Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
(Stoikiometri Kimia)

Oleh:

Nama : Irji Rizqi Sabila


NPM : 240310180051
Hari / Tgl : Jumat, 29 Maret 2019
Shift / Waktu : I / 8.00 – 10.30
Nama Asisten : 1. Nabila Vynka Fakhira : 240310170016
2. Atika Zakira : 240310170029
3. Irsyad Fauzi Adiyaksa : 240310170043

LABORATORIUM PENDIDIKAN 1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang komposisi, takaran suatu zat atau
materi dan juga perubahan massa, wujud dan sifat suatu zat dari atom hingga senyawa. Dalam
kimia pun memiliki banyak turunan materi yang dipelajari. Salah satunya reaksi kimia dan
stoikiometri.
Stoikiometri merupakan ilmu tentang penentuan massa unsur yang ada dalam suatu
senyawa. Pada perhitungannya, biasanya digunakan hukum – hukum reaksi kimia. Hal ini yang
sangat penting dipelajaai agar sesuai prosedur yang ada.
Praktikum tentang reaksi kimia semacam ini tentunya memerlukan zat yang akan diuji.
Salah satunya adalah NaOH, HCl dan CuSO4 . Pada praktikum ini, kami akan melakukan
praktikum tentang stoikiometri kimia.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Mampu mengetahui tentang stoikiometri kimia.
2. Mampu mengetahui suhu awal larutan senyawa.
3. Mampu mengetahui perubahan suhu larutan campuran.
1.2.2 Tujuan Instruksional
1. Mampu memahami cara pencampuran larutan.
2. Mampu menentukan titik minimum dan maksimum stoikiometri.
3. Mamapu mempelajari reaksi stoikiometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Stoikiometri


Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam
reaksi. Pada hal ini, stoikiometri dalam persamaan kimia dapat di artikan sebagai jumlah mol
dari setiap zat. Tak heran jika stoikiometri kimia sangat erat kaitannya dengan hukum dasar
kimia (Stoikiometri & Pertanyaan, 2014).

2.2 Reaksi Kimia


Reaksi kimia merupakan hal yang sangat lumrah ditemukan pada setiap kegiatan kimia.
Begitu juga pada praktikum stoikiometri. Reaksi kimia yang digunakan biasanya hukum –
hukum dasar prhitungan kimia.

2.3 Hukum – Hukum Dasar Kimia


2.3.1 Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa dikemukakan oleh Antonie Laurent Lavoisier (1743 - 1794).
Hukum itu berbunyi : “Dalam setiap reaksi kimia, jumlah massa zat-zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama.” (Sisa, 1844).
2.3.2 Hukum Perbandingan Tetap
Hukum perbandingan teteap ini dikemukakan oleh ilmuan Prancis, Joseph Proust
(1754 - 1826). Hukumnya berbunyi : “Perbandingan massa unsur-unsur penyusun suatu
senyawa selalu tetap.” (Sisa, 1844).
2.3.3 Hukum Kelipatan Perbandingan
Hukum kelipatan perbandingan di kemukakan oleh John Dalton (1766 – 1844).
Hukum tersebut berbunyi : “Jika ada dua senyawa yang dibentuk dari dua unsur yang sama
dan massa satu unsur pada kedua senyawa itu sama maka massa unsur yang lainnya
mempunyai angka perbandingan yang sederhana dan bulat.” (Sisa, 1844).
2.3.4 Hukum Perbandingan Volume
Hukum perbandingan Volume dipopulerkaan oleh ilmuan bernama Joseph Louis Gay
Lussac (1778 - 1850). Bunyi dari hukum tersebut adalah : “Pada temperatur dan tekanan yang
sama, perbandingan volum gas-gas yang bereaksi dan gas hasil reaksi merupakan bilangan
bulat dan sederhana.” (Sisa, 1844).
2.3.5 Hukum Avogadro
Hukum Avogadro atau hipotesa Avogadro dikemukakan oleh Amedeo Carlo
Avogadro (1776 - 1856). Hukum ini berbunyi : “Pada temperatur dan tekanan yang sama,
semua gas pada volum yang sama mengandung jumlah molekul yang sama pula.” (Sisa,
1844)
BAB III
METODOLOGI DAN PENGAMATAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Bulb pipet
2. Gelas kimia 100ml
3. Gelas ukur 25ml
4. Label
5. Pipet tetes
6. Tabung reaksi
7. Termometer
8. Rak tabung reaksi
3.1.2 Bahan
1. Akuades
2. Larutan CuSO4 1 M
3. Larutan HCl 1 M
4. Larutan NaOH 1 M
5. Tisu

3.2 Prosedur
3.2.1 Sistem NaOH – HCl
1. NaOH 1 M sebanyak 2 ml dituangkan ke dalam gelas kimia.
2. NaOH diukur suhunya dengan menggunakan termometer.
3. HCl sebanyak 6 ml dituangkan ke dalam gelas ukur yang lain, lalu suhu diukur.
4. Larutan NaOH dan HCl digabungkan di dalam gelas kimia, lalu diukur suhu
campurannya.
5. Lakukan kembali langkah itu pada 3 ml NaOH dan pada 5 ml HCl, 4 ml NaOH dan 4
ml HCl, 5 ml NaOH dan 5 ml HCl, 6 ml NaOH dan 2 ml HCl.
6. Buat grafik antara volume senyawa dan suhu berdasarkan tabel data.
3.2.2 Sistem NaOH – CuSO4
1. NaOH 1 M sebanyak 2 ml dituangkan ke dalam gelas kimia.
2. NaOH diukur suhunya dengan menggunakan termometer.
3. CuSO4 sebanyak 6 ml dituangkan ke dalam gelas ukur yang lain, lalu suhu diukur.
4. Larutan NaOH dan CuSO4 digabungkan di dalam gelas kimia, lalu diukur suhu
campurannya.
5. Lakukan kembali langkah itu pada 3 ml NaOH dan pada 5 ml CuSO4, 4 ml NaOH
dan 4 ml CuSO4, 5 ml NaOH dan 5 ml CuSO4, 6 ml NaOH dan 2 ml CuSO4.
6. Buatlah grafik antara perbandingan volume asam basa (sb x) dan perubahan (sb y)
berdasarkan tabel data.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan


4.1.1 NaOH – HCl
4.1.1.1 Pengamatan Shift 1
NaOH + HCl → NaCl + H2O
No Volume Volume 𝑇𝐴 𝑇𝐶 ΔT
NaOH HCl
1 2 ml 6 ml 23,5℃ 27℃ 27℃ - 23,5℃ = 3,5℃
2 3 ml 5 ml 23,5℃ 26℃ 26℃ - 23,5℃ = 2,5℃
3 4 ml 4 ml 23,5℃ 27℃ 27℃ - 23,5℃ = 3,5℃
4 5 ml 3 ml 23,5℃ 25℃ 25℃ - 23,5℃ = 1,5℃
5 6 ml 2 ml 23,5℃ 28℃ 28℃ - 23,5℃ = 4,5℃
4.1.1.2 Pengamatan Shift 2
NaOH + HCl → NaCl + H2O
No Volume Volume 𝑇𝐴 𝑇𝐶 ΔT
NaOH HCl
1 2 ml 6 ml 32℃ 34℃ 34℃ - 32℃ = 2℃
2 3 ml 5 ml 31,5℃ 35℃ 35℃ – 31,5℃ = 3,5℃
3 4 ml 4 ml 32℃ 36,5℃ 36,5℃ - 32℃ = 4,5℃
4 5 ml 3 ml 32,5℃ 32℃ 32℃ – 32,5℃ = - 0,5℃
5 6 ml 2 ml 29,25℃ 32,5℃ 32,5℃ – 29,25℃ = 3,25℃

4.1.2 NaOH - CuSO4


4.1.2.1 Pengamatan Shift 1
NaOH + CuSO4 → Cu(OH)2 +Na2SO4
No Volume Volume 𝑇𝐴 𝑇𝐶 ΔT
NaOH CuSO4
1 2 ml 6 ml 23,75℃ 26℃ 26℃ - 23,75℃ = 2,25℃
2 3 ml 5 ml 23,75℃ 26℃ 26℃ – 23,75℃ = 2,25℃
3 4 ml 4 ml 23,75℃ 29℃ 29℃ - 23,75℃ = 5,25℃
4 5 ml 3 ml 23,75℃ 27℃ 27℃ – 23,75℃ = - 3,25℃
5 6 ml 2 ml 23,75℃ 28℃ 28℃ – 23,75℃ = 4,25℃

4.1.2.2 Pengamatan Shift 2


NaOH + CuSO4 → Cu(OH)2 +Na2SO4
No Volume Volume 𝑇𝐴 𝑇𝐶 ΔT
NaOH CuSO4
1 2 ml 6 ml 33℃ 34℃ 34℃ - 33℃ = 1℃
2 3 ml 5 ml 33℃ 30,5℃ 30,5℃ – 33℃ = - 2,5℃
3 4 ml 4 ml 31,5℃ 32℃ 32℃ - 31,5℃ = 0,5℃
4 5 ml 3 ml 30℃ 31℃ 31℃ – 30℃ = 1℃
5 6 ml 2 ml 27,25℃ 29℃ 29℃ – 27,25℃ = 1,75℃

4.2 Grafik Perubahan Suhu Campuran


4.2.1 NaOH – HCl
4.2.1.1 Grafik Shift 1

NaOH - HCl
29

28

27

26

25

24

23
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5

Tc

4.2.1.2 Grafik Shift 2


NaOH - HCl
37
36
35
34
33
32
31
30
29
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5

Tc

4.2.2 NaOH - CuSO4


4.2.2.1 Grafik Shift 1

Tc
30
29
28
27
26
25
24
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5

Tc

4.2.2.2 Grafik Shift 2

Tc
36

34

32

30

28

26
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5

Tc
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Umum


Dalam stoikiometri terdapat reaksi – reaksi kimia yang menjadi bahan pengamatan
praktikan. Reaksi kimia tersebut merupakan reaksi yang menentukan hasil dari sebuah
percobaan. Salah satunya adalah reaksi endoterm dan reaksi eksoterm.
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor suatu zat. Sedangkan reaksi
eksoterm adalah reaksi membebaskan kalor. Dua reaksi ini sangat erat kaitannya dengan
stoikiometri (Praktikum_kimia_Reaksi_eksoterm_dan_endo, n.d.).
Pengukuran suatu larutan dilakukan agar data yang diamati sesuai dengan prosedur.
Dalam hal ini, objek dan termometer adalah parameternya. Saat termometer sedang mengukur
suhu suatu larutan, diusahakan agar praktikan tidak menyentuh termometer tersebut yang
dikhawatirkan dapat merubah suhu larutan pada termometer
(Laporan_Praktikum_Kimia_Dasar_Stoikiomet, n.d.).

5.2 Stoikiometri Sistem NaOH – HCl


Percobaan yang dilakukan yang pertama adalah pencampuran larutan NaOH 1 M
dengan larutan HCl 1 M. Pada pencampuran 4 ml larutan NaOH dengan 4 ml larutan HCl
terjadi reaksi kimia dimana hasil reaksi tersebut menghasilkan campuran NaCl yang tampak
bening. Reaksi ini merupakan stsoikiometri, karena reaksi habis. Sedangkan percobaan lainnya
nonstoikiometri, karena reaksinya tersisa HCl dan NaOH.

5.3 Stoikiometri Sistem NaOH - CuSO4


CuSO4 atau tembaga (II) sulfat adalah senyawa yang ada dibumi dengan derajat hidrasi
yang bervariasi. Biasanya ditemukan dalam wujud padat berwarna hijau pucat dan dalam
wujud cair berwarna biru terang.
Pada percobaan kedua, larutan NaOH 1 M dicampurkan dengan larutan CuSO4 1 M.
Dan pada semua percobaan ini, tidak ada reaksi yang diindikasikan sebagai stoikiometri . hal
ini disebabkan karena masih ditemukannya endapan atau sisa dari NaOH dan CuSO4.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Stoikiometri merupakan perhitungan kimia yang melibatkan aspek kuantitatif suatu
zat yang ada dalam suatu reaksi.
2. Hasil dari semua percobaan praktikum stoikiometri, hanya percobaan ketiga
pencampuran NaOH dengan HCl yang merupakan stoikiometri.
3. Reaksi NaOH dengan CuSO4 merupakan reaksi pengendapan.
6.2 Saran
1. Praktikum diharapkan tepat waktu.
2. Saat praktikum dilakukan, diusahakan agar takaran yang digunakan akurat agar
tidak terjadi kesalahan.
Daftar Pustaka

Laporan_Praktikum_Kimia_Dasar_Stoikiomet. (n.d.).
Praktikum_kimia_Reaksi_eksoterm_dan_endo. (n.d.).
Sisa, C. (1844). Hukum Dasar Kimia. 6–9.
Stoikiometri, A., & Pertanyaan, P. (2014). Dalam stoikiometri , pereaksi pembatas harus.
(11140162000047), 1–7.
Lampiran

Gambar 1. Meng- Gambar 2. Me- Gambar 3. Hasil Gambar 4. Hasil


Ambil CuSO4 masukan HCl ke- Campuran NaOH Campuran NaOH
Dalam gelas beaker dengan HCl dengan CuSO4

Anda mungkin juga menyukai