PENDAHULUAN
global dan kompetitif, organisasi dituntut untuk terus melakukan inovasi dan
revolusi layanan pada produk yang ditawarkan agar dapat disertai dengan
peningkatan komponen layanan (Soni, 2017: 237). Sumber daya manusia (SDM)
penting dalam setiap aktivitas pencapaian tujuan organisasi sehingga sangat perlu
untuk dikelola (Renz, 2016: 140). Selaras dengan hal tersebut Choi (2007: 321)
menjelaskan bahwa pengelolaan sumber daya manusia menjadi hal yang paling
diutamakan sejak industri jasa menjadi salah satu sektor tercepat dalam mengubah
beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang berubah cepat (Won & Oh, 2015: 1).
mencoba prosedur baru yang disediakan organisasi (Liu et al., 2013: 1584). Selain
1
2
itu, kreativitas karyawan juga dinilai mampu memberikan peluang bagi organisasi
Penelitian yang dilakukan oleh (Gutek, 1999) dan (Iacobucci & Ostrom,
Kedua adalah aspek inti atau teknik yang memfokuskan pada kemampuan pekerja
hubungan antara pemberian CSR pada kreativitas karyawan (Hur et al., 2016: 10),
2009: 369), lingkungan kerja pada kreativitas karyawan (Amabile et al., 2007:
2010: 434), dan emotional labour pada kreativitas karyawan (Geng et al., 2014:
1057).
dalam industri jasa. Karyawan yang bekerja pada sektor jasa pelayanan dalam
emosinya yang tanpa disadari kedua hal tersebut berpengaruh pada maksud dan
sikap yang ditampilkan oleh para karyawan (Keltner & Haidt, 2010: 516). Oleh
3
karena itu untuk memenuhi aspek tersebut, dalam bekerja karyawan harus mampu
seseorang untuk dapat mencapai tujuan organisasi (Grandey, 2000: 96). Johnson,
meskipun pada saat yang bersamaan karyawan juga harus menekan emosi negatif
yaitu Surface Acting (SA) dan Deep Acting (DA). Pada dimensi surface acting
terlepas dari perasaan mereka yang sebenarnya (Geng et al., 2014: 1047). Dengan
demikian, surface acting terjadi ketika karyawan memodifikasi emosi yang tidak
sesuai dengan kondisi pribadi karyawan dengan mengubah ekspresi wajah, gerak
tubuh dan nada suara sesuai dengan tuntutan pekerjaan (Diefendorff et al., 2005:
340). Sebagai contoh, seorang customer service bank harus tetap tersenyum saat
melayani nasabah meskipun pada saat yang bersamaan karyawan merasa kesal
mereka untuk mengalami emosi yang diinginkan organisasi (Geng et al., 2014:
1047). Sehingga deep acting dialami ketika karyawan secara sadar mampu
merasakan emosi tersebut. Sebagai contoh, karyawan yang bekerja pada sebuah
hotel diharuskan untuk bersikap ramah dan tersenyum saat melayani tamu hotel.
Karyawan juga dituntut untuk menjaga sikap dan emosinya serta dapat
menempatkan dirinya sebagai pelayan tamu hotel yang baik. Pelayanan yang tulus
akan mampu menghasilkan emosi positif yang konsisten dengan emosi yang ingin
dan kreativitas karyawan, dimana hubungan positif signifikan terjadi pada dimensi
terjadi pada dimensi surface acting terhadap kreativitas karyawan. (Won & Oh,
2015: 18) dalam hasil penelitiannya juga menunjukan hasil penelitian serupa,
yakni terdapat hubungan positif deep acting pada kreativitas karyawan dan
karyawan.
dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai pengaruh surface acting dan deep
Penulis
No Judul Sampel Hasil
(Tahun)
Emotion Surface Acting
Penampil pertunjukan
Reyers Regulation at Walt mempunyai
(on stage) di Walt
1 (2011) Disney World Deep hubungan positif
Disney World
Acting vs Surface pada Kreativitas
Orlando, Florida
Acting Karyawan
Surface Acting
The Effects of
416 supervisor dan mempunyai
Emotional Labor
Geng et al., karyawan restaurant di hubungan
2 on Frontline
(2014) Xi’an, Provinsi negatif pada
Employee
Shaanxi, China Kreativitas
Creativity
Karyawan
Essential
Precursors and
Surface Acting
Effects of Employee
119 pramugari pada mempunyai
Creativity in a
Won dan Oh maskapai penerbangan hubungan
3 Service Context:
(2015) domestic di Korea negatif pada
Emotional Labor
Selatan Kreativitas
Strategies and
Karyawan
Official Job
Performance
Penulis
No Judul Sampel Hasil
(Tahun)
Emotional Labor
Strategies and Deep Acting
Liu et al. Service 424 supervisor dan mempunyai
1 (2013) Performance: The karyawan restauran di hubungan positif
Mediating Role of China pada Kreativitas
Employee Karyawan
Creativity
Matteson dan In Their Own Pustakawan di Deep Acting
2 Chittock Words: Stories of perpustakaan mempunyai
(2015) Emotional Labor akademik, hubungan
6
dapat berperan sebagai variabel mediasi pengaruh surface acting dan deep acting
pada kreativitas karyawan. Seperti penelitian Yoo dan Jeong (2017: 228) yang
hubungan antara surface acting dan deep acting pada kreativitas karyawan. Hal
semangat, dedikasi serta kesediaan terlibat secara utuh dalam pekerjaan yang
mereka lakukan. Hal tersebut juga menentukan energi yang dimiliki karyawan
dalam mengerjakan pola pekerjaan kreatif, dimana apabila dapat berjalan dengan
Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti lebih lanjut hubungan antara
emotional labor (surface acting dan deep acting), keterikatan kerja, dan
kreativitas karyawan. Selain adanya research gap seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, adanya phenomena gap yang ditemukan peneliti pada objek yang
Penelitian ini mengambil objek pada karyawan Patra Semarang Hotel &
Convention yang merupakan salah satu industri jasa perhotelan tertua di Jawa
& Convention merupakan salah satu hotel bintang empat yang berdiri sejak tahun
1975 dan terletak di JL. Sisingamangaraja, Wonotingal Kota Semarang. Hotel ini
berada dalam pengelolaan PT. Patra Jasa dan termasuk kedalam hotel Indonesia
Bapak Yono selaku staff HRD dan beberapa karyawan Patra Semarang Hotel &
ide-ide dan pendekatan baru terhadap pekerjaan di bidang kerja tersebut. Hal
tersebut diperkuat dengan hasil pre-study yang dilakukan pada karyawan Patra
Semarang Hotel & Convention, dengan sampel yang diambil 30 karyawan dari
Tabel 1.3
Hasil Pre-study Kreativitas Karyawan Patra Semarang Hotel & Convention
No Praktik YA TIDAK
Kefasihan (Fluency)
Saya menyarankan cara baru untuk mencapai
1 30% 70%
tujuan atau sasaran
Saya mempromosikan dan memperjuangkan
2 20% 80%
gagasan kepada orang lain
Saya menunjukkan kreativitas dalam melakukan
3 40% 60%
pekerjaan
Saya menyarankan cara-cara baru untuk
4 17% 83%
meningkatkan kualitas layanan
Rata Rata Indikator Kefasihan 26,75 % 73,25%
Keaslian (Originality)
Saya memberikan ide-ide baru yang mudah
5 13% 87%
diterapkan untuk meningkatkan kinerja
Saya mencari teknologi, proses, atau teknik dalam
6 27% 73%
menghasilkan ide-ide baru.
Saya menyarankan cara baru dalam melakukan
7 83% 17%
tugas kerja
Saya memberikan ide-ide baru dan inovatif sesuai
8 23% 77%
dengan jenis pekerjaan saya
Rata Rata Indikator Keaslian 36,5% 63,5%
Fleksibilitas (Flexibility)
Saya memberikan solusi kreatif untuk
9 70% 30%
memecahkan masalah
Saya memberikan metode pendekatan baru untuk
10 37% 63%
memecahkan masalah
Rata Rata Indikator Fleksibilitas 53,5% 46,5%
Terperinci (Elaboration)
Saya berani mengambil risiko untuk menghasilkan
11 27% 73%
ide baru pada pekerjaan saya
Saya membuat rencana dan jadwal dalam
12 87% 13%
mewujudkan ide-ide baru yang saya miliki
Rata Rata Indikator Terperinci 57% 43%
Sumber : Hasil pre-study yang diolah 2019
hingga 40% mengindikasikan nilai yang rendah, rentang 40.01% hingga 70%
nilai yang tinggi. Dapat diketahui bahwa dua indikator kreativitas karyawan
yang mengindikasikan masih tingginya jumlah karyawan yang belum fasih baik
terjadi pada indikator keaslian atau originalitas, dimana persentase karyawan yang
63,5%. Selebihnya untuk indikator fleksibilitas dan terperinci dinilai sudah tidak
bermasalah karena memiliki persentase jawaban “tidak” yang relatif sedang yaitu
sebesar 46,5% untuk indikator fleksibilitas dan 43% untuk indikator terperinci.
Semarang Hotel & Convention dinilai masih belum maksimal, khususnya pada
phenomena gap yang telah dijelaskan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Surface Acting dan Deep Acting pada Kreatifitas
terutama pada kreativitas karyawan hotel. Dimensi deep acting mengarah pada
dimensi surface acting yang memiliki persepsi negatif terhadap hasil kinerja
tidak tulus pada saat melayani tamu hotel. Akan tetapi, karyawan yang
munculnya tampilan emosi negatif dan berusaha untuk selalu berempati dan
karyawan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yoo dan Jeong (2017:
228) menjelaskan bahwa hanya dimensi deep acting yang memiliki hubungan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya organisasi
11
5. Menemukan bukti empiris tentang pengaruh tidak langsung deep acting pada
1. Manfaat Teoritis
pengaruh dimensi emotional labor (surface acting dan deep acting) pada
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan masukan
c. Hasil penelitian ini dapat mengisi gap antara perbedaan hasil penelitian-
penelitian sebelumnya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Karyawan
penelitian pada bidang pekerjaan lain. Sehingga, penelitian ini dilakukan pada
sebagai variabel bebas dan kreativitas kerja sebagai variabel terikat seperti
kerja sebagai variabel mediasi, dimana masih terdapat sedikit penelitian yang