Otot Aksi primer Aksi sekunder inervasi Rektus medius adduksi arah nasal - N. III Okulomotor Rektus lateral abduksi arah temporal - N. VI Abdusen Rektus superior elevasi dalam abduksi intorsi dalam adduksi N. III Okulomotor adduksi dalam elevasi Rektus inferior depresi pada abduksi akstorsi pada abduksi N. III Okulomotor adduksi dalam depresi Oblik superior intorsi pada abduksi depresi dalam adduksi N. IV Troklear abduksi dalam depresi Oblik inferior ekstorsi dalam abduksi elevasi dalam adduksi N. III Okulomotor abduksi dalam elevasi Kedua sumbu pengelihatan dipertahankan lurus sejajar oleh suatu refleks bila refleks ini tidak bisa dipertahankan mata akan juling Juling : suatu keadaan dimana kedudukan bola mata yg tidak normal Strabismus: suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah sumbu bola mata tidak berpotongan pada satu titik benda yg terlihat Gejala: astenopia, visus ↓, diplopia, dan sering menutup sebelah mata B. Fusi Adalah pertumbuhan bayangan menjadi satu atau persatuan, peleburan, dan penggabungan di otak yg berasal dari 2 bayangan mata sehingga secara mental berdasarkan kemampuan otak didapatkan pengelihatan tunggal yg berasal dari sensasi masing-masing mata. Faal: mata akan melakukan gerakan konvergensi dan divergensi untuk dapat melihat bersama-sama serentak pada kedua mata Fusi: 1. Kemampuan otak untuk membuat suatu bayangan gambar yang berasal dari kedua mata 2. Fusi akan hilang bila pengelihatan satu mata tidak ada (buta) Syarat fusi binokular: 1. Bayangan benda yg jatuh pada kedua fovea sama dalam semua gradasi 2. Bayangan benda selalu terletak pada kedua fovea sentral 3. Bayangan yg diteruskan kedalam SSP dapat menilai kedua bayangan menjadi tunggal Pengelihatan tunggal dengan kedua mata ini dapat terjadi pada semua bayangan di kedua macula dan luar macula sehingga terjadi pengelihatan sentral dan perifer bersama-sama Refleks fusi usaha mata untuk mempertahankan letak mata searah atau sejajar. Refleks ini dirangsang oleh bayangan yg terpisah pada kedua mata atau terdapatnya bayangan satu pada 2 titik retina yg tidak berkoresponden Supresi: dimana otak mengabaikan bayangan benda mata yg lainnya untuk mencegah diplopia, supresi terjadi akibat: 1. Juling kongenital 2. Satu mata sering berdeviasi 3. Mata berdeviasi bergantian dimana tidak akan terjadi diplopia karena akan terjadi suresi pada salah satu mata Refleks fiksasi suatu refleks untuk melakukan fiksasi agar pengelihatan menjadi baik, terbagi kedalam: 1. Refleks fiksasi akomodasi: refleks adaptasi dekat yaitu untuk melihat benda lebih baik dalam keadaan dekat (konvergensi) terjadi kontraksi otot siliar, mencembungnya lensa, pupil konstriksi 2. Refleks fiksasi kompensasi: mata berkaitan dengan bidang horizontal didapatkan keterangan kedudukan tubuh sampai pada titik berat tubuh 3. Refleks fiksasi orientasi: berkaitan dengan objek sekitar lainnya 4. Refleks fiksasi vergens: hubungan antara refleks kompensasi dan orientasi 5. Refleks amblyopia: akibat rangsangan daerah tepi retina 6. Refleks fusi: usaha mata untuk meletakkan mata searah atau sejajar C. Konvergensi Suatu keadaan mengarahkan sumbu pengelihatan kedua mata pada satu titik dekat, yg mengakibatkan pupil kedua mata akan saling mendekat Kekuatan dinyatakan dalam satuan meter sudut (meter angle) Tes: pasien disuruh melihat pensil yg terletak di bidang medial kedua mata yg kemudian didekatkan, pada satu titik tertentu pensil terlihat ganda dan ini merupakan batas konergensi mata tersebut mata normal tunggal sampai jarak 8 cm depan mata Insufisiensi konvergensi: kesulitan melihat dekat gejala: astenopia, sakit kepala, pengelihatan kabur terutama saat melihat dekat Tx: mengatasi kelainan refraksi, Lathan melihat dekat, anjuran pemakaian penyinaran yg baik saat membaca D. Divergensi Kedua mata berputar keuar untuk melihat benda jauh, mata akan searah bila dapat mempertahankan fusi kedua mata. Kedua mata normal (ortoforia) E. Foria 1. Ortoforia Merupakan kedudukan bola mata dimana kerja otot-otot luar bola mata seimbang sehingga memungkinkan terjadinya fusi tanpa usaha apapun Pergeseran sebesar 3-5 derajad pada bidang horizontal atau 2 derajad pada bidang vertikal masih dianggap dalam batas normal Dengan pengelihatan binokular didapatkan persepsi serentak kedua mata, fusi, dan pengelihatan ruang (stereopsis) 2. Heteroforia Adalah keadaan kedudukan bola mata yg normal namun akan timbul penyimpangan (deviasi) apabila refleks fusi diganggu. Deviasi hilang bila faktor desosiasi ditiadakan akibat terjadinya pengaruh refleks fusi. Fusi pasien dapat terganggu bila pasien letih atau satu mata tertutup misalnya pada uji tutup mata dan uji tutup mata bergantian Macam-macam heteroforia: Bidang Jenis Keterangan Horizontal Esoforia mata berbakat juling kedalam adalah penyimpangan sumbu pengelihatan kearah nasal yg tersembunyi karena masih adanya refleks fusi deviasi lebih besar saat melihat jauh (+) insufisiensi divergen deviasi lebih kecil saat melihat dekat (+) insufisiensi konvergen Eksoforia mata berbakat juling keluar (strabismus divergen laten) suatu tendensi penyimpangan sumbu pengelihatan kearah temporal; deviasi keluar pada mata yg ditutupi atau dicegah dengan terbentuknya refleks fusi deviasi lebih besar saat melihat jauh (+) ekses divergen deviasi lebih besar saat melihat dekat (+) kelemahan akomodasi Vertikal Hipoforia mata berbakat juling kebawah strabismus deorsumvergen laten adalah suatu tendensi penyimpangan sumbu pengelihatan kearah bawah. Mata akan berdeviasi kebawah bila ditutup Hiperforia mata bakat juling keatas strabismus sursumvergen laten adalah suatu tendensi penyimpangan sumbu pengelihatan kearah atas akan terjadi deviasi keatas pada mata yg ditutup disebabkan kerja yg berlebihan (overaction) atau kelemahan (underaction) otot rectus inferior dan obliqus superior Frontal Insikloforia strabismus torsional laten bila kornea jam 12 berputar kearah nasal Ensikloforia strabismus torsional laten bila kornea jam 12 berputar kearah temporal Gejala: sakit pada mata, sakit kepala, kelopak mata berat, mual vertigo, kadang-kadang diplopia 3. Heterotropia Suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata yg nyata dimana kedua sumbu pengelihatan tidak berpotongan pada titik fiksasi kedudukan bola mata yg tidak normal dan tetap Deviasi pada se,ua kedudukan dapat sama besar (konkomitan) atau tidak sama besar (inkomitan) Etiologi: 1) herediter; 2) anatomic, kelainan otot luar, kelainan rongga orbita; 3) kelainan refraksi; 4) kelainan persarafan Macam heteropropia Bidang Jenis Keterangan Horizontal Esoforia mata juling kedalam / strabismus konvergen manifest sumbu pengelihatan mengarah kea rah nasal Eksoforia mata juling keluar / strabismus divergens manifest sumbu pengelihatan mengarah ke temporal Vertikal Hipoforia mata duduk rendah / strabismus dorsumvergen manifest penyimpangan sumbupengelihatan kearah bawah Hiperforia mata duduk tinggi / strabismus sursumvergen manifest sumbu pengelihatan mengarah keatas Frontal Insikloforia mata sumbu putar / strabismus torsial manifest bila korena arah jam 12 berputar ke nasal Ensikloforia mata sumbu putar / strabismus torsial manifest bila korena arah jam 12 berputar ke arah temporal a. Esotropia Definisi juling kedalam (strabismus konvergen manifes) sumbu pengelihatan mengarah kea rah nasal esotropia adalah penyimpangan sumbu pengelihatan yg nyata dimana suatu pengelihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu pengelihatan lainnya menimpang pada bidang horizontal ke medial Klasifikasi 1. Esotropia konkomitan: bila sudut penyimpangan sama besarnya pada semua arah pandangan 2. Esotropia nonkomitan: bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-beda pada arah pandangan yg berbeda pula
Berdasarkan onset kejadian:
1. Esotropia kongenital: mulai terlihat pada usia 6 bulan 2. Esotropia akomodatif: mulai usia 6 bulan hingga 7 tahun hilang dengan koreksi hipermetropia a. Esotropia akomodatif refraktif: suatu esodeviasi yg timbul sebagai akibat suatu usaha akomodasi pada hipertropia yg tidak terkoreksi tx: kacamata / bedah b. Esotropia akomodatif nonretraktif: esotropia sedang untuk jarak jauh dengan suatu esotropia yg lebih besar pada jarak dekat tx: refraksi jarak jauh (kacamata minus) dengan tambahan bifocal untuk jarak dekat 3. Esotropia nonakomodatif: tidak hilang dengan koreksi hipermetropia Etiologi Faktor refleks dekat, akomodatif esotropia Hipertoni rektus medius kongenital Hipotoni rektus lateral akuisita Penurunan fungsi pengelihatan satu mata Terapi a. Mengetahui dan mengobati kelainan ini sedini mungkin b. Memberikan lensa koreksi untuk mengatasi keadaan miopinya c. Tindakan operatif pada kasus- kasus dengan penyebab nonakomodatif b. Eksotropia Definisi mata juling keluar / strabismus divergens manifest sumbu pengelihatan mengarah ke temporal eksotropia adalah suatu penyimpangan sumbu pengelihatan yg nyata dimana salag satu sumbu pengelihatan menuju titik fiksasi dengakan sumbu pengelihatan yg lainnya menyimpang pada bidang horizontal kearah lateral Klasifikasi 1. Eksotropia konkomitan: bila sudut penyimpangan sama besarnya pada semua arah pandangan 2. Eksotropia nonkomitan: bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-beda pada arah pandangan yg berbeda Etiologi Herediter trait autosomal dominant Inervasi Anatomi, kelainan untuk rongga orbita Terapi 1. Koreksi refraksi: bila pasien eksotropia dengan hipermetropia maka haris diberi kacamata dengan ukuran yg kurang dari seharusnya untuk merangsang akomodasi divergensi 2. Operasi : resesi otot rektus lateral dan reseksi otot rektus medial c. Heterotropia komitan atau nonkomitan Strabismus konkomitan (strabismus nonparalitik): juling akibat gangguan fusi besar sudut deviasi sama pada semua arah pengelihatan Strabismus nonkomitan (strabismus paralitik): juling akibat paralise saraf ketiga (NIII. Okulomotor) gangguan pergerakan otot penggerak bola mata Etio: kekeruhan kornea atau katarak 1. Gerakan berlebihan salah satu otot mata 2. Gerakan salah satu otot yg berkurang Gejala: mata konvergen atau divergen, gerakan mata masih berfungsi dengan baik F. Uji Juling 1. Uji Hirschberg, refleks kornea Adanya juling ditentukan dengan menggunakan sentolop dan melihat refleks sinar pada kornea Prinsip: mata disinari dengan sentolop dan akan melihat refleks sinar pada permukaan kornea yg terletak ditengah pupil, bila rekleks sinar ditengah pupil sedang mata sebaliknya refleks sinar sentolop pada nasal bererti pasien juling keluar atau eksotropia dan bila refleks sentolop berada di bagian temporal kornea berarti mata juling kedalam atau esotropia Pergeseran letak refleks sinar dari sentral kornea 1 mm = deviasi bola mata 7 derajat. 2. Uji Krimsky Untuk melihat sudut deviasi mata dengan meletakkan di tengah cahaya refleks korenea dengan prisma Dengan uji krimsky dengan kekuatan yg sesuai dengan beratnya juling di pegang di depan mata berfiksasi : dasar keluar untuk esotropia; dasar kedalam untuk eksotropia; dasar kebawah untuk hipotropia; dasar keatas untuk hipertroppia) dan refleks cahaya diobservasi agar dipusatkan pada pupil mata yg nirfiksasi. Lampu diletakkan 33 cm didepan mata diletakkan prisma pada mata yg berfiksasi yg kekuatan prismanya ditambah perlahan-lahan sehingga reflek sinar pada mata yg juling terletak ditengah kornea 3. Uji tutup mata Digunakan untuk mengetahui adanya trofia atau foria untuk memeriksa jauh dan dekat, dan dilakukan dengan menyryh mata berfiksasi pada satu objek. Bila telah terjadi fiksasi kedua mata maka mata yg lain ditutup dengan lempeng penutup. Dalam keadaan ini mungkin terjadi: a. Mata yg tidak ditutup bergerak yg berarti terjadi kejulingan yg manifest. Bila mata bergerak ke nasal berarti mata juling keluar atau eksotropia. Bila mata bergerak ke temporal bererti mata juling ke dalam atau esotropia b. Mata kanan bergoyang yg berarti mata tersebut mungkin amblyopia atau tidak terfiksasi c. Mata kanan tidak bergerak sama sekali yg berarti mata tersebut berkedudukan normal, lurus, atau telah berfiksasi 4. Uji tutup mata berganti Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yg lain maka bila kedua mata berfiksasi normal maka mata yg dibuka tidak bergerak. Bila terjadi pergerakan pada mata yg baru dibuka berarti terdapat foria atau tropia. 5. Uji tutup buka mata Uji ini sama dengan uji tutup mata, dimana yg dilihat adalah mata yg ditutup. Mata yg ditutup dan diganggu fusinya sehingga mata yg berbakat menjadi juling akan bergulir. Bila tutup mata tersebut ditutup dan dibuka akan terlihat pergerakan mata tersebut. Pada keadaan ini berarti mata mengalami foria atau juling atau berubah kedudukan bila ditutup 6. Sudut Kappa Sudut kappa: sudut yg dibentuk untuk sumbu pengelihatan dan sumbu bola mata. Sudut kappa positif (+) terdapat pada refleks cahaya pupil bergeser kearah nasal gambaran suatu eksodeviasi dan merupakan suatu varian mata yg terdapat pada banyak orang. Sudut kappa positif akan menutupi sudut-sudut esotropia yg kecil Bila sudut mata bergeser kea rah temporal didalam pupil, maka terdapat sudut kappa negative (-) dab mata tampak esodeviasi. Pengobatan dan penanganan juling: tujuan untuk mendapatkan pengelihatan binokular tunggal. G. Diplopia Terapi: a. Sementara : 1) Menutup mata yg juling untuk mencegah diplopia 2) Menutup mata yg tidak juling untuk melatih mata yg juling 3) Menutup mata bergantian 4) Penalisasi : pengobatan amblyopia tanpa penutupan mata akan tetapi dengan memaksa mata melihat jauh, sedang mata yg lain melihat dekat. b. Non operatif: 1) Obat 2) Ortoptik : hal-hal yg mengenai untuk mendapatkan pengelihatan binokular tunggal cara untuk melatih mata yg mengalami gangguan akomodasi Ortopik saja : 1) konvergen insufisien; 2) heteroforia horizontal Ortoptik dengan bedah: 1) heteroforia; 2) intermitten eksotropia, 3) esotropia akmodatif parsial c. Operatif: 1) reseksi otot penggerak mata: pemotongan menyebabkan bertambah kuatnya erakan otot yg dipotong 2) resesi otot penggerak mata: insersi otot penggerak mata digeser ke belakang untuk mengurangi fusinya d. Campuran H. Pseudostrabismus - Kadang-kadang pasien terlihat seperti juling akan tetapi pemeriksaan tidak terdapat tanda-tanda juling - Etiologi: a. Epikantus: terdapat lipatan-lipatan vertikal kulit pangkal hidung yg mengakibatkan bagian nasal sklera tidak terlihat jelas b. Hipertelorisme: bola mata terdorong keluar rongga orbita shingga terjadi gambaran bola mata yg menyebar keluar dan strabismus divergen. c. Ptosis monocular: memberikan gambaran mata terletak tinggi pada satu sisi I. Ambliopia - Suatu keadaan mata dimana tajam pengelihatan tidak mencapai otional sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya - Penurunan visus disebabkan oleh kehilangan pengenalan bentuk, interaksi binokular abnormal, atau keduanya, diana tidak ditemukan kausa organic pada pemeriksaan fisik mata dan pada kasus yg keadaan baik dapat dikembalikan fungsinya dengan pengobatan - Juling akan sukar diatasi bila mata sudah menjadi amblyopia atau sudah menjadi amblyopia atau korespondensi retina yg normal - Etiologi: kurangnya rangsangan untuk meningkatkan perkembangan pengelihatan berhubungan dengan lamanya mengalami kurang rangsangan untuk pengelihatan macula. Penyebab: anisometropia, juling, oklusi, katarak, atau ekeruhan media pengelihatan - Faktor penyebab: a. Ambliopia nirpakai: terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino kortikal pada saat terjadi krisis perkembangannya b. Ambliopia supresi: proses kortikal yg akan mengakibatkan terdapatnya scotoma absolut pada pengelihatan binokular - Pemeriksaan: a. Uji crowding phenomena: penderita diminta membaca huruf kartu Snellen sampai huruf terkecil yg dibuka satu persatu atau yg diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat sebaris huruf yg sama. Bila terjadi penurunan tajam pengelihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka disebut (+) fenomena crowding pada mata b. Uji density filter netral: mata amblyopia dalam keadaan fisiologis beradaptasi gelap, sehigga pada mata amblyopia dilakukan uji pengelihatan dengan intensitas sinar yg dierendahkan tidak akan terjadi penurunan tajam pengelihatan c. Uji Worth’s four Dot: penderita memakai kaca mata dengan filter merah pada mata kanan dan filter biru pada mata kiri dan melihat objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, 1 putih. Lampu/titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan biru oleh mata kiribila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan sedang lampu putih terlihat sebagai warna campuran hijau dan merah d. Visuskop: alat untuk menentukan letak fiksasi - Terapi: merupakan penyakit reversible 1. Untuk memulihakan kembali amblyopia pada pasien muda harus dilakukan suatu pengobatan antisupresi aktif untuk menyingkirkan faktor ambliopiagenik 2. Oklusi mata yg sehat 3. Penalisasi dekat, mata amblyopia dibiasakan melihat dekat dengan memberi lensa +2,5D sedang mata yg lain diberi atropine 4. Penalisasi jauh, mata amblyopia dipaksa melihat jauh dengan memberi atropine pada mata yg baik serta diberi lensa +2,50D 5. Latihan ortoptik bila terjadi juling 6. Pemeriksaan tajam pengelihatan sejak dini - Macam amblyopia: a. Ambliopia fungsional Definisi amblyopia kongenital atau didapat terjadi pada satu mata, dengan tajam pengelihatan yg kurang tanpa kelainan organic, yg tidak dapat diperbaiki dengan kacamata Epidemio anak-anak usia < 6 tahun Etiologi strabismus, katarak Terapi a. Balut-tutup mata b. Oklusi mata c. Penalisasi d. Pleoptik b. Ambliopia strabismik Definisi amblyopia yg terjadi akibat juling lama terjadi supresi pada mata untuk mencegah pengelihatan diplopia; kedudukan kedua bola mata tidak sejajar sehingga hanya satu mata yg diarahkan pada benda yg dilihat. Etiologi ↑ pasien esotropia Diagnosis 1. Fiksasi silang Terapi Menutup mata yg sehat + kacamata pada mata yg amblyopia Komplikasi diplopia, korespondensi retina abnormal, amblyopia supresi c. Ambliopia refraktif Definisi amblyopia pada mata ametropia atau anisometropia yg tidak dikoreksi (amblyopia anisometria) dan mata dengan isoametropia seperti pada hipermetropia dalam, atau myopia berat, atau pada astigmatisme (amblyopia astigmatic) Etiologi a. Ambliopia ametropic: amblyopia dengan kelainan mata yg tidak dikoreksi b. Ambliopia anisometric: amblyopia dengan kelainan refraksi antara kedua mata Klasifikasi a. Ambliopia anisometric: - Definisi: akibat terdapat kelainan refraksi kedua mata yg jauh berbeda - Etiologi: ketidakmampuan mata untuk berdifusi, akibat terjadinya perbedaan refraksi antara kedua mata (>2.50D), astigmat unilateral - Patofisiologi: akibat adanya anisometric mata bayangan benda pada kedua mata tidak sama besar, yg menimbulkan bayangan pd retina secara relative dilar fokus disbanding dengan mata yg lainnya, sehingga mata akan memfokuskan melihat dengan satu mata - Gejala: bayangan kabur pada satu mata b. Ambliopia ametropic: - Definisi: amblyopia dengan hipermetropia dan astigmat - Etiologi: menurunnya tajam pengelihatan mata dengan kelainan refraksi berat yg tidak dikoreksi (hipermetropia +7.0 D dan astigmat +3.0D) - Gejala: bayangan tidak jelas Terapi Menutup mata yg sehat + kacamata koreksi pada mata yg amblyopia visus membaik Komplikasi Strabismus manifest d. Ambliopia eksanopsia Definisi amblyopia akibat pengelihatan terganggu pada saat perkembangan pengelihatan bayi Etiologi supresi atau suatu proses aktif dari otak untuk menekan kesadaran melihat ex: katarak kongenital, ptosis, kekeruhan kornea Patofisio akibat mata tidak dipergunakan dengan baik Gejala unilateral, juling kedalam, pengelihatan buruk, Terapi menutup mata yg sehat dilakukan setelah mata g sakit dibersihkan kekeruhan media pengelihatannya Komplikasi Nistagmus dan strabismus e. Amblyopia intoksikasi Definisi disebabkan pemakainan tembakau, alcohol, timah, atau bahan toksis lainnya Gejala neuritis optic toksis + lapang pandang yg berubah ubah, hilangnya tajam pengelihatan sentral bilateral f. Ambliopia histera Definisi akibat adanya hysteria yg mengenai mata Gejala lapang pandang yg menciut konsentris, gambaran seperti spiral pada LP, blefarospasme, memejamkan mata, lakrimasi g. Amblyopia organic Definisi amblyopia dengan kelainan organic yg dapat menerangkan sebab tajam pengelihatan kurang (tidak memenuhi kriteria amblyopia secara murni) Gejala akibat kerusakan fovea kongenital, tidak reversible J. Diplopia - Adalah keadaan melihat sebuah benda ganda bila dilihat dengan satu atau dua mata akibat pengelihatan kedua mata serentak pada daerah retina yg tidak sekoreponden - Macam diplopia: a. Diplopia binokular: akibat gangguan kedudukan kedua sumbu bola mata yg tidak sejajar, kedua mata melihat bersama akan tetapi tidak terfokus baik b. Diplopia homonim (tidak bersilang): mata dengan juling kedalam/esodeviasi dimana bayangan terlihat oleh mata yg juling kedalam terletak di bagian luar sisi yg sama benda aslinya c. Diplopia heteronym (bersilang): terjadi pada mata dengan juling keluar/eksodeviasi, dimana benda yg dilihat oleh mata kanan terletak disebelah kiri, sedang benda yg dilihat oleh mata kiri seakan-akan terletak disebelah kanan d. Diplopia monocular: diplopia bila melihat dengan satu mata yg dapat dikeluhkan seseorang dengan hysteria, astigmat, pupil gandam lensa subluksasi, dan permulaan katarak - Uji diplopia: pasien memakai kacamata dengan filter merah pada mata kanan dank aca filter hijau pada mata kiri. Pasien diminta melihat satu sumber cahaya dan akan menyatakan letak lampu merah dan hijau yg terlihat. Secara normal atau apabila mata berkedudukan ortoforia dan bayangan difokuskan pada macula maka lampu terlihat satu, K. Gangguan Lapang Pandang - lapang pandang normal: 90 derajat temporal, 60 derajat medial, 60 derajat atas, 75 derajad bawah - ↓LP: glaucoma, papilitis, keracunan obat, hysteria, kerusakan fungsi ciasma optikum - Uji LP: a. Uji konfrontasi b. Uji Perimeter atau kampimeter 1) Perimetri kinetic: dari daerah yg terlihat menjadi tidak terlihat 2) Perimetri static/profil: tidak menggerakkan objek tetapi dengan menaikkan intensitas objek