meletakkan pada lantai jika keluar dari tempat tidur

Rasional : Menurunkan resiko cedera

2. Diagnosa keperawatan II

Ketidakefektifan pola pernafasan / bersihan jalan nafas berhubungan

dengan gangguan neuromuskuler, hypersekresi trakeobronkial

Tujuan dan kriteria hasil :

Pola nafas efektif yang ditunjukkan dengan frekuensi nafas dalam

batas normal, jalan nafas bersih

Rencana Tindakan :

2.1 Kosongkan mulut klien dari benda / zat makanan

Rasional : menurunkan resiko aspirasi

2.2 Letakkan klien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan

kepala, selama serangan kejang

Rasional : Meningkatkan aliran (drainage), sekret, mencegah lidah

jatuh, dan menyumbat jalan nafas

2.3 Tanggalkan pakaian pada daerah leher, dada, dan abdomen


Rasional : Memfasilitasi usaha bernafas dan ekspansi dada

2.4 Masukkan spatel lidah/jalan nafas buatan atau golongan benda

lunak sesuai dengan indikasi

Rasional : Mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat

melakukan suction

2.5 Melakukan pengisapan (suction) sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia

3. Diagnosa keperawatan III

Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme basal rata-

rata, proses infeksi

Tujuan dan kriteria hasil :

Suhu tubuh dalam batas normal, yang ditunjukkan dengan

mendemontrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan,

tidak mengalami komplikasi yang berhubungan

Rencana Tindakan :

3.1 Pantau suhu tubuh

Rasional : Suhu 38,9-41,1 menunjukkan adanya proses infeksius

akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis

3.2 Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan penggunaan seprai di

tempat tidur sesuai indikasi

Rasional : Suhu ruangan / jumlah selimut harus dirubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal


3.3 Berikan kompres hangat

Rasional : Membantu menurunkan demam dengan efek

vasodilatasi air hangat melalui proses evaporase

3.4 Kolaborasi : Berikan antipiretik

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi

sentranya pada hipotalamus meskipun demam mungkin dapat

berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan

meningkatkan autodekstruksi sel-sel yang terinfeksi.

4 Diagnosa keperawatan IV

Kurang pengetahuan (kurang belajar) mengenai kondisi, dan aturan

pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan persepsi

Tujuan dan kriteria hasil :

Mengungkapkan pemahaman tentang gangguan berbagai rangsang

yang dapat menyebabkan aktifitas kejang, dengan kriteria :

Keluarga dapat mengemukakan kondisi dan pengobatan secara

sederhana.

Rencana Tindakan :

4.1 Jelaskan kembali mengenai patofisiologi / prognosis penyakit

Rasional : Memberikan kesempatan mengklarifikasi kesalahan

persepsi dan keadaan penyakit yang ada sesuai dengan yang

ditangani

4.2 Tinjau kembali obat-obat yang didapat


Rasional : Tidak ada pemahaman terhadap obat-obatan yang dapat

merupakan penyebab kecemasan keluarga


DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media
Aesculapius, Jakarta
Doenges, Marillyn E, dkk (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC, Jakarta
Doenges, Marillyn E, et all (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC,
Jakarta
Gaffar, La Ode Jumadi (1997), Pengantar Keperawatan Profesional, EGC,
Jakarta
Hasan, Dr. Rusepno (1995), Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta
Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Pusponegoro, Titut S., dkk (2000) Perinatologi, EGC, Jakarta

Saifuddin (1997), Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai