Anda di halaman 1dari 11

Lex Crimen Vol. II/No.

5/September/2013

KEKERASAN PSIKIS DALAM RUMAH mereka tidaklah tahu bahwa hal tersebut
TANGGA SEBAGAI SUATU adalah salah satu bentuk dari kekerasan
TINDAK PIDANA1 psikis.
Oleh : Resti Arini2 Seorang istri yang mengalami kekerasan
psikis dari suami karena istri lupa
ABSTRAK menyiapkan sarapan pagi lalu mendapat
Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga makian dari suaminya dengan kata-kata
(KDRT) tampaknya semakin mudah saja yang kasar dan menyakitkan, lalu suaminya
terjadi tetapi sangat sulit untuk diketahui. berselingkuh dengan wanita lain dan mulai
Kekerasan psikis yang sering terjadi dalam banyak mencari alasan untuk sampai pada
rumah tangga sering kali dianggap sekedar tahap menceraikan istri, anak-anak yang
“bumbu” perkawinan bahkan dianggap mengalami ketakutan terhadap orang
biasa saja sehingga pihak luar tidak pantas tuanya bahkan sampai mengalami
mencampurinya, padahal dari kekerasan penderitaan psikis berat atau trauma yang
psikis tersebut itulah dapat berkembang berkepanjangan akibat perlakuan yang
menjadi kekerasan lainnya. Kekerasan tidak baik dari orang tua hanya karena si
psikis KDRT merupakan suatu tindakan anak tidak bisa diatur hanyalah beberapa
melawan hukum yang mana terhadap contoh peristiwa kongkrit terjadinya
pelakunya sudah sepantasnya dikenai kekerasan psikis dalam rumah tangga.
sanksi pidana. Selain merupakan suatu Secara umum, KDRT lebih banyak dilakukan
tindakan melawan hukum, juga merupakan oleh kaum laki-laki yang merasa mencari
suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia nafkah dan memandang istri dan anak-anak
(HAM). Oleh karena itu, dengan adanya adalah makhluk yang lemah, ditambah
Undang-Undang No 23 Tahun 2004 Tentang dengan seorang istri yang hanya sebagai
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah ibu rumah tangga yang tidak memperoleh
Tangga, persoalan kekerasan psikis dalam penghasilan dari manapun selain dari
rumah tangga yang dahulu hanya sekedar suami, inilah yang menjadi dilema yang
persoalan keluarga sekarang telah berubah membuat seorang isteri sangat takut
menjadi persoalan hukum dan siapa saja terhadap suaminya dan kadang sampai rela
boleh mengadukan kepada aparat penegak diperlakukan seenaknya oleh suaminya
hukum atas kasus-kasus kekerasan psikis yang tentu saja tidak berani berbuat
tanpa perlu takut dianggap sebagai upaya apapun, melawan bahkan tidak berani
mencampuri keluarga lain. melaporkan ke pihak yang berwajib.
Kata kunci: Kekerasan psikis, rumah tangga Munculnya peristiwa-peristiwa yang
memilukan ini semakin menegaskan bahwa
PENDAHULUAN tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN (KDRT) tampaknya semakin mudah saja
Pada umumnya kekerasan yang terjadi terjadi tetapi sangat sulit untuk diketahui.
dalam rumah tangga selalu didahului Apabila di masa lalu KDRT merupakan
dengan kekerasan psikis yang kerap kali monopoli keluarga di lingkungan
tidak disadari oleh sebuah keluarga. masyarakat pedesaan, di mana keluguan
Seorang istri atau seorang anak tidak serta ketaatan dari seorang isteri atau anak
mengetahui bahwa sebuah kekerasan psikis sering menjadi penyebab utama munculnya
telah menimpa mereka. Seperti perasaan KDRT. Seorang istri atau anak dari keluarga
ketakutan, pasti pernah dirasakan tetapi terpandang dengan tingkat pendidikan
yang relatif tinggi tidak luput dari berbagai
1 tindakan kekerasan psikis yang dilakukan
Artikel Skripsi
2
NIM 090711675

32
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

oleh suami atau ayahnya atau orang-orang secara Deduksi dan Induksi, sebagai berikut
terdekatnya. :
a. Secara Deduksi, yaitu pembahasan
B. RUMUSAN MASALAH yang bertitik tolak dari hal-hal yang
1. Bagaimana Kekerasan Psikis Dalam bersifat umum, kemudian dibahas
Rumah Tangga menjadi suatu tindak menjadi suatu kesimpulan yang
pidana? bersifat khusus.
2. Bagaimana terjadinya Kekerasan Psikis b. Secara Induksi, yaitu pembahasan yang
Dalam Rumah Tangga berdasarkan bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat
Undang – Undang No. 23 Tahun 2004 khusus, kemudian dibahas menjadi
Tentang Penghapusan Kekerasan suatu kesimpulan yang bersifat umum
Dalam Rumah Tangga? (merupakan kebalikan dari metode
Deduksi).
C. METODE PENELITIAN Kedua Metode dan teknik pengolahan
Oleh karena ruang lingkup penelitian ini data tersebut di atas dilakukan secara
adalah pada disiplin ilmu Hukum, berganti-gantian bilamana perlu untuk
khususnya Hukum Pidana, maka penelitian mendukung pembahasan skripsi ini.
ini merupakan bagian dari penelitian
hukum kepustakaan yakni dengan cara PEMBAHASAN
meneliti bahan pustaka atau yang A. Kekerasan Psikis Dalam Rumah Tangga
dinamakan penelitian hukum normatif. 3 Sebagai Tindak Pidana
Secara terperinci , metode-metode dan Barang siapa yang melakukan tindakan
teknik-teknik penelitian yang digunakan kekerasan psikis dalam lingkup rumah
ialah : tangga, maka seseorang tersebut telah
1. Metode Penelitian Kepustakaan melakukan tindakan melawan hukum,
(Library Research) yakni suatu metode sebagaimana disebutkan dalam Undang-
yang digunakan dengan jalan undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 45,
mempelajari buku literature, yaitu :
perundang-undangan dan bahan- 1. Setiap orang yang melakukan perbuatan
bahan tertulis lainnya yang kekerasan psikis dalam lingkup rumah
berhubungan dengan materi tangga sebagaimana dimaksud dalam
pembahasan yang digunakan untuk Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana
mendukung pembahasan ini. penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
2. Metode komparasi (Comparative denda paling banyak Rp. 9000.000
Research), yakni suatu metode yang (Sembilan juta rupiah)
digunakan dengan jalan mengadakan 2. Dalam hal perbuatan sebagaimana
perbandingan terhadap sesuatu dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
masalah yang dibahas, kemudian suami terhadap isteri atau sebaliknya
diambil untuk mendukung yang tidak menimbulkan penyakit atau
pembahasan ini, misalnya halangan untuk menjalankan pekerjaan
perbandingan antara pendapat para jabatan atau mata pencaharian atau
pakar-pakar hukum pidana. kegiatan sehari-hari, dipidana dengan
Data yang terkumpul kemudian diolah pidana penjara paling lama 4 (empat)
dengan suatu teknik pengolahan data bulan atau denda paling banyak Rp.
3.000.000 (tiga juta rupiah).
Sementara itu dalam kaitannya dengan
3 tindakan kekerasan psikis, pembuktian
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985, hal. 14. menempati titik sentral dalam

33
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

menyelesaikan perkara tersebut. Adapun yang diatur oleh undang-undang. Hakim


tujuan dari pembuktian adalah untuk diwajibkan memutus bersalah atas
mencari dan menempatkan kebenaran terdakwa apabila terdapat bukti-bukti
materiil dan bukanlah untuk mencari yang dimaksud oleh undang-undang.
kesalahan orang lain. Singkatnya, tidak ada bukti, tidak
Pembuktian ini dilakukan demi dihukum, ada bukti harus dihukum.
kepentingan hakim yang harus Teori ini dianut oleh KUHAP, yakni pada
memutuskan perkara. Dalam hal ini yang Pasal 183 yang menyebutkan:
harus dibuktikan ialah kejadian konkret, Hakim tidak boleh menjatuhkan
dengan adanya pembuktian itu, maka pidana kepada seseorang
hakim meskipun ia tidak melihat dengan kecuali apabila diperoleh
mata kepalanya sendiri kejadian sekurang-kurangnya dua alat
sesungguhnya, dapat menggambarkan bukti yang syah ia memperoleh
dalam pikirannya apa yang sebenarnya keyakinan bahwa suatu tindak
terjadi, sehingga memperoleh keyakinan pidana benar-benar terjadi dan
tentang hal tersebut. bahwa terdakwalah yang
Dalam pembuktian kekerasan psikis bersalah melakukannya.
dalam rumah tangga tidaksemudah Dari teori tersebut diatas, maka hakim
pembuktian kekerasan fisik, berbeda dapat memutus terdakwa dalam perkara
dengan pembuktian dalam kekerasan fisik kekerasan psikis dengan keyakinannya dan
yang jelas terlihat kasap mata, misalnya alat bukti yang ada. Baik KUHAP maupun
korban pemukulan atau perkosaan dapat HIR menganut teori ini. Hal ini tercantum
dibuktikan dengan keterangan saksi dan dalam Pasal 183 KUHAP yang mengandung
visum et repertum. Sedangkan psikis adalah esensi yaitu :
jiwa, spiritual dan mental serta bathin yang a) Disyaratkan sekurang-kurangnya dua
hanya bisa dirasakan sakitnya oleh korban, alat bukti yang syah.
karena yang luka atau sakit bukan tubuhnya b) Terdakwalah yang telah bersalah
atau fisik seseorang tersebut, melainkan melakukannya.
bathin, jiwa ataupun rohaninya. Kata sekurang-kurangnya memberikan
Kekerasan psikis pun dapat dibuktikan, batasan pada alat bukti minimum yang
jika kita melihat dari teori pembuktian harus didatangkan pada saat pembuktian.
tradisional berikut yang menyatakan bahwa Sedangkan kata-kata alat bukti yang syah
: memberikan pengertian bahwa hanya alat-
a) Teori Negarif alat bukti yang diatur oleh undang-undang
Teori ini menegaskan bahwa hakim yang dapat ditetapkan sebagai alat bukti
diperbolehkan menjatuhkan pidana jika dalam proses pembuktian pada semua
mendapatkan keyakinan dengan alat bentuk tindak pidana.
bukti yang syah bahwa telah terjadi
perbuatan yang dilakukan oleh 1) Kategori Kekerasan Psikis Sebagai
terdakwa. Teori ini dianut oleh Pasal Kekerasan Dalam Rumah Tangga
294 ayat (1) HIR yang menyebutkan Setiap orang dilarang melakukan
keharusan adanya keyakinan hakim dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga terhadap
keyakinan tersebut didasarkan pada orang dalam lingkup rumah tangganya
alat-alat bukti yang sah. (pasal 5 Bab III), dengan cara:
b) Teori Positif a. Kekerasan Fisik
Teori ini mengatakan bahwa hakim b. Kekerasan Psikis
hanya boleh menentukan kesalahan c. Kekerasan Seksual; atau
terdakwa jika terdapat bukti minimum d. Penelantaran Rumah Tangga

34
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

terdakwa. Teori ini dianut oleh Pasal


2) Pembuktian Tindak Pidana Kekerasan 294 ayat (1) HIR yang menyebutkan
Dalam Rumah Tangga keharusan adanya keyakinan hakim dan
Pembuktian ini dilakukan demi keyakinan tersebut didasarkan pada
kepentingan hakim yang harus alat-alat bukti yang sah.
memutuskan perkara. Dalam hal ini yang
harus dibuktikan ialah kejadian konkret, b) Teori Positif
dengan adanya pembuktian itu, maka Teori ini mengatakan bahwa hakim
hakim meskipun ia tidak melihat dengan hanya boleh menentukan kesalahan
mata kepalanya sendiri kejadian terdakwa jika terdapat bukti minimum
sesungguhnya, dapat menggambarkan yang diatur oleh undang-undang.
dalam pikirannya apa yang sebenarnya Hakim diwajibkan memutus bersalah
terjadi, sehingga memperoleh keyakinan atas terdakwa apabila terdapat bukti-
tentang hal tersebut. bukti yang dimaksud oleh undang-
Dalam pembuktian kekerasan psikis undang. Singkatnya, tidak ada bukti,
dalam rumah tangga tidak semudah tidak dihukum, ada bukti harus
pembuktian kekerasan fisik, berbeda dihukum. Teori ini dianut oleh KUHAP,
dengan pembuktian dalam kekerasan fisik yakni pada Pasal 183 yang
yang jelas terlihat kasap mata, misalnya menyebutkan:
korban pemukulan atau perkosaan dapat Hakim tidak boleh
dibuktikan dengan keterangan saksi dan menjatuhkan pidana kepada
visum et repertum. Sedangkan psikis adalah seseorang kecuali apabila
jiwa, spiritual dan mental serta bathin yang diperoleh sekurang-kurangnya
hanya bisa dirasakan sakitnya oleh korban, dua alat bukti yang syah ia
karena yang luka atau sakit bukan tubuhnya memperoleh keyakinan bahwa
atau fisik seseorang tersebut, melainkan suatu tindak pidana benar-
bathin, jiwa ataupun rohaninya. benar terjadi dan bahwa
Korban kekerasan psikis pun mengalami terdakwalah yang bersalah
traumatis, sulit untuk bicara dan melakukannya.
menceritakan keadaan sebenarnya karena Dari teori tersebut diatas, maka hakim
dibayang-bayangi rasa malu dan ketakutan dapat memutus terdakwa dalam perkara
karena rumah tangga adalah sangat pribadi kekerasan psikis dengan keyakinannya dan
bagi setiap keluarga. Persepsi bahwa alat bukti yang ada. Baik KUHAP maupun
masalah keluarga adalah aib yang harus HIR menganut teori ini. Hal ini tercantum
ditutup rapat-rapat dari orang lain yang dalam Pasal 183 KUHAP yang mengandung
bukan termasuk rumah tangga suatu esensi yaitu :
keluarga. a) Disyaratkan sekurang-kurangnya dua
Kekerasan psikis pun dapat dibuktikan, alat bukti yang syah.
jika kita melihat dari teori pembuktian b) Terdakwalah yang telah bersalah
tradisional berikut yang menyatakan bahwa melakukannya.
: Kata sekurang-kurangnya memberikan
batasan pada alat bukti minimum yang
a) Teori Negarif harus didatangkan pada saat pembuktian.
Teori ini menegaskan bahwa hakim Sedangkan kata-kata alat bukti yang syah
diperbolehkan menjatuhkan pidana jika memberikan pengertian bahwa hanya alat-
mendapatkan keyakinan dengan alat alat bukti yang diatur oleh undang-undang
bukti yang syah bahwa telah terjadi yang dapat ditetapkan sebagai alat bukti
perbuatan yang dilakukan oleh

35
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

dalam proses pembuktian pada semua diproses dalam peradilan pidana. Banyak
bentuk tindak pidana. perkara-perkara yang dilaporkan dan
Dalam hal pembuktian Tindak Pidana, banyak pula yang diselesaikan karena
sudah jelas dibutuhkan barang bukti yang pelapor mencabut laporannya dan
sah sesuai dengan undang-undang, tapi diselesaikan dengan damai. Hal tersebut
untuk Tindak Pidana Kekerasan Psikis disebabkan lemahnya kondisi perempuan
Dalam Rumah Tangga tidaklah mudah. sebagai seorang istri yang sangat
Apalagi akibat yang timbul dari kekerasan bergantung pada suaminya, ini adalah rasa
psikis ini tidak dapat dilihat secara ketakutan dan pengendalian dari suami,
langsung. Berikut beberapa teori setelah kembali berdamai tetap saja istri
pembuktian : mengalami ketakutan tersebut.
a. Teori Pembuktian Berdasarkan Undang- Tidak hanya perasaan takut, kecemasan
Undang Positif ( Positif Wettwlijks dan tekanan tidak akan pernah hilang
theorie ). membayangi mereka, tidak ada kebebasan
b. Teori Pembuktian Berdasarkan yang mausiawi karena ikatan tersebut
Keyakinan Hakim tetapi hal itu hanya disimpan dihati, yang
c. Teori Pembuktian Berdasarkan tidak disadari bagi seorang istri bahwa
Keyakinan Hakim Atas Alasan Yang Logis itulah sebenarnya kekerasan psikis yang
( Laconvivtion Raisonnee ). tentu saja tidak boleh dibiarkan, harus ada
Atas dasar ketentuan pasal 183 KUHAP pemulihan untuk seorang perempuan
ini, maka dapat disimpulkan bahwa KUHAP sebagai korban kekerasan psikis. Apabila
memakai sistem pembuktian menurut kekerasan fisik dapat diobati dengan obat-
undang-undang yang negative. Ini berarti obatan yang dapat diminum atau obat luar
bahwa dalam hal pembuktian harus yang dapat menghilangkan rasa sakit akibat
dilakukan penelitian, apakah terdakwa kekerasan fisik, maka kekerasan psikis
cukup alasan yang didukung oleh alat sangatlah berbeda. Penyembuhan atau
pembuktian yang ditentukan oleh undang- pemulihannya tidak dapat dilihat secara
undang ( minimal dua alat bukti ) dan kalau jelas seperti sebuah luka bakar atau memar
ia cukup, maka baru dipersoalkan tentang karena pemukulan, kekerasan psikis harus
ada atau tidaknya keyakinan hakim akan dipulihkan dengan konseling-konseling atau
kesalahan terdakwa. terapi oleh ahlinya.
Teori pembuktian menurut undang- Dalam hal pencegahan, pemerintah dan
undang negative tersebut dapat disebut masyarakat harus bekerja sama yang telah
dengan negative wettelijk, istilah ini berarti diatur dalam Bab V Undang-undang Nomor
: wettelijk, berdasarkan undang-undang 23 Tahun 2004 tentang Kewajiban
sedangkan negative, maksudnya adalah Pemerintah dan Masyarakat. Pada Pasal 11
bahwa walaupun dalam suatu perkara bab tersebut menyatakan “Pemerintah
terdapat cukup bukti sesuai dengan bertanggung jawab dalam upaya
undang-undang, maka hakim belum boleh pencegahan kekerasan dalam rumah
menjatuhkan hukuman sebelum tangga”.4 Sedangkan penyelenggaraannya
memperoleh keyakinan tentang kesalahan terdapat dalam Pasal 13 Bab V UU No. 23
terdakwa. Tahun 2004 yaitu “Untuk penyelenggaraan
Sejak berlakunya Undang-Undang pelayanan terhadap korban, pemerintah
Nomor 23 Tahun 2004 tentang dan pemerintah daerah sesuai dengan
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga berbagai bentuk tindak pidana 4
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2003 Tentang
dengan locus delicti rumah tangga terus
Penghapusan KDRT, Citra Umbara, Bandung, 2007,
meningkat, namun tidak banyak yang hal:6

36
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

fungsi dan tugas masing-masing dapat disebabkan perilaku istri, adapun perilaku
melakukan upaya : istri yang menyebabkan timbulnya
a. Penyediaan ruang pelayanan khusus di kekerasan suami terhadap sitri antara lain
kantor kepolisian adalah sebagai berikut :
b. Penyediaan aparat, tenaga kesehatan, 1. Faktor ekonomi yang rendah
pekerja sosial, dan pembimbing rohani 2. Ada pihak ketiga
c. Pembuatan dan pengembangan sistem 3. Istri tidak menghormati suami
dan mekanisme kerja sama program 4. Istri keluar rumah tanpa izin dari suami
pelayanan yang melibatkan pihak yang 5. Rendahnya tingkat pendidikan suami.
mudah diakses oleh korban; dan 6. Kelainan mental suami
d. Memberikan perlindungan bagi Dari faktor-faktor yang menyebakan
pendamping, saksi, keluarga dan teman terjadinya tindak kekerasan suami terhadap
korban5 istri tersebut menunjukkan bahwa tindak
Selain pencegahan, pemerintah pun kekerasan suami terhadap istri rawan
telah berupaya untuk pemulihan korban terjadi. Oleh karena itu tindak kekerasan
kekerasan dalam rumah tangga yang telah suami terhadap istri harus mendapat
disusun dalam Peraturan Pemerintah perhatian yang ekstra dari seluruh lapisan
Nomor 4 Tahun 2006 tentang masyarakat karena hal tersebut akan
Penyelenggaraan dan Kerja Sama memungkinkan terjadinya kejahatan yang
Pemulihan Korban Kekerasan Dalam Rumah lain.
Tangga. Pada Pasal 1 Nomor 1 PP No.4 Secara serderhana, faktor-faktor yang
Tahun 2006 menyatakan bahwa pemulihan menimbulkan tindak kekerasan suami
korban adalah segala upaya untuk teradap istri dapat juga dirumuskan
penguatan korban kekerasan dalam rumah menjadi dua faktor, yaitu :
tangga agar lebih berdaya, baik secara fisik 1. Faktor Eksternal
maupun psikis.6 Dan Pasal 1 Nomor 2 Penyebab timbulnya tindak kekerasan
tentang penyelenggaraan pemulihan suami terhadap istri berkaitan dengan
adalah segala tindakan yang meliputi hubungan kekuasanan suami-istri dan
pelayanan dan pendampingan kepada diskriminasi gender dikalangan
korban kekerasan dalam rumah tangga.7 masyarakat. Dalam kebanyakan
masyarakat, suami adalah orang yang
2. Kekerasan Psikis dan Penyebabnya memiliki kekuasaan dan menjadi kepala
1) Penyebab Timbulnya Kekerasan Psikis keluarga. Artinya, suamilah yang
Dalam Rumah Tangga mempunyai otoritas, pembuat
Faktor-faktor penyebab suami keputusan, dan memiliki pengaruh
melakukan kekerasan terhadap istri secara terhadap isri dan anggota keluarga
umum disebabkan oleh beberapa hal lainnya.
antara lain sebagai berikut : 2. Faktor Internal
1. Pengaruh Alkohol/obat-obatan Faktor internal timbulnya kekerasan
2. Kesehatan mental yang terganggu terhadap perempuan adalah kondisi dan
3 Stress atau frustasi. 8 kepribadian suami sebagai pelaku
Tindak kekerasan yang dilakukan suami tindak kekerasan.
terhadap istri selain dari faktor suami juga Dari kedua faktor diatas, dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan
5
Ibid, hal:7 terdapat sedikitnya enam faktor yang
6
Ibid, hal:32 menyebabkan terjadinya kekerasan suami
7
Ibid
8 terhadap istri yaitu :
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademika
Persindo, Jakarta, 1993, hal 41.

37
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

1. Fakta bahwa laki-laki dan perempuan khusus dalam menuntut hak-hak dan
tidak diposisikan setara dalam kompensasi yang dibutuhkannya.
masyarakat Definisi tindak pidana kekerasan dalam
2. Masyarakat masih membesarkan anak rumah tangga mengacu pada pengertian
laki-laki dengan didikan yang kekerasan terhadap perempuan yang ada
bertumpukan pada kekuatan fisik, yaitu dalam deklarasi penghapusan kekerasan
untuk menumbuhkan keyakian bahwa terhadap perempuan (PBB, 1993)
mereka harus kuat dan berani serta menyebutkan bahwasannya kekerasan
tidak toleran. terhadap perempuan adalah setiap
3. Budaya yang mengkoordinasikan tindakan berdasarkan perbedaan jenis
perempuan atau istri tergantung kelamin (gender-based violence) yang
kepada laki-laki atau kepada suami berakibat atau mungkin berakibat
khususnya secara ekonomi. kesengsaraan atau penderitaan perempuan
4. Persepsi tentang kekerasan yang terjadi secara fisik, seksual atau psikologis temasuk
dalam rumah tangga yang diaggap ancaman tindakan tertentu, pemaksaan
harus ditutup karena masuk wilayah atau perampasan kemerdekaan secara
privat suami-istri dan bukan sebagai sewenang-wenang, baik yang terjadi di
persoalan sosial. depan umum atau dalam kehidupan
5. Pemahaman yang keliru terhadap pribadi”. 10
ajaran agama tentang penghormatan Sejumlah lembaga swadaya masyarakat
pada posisi suami tentang aturan juga membuat definisi kekerasan dalam
mendidik istri, dan tentang ajaran rumah tangga. Yang dirumuskan sebagai
kepatuhan istri kepada suami. kekerasan dalam rumah tangga adalah
Kondisi keprihatinan dan psikologi setiap perbuatan yang dilakukan seseorang
suami yang tidak stabil dan tidak benar. atau beberapa orang terhadap orang lain,
yang berakibat atau mungkin berakibat
B. Kekerasan Psikis Dalam Rumah Tangga kesengsaraan atau penderitan secara fisik,
Menurut Undang – Undang No.23 seksual dan atau psikologis, termasuk
Tahun 2004 ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin atau perampasan kemerdekaan secara
antara seorang wanita dan seorang pria sewenang-wenang atau penekanan secara
sebagai suami istri dengan tujuan ekonomis, yang terjadi dalam lingkungan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang rumah tangga. Adanya kekerasan yang
kekal berdasaran ketuhanan Yang Maha terjadi di dalam rumah tangga merupakan
Esa.9 Mengenai perkawinan diatur dalam indikator adanya ketidakseimbangan dan
undang-undang No. 1 tahun 1974, tentang tanggung jawab dari suatu masyarakat
perkawinan dan pelaksanaannya adalah tertentu. Tindak kekerasan yang terjadi
Peraturan Pemerintah No. 9 tahun1975. Di dalam rumah tangga dapat dilihat dari
negara-negara yang mempunyai Udang- berbagai bentuk, antara lain tindak
undang khusus kekerasan domestik (rumah kekerasan tersebut adalah sebagai berikut :
tangga) atau kekerasan terhadap 1. Kekerasan suami terhadap istri.
perempuan, kejahatan ini dapat dibawa ke 2. Kekerasan orang tua terhadap anak
pengadilan dan mereka yang menjadi asuhnya.
korban difasilitasi dalam proses hukum
10
Achie Sudiarti Luhulima, Pemahaman Bentuk-
bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan
9
http://sdm.ugm.ac.id/main/sites/sdm.ugm.ac.id/ar Alternatif Pemecahanya, PT. Alumni, Jakarta, 2002,
sip/peraturan/UU_1_1974.pdf. hal : 2 hal 107.

38
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

3. Kekerasan terhadap orang yang berada memendam sendiri penderitan-nya yang


di dalam ruang lingkupnya. akhirya bisa berpengaruh pada mental istri
Kekerasan psikis dalam rumah tangga itu sendiri sehingga mungkin saja timbul
merupakan masalah yang serius yang tindak kekerasan yang berlapis-lapis
kurang mendapat tanggapan dari misalnya, tindak kekerasan yang dilakukan
masyarakat. Adapun alasan mendasar ibu terhadap anak-anaknya dan dampaknya
kurangnya tanggapan masyarakat terhadap pada anak-anak akan membentuk prilaku
persoalan didalam rumah tangga terutama yang negative. Kekerasan didalam rumah
tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami tangga khususnya tindak kekerasan psikis
terhadap istri adalah sebagai berikut : yang dilakukan oleh suami terhadap istri
1. Tindak kekerasan yang dilakukan suami adalah suatu bentuk emosional yang
terhadap istri memiliki ruang lingkup merupakan suatu cara pengontrolan
yang relatif tertutup (pibadi) dan terhadap pasangan dalam kehidupan
terjaga ketat privacy-nya karena rumah tangga. Bila anggapan umum
persoalan tersebut terjadi didalam menyatakan tempat yang paling berbahaya
rumah tangga. adalah diluar rumah, bagi perempuan
2. Tindak kekerasan yang dilakukan suami faktanya tidak demikian. Perempuan justru
terhadap istrinya sering dianggap hal lebih dilukai dan mengalami kekerasan
yang wajar oleh segelintir masyarakat dalam lingkup personal, baik dalam
karena mereka beranggapan bahwa kaitannnya dengan perannya sebagai istri.
memperlakukan istri sekehendak suami Persoalan kekerasan dalam rumah
merupakan hak suami sebagai tangga pada umumnya berhubungan
pemimpin dan kepala rumah tangga. dengan kekerasan yang bersifat gender.
3. Tindak kekerasan yang dilakukan suami Bentuk kejahatan ini merupakan bentuk
terhadap istri terjadi didalam lembaga diskriminasi terhadap yang menghalangi
yang legal yaitu perkawinan. Sehingga kaum perempuan untuk memperoleh hak-
orang berfikir bahwa orang lain tidak hak kebebasannnya yang setara dengan
berhak untuk mencampuri urusan laki-laki. Minimnya terjadi pengaduan dari
rumah tangga orang lain. 11 korban tindak kekerasan dalam rumah
Kekerasan didalam rumah tangga tangga yang dikarenakan berupa alasan :
khususnya tindak kekerasan psikis yang 1. Ketakutannya bahwa membicarakan
dilakukan suami terhadap istri merupakan kekerasan tersebut akan membuatnya
realita yang memerlukan penanganan yang berada dalam situasi yang lebih buruk.
maksimal dari seluruh lapisan masyarakat. 2. Kurangnya informasi yang akurat
Dalam masyarakat Indonesia yang masih mengenai apa yang sesungguhnya
terpengaruh oleh unsur hukum adatnya, terjadi padanya, siapa yang
lebih suka menyembunyikan persoalan sesungguhnya bermasalah dan menjadi
yang terjadi didalam rumah tangganya. Hal korban.
ini selain atas alasan yang penulis uraikan 3. Kebutuhannya untuk meyakini ini tidak
diatas juga masih sangat kuatnya keyakinan seberat yang dibayangkan adalah cara
untuk menjaga keutuhan dan beradaptasi terhadap kekerasan yang
keharmonisan keluarga itu sendiri. dialaminya, sampai ia siap menghadapi
Akibatnya banyak perempuan (istri) realita dan mampu mengambil
korban kekerasan psikis didalam rumah tindakan-tindakan pengamanan.
tangga yang menyerah pada keadaan, 4. Perasaan malu dan kebingunagna
bahwa ia bertanggungjawab atas
11 kejadian tersebut.
Fadhul Jannah, Kekerasan Terhadap Istri, LKiS,
Yogyakarta, 2003, hal 74.

39
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

5. Keyakinannya bahwa dia 7) Gugurnya atau matinya kandungan


bertanggungjawab atas kejadian seorang perempuan
tersebut. Kekerasan fisik terhadap perempuan
Kekerasan dalam rumah tangga kadang dapat berupa dorongan, cubitan,
dikaitkan dengan istilah kekerasan tendangan, jambangan, pukulan,
terhadap pasangan (spouse abuse). cekikan, bekapan, luka bakar,
Sesungguhnya spouse abuse dapat terjadi pemukulan dengan alat pemukul,
antara pasanagan yang menikah maupun kekerasan benda tajam, siraman zat
yang belum atau tidak menikah. Dalam kimia atau air panas, menenggelamkan
Pasal 7 Undang-undang Nomor 23 tahun dan tembakan.
2004 dinyatakan secara tegas bahwa Kadang-kadang kekerasan fisik ini
“kekerasan psikis sebagaimana dimaksud diikuti dengan kekerasan seksual, baik
dalam pasal 5 huruf b adalah perbuatan berupa serangan ke alat-alat seksual
yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya (payudara dan kemaluan) maupun
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan persetubuhan paksa (pemerkosaan).
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, b. Kekerasan Seksual
dan/atau penderitaan psikis berat pada Kekerasan seksual adalah tiap-tiap
seseorang”.12 perbuatan yang mencakup pelecehan
Harkristuti Harkrisnowo membagi sampai kepada memaksa seseorang
kekerasan terhadap perempuan kedalam untuk melakukan hubungan seksual
beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut : tanpa persetujuan korban atau saat
a. Kekerasan Fisik korban tidak menghendaki; dan atau
Kekerasan fisik adalah setiap melakukan hubungan seksual dengan
perbuatan yang menyebabkan rasa cara-cara yang tidak wajar atau tidak
sakit, cidera, luka atau cacat pada disukai korban, dan atau
tubuh seseorang, dan atau menjauhkannya (mengisolasi) dari
menyebabkan kematian. kebutuhan seksualnya.
Luka yang dimaksud, sesuai yang Kekerasan seksual merupakan setiap
disebutkan pada pasal 90 KUHP yang penyerangan yang bersifat seksual
menyebutkan : terhadap perempuan, baik telah terjadi
1) Penyakit atau luka yang tak dapat persetubuhan atau tidak, dan tampa
diharapkan akan sembuh lagi memperdulikan hubungan pelaku dan
dengan sempurna atau yang dapat korban. Perbedaan aspek fisik dan
mendatangkan bahaya maut; seksual dianggap perlu, karena
2) Senantiasa tidak cakap mengerjakan ternyata tindak kekerasan terhadap
pekerjaan jabatan atau pekerjaan perempuan yang bernuansakan seksual
pencaharian tidak sekedar melalui prilaku fisik
3) Tidak dapat lagi memakai ssalah belaka.
satu pancaindera c. Kekerasan Psikologis
4) Mendapat cacat besar Kekerasan psikologis adalah setiap
5) Lumpuh (kelumpuhan) perbuatan dan ucapan yang
6) Akal (tenaga paham) tidak mengakibatkan ketakutan, hilang rasa
sempurna lebih lama dari empat percaya diri, hilangnya kemauan untuk
minggu; bertindak, dan rasa tidak berdaya pada
seseorang.
12
Pada kekerasan psikologi, sebenarnya
Undang-Undang No.23 Tahun 2004 Tentang
dampak yang dirasakan lebih
Penghapusan KDRT, Citra Umbara, Bandung, 2007,
hal:7 menyakitkan daripada kekerasan

40
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

secara fisik. Bentuk kekerasan ini sulit Dari kesimpulan yang dikemukakan
untuk dibatasi pengertiannya karena diatas maka berikut ini akan dikemukakan
sensitivisme emosi seseorang sangat saran-saran penulis sebagai berikut :
bervariasi. Identifikasi akibat yang 1. Diharapkan penegasan hukuman
timbul pada kekerasan psikis sulit terhadap pelaku kejahatan tindak
untuk diukur. kekerasan psikis suami terhadap isteri
sesuai dengan Ketentuan pidana dalam
PENUTUP Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004
A. Kesimpulan yang mengatur tentang Penghapusan
Adapun kesimpulan yang diperoleh Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan
dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : masyarakat mau bekerja sama dalam
1. Bahwa perilaku yang menyimpang dalam hal pelaporan kekerasan psikis tersebut
keluarga baik dari norma agama maupun kepada pihak yang berwajib.
dalam norma sosial dalam masyarakat 2. Diharapkan pihak yang berwajib lebih
menentang perbuatan kekerasan dalam jeli lagi dalam menangani kasus
rumah tangga, karena itu perbuatan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
tersebut tidak dibenarkan oleh khususnya kekerasan psikis yang
masyarakat, lebih-lebih dari norma memang sulit terlihat dengan kasap
agama bahwa seorang suami dan istri mata yang juga bekerja sama dengan
sudah dipersatukan menjadi satu dalam pemerintah daerah dan Kementrian
suatu keluarga termasuk anak, sehingga Pemberdayaan Perempuan dan
perbuatan tersebut sangat dirasakan Perlindungan Anak, serta diharapkan
mengganggu keharmonisan dalam masyarakat tahu bahwa kekerasan yang
berkeluarga dengan menjadi rumusan terjadi dalam rumah tangga bukanlah
sebagai tindak pidana, karena perbuatan hal yang harus ditutupi, tetapi adalah
kekerasan psikis tersebut adalah suatu tindak pidana yang tidak boleh
tindakan melawan hukum yang telah dilakukan. Disamping itu, hakim
dilarang dalam Undang-undang Nomor hendaknya dalam memutuskan perkara
23 Tahun 2004 Pasal 5 huruf b. Kekerasan Dalam Rumah Tangga, tidak
2. Secara psikologi, kekerasan psikis adalah menggampangkan atau mempermudah
kekerasan tanpa merusak atau melukai keputusan perkara tersebut yang
fisik seseorang, ini disebut perilaku sampai pada akhirnya membuat
agresi verbal aktif langsung yaitu dengan hubungan suami dan istri pada tahap
menghina, marah, memaki dan ancaman perceraian sehingga perempuan yang
kekerasan. Kejahatan ini adalah pada umumnya adalah korban sangat
perbuatan yang mengakibatkan dirugikan untuk menjaga keutuhan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, rumah tangganya.
hilangnya kemampuan untuk bertindak,
rasa tidak berdaya, dan/atau DAFTAR PUSTAKA
penderitaan psikis berat pada seseorang, Baron, R.A.dan Bryne, D. 2005. Psikologi
sebagaimana disebutkan dalam Undang- Sosial. Jilid 2.Alih Bahasa : Ratna Djuwita.
undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 7 Jakarta : Erlangga.
dan sanksi pidana atas kekerasan psikis Berkowitz, L. 1995. Agresi 1 Sebab dan
tersebut tercantum dalam Pasal 45 dari Akibatnya. Alih Bahasa : Hartatni Woro
Undang-undang tersebut Susiatni. Jakarta : Pustaka Binaman
Pressindo.
B. Saran Brigham, J.C. 1991. Social Psychology.
Second Edition. New York : Happer

41
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

Collins Publisher, Inc. Semin, G. & Fiedler, K. 1996. Applied Social


Buss, Arnold H. 1978. Psychology : Behavior Psychology. London : SAGE Publications
in Perspective. Second Edition.New York : Ltd.
John Wiley & Sons. Soerodibroto, R. Soenarto. 1994. Kitab
Dayakisni, Tri dan Hudainiah. 2003. Undang-Undang Hukum Acara
Psikologi Sosial. Malang : UMM Press. Pidana.Jakarta : Rajawali Pers
Gosita, Arif. 1993. Masalah Korban Moeljanto. 1996. Kitab Undang-Undang
Kejahatan. Jakarta : Akademika Persindo Hukum Pidana. Jakarta : Bumi Aksara
Hamzah, Andi.2008. Hukum Acara Pidana .2007.Undang-Undang RI
Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika Nomor 23 Tahun 2004
Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia. Tentang Penghapusan
Bandung : PT Eresco. Kekerasan Dalam Rumah
Krahe, B. 2005. Perilaku Agresif. Alih Bahasa Tangga. Bandung : Citra
: Helly P. Soetjipto dan Sri M. Soetjipto. Umbara
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. http//id.m.wikipedia.org/wiki/kekerasan
Jannah, Fadhul. 2003. Kekerasan Terhadap www.referensimakalah.com/2012/05/teori
Istri, Lkis, Yogyakarta : Mizan _pembuktian_dalam_hukum_pidana_42
Luhulima, Achie Sudiarti. 2002. 93
Pemahaman Bentuk-Bentuk Tindak http://sdm.ugm.ac.id/main/sites/sdm.ugm.
Kekerasan Terhadap Perempuan dan ac.id/arsip/peraturan/UU_1_1974.pdf
Alternatif Pemecahannya. Jakarta : PT. http://miftah-
Alumni lan.blogspot.com/2012/03/pengertian-
Marta, Aroma Elmina. 2003. Perempuan, dan-unsur-unsur-tindak.html
Kekerasan dan Hukum. Yogyakarta : UII
Press
Myers, David G. 2005. Social Psychology.
Eight Edition. New York : McGraw-Hill
Companies.
Poerwadarminta, W.J.S. 1997. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta :
Balai Pustaka
Prasetya, Eko dan Marzuki, Suparman.
1997. Perempuan Dalam Wacana
Perkosaan dan Kekersan dalam
Perspektif Analisa Gender PKBI.
Yogyakarta : Mizan
Prodjodikoro, Wiryono. 1962. Hukum Acara
Pidana di Indonesia. Bandung : Sumur
Prodjodikoro, Wirjono. 2008. Asas-Asas
Hukum Pidana Di Indonesia. Bandung:
Refika Aditama
Raven, B. dan Rubin, J.Z. 1983. Social
Psychology. Toronto : John Wiley&Sons.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi
Sosial : Individu dan Teori-teori Psikologi
Sosial. Jakarta : Balai Pustaka.

42

Anda mungkin juga menyukai