5/September/2013
KEKERASAN PSIKIS DALAM RUMAH mereka tidaklah tahu bahwa hal tersebut
TANGGA SEBAGAI SUATU adalah salah satu bentuk dari kekerasan
TINDAK PIDANA1 psikis.
Oleh : Resti Arini2 Seorang istri yang mengalami kekerasan
psikis dari suami karena istri lupa
ABSTRAK menyiapkan sarapan pagi lalu mendapat
Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga makian dari suaminya dengan kata-kata
(KDRT) tampaknya semakin mudah saja yang kasar dan menyakitkan, lalu suaminya
terjadi tetapi sangat sulit untuk diketahui. berselingkuh dengan wanita lain dan mulai
Kekerasan psikis yang sering terjadi dalam banyak mencari alasan untuk sampai pada
rumah tangga sering kali dianggap sekedar tahap menceraikan istri, anak-anak yang
“bumbu” perkawinan bahkan dianggap mengalami ketakutan terhadap orang
biasa saja sehingga pihak luar tidak pantas tuanya bahkan sampai mengalami
mencampurinya, padahal dari kekerasan penderitaan psikis berat atau trauma yang
psikis tersebut itulah dapat berkembang berkepanjangan akibat perlakuan yang
menjadi kekerasan lainnya. Kekerasan tidak baik dari orang tua hanya karena si
psikis KDRT merupakan suatu tindakan anak tidak bisa diatur hanyalah beberapa
melawan hukum yang mana terhadap contoh peristiwa kongkrit terjadinya
pelakunya sudah sepantasnya dikenai kekerasan psikis dalam rumah tangga.
sanksi pidana. Selain merupakan suatu Secara umum, KDRT lebih banyak dilakukan
tindakan melawan hukum, juga merupakan oleh kaum laki-laki yang merasa mencari
suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia nafkah dan memandang istri dan anak-anak
(HAM). Oleh karena itu, dengan adanya adalah makhluk yang lemah, ditambah
Undang-Undang No 23 Tahun 2004 Tentang dengan seorang istri yang hanya sebagai
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah ibu rumah tangga yang tidak memperoleh
Tangga, persoalan kekerasan psikis dalam penghasilan dari manapun selain dari
rumah tangga yang dahulu hanya sekedar suami, inilah yang menjadi dilema yang
persoalan keluarga sekarang telah berubah membuat seorang isteri sangat takut
menjadi persoalan hukum dan siapa saja terhadap suaminya dan kadang sampai rela
boleh mengadukan kepada aparat penegak diperlakukan seenaknya oleh suaminya
hukum atas kasus-kasus kekerasan psikis yang tentu saja tidak berani berbuat
tanpa perlu takut dianggap sebagai upaya apapun, melawan bahkan tidak berani
mencampuri keluarga lain. melaporkan ke pihak yang berwajib.
Kata kunci: Kekerasan psikis, rumah tangga Munculnya peristiwa-peristiwa yang
memilukan ini semakin menegaskan bahwa
PENDAHULUAN tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN (KDRT) tampaknya semakin mudah saja
Pada umumnya kekerasan yang terjadi terjadi tetapi sangat sulit untuk diketahui.
dalam rumah tangga selalu didahului Apabila di masa lalu KDRT merupakan
dengan kekerasan psikis yang kerap kali monopoli keluarga di lingkungan
tidak disadari oleh sebuah keluarga. masyarakat pedesaan, di mana keluguan
Seorang istri atau seorang anak tidak serta ketaatan dari seorang isteri atau anak
mengetahui bahwa sebuah kekerasan psikis sering menjadi penyebab utama munculnya
telah menimpa mereka. Seperti perasaan KDRT. Seorang istri atau anak dari keluarga
ketakutan, pasti pernah dirasakan tetapi terpandang dengan tingkat pendidikan
yang relatif tinggi tidak luput dari berbagai
1 tindakan kekerasan psikis yang dilakukan
Artikel Skripsi
2
NIM 090711675
32
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
oleh suami atau ayahnya atau orang-orang secara Deduksi dan Induksi, sebagai berikut
terdekatnya. :
a. Secara Deduksi, yaitu pembahasan
B. RUMUSAN MASALAH yang bertitik tolak dari hal-hal yang
1. Bagaimana Kekerasan Psikis Dalam bersifat umum, kemudian dibahas
Rumah Tangga menjadi suatu tindak menjadi suatu kesimpulan yang
pidana? bersifat khusus.
2. Bagaimana terjadinya Kekerasan Psikis b. Secara Induksi, yaitu pembahasan yang
Dalam Rumah Tangga berdasarkan bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat
Undang – Undang No. 23 Tahun 2004 khusus, kemudian dibahas menjadi
Tentang Penghapusan Kekerasan suatu kesimpulan yang bersifat umum
Dalam Rumah Tangga? (merupakan kebalikan dari metode
Deduksi).
C. METODE PENELITIAN Kedua Metode dan teknik pengolahan
Oleh karena ruang lingkup penelitian ini data tersebut di atas dilakukan secara
adalah pada disiplin ilmu Hukum, berganti-gantian bilamana perlu untuk
khususnya Hukum Pidana, maka penelitian mendukung pembahasan skripsi ini.
ini merupakan bagian dari penelitian
hukum kepustakaan yakni dengan cara PEMBAHASAN
meneliti bahan pustaka atau yang A. Kekerasan Psikis Dalam Rumah Tangga
dinamakan penelitian hukum normatif. 3 Sebagai Tindak Pidana
Secara terperinci , metode-metode dan Barang siapa yang melakukan tindakan
teknik-teknik penelitian yang digunakan kekerasan psikis dalam lingkup rumah
ialah : tangga, maka seseorang tersebut telah
1. Metode Penelitian Kepustakaan melakukan tindakan melawan hukum,
(Library Research) yakni suatu metode sebagaimana disebutkan dalam Undang-
yang digunakan dengan jalan undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 45,
mempelajari buku literature, yaitu :
perundang-undangan dan bahan- 1. Setiap orang yang melakukan perbuatan
bahan tertulis lainnya yang kekerasan psikis dalam lingkup rumah
berhubungan dengan materi tangga sebagaimana dimaksud dalam
pembahasan yang digunakan untuk Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana
mendukung pembahasan ini. penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
2. Metode komparasi (Comparative denda paling banyak Rp. 9000.000
Research), yakni suatu metode yang (Sembilan juta rupiah)
digunakan dengan jalan mengadakan 2. Dalam hal perbuatan sebagaimana
perbandingan terhadap sesuatu dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
masalah yang dibahas, kemudian suami terhadap isteri atau sebaliknya
diambil untuk mendukung yang tidak menimbulkan penyakit atau
pembahasan ini, misalnya halangan untuk menjalankan pekerjaan
perbandingan antara pendapat para jabatan atau mata pencaharian atau
pakar-pakar hukum pidana. kegiatan sehari-hari, dipidana dengan
Data yang terkumpul kemudian diolah pidana penjara paling lama 4 (empat)
dengan suatu teknik pengolahan data bulan atau denda paling banyak Rp.
3.000.000 (tiga juta rupiah).
Sementara itu dalam kaitannya dengan
3 tindakan kekerasan psikis, pembuktian
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985, hal. 14. menempati titik sentral dalam
33
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
34
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
35
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
dalam proses pembuktian pada semua diproses dalam peradilan pidana. Banyak
bentuk tindak pidana. perkara-perkara yang dilaporkan dan
Dalam hal pembuktian Tindak Pidana, banyak pula yang diselesaikan karena
sudah jelas dibutuhkan barang bukti yang pelapor mencabut laporannya dan
sah sesuai dengan undang-undang, tapi diselesaikan dengan damai. Hal tersebut
untuk Tindak Pidana Kekerasan Psikis disebabkan lemahnya kondisi perempuan
Dalam Rumah Tangga tidaklah mudah. sebagai seorang istri yang sangat
Apalagi akibat yang timbul dari kekerasan bergantung pada suaminya, ini adalah rasa
psikis ini tidak dapat dilihat secara ketakutan dan pengendalian dari suami,
langsung. Berikut beberapa teori setelah kembali berdamai tetap saja istri
pembuktian : mengalami ketakutan tersebut.
a. Teori Pembuktian Berdasarkan Undang- Tidak hanya perasaan takut, kecemasan
Undang Positif ( Positif Wettwlijks dan tekanan tidak akan pernah hilang
theorie ). membayangi mereka, tidak ada kebebasan
b. Teori Pembuktian Berdasarkan yang mausiawi karena ikatan tersebut
Keyakinan Hakim tetapi hal itu hanya disimpan dihati, yang
c. Teori Pembuktian Berdasarkan tidak disadari bagi seorang istri bahwa
Keyakinan Hakim Atas Alasan Yang Logis itulah sebenarnya kekerasan psikis yang
( Laconvivtion Raisonnee ). tentu saja tidak boleh dibiarkan, harus ada
Atas dasar ketentuan pasal 183 KUHAP pemulihan untuk seorang perempuan
ini, maka dapat disimpulkan bahwa KUHAP sebagai korban kekerasan psikis. Apabila
memakai sistem pembuktian menurut kekerasan fisik dapat diobati dengan obat-
undang-undang yang negative. Ini berarti obatan yang dapat diminum atau obat luar
bahwa dalam hal pembuktian harus yang dapat menghilangkan rasa sakit akibat
dilakukan penelitian, apakah terdakwa kekerasan fisik, maka kekerasan psikis
cukup alasan yang didukung oleh alat sangatlah berbeda. Penyembuhan atau
pembuktian yang ditentukan oleh undang- pemulihannya tidak dapat dilihat secara
undang ( minimal dua alat bukti ) dan kalau jelas seperti sebuah luka bakar atau memar
ia cukup, maka baru dipersoalkan tentang karena pemukulan, kekerasan psikis harus
ada atau tidaknya keyakinan hakim akan dipulihkan dengan konseling-konseling atau
kesalahan terdakwa. terapi oleh ahlinya.
Teori pembuktian menurut undang- Dalam hal pencegahan, pemerintah dan
undang negative tersebut dapat disebut masyarakat harus bekerja sama yang telah
dengan negative wettelijk, istilah ini berarti diatur dalam Bab V Undang-undang Nomor
: wettelijk, berdasarkan undang-undang 23 Tahun 2004 tentang Kewajiban
sedangkan negative, maksudnya adalah Pemerintah dan Masyarakat. Pada Pasal 11
bahwa walaupun dalam suatu perkara bab tersebut menyatakan “Pemerintah
terdapat cukup bukti sesuai dengan bertanggung jawab dalam upaya
undang-undang, maka hakim belum boleh pencegahan kekerasan dalam rumah
menjatuhkan hukuman sebelum tangga”.4 Sedangkan penyelenggaraannya
memperoleh keyakinan tentang kesalahan terdapat dalam Pasal 13 Bab V UU No. 23
terdakwa. Tahun 2004 yaitu “Untuk penyelenggaraan
Sejak berlakunya Undang-Undang pelayanan terhadap korban, pemerintah
Nomor 23 Tahun 2004 tentang dan pemerintah daerah sesuai dengan
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga berbagai bentuk tindak pidana 4
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2003 Tentang
dengan locus delicti rumah tangga terus
Penghapusan KDRT, Citra Umbara, Bandung, 2007,
meningkat, namun tidak banyak yang hal:6
36
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
fungsi dan tugas masing-masing dapat disebabkan perilaku istri, adapun perilaku
melakukan upaya : istri yang menyebabkan timbulnya
a. Penyediaan ruang pelayanan khusus di kekerasan suami terhadap sitri antara lain
kantor kepolisian adalah sebagai berikut :
b. Penyediaan aparat, tenaga kesehatan, 1. Faktor ekonomi yang rendah
pekerja sosial, dan pembimbing rohani 2. Ada pihak ketiga
c. Pembuatan dan pengembangan sistem 3. Istri tidak menghormati suami
dan mekanisme kerja sama program 4. Istri keluar rumah tanpa izin dari suami
pelayanan yang melibatkan pihak yang 5. Rendahnya tingkat pendidikan suami.
mudah diakses oleh korban; dan 6. Kelainan mental suami
d. Memberikan perlindungan bagi Dari faktor-faktor yang menyebakan
pendamping, saksi, keluarga dan teman terjadinya tindak kekerasan suami terhadap
korban5 istri tersebut menunjukkan bahwa tindak
Selain pencegahan, pemerintah pun kekerasan suami terhadap istri rawan
telah berupaya untuk pemulihan korban terjadi. Oleh karena itu tindak kekerasan
kekerasan dalam rumah tangga yang telah suami terhadap istri harus mendapat
disusun dalam Peraturan Pemerintah perhatian yang ekstra dari seluruh lapisan
Nomor 4 Tahun 2006 tentang masyarakat karena hal tersebut akan
Penyelenggaraan dan Kerja Sama memungkinkan terjadinya kejahatan yang
Pemulihan Korban Kekerasan Dalam Rumah lain.
Tangga. Pada Pasal 1 Nomor 1 PP No.4 Secara serderhana, faktor-faktor yang
Tahun 2006 menyatakan bahwa pemulihan menimbulkan tindak kekerasan suami
korban adalah segala upaya untuk teradap istri dapat juga dirumuskan
penguatan korban kekerasan dalam rumah menjadi dua faktor, yaitu :
tangga agar lebih berdaya, baik secara fisik 1. Faktor Eksternal
maupun psikis.6 Dan Pasal 1 Nomor 2 Penyebab timbulnya tindak kekerasan
tentang penyelenggaraan pemulihan suami terhadap istri berkaitan dengan
adalah segala tindakan yang meliputi hubungan kekuasanan suami-istri dan
pelayanan dan pendampingan kepada diskriminasi gender dikalangan
korban kekerasan dalam rumah tangga.7 masyarakat. Dalam kebanyakan
masyarakat, suami adalah orang yang
2. Kekerasan Psikis dan Penyebabnya memiliki kekuasaan dan menjadi kepala
1) Penyebab Timbulnya Kekerasan Psikis keluarga. Artinya, suamilah yang
Dalam Rumah Tangga mempunyai otoritas, pembuat
Faktor-faktor penyebab suami keputusan, dan memiliki pengaruh
melakukan kekerasan terhadap istri secara terhadap isri dan anggota keluarga
umum disebabkan oleh beberapa hal lainnya.
antara lain sebagai berikut : 2. Faktor Internal
1. Pengaruh Alkohol/obat-obatan Faktor internal timbulnya kekerasan
2. Kesehatan mental yang terganggu terhadap perempuan adalah kondisi dan
3 Stress atau frustasi. 8 kepribadian suami sebagai pelaku
Tindak kekerasan yang dilakukan suami tindak kekerasan.
terhadap istri selain dari faktor suami juga Dari kedua faktor diatas, dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan
5
Ibid, hal:7 terdapat sedikitnya enam faktor yang
6
Ibid, hal:32 menyebabkan terjadinya kekerasan suami
7
Ibid
8 terhadap istri yaitu :
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademika
Persindo, Jakarta, 1993, hal 41.
37
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
1. Fakta bahwa laki-laki dan perempuan khusus dalam menuntut hak-hak dan
tidak diposisikan setara dalam kompensasi yang dibutuhkannya.
masyarakat Definisi tindak pidana kekerasan dalam
2. Masyarakat masih membesarkan anak rumah tangga mengacu pada pengertian
laki-laki dengan didikan yang kekerasan terhadap perempuan yang ada
bertumpukan pada kekuatan fisik, yaitu dalam deklarasi penghapusan kekerasan
untuk menumbuhkan keyakian bahwa terhadap perempuan (PBB, 1993)
mereka harus kuat dan berani serta menyebutkan bahwasannya kekerasan
tidak toleran. terhadap perempuan adalah setiap
3. Budaya yang mengkoordinasikan tindakan berdasarkan perbedaan jenis
perempuan atau istri tergantung kelamin (gender-based violence) yang
kepada laki-laki atau kepada suami berakibat atau mungkin berakibat
khususnya secara ekonomi. kesengsaraan atau penderitaan perempuan
4. Persepsi tentang kekerasan yang terjadi secara fisik, seksual atau psikologis temasuk
dalam rumah tangga yang diaggap ancaman tindakan tertentu, pemaksaan
harus ditutup karena masuk wilayah atau perampasan kemerdekaan secara
privat suami-istri dan bukan sebagai sewenang-wenang, baik yang terjadi di
persoalan sosial. depan umum atau dalam kehidupan
5. Pemahaman yang keliru terhadap pribadi”. 10
ajaran agama tentang penghormatan Sejumlah lembaga swadaya masyarakat
pada posisi suami tentang aturan juga membuat definisi kekerasan dalam
mendidik istri, dan tentang ajaran rumah tangga. Yang dirumuskan sebagai
kepatuhan istri kepada suami. kekerasan dalam rumah tangga adalah
Kondisi keprihatinan dan psikologi setiap perbuatan yang dilakukan seseorang
suami yang tidak stabil dan tidak benar. atau beberapa orang terhadap orang lain,
yang berakibat atau mungkin berakibat
B. Kekerasan Psikis Dalam Rumah Tangga kesengsaraan atau penderitan secara fisik,
Menurut Undang – Undang No.23 seksual dan atau psikologis, termasuk
Tahun 2004 ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin atau perampasan kemerdekaan secara
antara seorang wanita dan seorang pria sewenang-wenang atau penekanan secara
sebagai suami istri dengan tujuan ekonomis, yang terjadi dalam lingkungan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang rumah tangga. Adanya kekerasan yang
kekal berdasaran ketuhanan Yang Maha terjadi di dalam rumah tangga merupakan
Esa.9 Mengenai perkawinan diatur dalam indikator adanya ketidakseimbangan dan
undang-undang No. 1 tahun 1974, tentang tanggung jawab dari suatu masyarakat
perkawinan dan pelaksanaannya adalah tertentu. Tindak kekerasan yang terjadi
Peraturan Pemerintah No. 9 tahun1975. Di dalam rumah tangga dapat dilihat dari
negara-negara yang mempunyai Udang- berbagai bentuk, antara lain tindak
undang khusus kekerasan domestik (rumah kekerasan tersebut adalah sebagai berikut :
tangga) atau kekerasan terhadap 1. Kekerasan suami terhadap istri.
perempuan, kejahatan ini dapat dibawa ke 2. Kekerasan orang tua terhadap anak
pengadilan dan mereka yang menjadi asuhnya.
korban difasilitasi dalam proses hukum
10
Achie Sudiarti Luhulima, Pemahaman Bentuk-
bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan
9
http://sdm.ugm.ac.id/main/sites/sdm.ugm.ac.id/ar Alternatif Pemecahanya, PT. Alumni, Jakarta, 2002,
sip/peraturan/UU_1_1974.pdf. hal : 2 hal 107.
38
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
39
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
40
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
secara fisik. Bentuk kekerasan ini sulit Dari kesimpulan yang dikemukakan
untuk dibatasi pengertiannya karena diatas maka berikut ini akan dikemukakan
sensitivisme emosi seseorang sangat saran-saran penulis sebagai berikut :
bervariasi. Identifikasi akibat yang 1. Diharapkan penegasan hukuman
timbul pada kekerasan psikis sulit terhadap pelaku kejahatan tindak
untuk diukur. kekerasan psikis suami terhadap isteri
sesuai dengan Ketentuan pidana dalam
PENUTUP Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004
A. Kesimpulan yang mengatur tentang Penghapusan
Adapun kesimpulan yang diperoleh Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan
dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : masyarakat mau bekerja sama dalam
1. Bahwa perilaku yang menyimpang dalam hal pelaporan kekerasan psikis tersebut
keluarga baik dari norma agama maupun kepada pihak yang berwajib.
dalam norma sosial dalam masyarakat 2. Diharapkan pihak yang berwajib lebih
menentang perbuatan kekerasan dalam jeli lagi dalam menangani kasus
rumah tangga, karena itu perbuatan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
tersebut tidak dibenarkan oleh khususnya kekerasan psikis yang
masyarakat, lebih-lebih dari norma memang sulit terlihat dengan kasap
agama bahwa seorang suami dan istri mata yang juga bekerja sama dengan
sudah dipersatukan menjadi satu dalam pemerintah daerah dan Kementrian
suatu keluarga termasuk anak, sehingga Pemberdayaan Perempuan dan
perbuatan tersebut sangat dirasakan Perlindungan Anak, serta diharapkan
mengganggu keharmonisan dalam masyarakat tahu bahwa kekerasan yang
berkeluarga dengan menjadi rumusan terjadi dalam rumah tangga bukanlah
sebagai tindak pidana, karena perbuatan hal yang harus ditutupi, tetapi adalah
kekerasan psikis tersebut adalah suatu tindak pidana yang tidak boleh
tindakan melawan hukum yang telah dilakukan. Disamping itu, hakim
dilarang dalam Undang-undang Nomor hendaknya dalam memutuskan perkara
23 Tahun 2004 Pasal 5 huruf b. Kekerasan Dalam Rumah Tangga, tidak
2. Secara psikologi, kekerasan psikis adalah menggampangkan atau mempermudah
kekerasan tanpa merusak atau melukai keputusan perkara tersebut yang
fisik seseorang, ini disebut perilaku sampai pada akhirnya membuat
agresi verbal aktif langsung yaitu dengan hubungan suami dan istri pada tahap
menghina, marah, memaki dan ancaman perceraian sehingga perempuan yang
kekerasan. Kejahatan ini adalah pada umumnya adalah korban sangat
perbuatan yang mengakibatkan dirugikan untuk menjaga keutuhan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, rumah tangganya.
hilangnya kemampuan untuk bertindak,
rasa tidak berdaya, dan/atau DAFTAR PUSTAKA
penderitaan psikis berat pada seseorang, Baron, R.A.dan Bryne, D. 2005. Psikologi
sebagaimana disebutkan dalam Undang- Sosial. Jilid 2.Alih Bahasa : Ratna Djuwita.
undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 7 Jakarta : Erlangga.
dan sanksi pidana atas kekerasan psikis Berkowitz, L. 1995. Agresi 1 Sebab dan
tersebut tercantum dalam Pasal 45 dari Akibatnya. Alih Bahasa : Hartatni Woro
Undang-undang tersebut Susiatni. Jakarta : Pustaka Binaman
Pressindo.
B. Saran Brigham, J.C. 1991. Social Psychology.
Second Edition. New York : Happer
41
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
42