Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang
terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi
utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang
tidak pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang
irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar
ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang
irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya,
maka dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan
utama yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung
mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman
modern ini. Angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di
Negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah
gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk,
kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu
banyak mengkonsumsi junk food yang notabene banyak mengandung
kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah
dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan
istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi.
Peran perawat sangat diperlukan dalam penanganan pasien gagal
jantung khususnya di ruangan . Adapun peran perawat meliputi 3 bidang yaitu
caring Role; memelihara klien dan menciptakan lingkungan biologis,
psikologis, sosiokultural yang membantu penyembuhan, coordinating Role;
mengatur keterpaduan tindakan keperawatan, diagnostic dan terapeutik
sehingga terjalin pelayanan yang efektif dan efisien, therapeutic Role; sebagai
pelaksana pelimpahan tugas dari dokter untuk tindakan diagnostic dan
therapeutik
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperaatan gagal jantung.

C. Batasan Penulisan
Fokus kami dalam penyusunan makalah ini adalah asuhan keperarawatan pada
gagal jantung

D. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan metode deskriptif melalui studi kepustakaan
dengan pengumpulan data dari berbagai literatur atau sumber.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Pustaka
BAB III : Pembahasan
BAB III : Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Gagal jantung adalah sindrom klinis atau kumpulan dan gejala yang
ditandai sesk nafas dan fatique (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
disebabkan oleh kelainan stuktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang menyebabkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel dan atau kontraktilitas ventrikel Sudoyo Aru (2009).

B. Penyebab
Menurut Sudoyo Aru dalam Huda (2015) ada beberapa istolah dalam
gagal jantung yaitu :
1. Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontrakssi jantung
memompa sehingga curah jantung menurun dan menyebabkan
kelemahan, fatik, kemempuan aktivitas menurun serta fungsi
hipoperfusi lainnya.
2. Gagal jantung diastolik adalah gangguan reaksi dan gangguan
pengisian ventrikel.

C. Klasifikasi Gagal Jantung


Menurut Morton (2012) gagal jantung terbagi menurut gejala dan
intensitas gejala yaitu :
1. Gagal jantung akut yang ditandai dengan timbulnya secara mendadak,
biasanya terjadi dalam beberapa hari atau beberapa jam.
2. Gagal jantung kronik yang ditandai dengan keluhan dan gejala sudah
berbulan-bulan bahkan sampai beberapa tahun dan menggambarkan
keterbatasan kehidupan sehari-hari.
Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya :
1. Gagal jantung kiri
Merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi dan mengosongkan
dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikasikan menjadi disfungsi
sistolik dan diastolik.
2. Gagal jantung kanan
Merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara
adekuat. Penyebeb gagal jantung kanan yang paling sering terjadi
karen gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi
dengan adanya gagal jantung kiri. Gagal jantung kanan dapat juga
disebabkan karena peyakit paru dan hipertensi.

Gagal jantung menurut derajat sakitnya :


1. Derajat 1
Ditandai dengan masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari tanpa
disertai sesak atau kelelahan
2. Derajat 2 / Ringan
Aktifitas fisik sedang dapat menyebabkan kelelahan atau sesak nafas,
tetapi jika tidak aktifitas maka keluhan berkurang.
3. Derajat 3 / Sedang
Aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak nafas, tetapi
keluhan hilang jika aktifitas dihentikan.
4. Derajat 4 / Berat
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat
istirahat pun keluhan tetap ada dan akan semakin berat jika melakukan
aktifitas walaupun aktifitas ringan.

D. Patofisioligi
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada
gagal jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel
yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah
sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan
meningkatnya EDV (volume akhir diastolic ventrikel), maka terjadi pula
pengingkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (LVEDP). Derajat
peningkatan tekanan tergantung dari kelenturan ventrikel. Dengan
meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri
(LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastole.
Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam anyaman
vascular paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru.
Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan
onkotik vascular, maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam intertisial.
Jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik,
maka akan terjadi edema intertisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat
mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema
paru-paru.
Tekanan arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon
terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary
meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan
kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada
jantung kanan, di mana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis
atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh
dilatasi dari annulus katup atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan
pada orientasi otot papilaris dan korda tendinae yang terjadi
sekunderakibat dilatasi ruang (smeltzer 2001)
E. Patways
F. Manifestasi Klinis
1. Kriteria mayor
 Paroksimal nokturnal dyspnea
 Distensi vena leher dan peninggian vena jagularis
 Ronki paru
 Kardiomegali
 Edema paru akut
 Suara jantung S3 galop
2. Kriteria minor
 Edema ekstremitas
 Batuk malah hari
 Sesek
 Hepatomegali
 Efusi pleura
 Takikardia
 Penurunan BB

G. Komplikasi
Menurut Mansjoer (1999) gagal jantung dapat menyebabkan :
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2. syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestof akibat
penurunan curah jantung dan pefusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung, otak jantung)
3. Episode trombosimbolik Trombus terbentuk karena imobilitas pasien
dan gangguan sirkulasi dengan aktivitas trombus dapat menyumbat
pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponde jantung. Masuknya cairan ke kantung
perikardium cairan dapat meregangkan peri kardium sampai ukuran
maksimalCOP menurun dan aliran balik vena ke jantung tamponade
jantung
H. Pemeriksaan Fisik
Menurut Rilantono, dkk (2004) pemeriksaan fisik yang dilakukan
pada pasien meliputi :
a. Auskultasi nadi apikal, biasanya terjadi takikardi (walaupun
dalam keadaan berustirahat), bunyi jantung, S1 dan S2 mungkin
lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum (S3
dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke atrium yang distensi.
Murmur dapat menunjukkan inkompetensi / stenosis katup.
b. Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur
untuk dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut
lemah) mungkin ada.
c. Tekanan darah
d. Pemeriksaan kulit : kulit pucat (karena penurunan perfusi
perifer sekunder) dan sianosis (terjadi sebagai refraktori Gagal
Jantung Kronis). Area yang sakit sering berwarna biru/belang
karena peningkatan kongesti vena
e. Estrimitas dicari adanya edema, elastisitas

I. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/ istrirahat
Gejala:
- keletihan, kelemahan terus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan
tenaga.
Tanda:
- gelisah, perubahan status mental (latergi, TTV berubah pada
aktivitas).
2. Sirkulasi
Gejala:
- Riwayat hipertensi, episode gagal jantung kanan sebelumnya
- Penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok
septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, sabuk terlalu
kuat (pada gagal jantung kanan)
Tanda:
- Tekanan darah mungkin menurun (gagal pemompaan)
- Tekanan nadi menunjukan peningkatan volume sekuncup
- Frekuensi jantung takikardia ( gagal jantung kiri)
- Irama jantung: sistemik, misalnya: fibrilasi atrium, kontraksi
ventrikel prematur/ takikardia blok jantung
- Nadi apikal disritmia
- Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diasnostik, S4 dapat terjadi, S1
dan S2 mungkin lemah
- Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup atau
insufisiensi x
- Nadi: nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan
dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis
abdominal terlihat
- Warna kulit: kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis
- Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat
- Hepar: pembesaran/ dapat teraba, reflek hepato jugularis
- Bunyi napas: krekel, ronchi
- Edema: mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada
ekstremitas
- Distensi vena jugularis.
3. Integritas ego
Gejala:
- Ansietas, khawatir, takut
- Stres yang berhubungan dengan penyakit/ finansia
Tanda:
- Berbagai maninfestasi perilaku, missal: ansietas, marah ketakutan
4. Eliminasi
Gejala:
- Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari
(nokturnal), diare/ konstipasi
5. Makanan/ cairan
Gejala:
- Kehilangan nafsu makan
- Mual/ muntah
- Penambahan berat badan signifikan P
- Pembengkakan pada ekstremitas bawah
- Pakaian/ sepatu terasa sesak
- Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak, gula,
dan kafein
- Penggunaan diuretik.
Tanda:
- Penambahan berat badan cepat
- Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau
pitting)
6. Hygiene
Gejala:
- Keletihan, kelemahan, kelemahan selama aktivitas perawatan
diri
Tanda:
- Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
7. Neurosensori
Gejala :
- Kelemahan, peningkatan episode pingsan
Tanda :
- Letargi, kuat fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah
tersinggung
8. Nyeri/ kenyamanan
Gejala:
- Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan.
Tanda:
- Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku
melindungi diri
9. Pernapasan
Gejala:
- Dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal
- Batuk dengan/ tanpa sputum
- Riwayat penyakit paru kronis
- Penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen atau medikasi
Tanda:
- Pernapasan takipnea, nafas dangkal, pernapasan laboral,
penggunaan otot aksesoris
- Pernapasan nasal faring
- Batuk kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan tanpa sputum
- Sputum: mungkin bercampur darah, merah mudah/ berbuih,
edema pulmonal
- Bunyi napas: mungkin tidak terdengar dengan krekels banner
dan mengi
- Fungsi mental: mungkin menurun, letargi, kegelisahan, warna
kulit pucat/ sianosis (Wijaya & Putri, 2013).

J. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
Menunjukan hipertrofi atrial atau ventrikel, pentimpangan aksis,
iskemia, disritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
2. Radiologi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah
abnormal.
3. Elektrolit
Mungkin berubah dikarenakan perpindahan cairan, penurunan fungsi
ginjal dan pengobatan diuresis.
4. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis
5. Analisa gas darah
Gagal jantung kiri di tandai dengan alkalosis respiratori ringan dan
hipksemia dengan peningkatan PCO2
6. BUN dan Kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal.

K. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
Terapi ini meliputi perubahan gaya hidup, monitoring dan kontrol
resiko
2. Farmakologi
Dengan obat-obat diuresis, beta bloker, vasodilator dll

L. Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersikan jalan nafas
2. Ketidakefetifan pola nafas b.d keletihan
3. Gangguan pertukaran gas
4. Nyeri akut
5. Resiko penurunan curah jantung
6. Kelebihan volume cairan
7. Intoleran aktifitas
8. Defisit perawatan diri
M. Discharge Planing
1. Perbahan gaya hidup
2. Berikan instruksi spesiefik tentang obat dan efek sampingnya.
3. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres
4. Menurunkan berat badan
5. Anjurkan kepada klien untuk menghentikan aktifitas selama serangan
6. Aktifitas sesuai dengan kemampuan
7. Olah raga secara teratur

N. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Penurunan Curah Jantung
Berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miocard, perubahan
struktural, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik ditandai
dengan peningkatan frekuensi jantung (takikardia), yaitu distritmia
dan perubahan gambaran pola Elektrokardiografi (EKG), perubahan
tekanan darah (hipotensi/hipertensi), bunyi ekstra (S3 dan S4),
penurunan tekanan urine, nadi perifer tidak teraba, kulit dingin dan
kusam, serta orthopnea, crekels, pembesaran hepar edema dan nyeri
dada
Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan kriteria hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam· Kaji fungsi jantung tentang: bunyi,
diharapkan curah jantung kembali frekuensi, dan irama jantung
adekuat dengan kriteria hasil : · Observasi sirkulasi nadi perifer
· TTV dalam batas normal · Pantau tekanan darah pasien
· Ortopnea tidak ada · Kaji adanya sianosis dan perubahan kulit
· Nyeri dada tidak ada yang pucat
· Terjadi penurunan· Kaji perubahan sensori: letargi
episode dyspnea (penurunan kesadaran, cemas, dan depresi)
· Ikut serta dalam aktivitas yang· Beri lingkungan yang tenang dan tirah
mengurangi beban kerja jantung. baring
Kolaborasi
· Kolaborasi pemberian obat anti aritmia
jika diperlukan
· Berikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal/masker sesuai indikasi

2. Diagnosa Intoleransi aktivitas


Berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen, kelemahan
umum, dan bed rest atau tirah baring dalam jangka waktu lama/
immobilitas ditandai dengan adanya kelemahan, kelelahan, perubahan
tanda vital, distritmia, dispnea, pucat dan keluar keringat.
Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam· Pantau tanda-tanda vital
diharapkan Klien dapat sebelum selama dan setelah
menoleransi aktivitas dan aktivitas, hentikan aktivitas jika
melakukan ADL dengan tanda-tanda vital tidak dalam
baik dengan kriteria hasil : rentang normal.
· Berparsitipasi dalam aktivitas· Bantu pasien untuk mengubah
fisik yang dibutuhkan dengan posisi secara berkala, bersandar,
peningkatan normal denyut duduk, dan berdiri.
jantung, frekuensi pernafasan,· Hindari menjadwalkan
dan tekanan darah serta pelaksanaan aktivitas selama
memantau pola dalam batas periode istirahat.
normal. · Penggunaan teknik relaksasi
· Menyeimbangkan aktifitas dan (mis: mengalihkan perhatian
istirahat. pasien dari hal-hal lain, posisi
· Mengidentifikasi aktifitas atau pasien yang tepat, pikiran
situasi yang menimbulkan beristirahat dan lingkungan
kecemasan yang dapat tenang) selama aktifitas.
mengakibatkan intoleransi Manajemen energi :
aktifitas. · Ajarkan rentang pengaturan
· Mengatur jadwal aktifitas untuk aktivitas dan anjurkan kepada
menghemat energi. klien untuk menghindari stress,
· Peningkatan intoleransi aktifitas jaga berat badan, tidur teratur,
makan sesuai diet yang di
anjurkan untuk mencegah
kelelahan.
· Pantau respon oksigen pasien
terhadap aktifitas perawatan diri
· Pantau penyebab keletihan.
Kolaborasi:
· Berikan pengobatan nyeri
sebelum aktivitas, apabila nyeri
merupakan salah satu faktor
penyebab.
· Rujuk pasien ke pusat
rehabilitasi jantung jika
keletihan berhubungan dengan
penyakit jantung.

3. Diagnosa Gangguan pertukaran gas


Berhubungan dengan perubahan membenaran kapiler alveoli ditandai
dengan dispnea, pernafasan abnormal, gelisah, cuping hidung, warna
kulit pucat.
Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi )
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam· Kaji pernafasan pasien tiap dua
diharapkan pasien dapat jam (frekuensi, irama, bunyi dan
menunjukkan oksigenasi dan kedalaman)
ventilasi adekuat dengan kriteria· Kaji sianosis jika ada
hasil : · Ajarkan/anjurkan klien batuk
· Mendemonstrasikan efektif, nafas dalam.
peningkatan ventilasi dan· Pantau saturasi oksigen dengan
oksigenasi yang adekuat. oksimetri (alat untuk pemantauan
· Mendemonstrasikan batuk kadar oksigen dalam darah dari
efektif dan suara nafas yang Hb pasien)
bersih, tidak ada sianosis dan· Berikan tirah baring
dyspneu (mampu mengeluarkan· Kaji adanya perubahan sensori:
sputum, mampu bernafas dengan perubahan mental, kepribadian
mudah, tidak ada pursed lips). dan penurunan kesadaran.
· Tanda tanda vital dalam rentang· Pertahankan posisi duduk
normal semifowler
· Latih batuk efektif jika terjadi
batuk
Kolaborasi :
· Pantau/gambarkan seri GDA
(gas darah arteri)
· Periksa GDA (gas darah arteri)
sesuai indikasi
· Kolaborasi pemberian
obat/oksigen tambahan sesuai
indikasi

4. Diagnosa Kelebihan volume cairan


Berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus/
meningkatnya produksi Anti Deuretik Hormon (ADH) dan retensi
natrium dan airditandai dengan orthopnea, bunyi jantung S3, oliguri,
edema, peningkatan berat badan, hipertensi, distress pernapasan, dan
bunyi jantung abnormal.
Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam· Pantau haluaran urin, catat jumlah
diharapkan pasien mengalami dan warna
keseimbangan cairan dan· Hitung keseimbangan pemasukan dan
elektrolit. dengan kriteria hasil : pengeluaran selama 24 jam
· Masukan dan haluaran cairan dalam· Ajarkan klien dengan posisi
batas seimbang semifowler
· Bunyi nafas bersih/ jelas · Pantau tekanan darah
· Tanda vital dalam rentang yang dapat· Kaji bising usus, catat keluhan
diterima anoreksia, mual, distensi abdomen dan
· Berat badan stabil konstipasi
· Tak ada edema · Timbang berat badan tiap hari
· Pantau hasil laboratorium yang
relevan dengan keseimbangan cairan
· Ubah posisi sesering mungkin.
· Palpasi hepatomegali(pembesaran
hati). Cacat keluhan nyeri abdomen
kuadran kanan atas/ nyeri tekan.
Kolaborasi :
· Pemberian obat sesuai indikasi
· Konsultasikan dengan ahli gizi untuk
memberikan diet dengan kandungan
protein yang adekuat dan pembatasan
natrium.
5. Diagnosa Kecemasan
Berhubungan dengan dispnea, ancaman kematian ditandai
dengan gelisah, insomnia, resah,ketakutan, sedih, fokus pada
diri dan kekhawatiran.
Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam · Gunakan pendekatan yang
diharapkan pasien tidak merasa menenangkan
cemas dengan kriteria hasil : · Nyatakan dengan jelas harapan
· Klien mampu mengidentifikasi terhadap pasien
dan mengungkapkan gejala · Jelaskan semua prosedur dan
cemas apa yang dirasakan selama
· Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan · Pahami prespektif pasien
menunjukkan tehnik untuk terhadap situasi stres
mengontol cemas · Temani pasien untuk
· Vital sign dalam batas normal memberikan keamanan dan
· Postur tubuh, ekspresi wajah, mengurangi takut
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas · Berikan informasi faktual
menunjukkan berkurangnya mengenai diagnosis, tindakan
kecemasan. prognosis
· Dorong keluarga menemani
pasien
· Dengarkan dengan penuh
perhatian
· Identifikasi tingkat kecemasan
· Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
· Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
· Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
Kolaborasi
· Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat untuk
mengurangi kecemasan

6. Diagnosa Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi


dan program pengobatan
Berhubungan dengan kurang pemahaman tentang hubungan fungsi
jantung/penyakit/gagal jantung ditandai dengan pertanyaan
masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode Gagal jantung
kronik yang dapat dicegah.
Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan kriteria hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri
selama …x24 jam diharapkan pasien · Kaji pengetahuan klien tentang
mengerti proses penyakitnya dan Program penyakitnya
perawatan serta Therapi yg diberikan · Jelaskan tentang proses penyakit
dengan kriteria hasil: (tanda dan gejala), identifikasi
· Mengidentifikasi hubungan terapi untuk kemungkinan penyebab. Jelaskan
menurunkan episode berulang dan kondisi tentang klien
mencegah komplikasi. · Jelaskan tentang program
· Pasien mampu menjelaskan kembali pengobatan dan alternatif
tentang penyakit pengobantan
· Pasien mampu mengenal kebutuhan · Diskusikan perubahan gaya hidup
perawatan dan pengobatan tanpa cemas yang mungkin digunakan untuk
mencegah komplikasi
· Diskusikan tentang terapi dan
pilihannya
· Instruksikan kapan harus ke
pelayanan
· Tanyakan kembali pengetahuan
klien tentang penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan
BAB III
PEMBAHASAN

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang
terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi
utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak
pernah beristirahat. Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah
kesehatan utama yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan,
jantung mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman
modern ini. Angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat.
Gagal jantung adalah sindrom klinis atau kumpulan dan gejala yang
ditandai sesk nafas dan fatique (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan
oleh kelainan stuktur atau fungsi jantung. Ciri-ciri khan seseorang menderita gagal
jantung adalah ditandai dengan kelelahan dan sesak nafas dalam melakukan
aktifitas. Hal tersebu akan menurunkan tingkat produktifitas dan meningkatkan
angka kematian. Sesek dan kelelahan dikarenakan tubuh kekurangan suplai darah
yang mengandung oksigen berkurang sebagai akibat dari penurunan kemamapuan
jantung dalam memompa darah yang mengakibatkan penurunan curah jantung.
Penurunan curah jantung mengakibatkan turunya juga perfusi atau
pertukaran gas di tingkat jaringan. Sebagai seorang perawat dalam memberikan
asuhan keperatawan pada pasien yang menderita gagal jantung harus seuai dengan
keluhan pasien. Inti dari asuhan keperawatan gagal janutng adalah supaya pasien
bisa beraktifitas normal dn produktifitas lagi. Suuharsono (2013) dalam
penelitiannya menjabarkan bahwa Penurunan toleransi latihan dan sesak nafas
merupakan manifestasi klinis utama gagal jantung. Kondisi ini menyebabkan
pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari yang berakibat pada penurunan
kapasitas fungsional. Latihan fisik pada gagal jantung sedang menjadi topik yang
sering didiskusikan untuk menjadi bagian dari terapi standar pasien gagal jantung.
Perubahan fisiologis, psikologis dan muskuloskeletal akibat latihan
fisik dilaporkan dapat meningkatkan kapasitas fungsional. Hasil penelitian yang
dilakukan Suharsono (2013) menyimpulkan Latihan fisik pada pasien gagal
jantung stabil merupakan suatu prosedur yang aman dan bermanfaat. Latihan fisik
ini terbukti dapat meningkatkan kapasitas fungsional pasien gagal jantung.
Latihan fisik ini hendaknya menjadi bagian integral program rehabilitasi pasien
gagal jantung setelah pulang dari rumah sakit sehingga hasilnya lebih baik dan
dapat diwujudkan menjadi aktifitas kesukaan pasien
Hal ini juga dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nirmalasari
(2017) yang menyatakan bahwa disimpulkan bahwa intervensi deep breathi ng
exerci se dan act i ve range of mot i on efektif menurunkan dyspnea pada pasien
dengan con- gestive heart failure (CHF). Dengan perasaan sesak yang berkurang
diharapakan pasien mampu beraktifitas seperti biasanya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Gagal jantung adalah sindrom klinis atau kumpulan dan gejala
yang ditandai sesk nafas dan fatique (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
disebabkan oleh kelainan stuktur atau fungsi jantung. Ciri-ciri khan
seseorang menderita gagal jantung adalah ditandai dengan kelelahan dan
sesak nafas dalam melakukan aktifitas.
Latihan fisik pada pasien gagal jantung stabil merupakan suatu
prosedur yang aman dan bermanfaat. Latihan fisik ini terbukti dapat
meningkatkan kapasitas fungsional pasien gagal jantung. Latihan fisik ini
hendaknya menjadi bagian integral program rehabilitasi pasien gagal
jantung setelah pulang dari rumah sakit sehingga hasilnya lebih baik dan
dapat diwujudkan menjadi aktifitas kesukaan pasien

B. Saran
1. Memberikan asukan keperawatan kepada pasien gagal jantung sesuai
dengan keluhan.
2. Aktifitas fisik dilakukan berdasarkan tingkat kekuatatan pasien dan
dilakukan bertahap.
3. Bagi rumah sakit menyediakan lokasi untu terapai rehabilitatf bagi
pasien gagal jantung.
Daftar Pustaka

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.Yogjakarta:


DIVA Press

Arief M (1999), Kapita Selecta Kedokteran Edisi II, Media acesculapius FKUI,
Jakarta

Aru W. Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Interna
Publishing. Jakarta

Doenges Marilynn. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3.

Huda, Amin dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIC-NOC ed rev Jilid 2. Jakarta. Mediaction

Novita Nirmalasari. 2017. DEEP BREATHI NG EXERCI S E DAN ACTI VE


RANGE OF MOTI ON EFEKTI F MENURUNKAN DYSPNEA PADA
PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE. NurseLine Journal Vol. 2 No.
2 Nopember 2017 p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-464X

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Tony Suharsono, Krisna Yetti, Lestari Sukmarini. 2013. Dampak home based
exercise training terhadap Kapasitas fungsional pasien gagal jantung Di
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 1, No.1, Mei
2013; Korespondensi: Tony Suharsono, Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai