DISUSUN OLEH :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
review literature tentang ” Pengobatan Diabetes Mellitus Secara Konvensional vs
Modern” ini telah saya susun dengan maksimal .
Dan harapan saya semoga review literature ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya untuk memeperbaiki bentuk maupun
menambah isi review literature agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam review literature. Oleh karena itu, saya sangat mengharapakan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan review literature ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB 11
PEMBAHASAN
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan
metabolisme karbohidrat yang berlangsung kronis, dan pada suatu saat dapat
(1).
menyebabkan berbagai komplikasi yang bersifat kronis pula Diabetes Mellitus
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan) melebihi nilai
normal yaitu kadar gula darah lebih dari 200mg/dl (2).
Penyakit ini menimbulkan beberapa komplikasi, komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien diabetes mellitus adalah terjadinya perubahan patologis pada
anggota gerak, yaitu timbulnya luka pada kaki. Luka yang bila tidak dirawat dengan
(3)
baik akan berkembang menjadi ulkus gangren . Luka diabetik sangat mudah
menimbulkan komplikasi pada penderitanya berupa infeksi akibat invasi bakteri serta
(4).
adanya hiperglikemia menjadi tempat yang optimal untuk pertumbuhan bakteri
Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi pada luka diabetik adalah bakteri yang
menghasilkan biofilm. Biofilm ini dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeuroginosa. Adanya biofilm pada dasar luka dapat menghambat
aktivitas fagositosis neutrofil polimorfonuklear dalam proses penyembuhan luka .
Luka menjadi pintu gerbang masuknya bakteri dan sering polimikrobial yang meliputi
bakteri gram positif dan negatif aerob yang menyebar cepat melalui kaki yang dapat
menyebabkan kerusakan berat dari jaringan. Luka menjadi lahan yang subur bagi
pertumbuhan mikroorganisme (5).
Faktor lain yang dapat menyebabkan tingginya kolonisasi pada luka responden
adalah tingginya kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang tinggi mengakibatkan
rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lain, sehingga aliran darah akan
terganggu . Akibat gangguan sirkulasi, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf
sensorik bisa menyebabkan terjadinya luka diabetik serta infeksi yang tidak terkontrol
dapat berujung pada timbulnya dalam merawat pasien diabetes mellitus dengan cara
membuat perencanaan untuk ganggren (6). Kondisi luka diabetes dapat dijumpai dalam
berbagai stadium yang masing-masing membutuhkan perawatan tersendiri, mulai dari
stadium ringan yang cukup menggunakan alat-alat sederhana sampai stadium lebih berat
yang harus mengunakan sarana prasarana dan seorang perawat khusus diabetes. Seorang
perawat mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mencegah
timbulnya luka kaki diabetes dengan cara melakukan perawatan kaki; mengendalikan
beban pada kaki, memotong kuku, inspeksi kaki setiap hari, menjaga kelembaban,
menggunakan alas kaki yang sesuai, melakukan olahraga kaki. Pencegahan terhadap
timbulnya luka memberikan pengaruh positif bagi pasien terhadap pencegahan amputasi
pada kaki diabetik, sehingga diperlukan program penanganan pasien diabetes mellitus
yang komprehensif (7).
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat suatu hubungan antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada
derajat kegemukan dengan IMT > 23,ini dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200mg% (9).
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipermtensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer (9).
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Seorang yang menderita diabetes mellitus pasti dalam tubuhnya mempunyai gen
diabetes. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita diabetes mellitus (9).
4. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida
> 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan
rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapati pada pasien diabetes (9).
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena diabetes mellitus adalah >
45 tahun. (9).
Ada beberapa pengobatan konvensional yang masih digunakan untuk perawatan luka
diabetes,antara lain :
a. Menggunakan Madu
Madu dipercaya sebagai obat dalam berbagai penyakit salah satunya adalah
untuk perawatan luka diabetes. Penanganan luka pada pasien diabetes mellitus dapat
dilakukan dengan terapi non farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis
(10)
yang biasa diberikan dalam perawatan luka diabetes mellitus .Sifat antibakteri dari
madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasi dari madu
dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses
penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain
mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit
(11).
Madu terbukti mempunyai kemampuan untuk membasmi sejumlah bakteri di
antaranya bakteri gram positif dan gram negatif. Madu menyebabkan peningkatan
tekanan osmosis di atas permukaan luka. Hal tersebut akan menghambat tumbuhnya
bakteri kemudian membunuh bakteri tersebut. Kandungan gula yang tinggi dalam madu
mampu memperlambat pertumbuhan bakteri. Teksturnya yang kental membantu
pembentukan lapisan pelindung anti pembusukan dari luar.Hasil penelitian sebelumnya
melaporkan bahwa madu diketahui memiliki kemampuan sebagai efek antibakteri,
seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (11). Penelitian lain juga menjelaskan
bahwa madu mengandung zat antibakteri sehingga baik untuk mengobati luka luar dan
penyakit infeksi. Madu mempunyai sifat osmolalitas yang tinggi sehingga bakteri sulit
untuk hidup. Sifat ini terdapat pada madu murni, sedangkan pada madu campuran bakteri
masih bisa hidup (11).
b. Menggunakan balutan kasa steril atau kasa NaCI
Metode perawatan luka diabetes dengan penggunaan kasa termasuk material
pasif dengan fungsi utamanya sebagai pelindung, menjaga kehangatan dan menutupi
penampilan yang tidak menyenangkan dari luka tersebut. Disamping itu metode
perawatan kasa juga dipakai untuk melindungi luka dari trauma mempertahankan area
luka atau untuk penekanan luka dan area sekitar luka dan mencegah kontaminasi bakteri.
Perawatan pada luka diabetes yang menggunakan cara konvensional ini didukung
dengan penggunaan antiseptik dan antibiotik (8).
Dengan kemajuan zaman dan teknologi pasti berdampak positif bagi dunia
kesehatan khususnya untuk pengobatan dan perawatan luka pada penderita diabetes
mellitus . Selain perawatan dan pengobatan luka diabetes mellitus secara konvensional
juga terdapat beberapa perawatan luka dan pengobatan secara modern antara lain :
Dari perawatan luka diabetes mellitus baik secara konvensional maupun secara
modern mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ini beberapa kelebihan
dan kekurangan perawatan luka diabetes mellitus dengan cara konvensional :
Bahwa kita tahu madu adalah cairan alami yang dihasilkan dari nectar bunga dan
dihisap oleh lebah. Madu sangat baik untuk pengobatan berbagai macam penyakit
khususnya untuk perawatan luka pada penderita diabetes mellitus. Kelebihannya adalah
madu mengandung antibiotik yang berguna untuk melawan bakteri patogen penyebab
penyakit infeksi, sehingga pertumbuhan beberapa mikroorganisme yang berhubungan
(12) .
dengan penyakit atau infeksi dapat dihambat oleh madu Efek madu pada
penyembuhan luka menghasilkan semacam zat kimia untuk debridemen, jaringan rusak
dan mati. Proses debridemen luka pada pasien yang dirawat menggunakan madu sangat
mudah diangkat atau dibersihkan, jaringan nekrotik berupa gumpalan debris berwarna
putih kekuningan dan berserabut sangat mudah terangkat dari dasar luka (13). Selain itu,
madu tidak mempunyai dampak negative bagi perawatan luka diabetes mellitus. Namun
dari segi kekurangannya, perawatan luka diabetes menggunakan madu memerlukan
waktu yang lama.
2. Dampak perawatan luka diabetes dengan menggunakan balutan kasa steril atau
kasa NaCI
Pada balutan konvensional cenderung memberikan dampak yang buruk
karena pemakaian kompres kasa sebagai upaya mempertahankan kelembaban
kurang dapat dipertahankan lebih lama sehingga luka lebih sering diganti
balutannya. Fenomena ini akan membawa dampak timbulnya cidera ulang pada
dasar luka yang akan menstimulasi terjadinya inflamasi ulang pada dasar luka.
Balutan konvensional kurang dapat menjaga kelembaban karena NaCl akan
menguap sehingga kasa menjadi kering. Kondisi kering menyebabkan kasa
lengket pada luka sehingga mudah terjadi trauma ulang. Kekurangan kasa dalam
menjaga kelembaban lingkungan luka menyebabkan masa perawatan luka yang
memanjang. Penggantian balutan pada perawatan konvensional lebih sering
dilakukan dibandingkan kelompok modern. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kondisi stress jaringan yang sedang regenerasi sehingga secara psikologis. pasien
akan lebih sering mengeluh kesakitan sebagai dampak terjadinya cidera ulang
pada dasar luka (14).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
4. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III . Edisi 4. Jakarta : FK
Universitas Indonesia, 2006.
8. Studi Meta Analisis Perawatan Luka Kaki Diabetes dengan Modern Dressing.
Handayani, Luh Titi. Jember : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Jember, 2016, Vol. 6. 2. Available from :
jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/download/133/83
9. Diabetes Melitus Tipe 2. Fatimah, Restyana Noor. Lampung : Medical Faculty,
Lampung University, 2015, Vol. 4. Available from:
juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/615/619.
10. Suriadi. Perawatan Luka. 1. Jakarta : Sagung Seto, 2004.
11. Analisa Madu dari Segi Kandungannya Berikut Khasiatnya Masing- Masing . Y,
Intanwidya. Bogor : Pustaka Populer Obor, 2005.
14. Teknik Perawatan Luka Modern dan Konvensional Terhadap Kadar Interleukin
dan Interleukin 6 pada Pasien Luka Diabetik. Nontji, Werna, Hariati ,
Suni and Arafat, Rosyidah. Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin , 2014. Available from :
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/7331