LP Oksigenasi
LP Oksigenasi
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah dilakukan selama 30 menit, peserta penyuluhan dapat memahami dan
menjelaskan tentang penyakit dekubitus.
1 Leaflet
2. Memberikan pertanyaan
III.Penutup 1. Menjawab
tentang materi empiema
pertanyaan
yang telah disampaikan
2. 2
3. Menyimpulkan materi
3. Mendengarkan
E. Evaluasi
1. Cara: Lisan
2. Bentuk pertanyaan:
1. Sebutkan Pengertian Dekubitus
2. Sebutkan Tipe Dekubitus
3. Jelaskan Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab Dekubitus
4. Sebutkan Penampilan Klinis Dekubitus
5. Jelaskan Pencegahan Dekubitus dan Pengobatan/Intervensi Dekubitus
F. Referensi
Capernito, Linda Juall. 1999. Rencana Diagnosa dan Dokumentasi Keperawatan :
Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Ed.2. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Nurachman, Elly. 2001. Pencegahan dan Perawatan Dekubittus. Jakarta : Sagung Seto
http://asuhan-keperawatan-dekubitus.blogspot.com/2011/04/ulcus-dekubitus.html
Materi Penyuluhan
PENCEGAHAN DEKUBITUS
A. Pendahuluan
Kita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kulit pada
baju dan aktivitas higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi. Dekubitus dapat terjadi
pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia.
Khsusnya pada klien dengan imobilitas. Seseorang yang tidak im-mobil yang tidak
berbaring ditempat tidur sampai berminggu-minggu tanpa terjadi dekubitus karena dapat
berganti posisi beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser,
sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak dengan alas tempat tidur.
Sedangkan im-mobilitas hampir menyebabkan dekubitus bila berlangsung lama. Terjadinya
ulkus disebabkan ganggual aliran darah setempat, dan juga keadaan umum dari penderita.
B. Pengertian Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah
yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khsus. Area yang biasa terjadi
dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi oleh cukup dengan
lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica
superior anterior, daerah tumit dan siku.
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju, prosentase
terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam
perawatan.
Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan
kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:
· Berkurangnya jaringan lemak subkutan
· Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
· Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis
dan rapuh.
a. Faktor Intrinsik
· Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit
akan tipis (tortora & anagnostakos, 1990)
· Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit
berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.
· Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus
yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
· Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan
insufisiensi kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti
pada sistem pernapasan menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit
menurun.
· Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
· Anemia
· Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek
penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akam menyebabkan
kadar albumin darah menurun
· Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah,
juga mempermudah dan meperjelek dekubitus
· Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik
· Kebersihan tempat tidur
· Alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan
penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya
dekubitus.
· Duduk yang buruk
· Posisi yang tidak tepat
· Perubahan posisi yang kurang
F. Pencegahan Dekubitus
Karena dekubitus lebih mudah dicegah daripada diobati, maka sedini mungkin
harus dicegah dengan cara :
1. Anjurkan pasien untuk duduk dikursi roda atau seri gery untuk menegakkan mereka
setiap 10 menit untuk mengurangi tekaan atau membantu pasien melakukannya.
2. Anjurkan masukan cairan dan nutrisi yang tepat dan adekuat. Karena kerusakan
kulit lebih mudah terjadi dan lambat untuk sembuh jika nutrisi pasien buruk.
3. Segera membersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap
kulit.
4. Inspeksi daerah dekubitus umum terjadi, laporkan adanya area kemerahan dengan
segera.
5. Jaga agar kulit tetap kering
6. Jaga agar linen tetap sering dan bebas dari kerutan
7. Beri perhatian khusus pada daerah daerah yang beresiko terjadi dekubitu.
8. Masase sekitar daerah kemerahan dengan sering menggunakan lotion
9. Jangan gunakan losion pada kulit yang rusak
10. Beri sedikit bedak tabur pada area pergesekan tapi jangan biarkan
menumpuk.menggumpal
11. Gunakan kain pengalas bila memindahkan pasien tirah baring
12. Lakukan latihan serak minimal 2x sehari untuk mencegah kontraktur
13. Gunakan kasur busa, kasur kulit atau kasur perubah tekanan.
G. Pengobatan / Intervensi
Tahap tahap kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan terjadi dalam 4 tahap, maka
dari itu pengobatan atau intervensi keperawatan pada tiap tahap/dapat membatasi proses
dan menghindari kerusakan lebih lanjut. Tahap satu, yang ditandai dengan :
1. Kulit menjadi kemerahan, akan berubah warna biru ke abu abuan disekitar daerah
yang mengalami tekanan. Pada orang yang berkulit gelap daerah tersebut terlihat
lebih kering.
Tindakan:
a. Britahui perawat
b. Jaga agar area sekitar kulit yang rusak tetap bersih dan kering
c. Kurangi semua tekanan berlebihan pada area tersebut
d. Menganjurkan diet bergizi dan cairan yang adekuat
e. Jaga agar kulit yang rusak tetap tertutup sesuai instruksi, biasanya dengan
balutan steril kering atau penutup proteksif lainnya.
f. Lakukan pengobatan dengan lampu panas sesuai instruksi dokter
g. Tempatkan pasien pada matras egrate, agar berat badan terdistritansi ke seluruh
permukaannya dan memberikan sirkulasi udara.
h. Laporkan indikasi infeksi seperti bau atau drainase, pendarahan dan perubahan
ukuran.
i. Pokumatasikan adanya area yang potensia rusak pada catatan pasien
menggunakan kata kata dan diagram.
2. Kulit memerah dan terdapat lesi seperti suka melepuh didaerah tersebut, kulit bisa
rusak atau tidak.
Tindakan
a. Pindahkan tekanan dengan mengganti posisi pasien
b. Masase dengan lembut daerah sekitar area yang memerah untuk mencegah
pembentukan luka baring dengan .
c. Laporkan ke perawat
d. Dokumentasikan pada catatan perawatan
3. Semua lapisan kulit rusak,
Tindakan.
a. Perawatan yang diabaikan sama dengan perawatan tahap tahap dan dilanjutkan
dengan tepat jika berlanjut ke tahap 3.
b. Untuk mencegah infeksi perawar dapat mencari daerah luka dengan bahan
bakteriostatik misalnya : Phisonex, cara klens, dan Bioleks, pengobatan spesifik
bervariasi sesuai dengan instruksi dokter.