Contoh Metod 1
Contoh Metod 1
Manajemen Asuhan
1. M5 ( METHODE )
metode TIM.
a. Keuntungan
menyeluruh.
b. Kelemahan
sibuk.
rencana terjamin.
Perencanaan:
Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-
masing.
pasien.
staf.
keperawatan.
ruangan kelolaan.
keperawatan.
secara jelas.
pasien.
ruangan
Pengarahan:
ketua tim.
manajemen.
Melalui supervisi:
Supervisi langsung terhadap pelaksanaan asuhan
melaksanakan tugasnya.
kesalahan.
kegiatan.
Pengawasan:
lanjut.
pelayanan keperawatan.
anggota tim/pelaksana.
pasien.
Menyelenggarakan konferensi
Perencanaan:
Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya
keperawatan.
masalah kedaruratan.
ruangan.
keperawatan tim.
kesehatan lain.
/pelaksana.
Pengarahan:
tim/ pelaksana.
keperawatan.
keperawatan.
Pengawasan:
Melalui evaluasi:
melaksanakan tugas.
dan sikap.
Memberi umpan balik kepada anggota tim/
pelaksana.
lanjut.
Perencanaan:
terima tugas.
keperawatan tim.
kesehatan lain.
pelaksana lainnya.
Pengarahan:
asuhan keperawatan.
Pengawasan:
Hasil Kajian
membagi ketua tim 1 (wing kanan) dan ketua tim 2(wing kiri) dengan 1
kepala sift, dan setiap tim 1 memiliki 4 perawat dan tim 2 memiliki 5
ada pada saat shift pagi, sedangkan shift siang dan shift malam ada kashift
sebagai penanggung jawab shift. Pada hari libur hanya terdapat 2 orang
metode tim yang diterapkan di ruang cikuray tidak sesuai dengan apa yang
seharusnya. Untuk seluruh pihak yang terdapat dalam tim seperti kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana belum sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
b. Efektifitas dokumentasi keperawatan yang digunakan
berikut :
a. Pengkajian Keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi di ruangan Melati
pengkajian pasien.
c. Rencana Keperawatan
tangan dan nama perawat. Namun tidak disertai oleh daftar check
keperawatan.
d. Implementasi
petugas.
Hasil Kajian
dengan hasil :
Nomor Rekam Medik
No Aspek yang dinilai 44 46 64 61 63 62 48 54 57 62 61 66 66 53 41 49 71 05 54 28 Ket.
79 08 34 46 71 24 53 41 00 48 24 11 10 48 41 97 22 36 64 24
1. Pengkajian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Mencatat data yang dikaji
sesuai dengan pedoman √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pengkajian
Data dikelompokkan (bio,
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
psiko, sosial, spiritual)
Data dikaji sejak pasien
√ √ × √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
masuk sampai pulang
Masalah dirumuskan
berdasarkan kesenjangan
antara status kesehatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
2. Diagnosa Keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Diagnosa keperawatan
berdasarkan masalah yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
telah dirumuskan.
Diagnosa keperawatan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mencerminkan PE / PES.
Merumuskan diagnosa
keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
aktual/potensial.
3 Perencanaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Berdasarkan diagnosa
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan.
Disusun menurut urutan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
prioritas
Rumusan tujuan
mengandung komponen
pasien/subyek, perubahan, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Rperilaku, kondisi pasien
dan atau kriteria.
Rencana tindakan
mengacu pada tujuan
dengan kalimat perintah,
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
terinci dan jelas atau
melibatkan
pasien/keluarga.
Rencana tindakan
menggambarkan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keterlibatan
pasien/keluarga
Rencana tindakan
menggambarkan kerja
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sama dengan tim
kesehatan lain
4. Implementasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tindakan dilaksanakan
mengacu pada rencana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
perawatan
Perawat mengobservasi
respon pasien terhadap √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tindakan keperawatan
Revisi tindakan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berdasarkan hasil evaluasi.
Semua tindakan yang telah
dilaksanakan dicatat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
ringkas dan jelas.
5. Evaluasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Evaluasi mengacu pada
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tujuan
Hasil evaluasi dicatat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6. Catatan Asuhan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keperawatan.
Menulis pada format yang
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
baku.
Pencatatan dilakukan
sesuai dengan tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
yang dilaksanakan
Pencatatan ditulis dengan
jelas, ringkas, istilah yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
baku dan benar.
Setiap melakukan
tindakan/kegiatan perawat
mencantumkan paraf/nama √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
jelas, dan tanggal jam
dilakukannya tindakan.
Berkas catatan
keperawatan disimpan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Persentasi 100% 100% 98% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Rumus :
Hasil :
10 24
2) Discharge Planning
kesehatan (Potter & Perry, 2005). Menurut Kozier (2004), discharge planning
pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan
kesehatan umum.
pemulangan.
menerima pasien.
rumah.
Hasil Kajian
Dari hasil pengamatan dan wawancara pada perawat pelaksana tanggal 16 Februari
2018 didapatkan hasil bahwa untuk discharge planning selalu di buat dar awal pasien
masuk ke ruangan atau memulai perawatan. Konfirmasi kepala ruangan pada tanggal 22
Februari 2018 diketahui bahwa memang discharge planning dibuat dari awal pasien
efek samping dari kemoterapi dan apa saja penatalaksanaan untuk mengurangi efek dari
kemoterapi.
menyampaikan suatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah
waktu di mana terjadi perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang pasien dari
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan
berikutnya.
perawat.
2) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan
tindakan keperawatan.
2) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
selanjutnya meliputi :
4) Penyampaian timbang terima di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien.
(Nursalam, 2002).
Pada saat operan antara perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas
tentang kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta
untuk memperbaiki komunikasi tersebut salah satunya dengan cara komunikasi teknik
SBAR. Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis
untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat
b) Nyatakan masalah secara singkat : apa, kapan dimulai, dan tingkat keparahan.
2) B (Background).
a) Daftar pasien
f) Hasil laboratorium dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil dari tes
3) A (Assessment/pengkajian)
4) R (Recommendation)
Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi
Hasil Kajian
dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di ruang cikuray pada tanggal 19
februari, tibang terima (operan ) sudah dilakukan pada setiap pergantian shift dari malam ke
pagi, lalu pagi ke siang dan malam, timbang terima(operan ) dilakuan hanya dengan menemui
pasien di mulai dari kamar 1a-9a sampai dengan 1b-4b , berdasarkan hasil observasi hanya
beberapa perawat di ruangan yang melakukan timbang terima antara shift malam dengan shift
pagi. . Pada saat operan penggunaan komunikasi dengan cara SBAR belum optimal hal ini
atas hasil observasi oleh perawat pelaksana dimana komunikasi SBAR dilakukan hanya pada
. Pada saat operan penggunaan komunikasi dengan cara SBAR belum optimal hal ini
diungkapkan oleh perawat pelaksana dimana komunikasi SBAR dilakukan hanya pada saat
Febuari 2018, timbang terima (operan) sudah dilakukan pada setiap pergantian shif dari
malam ke pagi, lalu pagi ke siang dan malam, timbang terima (operan) dilakukan dengan
menemui pasien di mulai dari kamar kelas 1 sampai kamar kelas 7,berdasarkan observasi
komunikasi timbang terima (operan) belum optimal dimana hanya beberapa perawat yang
menyapa klien, meminta izin untuk dilakukannya timbang terima (operan) menjelaskan
kedaan pasien, tindakan yang sudah dilakukan, dan rencana tindakan yang belum dilakukan
oleh perawat. Operan hanya dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu antar pergantian shif malam
ke pagi (08.00), pagi ke siang dan malam (14.00). Berdasarkan data tersebut kami
memutuskan untuk mempraktekan operan. Pada pergantian sift malam ke pagi tanggal 17
Februari 2018 operan hanya dilakukan perawat di nurse station tanpa adanya operan ke setiap
pasien. Per tanggal 19 Februari 2018, pada hari kerja didapatkan hasil bahwa kegiatan timbang
terima dilakukan di nurse station dan juga di ruangan pasien dengan melibatkan semua
perawat jaga
Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian),
1) Tujuan :
2) Kegiatan :
pelaksana
c) Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan
Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isi post
conference adalah hasil asuhan keperawatan dan hal penting untuk operan (tindak
1) Tujuan
2) Kegiatan :
b) Ketua tim atau PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
c) Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindak lanjut asuhan keperawatan
Hasil Kajian
Hasil observasi pada tanggal 19 febuari 2019 pada hari libur di ruangan cikuray
belum dilakukan pre dan post conference dimana perawat tidak merencanakan tindakan
yang akan dilakukan pada pasien dan tidak merencanakan intervensi untuk yang dinas
selanjutnya. Pada pergantian sift malam ke pagi tidak dilakukan post conferen maupun pre
conferens pada dinas selanjutnya. Hasil konfirmasi kepala ruangan pada tanggal 22 febuari
2018 untuk tindakan pre dan post conference dilakukan dengan cara yang tidak begitu
formal, dimana pre dan post conference dilakukan selama dinas dan melakukan tindakan.
3) Ronde Keperawatan
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate, yang
perlu juga melibatkan seluruh anggota TIM (Nursalam, 2007). Dalam ronde
keperawatan metode yang digunakan adalah dengan cara diskusi, adapun alat bantu
benar.
d. Pasien yang dipilih untuk melakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
e. Kegiatan Ronde
1) Pra Ronde
a) Menentukan kasus dan topic (masalah yang tiak teratasi dan masalah
yang langka)
d) Membuat proposal
2) Pelaksanaan Ronde
dilakukan.
3) Pasca Ronde
a) Evaluasi, revisi, dan perbaikan
keperawatan selanjutnya.
Hasil Kajian
Hasil dari wawancara pada perawat yang berdinas pada tanggal 19 Februari 2019,
diketahui bahwa ruangan jarang sekali melakukan ronde keperawatan. Hasil konfirmasi
dengan kepala ruangan pada tanggal 19 Februari 2018, didapatkan hasil bahwa ronde
keperawatan jarang dilakukan hanya saja rumah Sakit memiliki jadwal rutin setiap 1 bulan
sekali untuk melakukan Diskusi Refleksi Kasus, untuk ronde keperawatan ruangan sendiri
dilakukan secara situasional dimana tidak terjadwal secara pasti. Pada tanggal 19 Februari
2018 dilakukan ronde keperawatan pada pasien Tn. A, diagnosa medis Ca . Paru dengan
keluhan mual muntah terus menerus sejak beberapa hari lalu. Ronde keperawatan
dilakukan setelah operan dinas dan hanya melibatkan dokter penanggung jawab ruangan.
Jika dilihat dari kesesuain pelaksanaan ronde keperawatan memang belum terlaksana
secara maksimal akan tetapi sudah cukup mewakili kegiatan ronde keperawatan pada
ruangan.
pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for Disease Control and Prevention CDC
Atlanta dan the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk mencegah
transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan fasilitas
mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan
diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua pasien, setiap waktu, untuk
b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak terlihat
seperti berisiko
maksimal dari infeksi yang ditularkan melalui darah maupun cairan tubuh yang lain
risiko terpajan oleh infeksi HIV namun juga melindungi klien yang mempunyai
kecenderungan rentan terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas.
Universal precautions ini juga sangat diperlukan untuk mencegah infeksi lain
yang bersifat nosokomial terutama untuk infeksi yang ditularkan melalui darah / cairan
tubuh.
Perilaku hand hygiene perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai
sakit. Tenaga kesehatan yang paling rentan dalam penularan infeksi adalah perawat,
karena selama 24 jam mendampingi pesien maka diasumsikan ikut mengambil peran
nosokomial.
Hand hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang paling penting
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (Potter & Perry, 2003) dalam
(Zulpahiyana, 2013). Menurut Van dan Enk (2006) dalam Zulpahiyana (2013), hand
hygiene adalah cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial. Tujuan
hand hygiene untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel ditangan dan
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global Patient Safety a World Alliance
for Safer Health Caredengan Save Lives Clean You Hands, yaitu merumuskan inovasi
strategi penerapan Hand Hygiene untuk petugas kesehatan dengan My Five Moment
for Hand Hygiene adalah melakukan cuci tangan:sebelum bersentuhan dengan pasien,
pasien resiko tinggi, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan
Hasil Kajian
Pertanggal 16 Februari 2018 didapatkan hasil dari pengamatan bahwa kepatuhan
jumlah 9 orang perawat pelaksana 7 orang perawat hanya melakukan cuci tangan pada saat
setelah melakukan tindakan terutama tindakan invasif. Selama beberapa hari pengawasan
pun didapatkan hasil bahwa kepatuhan cuci tangan perawat belum maksimal 6 langkah dan
5 moment.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan
oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Menurut
Suma’mur (2009) alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi
diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri
adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD
tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat
pelatihan khusus tentang kemoterapi agar memiliki bekal ilmu yang mencukupi dan
kerjanya (Burns et al., 2010). Standar alat pelindung diri (APD) seperti gaun atau baju
pelindung (gown), sarung tangan (gloves), pelindung wajah (mask), pelindung mata
(goggle), penutup rambut (hair covers) harus diterapkan untuk semua pekerjaan yang
dalam pemakaian APD menurun karena beban kerja, ingin cepat selesai atau merasa
Hasil Kajian
Dari hasil pengamatan selama beberapa hari dari tanggal 16 sampai 21 Februari
2018 didapatkan hasil bahwa dari 12 orang jumlah perawat hanya 2 orang diantaranya yang
Februari 2018 didapatkan perawat melakukan tindakan invasif (pemasangan infus) tanpa
menggunakan alat pelindung diri (handscoon). Dari hasil konfirmasi kepala ruangan pada
tanggal 22 Februari 2018 diketahui bahwa APD diruangan sudah lengkap hanya saja pada
Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan
pasien menurut Sunaryo (2009) adalah ada tidak adanya kesalahan atau bebas dari cidera
karena kecelakaan. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien pelaporan dan analisis insiden.
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan pencegahan terjadiya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit yaitu (Depkes RI, 2011) :
Selain dari standar keselamatan, ada lagi yang menjadi poin penting dalam
pelaksanaan keselamatan pasien yaitu sasaran keselamat pasien atau Patient Safety Goals.
Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada
Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan
juga oleh komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRSI), dan Joint
oleh perawat untuk administrasi ke pasien. Proses sentralisasi obat meliputi pembuatan
obat oleh perawat dengan prinsip 6 T (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat rute,
tepat waktu dan tepat dokumentasi) dan 1 W (waspada efek samping), sehingga
diharapkan tidak terjadi kesalahan pemberian obat selama proses perawatan pasien
Kontroling terhadap penggunanan dan konsumsi obat sebagai salah satu peran
perawat perlu dilakukan dalam asuhan pola dan alur yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian
baik secara material maupun secara non material dapat diminimalisir. Format
sentralisasi obat berisi nama, nomor register, umur, ruangan (Nursalam, 2014).
Hasil Kajian
Dari hasil wawancara dan pengamatan tanggal 16 febuari 2018, dapat disimpulkan
bahwa persiapan obat injeksi sudah dilakukan ditempat sentralisasi obat, dengan klasifikasi
pasien masuk lalu dilakukan visit dokter, dokter menulis di kartu obat pasien, lalu diterima
oleh farmasi, selanjutnya diterima oleh perawat ruangan, selanjutnya perawat memberikan
obat kepada pasien sesuai dengan anjuran dan waktu yang ditentukan.
Penyiapan obat yang akan diberikan melalui IV, dilakukan meskipun beberapa
jadwal pemberiannya masih belum sesuai. Konsep pemberian obat 6 benar (benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar cara/rute, benar waktu, dan benar dokumentasi), belum
dilakukan secara optimal dimana, pada waktu pemberian obat, perawat membawa obat
yang berada dalam spuit di atas baki atau troli yang berisi spuit dan kapas alkohol namun
dari 3 perawat terdapat 1 perawat yang tidak melakukan desinfektan pada tempat injeksi
dan jarang melakukan identifikasi ulang pasien saat pemberian obat. Saat memberikan obat
perawat hanya menanyakan nama pasien saja tidak menggunakan tanggal lahir dan
langsung mengecek gelang pada tanggan pasien. Dan saat pemberian obat oral pelastik obat
hanya diberikan nama saja tidak ada tanggal lahir dan no rekam medis. Sedangkan pada
tanggal 17 Februari 2018, perawat malam yang bertugas memberikan obat tidak melakukan
identifikasi pasien pada saat akan memberikan obat, perawat tidak menanyakan nama
pasien terlebih dahulu siapa nama pasien dan hanya melihat gelang nama lalu mulai
memberikan obat tanpa bertanya tanggal lahir dan nomor rekam medis.
Dari data diatas kami menyimpulkan bahwa pemberian obat lewat IV belum
maksimal dan masih rentan terhadap infeksi, maka kami akan memerankan penyuntikan
dengan melakukan desinfektan pada area yang akan dilakukan penyutikan dan konfirmasi
memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses
melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir. Sailendra, (2015:11) menyatakan “Standard
kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar”. Menurut Hartatik
(2014:35) Standard Operating Procedure (SOP) adalah satu set instruksi tertulis yang
digunakan untuk kegiatan rutin atau aktivitas yang berulang kali dilakukan oleh sebuah
(SOP) adalah suatu perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja
Hasil Kajian
Dari hasil pengamatan dan observasi per tanggal 16 Februari 2018, didapatkan hasil
bahwa ruangan memiliki beberapa SOP mengenai tindakan keperawatan, akan tetapi
setelah dikonfirmasi pada kepala ruangan dikatakan bahwa ruangan lebih menitik beratkan
pada SOP kemoterapi. Untuk pembaharuan SOP dilakukan setiap 1 tahun sekali. Pada SOP
penggunaan APD kemoterapi, dari hasil pengamatan selama hari libur dan kerja didapatkan
hasil bahwa dari 12 orang perawat yang berada diruangan hanya 2 orang yang
menggunakan APD sesuai dengan prosedur yang ada, 10 diantaranya hanya menggunakan
APD sesuai dengan kebutuhan dimana hanya sebagian dari mereka yang menggunakan
apron pada saat akan melakukan tindakan prosedur kemoterapi. Kebanyakan dari mereka
hanya menggunakan sarung tangan dan masker saja. Pada saat pemasangan obat
kemoterapi pun belum seluruhnya perawat terlihat melakukan double cek identitas pasien.
g. Satuan Acara Keperawatan (SAK)
diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan
keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan dapat dinilai pemberian
asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi
dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti
pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim sehingga
dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan standar bagaimana proses
pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus pada hasil pasien, standar praktik
dapat bermanfaat bagi pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2000).
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti merancang
kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar pemerataan dan distribusi
pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi perawat professional sebagai
persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam tatanan pelayanan keperawatan
Hasil analisa pada tanggal 19 Febuari 2018 SAK yang ada di ruangan sudah lengkap
tetapi yang sering digunakan adalah kersihkan jalan nafas dan nyeri. Saat melakukan
tindakan keperawatan sesuai SAK perawat sudah melaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang dibuat oleh SAK. Untuk SAK yang terdapat di ruangan diantaranya gangguan
eliminasi, gangguan pertukaran gas, gangguan rasa aman nyaman nyeri, ketidakefektifan
kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang
ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want
Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus dibawa agar dapat
eksis, antisipatif dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan
menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi, yang memuat apa yang disediakan
oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa. Pengertian misi
adalah tujuan dan alasan yang memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian
tujuan. Misi pada dasarnya hanya bukan usaha formal untuk memperjelas apa yang
dikehendaki, namun misi merupakan tahapan aksi yang akan dilaksanakan dari visi yang
Hasil Kajian
Dari hasil pengamatan pada tanggal 19 Februari 2019 dan dan konfirmasi kepada
kepala ruangan, didapatkan hasil bahwa ruangan belum memiliki visi dan misi ruangan
tersendiri. Ruangan hanya memiliki visi dan misi dari rumah sakit yang tertera di lorong