Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pembelajaran Tematik Terintegrasi
Pembelajaran tematik terintegrasi sering juga disebut sebagai
pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu (PTT) Integrated
Thematic Instruction (ITI) dikembangkan pertama kali pada tahun 1970-an di
Amerika Serikat. Pembelajaran tematik terpadu ini awalnya dikembangkan untuk
anak-anak yang bertalenta (gifted and talented) anak-anak yang cerdas, dan
mampu belajar dengan cepat. PTT sebagai salah satu metode pembelajaran yang
efektif (highly effective teaching metode) karena mampu mewadahi dan
menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik dan akademik peserta didik baik
didalam kelas maupun di luar kelas. Kemendikbud (2013:7) pembelajaran
tematik terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata
pelajaran melalui penggunaan tema dimana peserta didik tidak mempelajari
materi mata pelajaran secara terpisah, semua mata pelajaran yang ada di sekolah
dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan
tema.
M Fadillah (2014: 176) pembelajaran tematik terintegrasi dimaksudkan
bahwa pembelajaran tersebut dibuat per tema dengan mengacu karakteristik
peserta didik dan dilaksanakan secara terintegrasi antara tema satu dengan yang
lain maupun antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain. Mulyasa
(2013:170) pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada
pendidikan tingkat dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk
kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainya.
Prastowo (2013:233) mengemukakan bahwa pendekatan tematik terpadu
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas pembelajaran tematik
terintegratif merupakan pembelajaran dengan memadukan beberapa mata

4
5

pelajaran yang disajikan dalam suatu tema. Peserta didik tidak


mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah.
Pembelajaran tematik terintegratif memiliki beberapa tujuan,
Kemendikbud (2013: 194) tujuan tematik terintegrasi sebagai berikut:
1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu .
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata
pelajaran dalam tema yang sama.
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan
berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran
lain.
6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan dan sekaligus dapat diberikan dalam 2 atau 3
pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.
8. Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan
mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Dalam pembelajaran tematik terintegrasi memiliki acuan utama di


dalamnya yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Menurut PP No.32 Tahun
2013 bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Menurut M Fadillah (2014: 36) kegunaan SKL adalah sebagai
acuan utama dalam pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian
Pendidikan, Standar Pendidik, dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan
Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan. Standar Kompetensi
Lulusan merupakan hal yang penting dalam pembelajaran tematik terintegratif,
karena SKL merupakan pedoman dalam penilaian penentuan kelulusan peserta
didik. Pada kurikulum 2013 untuk mencapai SKL peserta didik haruslah memiliki
tingkat kemampuan yang dinamakan dengan Kompetensi Inti (KI) yang
merupakan perubahan dari standar kompetensi pada kurikulum sebelumnya
(KTSP).
Mulyasa (2013:174) kompetensi inti merupakan oprasionalisasi Standar
Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik
6

yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu,


yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokan ke dalam aspek
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti Kurikulum 2013
kelas 4 (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013) disajikan melalui tabel
2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Kompetensi Inti Kurikulum 2013 Kelas 4 Semester II
KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatanya, dan benda-benda yang
dijumpainya dirumah, sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis, dan sistematis,
dalam karya dalam karya yang estetis dalam karya yang mencerminkan perilaku
anak bermain dan berakhlak mulia.

Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013.

Dalam pembelajaran tematik terintegratif, pembelajaran berfokus pada


tema tertentu. Tema pembelajaran di desain dengan mengintegrasikan beberapa
mata pelajaran. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih bermakna khususnya bagi
siswa.Tema yang dimaksudkan dalam pembelajaran tematik adalah pokok pikiran
yang menjadi pokok pembicaraan (Depdiknas: 2008), yang ruang lingkupnya
meliputi seluruh mata pelajaran. Meskipun dalam pembelajaran tematik
terintegratif tidak mewajibkan untuk memasukan semua mata pelajaran di
dalamnya minimal dalam satu tema terdiri dari tiga mata pelajaran. Pencapaian
tujuan pembelajaran tematik ditentukan oleh standar kompetensi (SK) yang
pelaksanan oprasionalnya dirinci dalam kompetensi dasar (KD) .
Pembelajaran tematik untuk kelas 4 semester 2 terdiri dari 5 tema dan
terdapat 15 subtema. Tema dan subtema secara rinci disajikan melalui tabel 2.2 di
halaman berikut ini:
7

Tabel 2.2
Tema dan Subtema Kelas 4 Semester II
TEMA SUB TEMA

5 Pahlawanku 1 Perjuangan Para Pahlawan


2 Pahlawanku Kebanggaanku
3 Sikap Kepahlawanan
6 Indahnya Negeriku 1 Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan
2 Keindahan Alam Negeriku
3 Indahnya Peninggalan Sejarah
7 Cita-citaku 1 Aku dan Cita-citaku
2 Hebatnya Cita-citaku
3 Giat Berusaha Meraih Cita-cita
8 Tempat Tinggalku 1 Lingkungan Tempat Tinggalku
2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
3 Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku
9 Makananku Sehat dan 1 Makananku Sehat dan Bergizi
Bergizi 2 Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi
3 Kebiasaan Makanku
Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV Tema 8 Tempat
Tinggalku

Berdasarkan tabel 2.2 dalam pembelajaran tematik kelas 4 semester II


terdiri dari 5 tema dan dibagi menjadi beberapa subtema. Dari 5 tema yang ada
akan dipelajari salah satu tema yaitu tema 8 Tempat Tinggalku subtema 2
Keunikan Daerah Tempat Tinggalku, KI dan KD dari tema 8 Tempat Tinggalku
dan subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku disajikan dalam tabel 2.3 di
halaman berikut:
8

Tabel 2.3
Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Tema 8 Tempat Tinggalku
Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 Semester II
Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti
PPKn Bahasa Indonesia IPS
1. Menerima,menjalankan 1.2 Menghargai 1.3 Menerima karunia
dan menghargai ajaran kebersamaan dalam Tuhan YME yang
agama yang dianutnya. keberagaman telah menciptakan
sebagai anugerah manusia dan
Tuhan Yang Maha lingkungannya
Esa di lingkungan
rumah, sekolah,
dan masyarakat
sekitar.

2. Menunjukkan perilaku 2.3 Menunjukkan 2.3 Menunjukkan


jujur, disiplin, tanggung perilaku sesuai perilaku santun,
jawab, santun, peduli, dengan hak dan toleran dan peduli
dan percaya diri dalam kewajiban sebagai dalam melakukan
berinteraksi dengan warga dalam interaksi sosial
keluarga, teman, guru, kehidupan dengan lingkungan
dan tetangganya. sehari-hari di dan teman sebaya.
rumah, sekolah
dan masyarakat
sekitar
3. Memahami pengetahuan 3.3 Memahami manfaat 3.1 Menggali informasi 3.5 Memahami
faktual dengan cara keberagaman dari teks laporan hasil manusia dalam
mengamati dan karakteristik pengamatan tentang dinamika interaksi
menanya berdasarkan individu di rumah, gaya, gerak, energi dengan lingkungan
rasa ingin tahu tentang sekolah dan panas, bunyi, dan alam, sosial, budaya,
dirinya, makhluk masyarakat. cahaya dengan dan ekonomi.
ciptaan Tuhan dan bantuan guru dan
kegiatannya, dan teman dalam bahasa
bendabenda yang Indonesia lisan dan
dijumpainya di rumah, tulis dengan memilih
di sekolah dan tempat dan memilah kosakata
bermain. baku.
3.4 Menggali informasi
dari teks cerita
petualangan tentang
lingkungan dan sumber
daya alam dengan
bantuan guru dan
teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan
tulis dengan memilih
dan memilah kosakata
baku.

Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV Tema 8 Tempat
Tinggalku.
9

Dari tabel 2.3 dapat digambarkan pemetaan Kompetensi Dasar (KD)


seperti tergambar dalam gambar 2.1 berikut ini:

PPKn IPS
1.2 Menghargai kebersamaan 1.3 Menerima karunia Tuhan
dalam keberagaman sebagai YME yang telah
anugerah Tuhan Yang Maha menciptakan manusia dan
Esa di lingkungan rumah, lingkungannya
sekolah, dan masyarakat 2.3 Menunjukkan perilaku
sekitar. santun, toleran dan peduli
2.3 Menunjukkan perilaku sesuai dalam melakukan interaksi
dengan hak dan kewajiban sosial dengan lingkungan
sebagai warga dalam dan teman sebaya.
kehidupan sehari-hari di 3.5 Memahami manusia dalam
rumah sekolah dan dinamika interaksi
masyarakat sekitar. denganlingkungan alam,
3.3 Memahami manfaat sosial, budaya, dan
keberagaman karakteristik ekonomi.
individu di rumah, sekolah
dan masyarakat. Bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks
laporan hasil pengamatan
tentang gaya, gerak, energi
panas, bunyi, dan cahaya
dengan bantuan guru dan
Sub tema 2 teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis
Keunikan Daerah dengan memilih dan
Tempat Tinggalku memilah kosakata baku.
3.4 Menggali informasi dari
teks cerita petualangan
tentang lingkungan dan
sumber daya alam dengan
bantuan guru dan teman
dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis dengan
memilih dan
memilahkosakata baku.
Gambar 2.1
Pemetaan Kompetensi Dasar Tema 8 Tempat TinggalkuSub Tema 2 Keunikan
Daerah Tempat Tinggalku
Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas 4 Tema 8 Tempat
Tinggalku.
10

2.1.2 Pendekatan Inkuiri Dan Metode Curah Pendapat


Pendekatan Inkuiri
Khoirul Anam (2015:7) inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan
kata dari bahasa Inggris yang berarti penyelidikan / meminta keterangan.
Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pada pendekatan inkuiri ini siswa akan belajar untuk memiliki keberanian
dalam mengembangkan potensi belajar. Pendekatan ini juga memungkinkan
proses belajar yang tenang dan menyenangkan karena pembelajaran dilakukan
secara alamiah sehingga siswa sendiri dapat mempraktekkan secara langsung apa
yang sedang dipelajarinya. Adapun Mohammad Jauhar (2011:65) inkuiri adalah
suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan
observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban ataupun memecahkan masalah
terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan
berpikir kritis dan logis. Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu
memecahkan masalah secara ilmiah.
W Gulo (2004:84) inkuiri berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau
penyelidikan. Pendekatan inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuanya dengan penuh percaya diri.
Berdasarkan beberapa definisi pakar di atas, dapat di simpulkan bahwa
pendekatan inkuiri adalah suatu rangkaian peyelidikan guna memperoleh dan
mendapatkan informasi secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuanya dengan penuh percaya diri. Dengan
demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya berusaha membimbing,
melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir (minds-on
activities) karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil
11

secara fisik (hands-on activities). Pada pendekatan inkuiri ini siswa juga lebih
mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan adanya pemberian
kebebasan siswa untuk belajar mandiri.
Pada setiap pendekatan pembelajaran tentunya memiliki keunggulan serta
kelemahan yang berbeda-beda, baik pada pendekatan inkuiri juga memiliki
beberapa keuggulan dan beberapa kelemahan di dalamnya. Kunggulan inkuiri
menurut Suyanti (2010) yaitu:
1) Dianggap dapat membantu siswa dalam mengembangkan atau
memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan proses kognitif
siswa.
2) Penemuan membangkitkan gairah siswa.
3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai
dengankemampuannya.
4) Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya.
5) Membantu memperkuat pribadi siswa.
6) Inkuiri menekankan pembelajaran yang berpusat pada anak.
7) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat dan
menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Sanjaya (2010b: 208), keunggulan dari pembelajaran inkuiri yaitu,


pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik secara seimbang, sehingga strategi pembelajaran ini dianggap
lebih bermakna, memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka, dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman dan pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan siswa
yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, sisa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar. Disamping keunggulan yang dimiliki pendekatan inkuiri ini, pada
pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan. Adapun kekurangan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri menurut Sanjaya
(2010b:208) yaitu:
1. Digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
12

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.


3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan-
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran
inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Mohammad Jouhar (2011:70) belajar dengan pendekatan inkuiri memiliki
beberapa kelemahan antara lain:
1. Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga
melebihi waktu yang sudah ditetapkan pada kurikulum.
2. Karena diberi kebebasan untuk menemukan sendiri permasalahan yang
diselidiki, ada kemungkinan topik yang dipilih siswa diluar konteks yang ada
dalam kurikulum.
3. Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik
berbeda, sehingga guru juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memeriksa hasil yang diperoleh siswa.
4. Karena topik yang diselidiki antara kelompok maupun individual berbeda,
ada juga kemungkinan kelompok atau individual kurang memahami topik
yang diselidiki kelompok atau individual terntentu, sehingga diskusi juga
berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pendekatan ini memiliki keunggulan yang mampu menunjang
pembelajaran di kelas, serta memiliki beberapa kekurangan di dalamnya., akan
tetapi dibalik itu semua hal ini tergantung peran dari seorang guru. Dimana guru
merupakan peranan penting dalam tercapainya suatu tujuan pembelajaran,
kreatifitas mengolah kelas guru dalam pembelajaran merupakan syarat mutlak
demi kesuksesan siswa di dunia pendidikan.
Langkah-langkah yang diperlukan guru sebagai pembimbing di kelas
dalam penerapan pendekatan inkuiri tentunya sangat penting demi terlaksananya
pembelajaran yang diinginkan. Pendekatan inkuiri mempunyai lima fase atau
lima tahapan pembelajaran. Pada penelitian ini lima langkah atau tahapan
13

pembelajaran inkuiri yang dikemukakan Eggen dan Kauchak (Trianto, 2011: 172)
sebagai berikut:
1) Mengajukan pertanyaan atau masalah
2) Merumuskan hipotesis
3) Mengumpulkan data
4) Membuat kesimpulan
Sanjaya (2010a: 306), pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsife.
b. Merumuskan Masalah
Langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenaranya.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menemukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Mohammad Jauhar (2011:67) langkah-langkah yang perlu diikuti dalam


pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakanan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki.
3. Merumuskan Hipotesis
Merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data
Merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan.
5. Merumuskan Kesimpulan
Proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis.
Dari pendapat beberapa pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa
14

pendekatan inkuiri ini bertujuan untuk menolong siswa dalam mengembangkan


disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan serta mengajak siswa untuk
aktif dalam memecahkan suatu masalah. Dengan pendekatan inkuiri ini
diharapkan bagi siswa menjadi lebih termotivasi dalam proses pembelajaran ,
disiplin, dan dapat mengembangkan hasil belajar yang maksimal. Berikut secara
rinci langkah-lagkah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, yaitu:
1. Langkah orientasi dengan menerima informasi.
2. Merumuskan pertanyaan atau permasalahan
Merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu permasalahan yang
mengandung teka-teki.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data.
4. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk mengumpulkan data. Data yang dihasilkan dapat
berupa tabel, matrik, atau grafik.
5. Analisis data
Analisis data merupakan proses pembuktian jawaban berdasarkan hipotesis
atau menguji hipotesis.
6. Membuat kesimpulan
Merupakan diskripsi dari keseluruhan penelitian dan analisis hipotesis atau
data.

Metode Curah Pendapat


Curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun
gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.
Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi
(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada
penggunaan metode curah pendapat, pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi
melainkan di olah menjadi sekumpulan data baru untuk diuji sebagai hipotesis
awal dalam penelitian, percobaan, atau pemecahan masalah. Dimana pada tujuan
curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi,
pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan
peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mind-map) untuk menjadi
pembelajaran bersama
Barbara Allman dan Sara Freeman (2010:37) “Metode Curah Pendapat
15

adalah suatu teknik yang digunakan untuk menghasilkan suatu daftar panjang
yang berisi berbagai respon berbeda tanpa membuat penilaian terhadap ide-ide
individu”.
Metode curah pendapat adalah suatu teknik atau mengajar yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah
di kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau
mengomentari sehingga masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru,
atau dapat pula diartikan sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari
sekelompok manusia dalam waktu yang singkat (Roestiyah 2001: 73).
Sudjana (2000:45), curah pendapat adalah metode pembelajaran yang
dipakai untuk menghimpun gagasan dan pendapat untuk menjawab pertanyaan
tertentu, dengan cara mengajukan pendapat atau gagasan sebanyak-banyaknya.
Sedangkan menurut De Porter (2008:313), pada pendekatan curah pendapat yang
ditekankan adalah memperoleh gagasan atau pendapat yang sebanyak-banyaknya
dalam waktu yang singkat.
Berdasarkan pendapat beberapa pakar ahli diatas metode curah pendapat
merupakan suatu metode pembelajaran yang digunakan untuk mendapatkan
banyak ide-ide individu, pendapat, atau gagasan dari sekelompok manusia
sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat dan dapat digunakan dalam
penyusunan program, manual kerja, dan sebagainya.
Metode ini sering disebut sebagai “badai otak” yang dipergunakan untuk
menggambarkan proses berpikir yang dinamis dan terjadi pada saat seseorang
menanggapi suatu masalah. Lebih lanjut DePorter (2008:312), menjelaskan
bahwa curah gagasan lebih efektif dalam kelompok-kelompok karena efek
kumulatif dari masing-masing pikiran dirangsang oleh kreativitas lain.
Pelaksanaan curah pendapat dalam pembelajaran di kelas memberikan
beberapa manfaat. Berikut adanya manfaat atau keunggulan dari penggunaan
metode curah pendapat menurut Roestiyah (2001: 74-75) yaitu:
1. Anak-anak berfikir aktif untuk menyatakan pendapat
2. Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis
3. Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan
dengan masalah yang diberikan oleh guru
16

4. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran,siswa


yang kurang aktif mendapatkan bantuan dari temanya yang pandai
atau dari guru
5. Terjadi persaingan yang sehat
6. Anak merasa bebas dan gembira
7. Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan

Acep Yonny dan Sri Rahayu Yunus (2011:127) menyatakan beberapa kelebihan
dari penerapan metode Brainstorming sebagai berikut:
1) Memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat.
2) Melatih daya kritis dan analisis siswa.
3) Mendorong siswa agar dapat menghargai pendapat orang lain.
4) Menstimulasi siswa agar dapat berpikir secara holistik.

Ischak (2006:6) metode curah pendapat memiliki keunggulan karena


membangkitkan pendapat baru dan merangsang semua anggota untuk ambil
bagian. Selain itu juga membangkitkan reaksi berangkai dalam mengeluarkan
pendapat, menghemat waktu, dapat dipakai dalam kelompok besar maupun
kelompok kecil. Disamping memiliki keunggulan metode curah pendapat ini juga
memiliki kelemahan di dalamnya.
Roestiyah (2001: 74), mengemukakan beberapa kelemahan metode curah
pendapat (brainstorming) sebagai berikut.
1) Memerlukan waktu yang relatif lama
2) Lebih didominasi oleh siswa yang pandai
3) Siswa yang kurang pandai (lambat) akan ketinggalan
4) Hanya menampung tanggapan siswa saja
5) Guru tidak pernah merumuskan suatu kesimpulan
6) Siswa tidak segera tahu apakah pendapat yang dikemukakanya itu
betul atau salah
7) Tidak menjamin terpecahkanya suatu masalah
8) Masalah bisa melebar ke arah yang kurang diharapkan
Suprijanto (2009:125) mengungkapkan ada beberapa kelemahan dari
penggunaan metode Brainstorming:
1. Proses ini memerlukan banyak waktu, khususnya apabila kurang dari 10%
ide yang akhirnya digunakan.
2. Seperti kelompok diskusi yang lain, produktivitas sesi curah pendapat
tergantung pada kemampuan dan kualitas orientasi peserta.
3. Manfaat akhirnya mungkin lebih berupa apa yang dilakukan terhadap peserta
dari pada produktivitas apa yang segera diperoleh dalam sesi curah pendapat,
dan sulit diukur dengan tingkat keakuratan apa pun.
17

Kelemahan bukan menjadi masalah bagi guru, karena itu semua bisa di
atasi apabila guru terampil dalam membaca situasi yang terjadi di dalam kelas
dan kreativitas guru diperlukan dalam penguasaan kelas agar pembelajaran
mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu, melihat kelemahan yang
diuraikan diatas perlu adanya sikap dan peran guru dalam mengelola diskusi
kelompok dan untuk menyebarkan kesempatan berpartisipasi serta tercapainya
tujuan pembelajaran yang diharapkan, partisipasi dan peran guru dalam kerja
kelompok menurut Suciati (2007:5) antara lain sebagai berikut.
1. Memancing siswa yang pendiam dengan mengajukan pertanyaan yang
langsung ditujukan kepada siswa tersebut secara bijaksana
2. Mencegah terjadinya pembicaraan serentak
3. Mencegah secara bijaksana siswa yang sering memonopoli pembicaraan
dan kegiatan
4. Mendorong siswa untuk saling mengomentari pendapat siswa lain
Curah pendapat adalah piranti perencanaan yang dapat menampung
kreativitas kelompok dan sering digunakan sebagai alat pembentukan konsensus
maupun untuk mendapatkan ide-ide yang banyak, sehingga diperlukan
langkah-langkah atau sintaks dalam melaksanakan curah pendapat. Menurut
Dunn and Dunn (dalam Supriya, 2009:145) metode curah pendapat dapat
mendorong siswa berpikir kritis. Hal ini mencangkup beberapa langkah berpikir
kritis sebagai berikut.
1) Pada fokus awal, guru mendorong siswa untuk memikirkan bagaiman
cara terbaik untuk memecahkan masalah.
2) Guru mengajukan pertanyaan berikutnya, mengapa pemikiran ini belum
dilaksanakan juga.
3) Setelah para siswa menjawab pertanyaan ini, guru bertanya pada siswa
lainya, membantu siswa yang sedang berfikir.
4) Pada langkah ini guru meminta siswa memikirkan masalah yang
mungkin dihadapi dalam menjawab pertanyaan terdahulu.
5) Para siswa diminta untuk menentukan apakah langkah pertama untuk
memecahkan masalah.
18

Dunn and Dunn (dalam Supriya, 2009:145), berikut ini adalah


langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode curah pendapat
(brainstorming) :
1. Pemberian informasi dan motivasi
Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan
mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya.
2. Mengkaji
Pada tahap ini peserta didik diundang untuk memberikan sumbang saran
pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung,
ditulis dan tidak dikritik.
3. Klasifikasi
Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya
mengklasifikasi berdsarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh
kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur / faktor-faktor lain.
4. Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah
diklasifikasikan.Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan
permasalaha
5. Konklusi (Penyepakatan)
Guru / pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan
butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua
puas, maka diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang
dianggap paling tepat.

Langkah-langkah pembelajaran dengan metode curah pendapat menurut


Roestiyah (2001:37) antara lain sebagai berkut.
1) Guru membimbing siswa membentuk kelompok.
2) Guru memberikan materi atau masalah beserta latar belakangnya.
3) Guru membimbing siswa untuk menyumbangkan gagasan, pernyatan, atau
pendapat sesuai dari masalah yang diberikan.
4) Guru membimbing siswa menyampaikan gagasan, pernyataan, atau pendapat
kepada seluruh anggota kelompok lain.
5) Guru membimbing siswa mendiskusikan pernyataan dari kelompok lain dan
menyimpilkan..

Sudjana (2001:87) langkah-langkah dari kegiatan belajar mengajar yang


menggunakan metode brainstorming adalah sebagai berikut:
1. pendidik menyusun pertanyaan-pertanyaan tentang kebutuhan belajar,
sumber-sumber dan kemungkinan-kemungkinan hambatan pembelajaran.
19

2. Pendidik menyampaikan pertanyaan-pertanyaan.


3. Pendidik menjelaskan aturan-aturan yang harus diperhatikan oleh peserta
didik.
4. Pendidik memberitahukan waktu yang akan digunakan.
5. Pendidik boleh menunjuk seorang penulis untuk mencatat pendapat dan
jawaban yang diajukan peserta didik dan dapat pula menunjuk sebuah tim
untuk mengevaluasi bagaimana proses dan hasil penggunaan metode ini.
Serta pendidik dapat memimpin kelompok agar kelompok itu dapat
mengevaluasi jawaban dan pendapat yang terkumpul.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran metode curah pendapat dari
para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran
ini adalah:
1) Membentuk kelompok belajar siswa.
2) Pemberian masalah
3) Mengkaji gagasan pemecahan masalah
4) Menyumbangkan gagasan pemecahan masalah ke seluruh anggota kelompok
lain.
5) Mengklasifikasikan pendapat kelompok lain dengan berdiskusi.
6) Menguji relevansi pemecahan masalah.
7) Menyimpilkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui
seluruh anggota kelompok.

Penggunaan PI-MCP
Inkuiry merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang tepat
digunakan dalam pembelajaran di SD. Melalui pembelajaran dengan pendekatan
inkuiry dapat membantu siswa dalam mengembangkan ketrampilan berpikir
untuk memecahkan masalah. Yang melatih peserta didik untuk berfikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan untuk bekerja sama.
Namun dalam pelaksanaanya masih banyak kekurangan salah satunya jika
peserta didik belum terlatih,dengan cara belajar seperti ini mereka akan kesulitan
dan merasa bosan dalam kegiatan pembelajaran, apalagi jika metode ini
diterapkan di SD dengan pola pemikiran siswa yang masih dalam tahap
para-oprasional kongkrit ini akan sangat kesulitan dalam pelaksanaanya, oleh
karena itu peneliti mencoba memodifikasi dengan menyertai metode curah
pendapat dalam pengemasan pembelajaran tematik dengan harapan dapat
mengembangkan hasil belajar siswa karena kita tau bahwa anak se usia Sekolah
Dasar senang dalam hal aktif dan penuh kreativitas. Untuk itu PI-MCP ini
20

menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif,serta menumbuhkan minat motivasi


belajar siswa baik individu maupun kelompok dan menumbuhkan rasa percaya
diri setiap siswa dalam mengembangkan potensi dan kreativitas, sehingga mampu
mencapai hasil belajar yang lebih baik dari kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Berikut langkah-langkah pembelajaran secara rinci dengan menggunakan
pendekatan inkuiri dan metode curah pendapat (brainstorming) sebagai berikut:
1) Membentuk kelompok.
2) Menerima masalah.
3) Merumuskan masalah.
4) Mengkaji gagasan pemecahan masalah.
5) Merumuskan hipotesis.
6) Mengumpulkan data gagasan pemecahan masalah dari seluruh anggota
kelompok lain.
7) Menganalisis dengan mengklasifikasikan pendapat kelompok lain dengan
berdiskusi.
8) Menguji hipotesis alternatif pemecahan masalah.
9) Menyimpulkan alternatif pemecahan masalah.

2.1.3 Pembelajaran Konvensional


Salah satu pembelajaran yang banyak dilakukan oleh guru adalah
penggunaan pendekatan konvensional. Djamarah (1996), pembelajaran
konvensional adalah pendekatan pembelajaran tradisional atau disebut juga
dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai
alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan
pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan
ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
Metode pembelajaran konvensional menurut Ahmadi (Wiwin Widiantari
(2012:24) mengemukakan bahwa metode pembelajaran konvensional
menyandarkan pada hafalan belaka, penyampain informasi lebih banyak dilakukan
oleh guru, siswa secara pasif menerima informasi, pembelajaran sangat abstrak dan
teoritis serta tidak bersadar pada realitas kehidupan, memberikan hanya
tumpukan beragam informasi kepada siswa, cenderung fokus pada bidang tertentu,
waktu belajar siswa sebagaian besar digunakan untuk mengerjakan buku tugas,
mendengar ceramah guru, dan mengisi latihan (kerja individual).
Brooks & Brooks (Juliantara, 2009) menyatakan penyelenggaraan
21

pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran


berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses
“meniru” dan siswa di tutut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan
yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.
Dari beberapa pengertian oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang cara penyampaiannya
dengan metode ceramah bervariasi, siswa cenderung banyak menghafal dari
materi yang disampaikan dan lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran
berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses
“meniru” siswa di tutut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Metode konvensional memiliki
ciri- ciri yaitu sebagai berikut:
Menurut Burrowers (Juliantara, 2009) metode konvensional memiliki crri-ciri:
1. Pembelajaran berpusat pada guru
2. Terjadi passive learning
3. Interaksi di antara siswa kurang
4. Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dari pembelajaran konvensional menurut Yasa (2011) adalah
sebagai berikut :
1. Tahap pertama, menyampaikan tujuan. Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.
2. Tahap kedua, menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada
siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah.
3. Tahap ketiga, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Guru
mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik.
4. Tahap keempat, memberikan kesempatan latihan lanjutan. Guru memberikan
tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah.
Langkah-langkah pembelajaran dari metode pembelajaran konvensional menurut
Sujarwo (I Wayan Sukro, 2009) adalah sebagai berikut :
1. Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa dari materi
pelajaran yang disampaikan.
22

2. Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa.
3. Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara beberapa siswa
disuruh mengerjakan di papan tulis.
4. Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah.

Dari langkah-langkah pembelajaran konvensional yang disebutkan para


ahli di atas, maka dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran konvensional
sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai
2) Guru memberikan informasi dengan metode ceramah dan mendiskusikan
bersama.
3) Guru memberi umpan balik kepada siswa dan memberikan latihan soal secara
individu.
4) Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara beberapa siswa
disuruh mengerjakan di papan tulis.
5) Guru memberikan latihan lanjutan berupa tugas untuk dikerjakan di rumah
sebagai pekerjaan rumah.
Metode konvensional memilki kelebihan maupun kelemahan. Menurut
Astuti (2010) bahwa pengajaran metode ini dipandang efektif atau mempunyai
keunggulan, terutama:
1. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain
2. Menyampaikan informasi dengan cepat
3. Membangkitkan minat akan informasi
4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan
5. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan kelemahan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan
2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa
yang dipelajari
3. Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu
4. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
23

5. Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal


Pembelajaran konvensional memiliki keunggulan bahwa dalam
mendapatkan informasi lebih cepat, dapat digunakan untuk mengetes
pendengaran siswa dalam mendengarkan dan dalam proses belajar mengajar lebih
membangkitkan minat siswa. Namun dalam kelemahannya siswa mudah lupa
materi yang disampaikan, karena bersifat menghafal, lebih menekankan kepada
siswa untuk menyelesaikan tugas dan siswa lebih mudah bosan karena
penyampaiannya secara ceramah.

2.1.4 Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan suatu proses yang dilakukan guru pada akhir
kegiatan pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil belajar
peserta didik. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil
pengukuran penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes
dan nontes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian
kompetensi hasil belajar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan
dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012: 109).
Pengertian hasil belajar menurut Kusnandar (2011: 277) setiap kegiatan
akan menghasilkan sesuatu, begitupula dalam kegiatan belajar akan
menghasilkan hasil, yaitu hasil belajar. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
berpikir maupun keterampilan motorik.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil
hasil pengukuran yang diperoleh saat proses belajar berlangsung yang
mencangkup penguasaan pengetahuan (kognitif), keterampilan berpikir (afektif)
maupun keterampilan motorik (psikomotor). Pengukuran hasil dari aspek kognitif
dapat diukur melalui teknik tes, sedangkan pengukuran proses belajar dapat
diukur melalui aspek afektif, dan psikomotorik.
Ranah afektif, kognitif, psikomotor di namakan dengan taksonomi tujuan
belajar kognitif. Taksonomi tujuan belajar domain kognitif menurut Benyamin S.
24

Bloom yang telah disempurnakan David Krathwohl serta Norman E. Gronlund


dan R.W. De Maclay ds (Wardani, Naniek Sulistya, dkk, 2012:55) adalah
menghafal (Remember), memahami (Understand), mengaplikasikan (Aply),
menganalisis (Analize), mengevaluasi (Evaluate), dan membuat (Create).
Hasil belajar digunakan oleh guru sebagai ukuran atau kriteria dalam
mencapai satu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari
aktivitas pengukuran. Menurut (Wardani Naniek Sulistya, Slameto:2012)
pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk
memberikan angka-angka pada suatu peristiwa, atau benda sehingga pengukuran
tersebut akan berupa angka. Arikunto dan Jabar dalam Wulan (2010) menyatakan
pengertian pengukuran sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan
ukuran tertentu sehingga data yang di hasilkan adalah data kuantitatif. Jadi
pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang dilkukan dengan cara
membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang
dihasilkan adalah data kuantutatif atau data angka. Untuk menetapkan angka
dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen.
Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara
pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap, atau penilaian
portofolio. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran disebut instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas butir-butir soal
apabila pengukuran dilakukan dengan cara menggunakan tes, dan apabila
pengukuran dilakukan menggunakan cara observasi atau pengamatan dapat
menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan
skala sikap dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen butir-butir
pernyataan. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:50) asesmen adalah proses
pengambilan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik.

Prinsip asesmen pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani


ketika melakukan asesmen proses dan hasil belajar. Ada beberapa prinsip dasar
asesmen pembelajaran yang harus dipedomani menurut Wardani Naniek Sulistya,
25

dkk (2012: 65-67) adalah sebagai berikut:

1. Komprehensif (menyeluruh)
Asesmen terhadap hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan secara
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh domain aspek
kognitif, afektif atau nilai dan keterampilan, psikomotorik.
2. Berorientasi pada kompetensi
Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, penilaian harus
terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan
pada penguasaan materi (pengetahuan). Sehingga penilaian harus
dilakukan secara berkesinambungan, terencana, bertahap, dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta
didik dalam kurun waktu tertentu.
3. Terbuka, adil dan objektif
Penilaian hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan
(stake holders) baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan
tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua
pihak.
4. Berkesinambungan
Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan
dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan
siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui
penilaian.
5. Bermakna
Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang
prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan,
minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang
telah ditetapkan.
6. Terpadu, sistematis dan menggunakan acuan kriteria
Komponen yang tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran dan
dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah yang baku serta mendasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
7. Mendidik dan akuntabel
Asessmen mendidik artinya proses hasil belajar harus mampu
memberikan sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar
peserta didik sehingga memberikan umpan balik dan motivasi untuk lebih
giat belajar. Pelaksanaan asessmen dapat dipertanggung jawabkan baik
dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya.
Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui dengan teknik atau cara
pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap, atau portofolio.
(Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum tehnik asesmen dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni tehnik tes dan non tes.
26

1. Tes
Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap
butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar (Suryanto Adi, dkk., 2009 dalam buku evaluasi tahun 2012). Tes minimal
mempunyai dua fungsi, yaitu untuk:
a. mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat
pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.
b. menentukan kedudukan atau seperangkat peserta didik dalam kelompok
tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.
Tes sangat bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Menurut Endang
Poerwanti, dkk (2008: 4-5) terdapat 5 jenis tes salah satunya adalah jenis tes
berdasarkan bentuk jawabanya, yaitu:
a. Tes Uraian
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan
gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan
dalam bentuk tulisan.
b. Tes Jawaban Pendek
Tes bisa digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika peserta tes
diminta menuangkan jawabanya bukan dalam bentuk esei, tetapi dengan
memberikan jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata pendek, kata
lepas maupun angka.
c. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes telah tersedia.
2. Non Tes
Teknik non tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak berisi
jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bisa berbentuk kuisioner atau
inventori. Kuisioner berisi sejumlah pertanyaan atau penyataan, peserta didik
diminta menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori
merupakan instrumen yang berisi tentang laporan Wardani Naniek Sulistya
(2012:73-74) mengemukakan beberapa macam tehnik non tes yaitu sebagai
berikut:
a. Unjuk kerja
Suatu penilaian/ pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas
peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau
interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi dan berdiskusi
27

b. Penugasan
Penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung
penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu.
Penyelidikan ini dilakukan secara bertahap yakni perencanaan,
pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian data.
c. Tugas individu
Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang
dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada waktu
pembuatan kliping, makalah dan lain sejenisnya.
d. Tugas kelompok
Tugas ini dikerjakan secara berkelompok. Bentuk instrument yang
digunakan salah satunya adalah tertulis dengan menjawab uraian secara
bebas dengan tingkat berfikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
e. Laporan
Penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau pekerjaan yang
diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum
dan laporan Pemantapan Praktik Lapangan (PPL).
f. Response atau ujian praktik
Suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan
praktikumnya seperti mata kuliah PPL.
g. Portofolio
Penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjuk perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu.

Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat


kisi-kisi (test blue print atau table of spesification) adalah format atau matriks
pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau
pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan
tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman munyusun atau
menulis soal menjadi perangkat tes. Hasil dari pengukuran tersebut digunakan
sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation.
Wardani, Naniek Sulistya dkk, (2010,2.8) mengartikanya, bahwa evaluasi itu
merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil
pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut
dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil
pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau setelah
pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang
dipersyaratkan seperti KKM, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa
28

kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok atau berbagai patokan yang lain.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria ketuntasan minimal (KKM)
adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan.
KKM pada akhir jenjang satuan pendidikann untuk kelompok mata pelajaran
selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.
Prinsip penilaian menurut Permendiknas No 66 tahun 2013 yaitu sebagai berikut:

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai.
2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu
dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3. Ekonomis,berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporanya.
4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan
dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan
hasilnya.
6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Achmad Rifai, Catharina Tri Anni (2010:253) evaluasi memiliki


kesamaan dengan asesmen, kadang-kadang kedua istilah itu digunakan secara
bergantian. Asesmen biasanya berkaitan dengan prestasi belajar peserta didik.
Dalam pemakaian yang lebih sempit, asesmen disamakan dengan ujian,
sedangkan dalam pemakaian yang lebih luas , asesmen disamakan dengan
evaluasi. Evaluasi itu memiliki tujuan untuk mengetahui sikap peserta didik,
kesadaran karer, kepekaan budaya, praktik pembelajaran, kurikulum, personel
sekolah, dan sebagainya.
Prinsip evaluasi pembelajaran adalah dasar yang harus di pedomani ketika
anda sebagai guru melakukan evaluasi proses dan hasil pembelajaran. Ada
beberapa prinsip dasar asesmen pembelajaran yang harus dipedomani menurut
Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 65-67) adalah sebagai berikut:
a. Komprehensif (menyeluruh)
Asesmen terhadap hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan secara
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh domain aspek kognitif,
afektif atau nilai dan keterampilan, psikomotorik.
29

b. Berorientasi pada kompetensi


Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, penilaian harus
terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada
penguasaan materi (pengetahuan). Sehingga penilaian harus dilakukan secara
berkesinambungan, terencana, bertahap, dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun
waktu tertentu.
c. Terbuka, adil dan objektif
Penilaian hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan
(stakeholders) baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan
tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua
pihak.
d. Berkesinambungan
Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari
waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa,
sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian.
e. Bermakna
Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang
prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan,
minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang
telah ditetapkan.
f. Terpadu, sistematis dan menggunakan acuan kriteria
Komponen yang tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran dan dilakukan
secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku
serta mendasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
g. Mendidik dan akuntabel
Asessmen mendidik artinya proses hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik
sehingga memberikan umpan balik dan motivasi untuk lebih giat belajar.
Pelaksanaan asessmen dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi teknik,
prosedur maupun hasilnya.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan


Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Evi Nuraini pada tahun 2012 dengan judul
“Efektivitas Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas
4 Sekolah Dasar Negeri Cepit sewon Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”. Dari hasil
penelitian diketahui nilai rata-rata hasil belajar post-test siswa pada kelas
eksperimen adalah 80,73 lebih tinggi dari nilai rata-rat post-test kelompok kontrol
72,90. Standar deviasi dan range kelompok ekperimen lebih kecil dibanding
30

dengan range kelompok kontrol. Standar deviasi dan range kelompok eksperimen
adalah 6,7 dan 23,3, sedangkan standar deviasi dan range untuk kelompok kontrol
adalah 9,7 dan 33,4. Berdasarkan nilai rata-rata, standar deviasi, serta range
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode inkuiri mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar
IPS siswa kelas 4 SDN Cepit Sewon Bantul tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Anenda Astari Putri pada tahun 2013
dengan judul “ Efektivitas Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas 5 Di SD Gugus IV Kecamatan Sukasada “. Data yang terkumpul
di analisis dengan statistik deskriptif dan inferensial (uji-t). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen memiliki
skor rata- sebesar 53,27 dengan kategori sangat baik dan kurve poligon
membentuk kurve juling negatif, (2) hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol
memiliki skor rata-rata sebesar 39,96 dengan kategori cukup dan kurve poligon
membentuk kurve juling positif, dan (3) terdapat perbedaan hasil belajar IPA
yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri terbimbing dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan ekspositori (t hitung = 8,69 > t tabel = 1,671).
Penelitian yang lain dilakkukan oleh Endar hendarwati pada tahun 2013
dengan judul “ Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Melalui Metode Inkuiri terhadap hasil belajar Siswa SDN 1 Sribit Delanggu pada
Pelajaran IPS”. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Sribit. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa (1) aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar
mempunyai kategori baik, hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata aktivitas siswa
sebesar 3,11. (2) Hasil belajar dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar melalui metode inkuiri lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa
dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai sig. sebesar
0,000 < 0,05 dan t hitung (6,2650) < t tabel (1,671). Berdasarkan uraian hasil
penelitian yang relevan, secara rinci disajikan dalam tabel 2.4 berikut:
31

Tabel 2.4
Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Jenis
Nama Variabel Variabel
No. Peneli Kelebihan Kekurangan
Peneliti 1 2
tian
1. Evi Nuraini Eksper Metode Hasil Menunjukan siswa Waktu dan
(2012) imen Inkuiri Belajar yang memperoleh Pelaksanaan
IPS treatmen terbatas
menggunakan metode
inkuiri memiliki
rata-rata hasil tes
akhir lebih tinggi dari
pada siswa kelompok
kontrol yang tidak
memperoleh treatmen
metode inkuiri.
2. Anenda Eksper Pendekata Hasil Terdapat perbedaan Kurangnya
Astari Putri imen n Inkuiri Belajar hasil belajar IPA yang pemahaman
(2013) Terbimbin IPA signifikan antara siswa dalam
g kelompok siswa yang memecahkan
mengikuti masalah
pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri
terbimbing dan
kelompok siswa yang
mengikuti
pembelajaran dengan
pendekatan
ekspositori
3. Endar Eksper Metode Hasil Aktivitas siswa Waktu yang
Hendarwati imen Inkuiri Belajar selama kegiatan digunakan
(2013) IPS belajar mengajar terbatas
mempunyai kategori
baik, hasil belajar
melalui metode
inkuiri lebih baik
dibandingkan dengan
menggunakan metode
ceramah.

Berdasarkan tabel 2.4 masih terdapat kelemahan-kelemahan dalam


penggunaan inkuiri yang telah dilakukan oleh beberapa pakar diatas, tentunya
untuk mengatasi kelemahan tersebut kembali kepada kualitas dan potensi guru
dalam mengkondisikan pembelajaran. Guru harus mampu kreatif dan inovatif.
Adapun persamaan dari penelitian tersebut adalah dalam mengetahui perbedaan
32

hasil belajar siswa dengan penggunaan pendekatan inkuiri. Perbedaanya adalah


pada penelitian yang dilakukan pakar diatas hanya menggunakan satu pendekatan
inkuiri saja, namun dalam penelitian ini akan memadukan antara PI-MCP dalam
pembelajaran di SD. Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada PI-MCP dengan
pembelajaran tematik SD kelas 4.

2.3 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaiamana
suatu teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
suatu permasalahan yang penting.
Hasil belajar adalah hal penting dalam tercapainya tujuan utama suatu
pembelajaran, oleh karena itu perlu adanya perubahan dari segi proses
pembelajaran agar mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Metode
pembelajaran merupakan faktor penting dalam menunjang kesuksesan suatu
pembelajaran dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penggunaan
pendekatan pembelajaran yang membuat siswa aktif, kritis, dan kreatif dan
mampu mengarah pada hasil belajar siswa sangat perlu dilakukan secara optimal.
Inkuiri adalah suatu rangkaian peyelidikan guna memperoleh dan
mendapatkan informasi secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuanya dengan penuh percaya diri. Dengan
demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya berusaha membimbing,
melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir (minds-on
activities) karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil
secara fisik (hands-on activities), sedangkan curah pendapat merupakan suatu
metode pembelajaran yang digunakan untuk mendapatkan banyak ide-ide
individu, pendapat, atau gagasan dari sekelompok manusia sebanyak-banyaknya
dalam waktu yang singkat dan dapat digunakan dalam penyusunan program,
manual kerja, dan sebagainya.
PI-MCP mempunyai langkah-langkah adalah membentuk kelompok @
4orang, menerima masalah, merumuskan masalah, mengkaji masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan,
33

mengerjakan tes formatif. Dari hasil gabungan kedua langkah-langkah tersebut


dapat dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan
akhir. Dari gabungan kedua langkah tersebut dapat diterapkan di SD ketika
mengajar adalah membentuk kelompok @4orang, menerima masalah pentingnya
toleransi antar umat beragama, merumuskan masalah pentingnya toleransi antar
umat beragama, mengkaji masalah pentingnya toleransi antar umat beragama,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan
dan mengerjakan tes formatif. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dominan lebih
aktif dalam mengikuti pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator
dalam membimbing siswa untuk melakukan pemecahan masalah.
Pembelajaran dengan metode konvensional menggunakan ceramah
bervariasi terkesan monoton karena dalam pembelajaran hanya dibatasi dengan
ceramah, tanya jawab dan pengerjaan soal saja. Pembelajaran yang berlangsung
melibatkan hanya berpusat kepada guru karena siswa hanya mendengarkan
informasi atau penjelasan dari guru sehingga siswa pasif dalam mengikuti
pembelajaran. Langkah-langkah dalam pembelajaran konvensional adalah
menyajikan materi tentang toleransi, tanya jawab tentang permasalahan toleransi,
latihan soal seputar toleransi antar umat beragama, dan tes formatif. Dalam
pembelajaran ini guru lebih berperan aktif disetiap kegiatan pembelajaran
Hasil belajar kelompok eksperimen diukur melalui tes formatif dan
lembar observasi yang dilengkapi rubrik pengukuran sikap. Sedangkan hasil
belajar kelompok kontrol diukur melalui skor tes formatif. Secara lebih rinci
penjelasan kerangka berfikir disajikan pada gambar 2.2 berikut ini:
34

Pembelajaran Tema 8 Sub Tema 2


Keunikan Daerah Tempat Tinggalku

Pembelajaran Konvensional PI-MCP


Ceramah Bervariasi

1. Menyajikan materi tentang toleransi. 1. Membentuk kelompok @4 orang.

2. Tanya jawab tentang permasalahan 2. Menerima masalah pentingnya


toleransi. toleransi antar umat beragama.

3. Latihan soal seputar toleransi antar umat


beragama 3. Merumuskan masalah pentingnya
toleransi antar umat beragama.

4. Pembahasan soal tentang toleransi antar


umat beragama.
4. Mengkaji masalah pentingnya
toleransi antar umat beragama.

5. Tes formatif.
5. Merumuskan hipotesis.

Skor tes Skor non


tes
6. Mengupulkan data

7. Menganalisis data..
Skor proses
belajar

8. Menyimpulkan

9. Mengerjakan tes formatif.


Hasil belajar Hasil belajar

Skor hasil belajar Skor tes

Gambar 2.2
Skema Efektivitas PI-MCP Terhadap Hasil Belajar Tematik Tema 8 Subtema 2 Keunikan
Daerah Tempat Tinggalku
35

2.4. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah efektivitas PI-MCP
terhadap hasil belajar tematik siswa kelas 4 SDN Getasan Kabupaten Semarang
semester II tahun pelajaran 2015/2016.

Anda mungkin juga menyukai