DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah
reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari
senyawa/unsur/ion yang bersifat oksidator dengan unsur/senyawa/ ion bersifat reduktor. Ada
beberapa macam titrasi redoks yang kita kenal, yaitu :
- Iodometri, Iodimetri,Permanganometri,Dikromatometri,Serimetri,Nitrimetri
Prisip kerja titrasi redoks adalah reaksi oksidasi reduksi yang melibatkan penangkapan dan
pelepasan elektron. Titrasi redoks biasanya digunakan dalam penetapan klor dalam kaporit.
Secara umum oksidasi diartikan sebagai reaki pengikatan oksigen dan reduksi sebagai
pelepasan oksigen. Berdasarkan konsep elektron dari suatu zat, istilah redok digunakan untuk
reaksi-reaksi dimana terjadi pelepasan dan pengikatan elektron. Pelepasan elektron disebut
oksidasi sedangkan pengikatan elekton disebut reduksi.
Pada reaksi redoks jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor selalu sama dengan jumlah
elektron yang diikat oleh oksidator. Hal ini analog dengan reaksi asam basa, dimana proton
yang dilepaskan oleh asam dan proton yang diikat oleh basa juga sama. Oleh karena elektron
tidak tampak pada keseluruhan reaksi maka penulisan reaksi lebih mudah bila dipisahkan
menjadi dua bagian yaitu bagian oksidasi dan bagian reduksi, masing-masing dikenal sebagai
setengah reaksi (lihat contoh diatas)
Oleh karena reaksi berlangsung dalam larutan air maka untuk menyempurnakan koeffien
reaksi air (H+ atau OH-) bila perlu dapat diikutsertakan dalam reakksi. Misalnya dalam
oksidasi senyaw besi (II) dengan kalium permanganat, reaksi dapat ditulis sebagai berikut :
Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi persyaratan
umum sebagai berikut :
- Reaksi harus cepat dan sempurna.
- Reaksi berlangsung secara stiokiometri, yaitu terdapat kesetaraa yang pasti antara
osidator dan reduktor.
- Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau
secara petontiometrik.
Bobot ekivalen
Bobot ekivalen suatu zat pada titrasi redoks adalah banyaknya mol zat itu yang ekivalen
dengan ½ mol 0,1 mol Cl/Br atau 1 mol elektron, contoh :
Untuk melengkapkan koefisien pada reaksi oksidasi atau reduksi dapat dilakukan prosedur
sebagai berikut :
Indikator redoks
Daerah perubahan warna dari suatu indiktor redoks dua warna berbeda pada daerah
potensial tertentu. Hal ini analogdengan indikator asam basa dimana perubahan warna juga
terjadi paa trayek pH tertentu. Untuk indikator satu warna, warna titik akhir (intensitas
warna) ditentukan oleh konsentrasi indikator itu. Tentu saja indikator yang dipilih harus
mempunyai daerah transisi perubahan warna pada titik ekivalen, atau disekitar titik ekivalen.
Indikator harus mempunyai potensial standart (E0) harga E0 dari oksidator dan reduktor.
Misalnya dapa penerapan senyawa besi (ii) secara serimetri, indikator yang baik adalah
ferroin (0- fenanthrolin besi (ii) sulfat.
4. PROSEDUR/TEKNIK KERJA TITRASI REDUKSI-OKSIDASI
(REDOKSIMETRI)
Besi di dalam sampel bijih besi dapat dianalisa dengan cara melarutkan sampel bijih besi
kedalam HCl untuk membentuk besi (iii).
Selanjutnya besi (iii) yang terbentuk direduksi dengan SnCl2 untuk membentuk besi (ii).
SnCl2 yang ditambahkan sebaiknya tidak berlebihan. SnCl yang terlalu banyak akan bereaksi
dengan HgCl2 yang ditambahkan untuk mengetahui adanya kelebihan SnCl2 yang terlalu
banyak, dalam hal ini SnCl2 akan mereduksi Hg(ii) menjadi Hg logam yang berwarna abu-
abu sampai hitam. Bila terjadi seperti itu maka pelarutan sampel bijih diulang dari awal.
Besi (ii) yang terbentuk dititrasi dengan larutan standart kalium dikromat K2Cr2O7 dalam
suasana asam dengan indikator difenil amin. 6Fe2+ + Cr2O72- + 6H > 2Cr3+ + 6Fe3+ +
7H2O
Tujuan :
Untuk menentukan kadar (%) besi (Fe) secara titrasi oksidasi reduksi dengan kalium
dikromat.
Cara kerja