Anda di halaman 1dari 8

LAMANYA PENGGUNAAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI

SALURAN KEMIH PADA PASIEN TERPASANG KATETER


Yosi Suryarinilsih*, Defiaroza, Melsy Aulia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang,
Jln. Raya Siteba Padang, 25146, Indonesia
*) E-mail: yosiarmen@yahoo.com

Diterima: Agustus 2017, diterbitkan: Desember 2017

ABSTRAK
Latar Belakang: Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan salah satu infeksi nasokomial yang dapat dialami pasien rawat
di rumah sakit. Salah satu faktor penyebabnya bisa dari penggunaan kateter. Tujuan Penelitian: mengetahui lamanya
penggunaan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih. Metode: Jenis penelitiannya adalah deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel 44 orang yang ditentukan dengan cara purposive sampling dengan
kriteria responden adalah pasien rawat yang dipasang kateter saat baru masuk RS dengan diagnosis utama bukan infeksi
saluran kemih. Izin etik panelitian diperoleh sebelum pengambilan data dilakukan. Pengumpulan data dilakukan dari 22
Juni–22 Juli 2015 dengan menggunakan lembar observasi dan pemeriksaan spesimen urin responden ke laboratorium.
Data dianalisis secara univariat dan bivariate dengan uji chi square. Hasil: ditemukan 43,2% responden mengalami ISK,
dari lamanya penggunaan kateter responden, 40,9% tidak sesuai aturan (lebih 7 hari) dan terdapat hubungan bermakna
antara lamanya penggunaan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih (p<0,001). Kesimpulan: Pengunaan kateter
yang lama memiliki hubungan yang bermakna dengan terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan dasar bagi perawat ruangan dalam merencanakan intervensi pengawasan dan penggantian kateter secara
periodik bagi pasien.
Kata kunci: Kateter, infeksi saluran kemih, rumah sakit, urinalisis

DURATION OF CATETER USE AND INCIDENCE OF URINARY TRACT INFECTION IN PATIENTS


WITH INDWELLING CATHETER
ABSTRACT
Background: Urinary Tract Infection (UTI) is one of the nosocomial infections that can be experienced by hospitalized
patients. One of the causes is the use of catheters. Objective: To identify the duration of catheter use and the incidence of
urinary tract infections. Methods: The research is descriptive analytic with cross sectional study approach. The number
of samples was 44 people whom were taken using purposive sampling. The criterion of respondent was patient with an
indwelling catheter when they were newly admitted to the hospital with a primary diagnosis of not having urinary tract
infection. Ethical approval for the research was obtained before data were collected. The data were collected from 22 June
2015 to 22 July 2015 by using observation sheets and examining respondents’ urine specimens in the laboratory. They were
analyzed through univariate and bivariate using chi square test. Results: 43.2% of respondents had UTI, 40.9% did not
comply with the rules (more than 7 days) in terms of the duration of catheter use, and there was a significant correlation
between the duration of catheter use and incidence of urinary tract infection (p<0.001). Conclusion: Prolonged catheter
use has a significant correlation with the incidence of urinary tract infection in patients. The results of this research can
be used as a basis for ward nurses in planning periodic supervision and catheter replacement interventions for patients.
Keywords: catheter, urinary tract infection, hospital, urinalysis
Lamanya Penggunaan Kateter dengan Kejadian ISK

LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai salah satu sarana akhirnya akan mengakibatkan gagal ginjal
kesehatan yang memberikan pelayanan kronik.
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran ISK sebagian besar (80%) mengikuti
yang sangat penting dalam meningkatkan prosedur invasif atau instrumentasi saluran
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu kemih, yang biasanya berupa kateterisasi
rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan (Potter, 2006). Menurut hasil survey yang
pelayanan yang bermutu sesuai dengan dilakukan oleh The CDC Healthcare-
standar operasional yang sudah disusun Associated Infection (HAI) tahun 2011,
pihak rumah sakit. Rumah sakit sebagai prevalensi ISK yang disebabkan oleh
tempat pengobatan, juga merupakan sarana tindakan invasif di seluruh rumah sakit di
pelayanan kesehatan yang dapat menjadi Amerika berada pada peringkat ke-3 dari
sumber infeksi (infeksi nosokomial). Infeksi semua jenis penyakit infeksi dengan jumlah
yang ada di pusat pelayanan kesehatan 93.300 kasus.
ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui Menurut Semaradana (2014), prevalensi
petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung ISK tinggi pada pasien yang memakai kateter
yang berstatus karier atau karena kondisi yaitu 80% dan 10%-30% pasien tersebut akan
rumah sakit (Departemen Kesehatan Republik mengalami bakteriuria. ISK akibat kateterisasi
Indonesia, 2007). Menurut Darmadi (2008), merupakan tipe infeksi nosokomial yang
secara umum pasien yang masuk rumah mempunyai risiko 3 kali lebih besar lebih
sakit dan infeksi yang baru menunjukkan lama dirawat di rumah sakit. Tetapi sebagian
gejala setelah 3x24 jam pasien berada di kasus bakteriuria tidak menampakan gejala
rumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. klinis, namun ada beberapa gejala yang
Menurut Tietjen, Bossemeyer, & McIntosh sering timbul antara lain panas, uretritis,
(2004) berdasarkan survei yang dilakukan, sistisis hingga gejala yang berat sekalipun.
jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi Kateterisasi dapat menjadi tindakan yang
di rumah sakit antara lain infeksi saluran menyelamatkan jiwa, khususnya bila traktus
kemih, infeksi luka operasi, infeksi saluran urinarius tersumbat atau pasien tidak mampu
cerna, infeksi saluran nafas bawah, febris melakukan urinasi. Kateterisasi juga dapat
puerperalis dan bakteremia dan septicemia. digunakan dengan indikasi lain, yaitu untuk
Infeksi saluran kemih merupakan menentukan perubahan jumlah urin sisa
infeksi yang terjadi lebih dari sepertiga dalam kandung kemih setelah pasien buang
seluruh infeksi yang didapat di rumah sakit air kecil, untuk memintas suatu obstruksi yang
(Johnson, 1991 dalam Potter, 2006). Menurut menyumbat aliran urin, untuk menghasilkan
Suharyanto & Madjid (2009), terhitung 6 drainase pascaoperatif pada kandung kemih,
sampai 7 juta kunjungan klinik setiap tahun daerah vagina atau prostat, atau menyediakan
pasien mengalami infeksi saluran kemih cara-cara untuk memantau pengeluaran urin
yang nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti setiap jam pada pasien sakit berat (Smeltzer
pembentukan batu saluran ginjal. Menurut & Bare, 1996/2002).
Hidayanti & Rachmadi (2008), apabila infeksi Berdasarkan teori bahwa penggunaan
saluran kemih (ISK) tidak ditangani dengan kateter dalam jangka waktu <72 jam dapat
baik dan benar maka akan menimbulkan mencegah infeksi slauran kemih, sedangkan
efek jangka panjang seperti parut ginjal yang penggunaan kateter dalam jangka waktu yang
lama (≥72 jam) dapat menyebabkan resiko

153
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

infeksi saluran kemih. Hal ini memang kurang dimana penelitian yang dilakukannya kepada
menjadi perhatian oleh tenaga kesehatan 20 responden, dari 14 responden yang
tentang pentingnya penggantian kateter, penggunaan kateter tidak sesuai dengan
tanpa disadari hal ini dapat menambah aturan (>4 hari) yang mengalami infeski
penyakit bagi pasien karena adanya kateter saluran kemih sebanyak 11 responden.
yang terlalu lama yang dapat menyebabkan Sedangkan menurut Hartawan, Taza,
berkembangnya bakteri (Sitorus, 2012). & Sukriyadi (2012) dalam penelitiannya,
Penggunaan kateter kandung kemih didapatkan hasil bahwa dari 30 responden,
menetap, bakteri naik di sepanjang sisi luar dari 15 responden yang penggunaan kateter
kateter pada dinding uretra atau naik ke lumen tidak sesuai dengan aturan (>4 hari) yang
kateter. Kateter mengganggu mekanisme mengalami infeski saluran kemih sebanyak
berkemih normal yang bertindak sebagai 10 responden.
pertahanan melawan organisme yang masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan
ke dalam uretra. Iritasi lokal pada uretra atau rumah sakit rujukan di kota Padang bahkan
kandung kemih nantinya akan menjadi faktor di Sumatera Barat. Di rumah sakit ini memiliki
predisposisi masuknya bakteri ke dalam beberapa instalasi rawat inap (IRNA), salah
jaringan (Potter, 2006). satunya adalah IRNA Non Bedah Penyakit
Bakteri dalam urin (bakteriuria) dapat Dalam. Di instalasi tersebut banyak pasien
memicu penyebaran organisme ke dalam yang mengalami ISK dan ini dapat dilihat dari
aliran darah dan ginjal. Mikroorganisme sering data yang peroleh dari rekam medik RSUP
masuk ke dalam saluran kemih melalui rute Dr. M. Djamil Padang, jumlah pasien yang
uretra asenden. Bakteri menempati uretra mengalami ISK sebagai diagnosis sekunder
distal, genetalia eksterna dan vagina pada pada tahun 2012 sebanyak 180 pasien,
wanita. Organisme masuk ke dalam meatus tahun 2013 sebanyak 212 pasien, tahun
uretra dengan mudah dan naik ke lapisan 2014 sebanyak 185 pasien dan tahun 2015
mukosa bagian dalam menuju kandung sebanyak 165 pasien. Pada survey awal
kemih (Yoshikawa, 1993 dalam Potter, 2006). ditemukan dari 10 orang yang terpasang
Menurut Semaradana (2014), sebagian kateter (5 orang <7 hari dan 5 orang ≥7 hari)
besar bakteri masuk melalui ekstraluminal terdapat 2 pasien yang mengalami ISK pada
(66%), dapat terjadi inokulasi langsung pasien yang terpasang kateter ≥7 hari, dan
saat kateter dimasukkan atau dapat terjadi berdasarkan wawancara langsung dengan
kemudian jika bakteri dari meatus uretra naik beberapa orang perawat mengatakan bahwa
(ascend) sepanjang permukaan luar kateter rata-rata lamanya penggunaan kateter pada
di mukosa periuretra. Mekanisme intraluminal pasien di instalasi tersebut lebih dari 72 jam.
terjadi karena refluks bakteri dari urobag atau Berdasarkan latar belakang di atas maka
dari area pertemuan kateter dengan urobag peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
yang telah terkontaminasi. Bakteri dapat Lamanya Penggunaan Kateter Dengan
berkolonisasi di dalam kandung kemih dalam Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
3 hari. Terpasang Kateter di ruang rawat penyakit
Jika penggunaan kateter lebih lama dari dalam di satu rumah sakit yang berlokasi di
aturan maka akan menjadi tempat yang baik kota Padang Sumatera Barat.
bagi bakteri untuk berkembang biak sehingga
kemngkinan infeksi dapat terjadi. Hal ini
dapat dilihat dalam penelitian Sitorus (2012)

154
Lamanya Penggunaan Kateter dengan Kejadian ISK

METODE
Penelitian deskriptif analitik dengan diagnosis ISK oleh dokter pada responden
rancangan cross sectional dimana lamanya yang terpilih di satu rumah sakit yang
penggunaan kateter merupakan variabel berlokasi di kota Padang, Sumatera Barat.
bebas sedangkan kejadian infeksi saluran Setelah hasil pemeriksaan laboratorium
kemih sebagai variabel terikat diteliti pada urin responden keluar, peneliti meminta
waktu yang sama bantuan kepada dokter untuk menentuan
Lokasi penelitian dilaksanakan di Irna ISK pada responden dengan melihat hasil
Non Bedah Penyakit Dalam (HCU, IW, IP) pemeriksaan ditemukannya bakteriuria ≥105
di satu rumah sakit yang berlokasi di kota cfu/mL.
Padang tanggal 22 Juni–22 Juli 2015. Pada penelitian ini responden diminta
Sampel diambil dengan teknik mengisi inform consent dan kerahasian
pengambilan purposive sampling yaitu suatu responden selalu dijaga oleh peneliti. Semua
teknik penetapan sampel didasarkan pada responden memperoleh perlakukan yang
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat sama dan peneliti berusaha memperhitungkan
oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau manfaat dan tidak menimbulkan kerugian bagi
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui pasien. Penelitian ini juga telah dinyatakan
sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Jumlah lolos uji etik oleh komite etik dari Fakultas
sampel penelitian ini adalah 44 responden Kedokteran Universitas Andalas, Padang.
dengan kriteria sampel responden yang Hasil pengumpulan diolah, kemudian
dipasang kateter saat baru masuk RS dengan dianalisis secara univariat dan ditampilkan
diagnosis utama bukan infeksi saluran kemih dalam bentuk distribusi frekuensi. Kemudian
Instrumen pengumpulan data yang diolah secara bivariate dengan menggunakan
digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk uji chi square.
format observasi yang berisi lamanya pasien HASIL PENELITIAN
terpasang kateter, prosedur pelaksanaan Hasil penelitian ini disajikan dalam
pemasangan kateter yang disusun oleh dua bagian yaitu hasil analisis univariat
peneliti sendiri berdasarkan buku ajar dan bivariat. Karakteristik responden yang
fundamental keperawatan, dan juga melihat dipasang kateter di ruang penyakit dalam
SOP yang ada di rumah sakit, serta jumlah dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan kejadian
bakteri hasil pemeriksaan urin di laborarorium. infeksi saluran kemih pada responden yang
Peneliti mengobservasi responden dari dirawat di ruang penyakit dalam dapat dilihat
awal pemasangan kateter sampai sampai di dalam tabel 2. Hasil penelitian pada tabel
hari ke-7 pemasangan, kemudian peneliti 1 didapat dari 44 responden sebanyak 40,9%
dibantu oleh perawat ruangan mengambil berusia 28–45 tahun dan berjenis kelamin
spesimen urin responden untuk diperiksa di laki-laki (54,5%).
laboratorium. Namun ada juga pasien yang Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari
lama penggunaan kateternya kurang dari 44 responden, sebanyak 43,2% mengalami
7 hari, maka peneliti mengambil spesimen Infeksi saluran kemih.
urin responden pada hari terakhir kateter
terpasang. Pengambilan spesimen urin
dibantu oleh perawat ruangan yang bertugas.
Hasil pemeriksaan laboratorium urin
responden sebagai data untuk menegakkan

155
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan


Umur dan Jenis Kelamin
Karakterisitik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Umur
a. 28-45tahun 18 40,9
b. 46–59 tahun 14 31,8
12 27,3
c. ≥60 tahun
Jumlah 44 100
2. Jenis Kelamin
a. Laki–laki 24 54,5
b. Perempuan 20 45,5

Jumlah 44 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kejadian Infeksi Saluran Kemih


Di Rung Penyakit Dalam
Kejadian ISK Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak terjadi ISK 25 56,8
Terjadi ISK 19 43,2
Total 44 100

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Lamanya Penggunaan Kateter


di Ruang Penyakit Dalam
Lamanya Penggunaan Frekuensi (f) Persentase (%)
Kateter
Sesuai Aturan (< 7 hari) 26 59,1
Tidak Sesuai Aturan (≥ 7 hari) 18 40,9
Total 343 100

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Lamanya Penggunaan Kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih
di Ruang Penyakit Dalam
Lamanya Kejadian ISK
Total
Penggunaan Tidak Ya
Kateter f % f % n % p<0,001
Sesuai Aturan 21 80,8 5 19,2 26 100
Tidak Sesuai 4 22,2 14 77,8 18 100
Aturan
25 59,1 19 40,9 44 100

156
Lamanya Penggunaan Kateter dengan Kejadian ISK

Lamanya penggunaan keteter pada bertolak belakang dengan hasil penelitian


responden yang dirawat di ruang penyakit yang didapat, dimana pada laki–laki yang
dalam dapat dilihat di tabel 3. Hasil penelitian terjadi ISK lebih tinggi dibanding pada wanita.
pada tabel 3 didapat dari 44 responden Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
sebanyak 40,9% lamanya pemasangan dimana pada penelitian ini yang menderita
kateter tidak sesuai aturan. Hasil analisis ISK lebih banyak pada laki laki. Berdasarkan
bivariat hubungan lamanya penggunaan analisis peneliti, hal ini dapat terjadi karena
kateter pada responden degan kejadian ISK faktor dari lamanya pasien terpasang kateter.
dapat dilihat pada tabel 4. Banyak faktor yang menyebabkan
Hasil penelitian pada tabel 4, didapatkan seeorang terserang ISK dan salah satunya
dari 18 responden yang memakai kateter adalah dari pemasangan kateter baik dari
tidak sesuai aturan mengalami ISK (77,8%) proses maupun dari lama terpasang dan
dibandingkan yang tidak mengalami ISK prosedur perawatan yang dilakukan selama
(22,2%). Dari hasil uji statistik diperoleh terpasang kateter (Purnomo, 2009). Jika
terdapat hubungan bermakna antara status dilihat lebih lanjut dari hasil penelitian ini dari
lamanya pemsangan kateter dengan kejadian 43,2% pasien yang mengalami ISK, 68,42%-
ISK (p<0,001). nya adalah pasien usia lanjut. Sehingga hasil
ini sesuai dengan teori yang menyatakan
DISKUSI bahwa prevalensi ISK makin meningkat
Dari penelitian ini diperoleh bahwa 40,9% seiring bertambahnya usia. Prevalensi ISK
pasien berusia 28–45 tahun dan 54,5% yang tinggi pada usia lanjut dapat disebabkan
berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan teori oleh sisa urin dalam kandung kemih meningkat
infeksi saluran kemih dapat menyerang akibat pengosongan kandung kemih kurang
pasien dari segala usia mulai bayi baru efektif, mobilitas mobilitas menurun, ataupun
lahir hingga orang tua (Purnomo, 2009). sistem imunitas menurun baik seluler paupun
ISK pada umumnya lebih sering menyerang humoral (Purba, 2012).
wanita daripada pria. Namun pada masa Penelitian ini menemukan bahwa lebih
neonatus ISK lebih banyak pada bayi laki- dari setengah jumlah responden (77,8%)
laki (2,7%) yang belum menjalani sirkumsisi dari 43,2% responden yang mengalami
dari pada bayi perempuan (0,7%). Dengan infeksi akibat lamanya penggunaan kateter
bertambahnya usia, insiden ISK terbalik yang tidak sesuai aturan. Hal ini sejalan
dimana pada masa sekolah ISK pada anak dengan penelitian Semaradana (2014) yang
perempuan 3% dan laki-laki 1,1%. Pada menunjukan infeksi saluran kemih akibat
usia remaja kejadian ISK pada perempuan kateterisasi terjadi karena pemasangan
meningkat 5,8%. Bakteri pada usia 18–40 kateter dalam jangka waktu lama di RSU
tahun 5-6% dan meningkat menjadi 20% Denpasar Bali (Semaradana, 2014).
pada usia lanjut (Purnomo, 2009). Menurut Pemasangan kateter merupakan satu
O’ Callaghan (2006/2009), ditinjau dari solusi tindakan medis untuk mengeluarkan
jenis kelamin, ternyata pada wanita lebih urin dari kandung kemih seseorang karena
rentan terjadi ISK daripada laki-laki. Hal ketidakmampuan pengeluaran urin secara
ini dipengaruhi oleh faktor anatomi, karena spontan. Pemasangan keteter akan
uretra wanita lebih pendek dan terletak dekat menimbulkan dampak yang merugikan
dengan anus sedangkan laki-laki bermuara terutama untuk pasien yaitu terjadi infeksi
pada saluran kelenjar prostat. Namun hal ini nosokomial saluran kemih (ISK). ISK yang

157
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

didapat di institusi kesehatan timbul akibat mendalam pada penelitian ini. Hal ini terbukti
buruknya praktek cuci tangan pada petugas dari hasil penelitian dimana ada beberapa
kesehatan, cairan irigasi yang terkontaminasi responden yang terpasang kateter sesuai
dan teknik kateterisasi yang tidak benar, aturan juga mengalami infeksi saluran kemih.
sebagian besar infeksi ini (sedikitnya 80%) Implikasi dalam keperawatan pada
mengikuti prosedur invasif atau instrumentasi penelitian ini adalah dimana hasil penelitian
saluran kemih, yang biasanya berupa ini dapat menunjukkan pada perawat bahwa
kateterisasi (Potter, 2006). perawatan kateter dan penggantian kateter
Menurut Potter (2006), pemasukan secara periodik sangat dibutuhkan terutama
kateter melalui uretra akan menyediakan pada pasien hari rawatan yang lama dengan
rute langsung masuknya mikroorganisme. penggunaan kateter dalam jangka waktu
Dengan menggunakan kateter kandung yang lama juga, sehingga diharapkan
kemih menetap, bakteri naik di sepanjang perawat dapat melakukan perawatan kateter
sisi luar kateter pada dinding uretra atau yang tepat dan juga mengganti kateter pasien
naik ke lumen kateter. Kateter mengganggu dengan baik sesuai aturan.
mekanisme berkemih normal yang bertindak
sebagai pertahanan melawan organisme SIMPULAN
yang masuk ke dalam uretra. Iritasi lokal Hasil Penelitian ini menunjukkan terdapat
pada uretra atau kandung kemih nantinya pasien rawat yang mengalami infeksi saluran
akan menjadi faktor predisposisi masuknya kemih dan terdapat pasien menggunakan
bakteri ke dalam jaringan. kateter yang tidak sesuai aturan (>7
Menurut Smeltzer & Bare (1996/2002), hari). Terdapat hubungan antara lamanya
pada pasien yang menggunakan kateter penggunaan kateter dengan kejadian infeksi
mikroorganisme dapat menjangkau traktus saluran kemih.
urinarius melalui 3 lintasan utama, yaitu: a) Bagi perawat ruangan, disarankan
dari uretra ke dalam kandung kemih pada untuk dapat meningkatkan pelayanan
saat kateterisasi, b) melalui jalur dalam dalam hal pemasangan kateter pasien,
lapisan tipis cairan uretra yang berada di luar melakukan perawatan kateter dengan baik
kateter ketika kateter dan membran mukosa dan benar selama pasien terpasang kateter,
bersentuhan, 3) cara yang paling sering serta memperhatikan lebih serius dalam
melalui migrasi ke dalam kandung kemih pengawasan dan pergantian kateter secara
di sepanjang lumen internal kateter setelah periodik.
kateter terkontaminasi.
Menurut analisis peneliti responden DAFTAR PUSTAKA
yang mengalami ISK disebabkan oleh tidak Darmadi. (2008). Infeksi nasokomial:
sesuainya waktu pemasangan kateter yaitu Problematika dan pengendaliannya.
lebih dari 7 hari karena dapat menjadi media Jakarta: Erlangga.
tempat berkembangnya bakteri. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kelemahan penelitian ini adalahmpeneliti (2007). Pedoman pencegahan dan
hanya menilai lamanya pemasangan kateter penanggulangan infeksi di rumah sakit
dengan kejadian infeksi saluran kemih, dan dan fasilitas kesehatan lainnya. Jakarta:
secara secara teoritis banyak faktor yang bisa Departemen Kesehatan Republik
menyebabkan seseorang mengalami infeksi Indonesia.
dan faktor-faktor tersebut belum dilihat lebih

158
Lamanya Penggunaan Kateter dengan Kejadian ISK

Hartawan, M., Taza, H. & Sukriyadi. (2012). Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002). Brunner
Hubungan antara pemasangan kateter and Suddarth’s textbook of medical
dengan kejadin infeksi saluran kemih surgical nursing (8th edition). (Alih
pada pasien rawat inap di RSUD bahasa: Agung Waluyo, Yasmin Asih,
Lapatarai kabupaten Baru. Jurnal Juli, Kuncara, I Made Kariasa). Jakarta:
STIKES Nani Hasanuddin Makasar, Penerbit Buku Kedokteran EGC. (Buku
1(4): 1-8. asli diterbitkan 1996).
Hidayanti, E. & Rachmadi, D. (2008). Infeksi Suharyanto, T. & Madjid, A. (2009). Asuhan
saluran kemih kompleks. Retrieved from: keperawatan pada klien dengan
http://repository.unpad.ac.id/17729/1/ gangguan sistem perkemihan. Jakarta:
Pustaka_Unpad_ISK_-Kompleks.pdf. Trans Info Media.
pdf Tietjen L., Bossemeyer, D., & McIntosh, N.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi (2004). Infection prevention guidelines
penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta. for healthcare facilities with limited
O’Callaghan, C. A. (2009). At a Glance resources. (Alih bahasa: Abdul
Sistem Ginjal (Edisi 2). (Alih Bahasa: Bari Saifuddin, Sudraji Sumapraja,
Yasmin, E). Jakarta: Erlangga. (Buku Djajadilanga, Budi Imam Santoso).
asli diterbitkan 2006). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Potter, P. A. (2006). Fundamentals of Nursing: Prawiroharjo. (Buku asli diterbitkan
Concepts, process, and practice 2003).
(4 th edition). (Alih bahasa: Renata The CDC Healthcare-Associated Infection
Komalasari). Jakarta: Buku Kedokteran (HAI). (2011). HAI data and statistics.
EGC. Retrieved from http://www.cdc.gov/HAI/
Purba, R. (2012). Faktor-faktor yang surveillance/
mempengaruhi terjadinya infeksi saluran
kemih pada pasien terpasang kateter
menetap di RS Haji Medan. FK USU
(Skripsi). Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia.
Purnomo, B. (2009). Dasar-dasar urologi
(Edisi 2). Jakarta: Sagung Seto.
RSUP Dr. M. Djamil Padang. (2011). Standar
prosedur operasional pemasangan
kateter urine. Tidak dipublikasikan.
Semaradana, W. G. P. (2014). Infeksi saluran
kemih akibat pemasangan kateter
diagnosis dan penatalaksanaannya.
CDK-221, 41(10): 737-740.
Sitorus, F. E. (2012). Hubungan lamanya
penggunaan kateter terhadap
terjadinya infeksi saluran kemih. Jurnal
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Deli Husada, 1(2): 37-41.

159

Anda mungkin juga menyukai