Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MATERI

PEMBANGUNAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ekonomi pembangunan merupakan suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-
masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut agar negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih
cepat lagi. Salah satu objek kajian dari studi ekonomi pembangunan adalah modal atau kapital yang
merupakan bentuk-bentuk kekayaan yang digunakan langsung atau tidak langsung dalam produksi
untuk menambah output (Siagian, 1989). Sering juga dikatakan, modal atau kapital adalah barang-
barang yang digunakan untuk produksi lebih lanjut. Kapital atau modal berperan sebagai alat pendorong
pembangunan ekonomi yang meliputi investasi dalam pengetahuan teknik perbaikan dalam mutu
pendidikan, kesehatan, dan keahlian. Dengan demikian modal atau kapital dalam rangka pembangunan,
tidak hanya berwujud pabrik-pabrik dan perlengkapannya, namun sebenarnya meliputi human capital.
Biasanya ahli-ahli ekonomi mengatakan, adanya kemiskinan dan pembangunan ekonomi yang rendah
di negara-negara sedang berkembang disebabkan oleh kekurangan modal atau kapital sebab mereka
memandang modal mempunyai kedudukan terpenting dalam teori pembangunan ekonomi. Sebagian
ahli ekonomi menganggap bahwa modal tidak saja mempunyai kedudukan terpenting bagi proses
pembangunan, melainkan strategis pula, dalam arti proses pembentukan modal adalah saling pengaruh-
mempengaruhi dan kumulatif.

Masalah pembentukan modal dapat ditinjau dari sudut permintaan maupun dari sudut
penawaran akan modal. Dari sudut permintaan pembentukan modal bertalian dengan ada tidaknya daya
tarik bagi usahawan atau wiraswasta untuk mempergunakan barang-barang modal dalam proses
produksi. Dari sudut penawaran, pembentukan modal berhubungan dengan kemampuan masyarakat
untuk menabung, tabungan kemudian dipakai untuk investasi dan pembentukan modal. Dalam
hubungan dengan pembentukan modal ini, negara-negara sedang berkembang seolah-olah berada dalam
lingkaran yang tak berujung pangkal, baik dilihat dari segi permintaan maupun penawaran akan modal
(Siagian, 1989).

Pada saat ini, negara-negara sedang berkembang mengalami kemiskinan yang disebabkan oleh
rendahnya persediaan modal. Dari uraian tersebut penulis ingin mengetahui penyebab rendahnya
permintaan dan penawaran modal dan cara mengatasinya sebagai solusi pembangunan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah

• Apa saja yang akan dibahas didalam materi pembangunan ini?

C. Tujuan Penulisan

• Mengetahui Semua Pembahasan yang ada didalam materi.

• Memahami Bagan bagan dalam Pembangunan.

• Hasil penulisan ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademis untuk melakukan penulisan
selanjutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Pembangunan

Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses
perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam macam
seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan
orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara
umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan
(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan
pengertian pembangunan menurut beberapa ahli.

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”.
Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan 17 pengertian yang lebih sederhana, yaitu
sebagai “suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana”. Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan
budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefinisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi,
sosial dan budaya. Sama halnya dengan Portes, menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan
nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui
kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.

Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan adalah suatu usaha proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang. (Sukirno, 1995 : 13).
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial,
budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro. Makna penting dari
pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan
yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana (Riyadi dan Deddy Supriyadi
Bratakusumah, 2005).

3.2. Konsep Ekonomi Pembangunan Dan Pembangunan Ekonomi

3.2.1. Konsep Ekonomi Pembangunan


Masalah pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang merupakan suatu persoalan yang
sangat komplek, sangat bertolak belakang dengan masalah pembangunan ekonomi di negara-negara
maju. Adanya sifat permasalahan yang berbeda tersebut membuat para ahli ekonomi berpikir untuk
menciptakan suatu pendekatan baru guna memecahkan permasalah ekonomi tersebut. Maka dari itu
muncullah ilmu ekonomi pembangunan.

Ekonomi pembangunan sebenarnya bukanlah merupakan suatu ilmu yang baru ada. Ekonomi
pembangunan yang dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-
masalah yang dihadapi oleh negara yang sedang berkembang, termasuk mencari solusi dalam mengatasi
permasalahan tersebut agar pembangunan ekonomi dapat berkembang dengan cepat, merupakan satu
cabang dari ilmu ekonomi yang sudah sejak lama ada, akan tetapi oleh karena sebab-sebab tertentu
bidang ilmu ekonomi ini terabaikan. Sebab-sebab tertentu itu misalnya :

 negara-negara berkembang saat ini merupakan negara-negara jajahan sebelum meletus perang
dunia kedua. Sebagai negara jajahan, negara-negara tersebut lebih mengutamakan
memikirkan tentang kemerdekaan dibandingkan memikirkan masalah ekonomi. Selain itu
dari pihak negara penjajah sendiri memandang tidak perlu memikirkan dan memperhatikan
perkembangan ekonomi daerah jajahannya.

 penelitian dan analisis mengenai masalah pembangunan ekonomi masih terbatas. Para ahli
ekonomi saat itu lebih memfokuskan pemikirannya pada masalah pengangguran dan krisis
ekonomi.

Yang dimaksud dengan pembanguna ekonomi itu sendiri aadalah suatu proses atau perubahan yang
terus menerus dan usaha suatu negara untuk memperbesar atau meningkatkan pendapatan perkapita.

Pengertian Ekonomi Pembangunan. Menurut Lincolin Arsyad. yang dimaksud dengan ekonomi
pembangunan adalah bidang studi dalam ilmu ekonomi yang mempelajari tentang masalah-masalah
ekonomi di negara-negara berkembang dan kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk
mewujudkan pembangunan ekonomi.

Fungsi Ekonomi Pembangunan. Ada beberapa fungsi dari ekonomi pembangunan, yaitu :

1. secara umum.

Secara umum, ekonomi pembangunan berfungsi untuk menumbuhkan upaya-upaya dalam


memperbaiki taraf hidup masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang, dalam kaitannya
dengan :

 meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan nasional.

 menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan.


 meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

 terbentuknya faktor modal.

 mendatangkan bantuan, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

2. untuk orang yang sedang mempelajari ilmu ekonomi.

Ekonomi pembangunan berfungsi sebagai media dalam memahami permasalahan perekonomian di


negara-negara yang sedang berkembang.

Tujuan Ekonomi Pembangunan. Tujuan dari ilmu ekonomi pembangunan adalah :

 untuk memberikan pengetahuan mengenai berbagai macam isu yang terjadi dalam
pembangunan ekonomi yang ditemukan dan dihadapi di negara-negara berkembang.

 menelaah faktor-faktor yang menimbulkan ketiadaan pembangunan atau lambatnya


pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang, berikut menentukan pedekatan yang
dapat ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapai negara-negara yang sedang
berembang sehingga laju pembangunan ekonominya jadi lebih cepat.

Obyek Ekonomi Pembangunan. Obyek dari ekonomi pembangunan adalah kebijakan-kebijakan


pembangunan, baik secara teoritis maupun fakta aktual yang terjadi di negara-negara berkembang dan
negara transisi di seluruh dunia, khususnya di negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, Timur
Tengah, dan negara-negara transisi di Eropa.

Ruang Lingkup Ekonomi Pembangunan. Beberapa cakupan pembahasan dalam ekonomi


pembangunan diantaranya adalah :

 pertumbuhan ekonomi.

 kemiskinan.

 pembentukan modal.

 bantuan luar negeri.

Dengan semakin berkembangnya ilmu ekonomi pembangunan memberikan harapan kepada negara-
negara yang sedang berkembang untuk lebih meningkatkan pembangunan ekonomi negaranya. Dengan
demikian dapat mengejar ketertinggalan mereka dalam bidang ekonomi dari negara-negara lain yang
sudah maju.

3.2.2. Konsep Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan ekonomi. Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, pembangunan adalah hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu
ilmu yang berhubungan dengan pengolahan barang industri, pertanian dan perdagangan (Badudu,
2001). Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1996 dalam Saerofi, 2005). Berdasarkan definisi ini dapat
diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus
menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya
proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk
jangka panjang.

Pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berlangsung pada setiap daerah di wilayah Indonesia harus
disesuaikan dengan potensi dan prioritas yang dimiliki oleh masing-masing daerah sehingga
keseluruhan pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka mewujudkan
pembangunan nasional (Choirullah, 2007).

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat
dinamis. Apapun yang dilakukan hakikat dari proses dan sifat pembangunan itu mencerminkan adanya
terobosan yang baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi
berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan
yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah
penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Secara umum permasalahan pokok pembangunan di Indonesia dalam konteks penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 adalah (Yuliadi, 2009):

a) Tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.

b) Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).

c) Kesenjangan pembangunan antar kelompok, wilayah dan daerah di Indonesia.

d) Menurunnya kualitas sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup.

e) Rendahnya penegakkan hukum dan keadilan.

f) Tingginya angka kejahatan dan masih adanya potensi konflik horisontal.

g) Ancaman separatisme dan rendahnya kemampuan Hankam.

h) Kelembagaan demokrasi yang masih lemah.

Untuk mengamati dan menganalisis permasalahan pembangunan dan begaimana kebijakan


yang diambil, maka pembahasan dilakukan menurut kelompok dan bidang-bidang pembangunan.
Indonesia sebagai negara yang kaya dengan SDA namun memiliki keterbatasan dalam kualitas
SDM perlu merumuskan strategi kebijakan untuk dapat mewujudkan tiga tujuan pembangunan nasional
(triple bottom line) secara simultan yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan,
pemerataan kesejahteraan kepada seluruh rakyat secara adil, dan terpeliharanya kelestarian lingkungan
dan SDA. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut perlu dirumuskan kebijakan-
kebijakan pembangunan yang mencakup (Yuliadi, 2009):

a. Peningkatan produktivitas dan efisiensi ekonomi secara berkelanjutan melalui penggunaan


teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk menghasilkan produk yang kompetitif.

b. Implementasi tata ruang wilayah secara konsisten untuk mengembangkan sektor pertanian dan
perkebunan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

c. Program diversifikasi pangan nasional melalui pengembangan pangan non beras untuk
meningkatkan alternatif pangan rakyat menuju swasembada pangan.

d. Pengembangan industri manufaktur yang mengandung nilai tambah (value added) yang tinggi
sekaligus dapat menyerap tenaga kerja serta mendorong kegiatan ekonomi terkait.

e. Pengembangan industri pendukung untuk memperkuat struktur industri nasional yang kokoh dan
stabil bagi pengembangan sektor-sektor ekonomi terkait.

f. Peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan dan penerapan Iptek dalam kegiatan bisnis dan
ekonomi.

g. Adanya dukungan politik (political will) dari semua unsur pemerintah yang terkait untuk
menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan kegiatan ekonomi.

Meningkatkan Etos Kerja Baik Pada Pengusaha Maupun Pekerja Untuk Menciptakan Iklim Kerja
Yang Kondusif Serta Secara Semultan Mencegah Dan Memerangi Setiap Praktek Yang Dapat
Merusak Sistem Ekonomi Seperti KKN, Illegal Logging, Dan Sebagainya.

Pembangunan Ekonomi Dipandang Sebagai Proses Multidimensional Yang Mencakup Segala Aspek
Dan Kebijaksanaan Yang Komprehensif Baik Ekonomi Maupun Non-Ekonomi. Oleh Sebab Itu,
Sasaran Pembangunan Yang Minimal Dan Pasti Ada Menurut Todaro (1983) Dalam Suryana (2000)
Adalah:

a. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan pokok yang
dibutuhkan untuk bisa hidup seperti perumahan, kesehatan dan lingkungan.

b. Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi pendapatan dan penyediaan
lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang lebih besar tehadap nilai-nilai
budaya 18 manusiawi, yang semata-mata bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, akan
tetapi untuk meningkatkan kesadaran akan harga diri baik individu maupun nasional.

c. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan nasional dengan cara
membebaskan mereka dari sikap budak dan ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang
lain dan negara lain, tetapi dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan.

Ada empat model pembangunan yaitu model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada
pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penghapusan kemiskinan dan model pembangunan yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar (Suryana, 2000). Berdasar atas model pembangunan
tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang-barang dan jasa,
penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup
minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian sampai batas maksimal.

3.3. Teori Pembangunan

Teori pembangunan merupakan salah satu teori besar yang juga dikenal dengan istilah ideologi
developmentalisme. Sesuai namanya, teori ini berporos pada aspek pembangunan, lebih khususnya
pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi. Gagasan inti teori pembangunan adalah asumsi
bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan motor penggerak terciptanya kesejahteraan sosial dan progres
politik.

Kesejahteraan sosial dicapai dibawah naungan sistem kapitalisme. Sedangkan progres politik
dicapai dengan diterapkannya sistem demokrasi. Pembangunan melalui kapitalisme akan membawa
masyarakat dari tradisional, terbelakang, dan tribal menuju masyarakat yang modern, maju, dan
progress. Apabila masyarakat mengalami transformasi menjadi masyarakat yang modern, aspek politik
akan bergerak ke arah demokrasi. Dua konsep ini: kapitalisme dan demokrasi adalah poros utama teori
pembangunan.

 Latar belakang teori pembangunan

Fondasi filosofis teori pembangunan terletak pada ide akan kemajuan (the idea of progress). Konsep
tentang progress sudah ada sejak para filsuf zaman Yunani kuno membicarakan tentang politik dan
masyarakat. J. B. Bury (1920) dan Robert Nisbet (1980) menelusuri ide tentang progres sejak era
Yunani kuno sampai dengan hari ini.

Pertanyaan yang diajukan adalah, jika pembangunan berarti kemajuan, bagaimana kemajuan itu
diukur? Bentuk masyarakat seperti apa yang dituju oleh teori pembangunan? Meskipun masyarakat
senantiasa berubah dan dinamis, perubahan yang terjadi tidak selalu mengarah pada kemajuan.
Bury berpendapat bahwa masyarakat yang meninggalkan situasi barbar, artinya sedang menuju ke
arah kemajuan. Kata ’barbar’ di sini sangat problematis karena Bury sebenarnya melihat masyarakat
zaman dahulu dengan konteks sekarang. Nisbet berpendapat bahwa ide tentang kemajuan adalah proses
linier dari kondisi primitif menuju pada tahap yang lebih baru. Proses ini terus berlangsung linier ke
masa depan.

 Perkembangan teori pembangunan

Meskipun fondasi filosofisnya sudah ada sejak lama, pembangunan sebagai sebuah konsep dalam
teori politik baru muncul pada 1950an. Pada mulanya, konsep pembangunan diterapkan pada institusi
formal level negara. Penerapannya melalui proses legal ditopang oleh konstitusi dan hukum.
Tujuannya menciptakan negara yang stabil dengan sokongan konstitusi yang jelas tentang
pertumbuhan ekonomi.

Negara-negara di Eropa Barat, Amerika Serikat dan Uni Soviet adalah negara-negara awal yang
mengutamakan stabilitas politik agar proses pembangunan dapat terlaksana. Pada praktiknya, sistem
politik yang dikembangkan oleh negara-negara tersebut pasca perang dunia kedua tidak seragam.
Keberagaman ini disambut munculnya beberapa studi komparatif tentang teori pembangunan. Tetapi
umumnya studi-studi tersebut dilakukan di negara-negara yang secara ekonomi relatif lebih mapan.

Pada perkembangannya, teori pembangunan menjadi instrumen negara-negara yang lebih dulu
maju untuk menjalin kerjasama politik dan ekonomi dengan negara-negara berkembang. Negara-negara
yang lebih dulu maju umumnya adalah negara kolonial pada masa perang dunia. Paradigma
pembangunan yang dikenalkan oleh negara maju diharapkan mampu mengangkat kondisi
perekonomian negara-negara berkembang. Pada akhirnya, negara berkembang mengikuti jejak negara
maju yang kapitalis dan demokratis.

Harapan lain dari negara maju adalah negara berkembang nantinya dapat menjadi aliansinya pada
konteks hubungan internasional pasca perang. Tujuan ini tentu menuai perdebatan, terutama dari
pandangan kritis yang menganggap bahwa bantuan ekonomi untuk pembangunan negara-negara
berkembang akan menciptakan ketergantungan. Sehingga teori pembangunan yang diterapkan
sebenarnya hanyalah kedok dari bentuk kolonialisme dan imperialisme baru.

 Beberapa aktor intelektual dibalik teori pembangunan


a. W. Rostow

Salah satu figur kunci dalam teori pembangunan adalah Rostow. Ia memiliki posisi penting di
sejumlah universitas ternama dan pemerintahan Amerika Serikat. Rostow mendesain lembaga bantuan
internasional Amerika yang kini dikenal dengan nama USAID (U.S. Agency for International
Development). Pengaruhnya di bidang akademik masih terasa sampai hari ini.
Dalam bukunya ”The Stages of Economic Growth” (1960), Rostow memaparkan pembangunan
negara dari tradisional menuju modern melalui lima tahap.

Lima tahap pembangunan menurut W. W. Rostow:

» Tahap pertama, negara yang kondisi masyarakatnya masih tradisional. Karakteristik utama masyarakat
tradisional adalah ekonomi subsisten, ikatan kekeluargaan masih kuat dan teknologi yang berkembang
belum menyentuh mesin.

»Tahap kedua, negara yang kondisi masyarakatnya siap untuk lepas landas. Karakteristik utama
masyarakat yang siap lepas landas adalah berkembangnya sistem agrikultur dan penggunaan teknologi
mesin untuk bekerja. Pada tahap ini muncul sistem perbankan dan investasi. Nilai-nilai tradisional
masih eksis namun ada indikasi perubahan pada nilai-nilai modern.

» Tahap ketiga, negara yang kondisi masyarakatnya lepas landas. Karakteristik utama tahap ini, elemen
tradisional tenggelam oleh modernisasi. Urbanisasi terjadi di kota-kota besar, pertanian mengalami
komersialisasi, dan industrialisasi berkembang pesat. Grafik pertumbuhan ekonomi juga mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.

»Tahap keempat, negara yang kondisi masyarakatnya menuju kedewasaan. Karakteristik utama
masyarakat yang menuju dewasa meliputi pertumbuhan ekonomi yang secara umum konsisten
meskipun ada fluktuasi. Petumbuhan ekonomi telah memasuki pasar internasional, diindikasikan dari
nilai investasi yang mampu bersaing secara global. Aplikasi teknologi meningkat dan terus mengalami
kemajuan seiring teknologi baru ditemukan. Kedewasaan diindikasi ketika produksi ekonomi tidak
terbatas pada produk industri sebagaimana pada tahap lepas landas.

» Tahap kelima, negara yang kondisi masyarakatnya menuju masyarakat konsumsi (the age of high mass
consumption). Karakteristik utama masyarakat ini berada pada peralihan dari produksi barang ke
produksi jasa. Masyarakat telah mencukupi kebutuhan dasarnya dan menghabiskan konsumsi untuk
jaminan dan kesejahteraan sosial. Komposisi pekerjaan didominasi oleh pekerja perkotaan, sektor jasa
menjadi sektor dengan keterampilan tinggi, dan pendapatan per kapita tiap orang diatas rata-rata.
Rostow berpendapat, Amerika Serikat adalah negara pertama di dunia yang mencapai tahap ini. Teori
pembangunan yang diusulkan Rowtow dianggap dapat diaplikasikan di negara-negara berkembang.

 Seymour Martin Lipset

Dalam bukunya ”Political Man: The Social Bases of Politics” (1960), Lipset berpendapat bahwa
beberapa faktor sosial dan organisasional diperlukan untuk mencapai negara yang demokratis. Beberapa
faktor tersebut antara lain: industrialisasi, urbanisasi, pendidikan tinggi, dan angka kekayaan yang
tinggi. Untuk mencapai tahap kedewasaan demokrasi, Lipset menambahkan pertumbuhan ekonomi dan
legitimasi sebagai dua faktor utamanya. Lagi-lagi, kita melihat bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai
prasyaraat untuk mencapai pembangunan sosial dan politik.

Lipset secara lebih detail menguraikan bagaimana pembangunan ekonomi dapat mengubah
struktur sosial. Di negara berkembang, struktur sosial terlihat seperti piramid dimana segelintir elit
mengontrol mayoritas masyarakat yang miskin. Lipset berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan
menaikkan beberapa dari mayoritas kelas bawah ke tengah dan mengurangi jumlah segelintir elit ke
tengah, sehingga bentuk piramid akan berubah seperti diamon, dimana masyarakat kelas menengah
menjadi mayoritas.

Negara yang kondisi masyarakatnya mayoritas adalah kelas menengah, kecil kemungkinan
menjadi radikal dan revolusioner. Kecil kemungkinan pula masyarakat akan berpihak pada komunisme.
Singkatnya, pembangunan ekonomi akan mengurangi potensi konflik sosial dan memfasilitasi transisi
menuju sistem politik demokrasi.

3.4. Peranan Pemerintah Dalam Pembangunan Ekonomi

Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan
ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian masalah tersebut.
Peran itu dapat dilihat dari sikap pemerintah dalam menyelesaikannya. Peran pemerintah sebagai
pengatur kebijakan masalah pembangunan ekonomi.Pemerintah yang mengatur bagaimana pelaksanaan
rancanagn pembangunan, apakah sesuai dengan instrumen yang telah dibuat. Jadi, peran pemerintah
tersebut sebagai pengendali.

Peranan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan terutama di Negara-negara berkembang


atau Dunia Ketiga bekas jajahan harus benar-benar aktif dan positif.karena pemerintah harus mempnyai
sasaran utama bagi rakyatnya terutama yang berkenaan denagn upaya meningkatkan taraf hidup atau
tingkat kemakmuran rakyatnya. Apalagi pemerintah mempunyai sumber daya alam yang abnyak dan
bernilai tinggi. karenanya penjajah melakukan penjajahan di banyak Negara terbelakang yang kaya
akan sumber daya alamnya.

Dalam zaman yang segalanya serba global,peranan pemerintah untuk melakukan pembangunan
ekonomi khususnya merupakan kunci menuju masyarakat yang lebih makmur.bahkan pada waktunya
diharapkan bisa menjadi Negara yang maju/industry.masalah Negara terbelakang atau Negara
berkembang begitu besarnya dan masalah itu tidak bias diserahkan begitu saja pada mkanisme bebas
kekuatan-kekuatan ekonomi.Untuk itu dalam upaya menyeimbangkan pertumbuhan berbagai sektor
perekonomian hingga penawaran harus sesuai dengan permintaan.untuk itu dibutuhkan pengawasan
dan pengaturan oleh Negara atau pemerintah dalam upaya mencapai pertumbuhan yang
seimbang.karena kesimbangan membutuhkan suatu pengawasan terhadap produksi,distribusi dan
konsumsi komoditas.

Untuk itu pemerintah harus membuat suatu rencana pengawasan fisik serta langkah-langkah
fiskal dan moneter yang perlu dilakukan. langkah-langkah tersebut tidak dapat dihindarkan dalam upaya
mengurangi ketidak seimbangan ekonomi dan social yang mengancam Negara berkembang.mengatasi
perbedaan social dan menciptakan psikologis, ideology,social,dan politik yang menguntungkan bagi
pembangunan ekonomi menjadi tugas penting pemerintah. Oleh karena itu ruang lingkup tindakan
pemerintah sangat luas dan menyeluruh.menurut Arthur Lewis lingkup itu menyangkut masalah :

A. Penyelenggaraan pelayanan umum

Di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, kesejahteraan masyarakat sangat


tergantung pada kemampuan mereka dalam mengakses dan menggunakan pelayanan publik, akan
tetapi permintaan akan pelayanan tersebut umumnya jauh melebihi kemampuan pemerintah untuk
dapat memenuhinya.Sebaliknya, pemusatan segala urusan publik hanya kepada negara, pada
kenyataannya hanya sebuah retorika, sebab urusan pelayanan publik yang demikian kompleks,
mustahil dapat dikerjakan semua hanya oleh pemerintah.

Menurut Miftah Thoha, pelayanan publik dapat dipahami sebagai suatu usaha oleh seorang/
kelompok orang, atau institusi tertentu untuk memberikan kemudahan dan bantuan kepada
masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu (1991).Hanya saja, dalam rangka melakukan
optimalisasi pelayanan publik yang dilakukan oleh birokrasi pemerintahan bukanlah tugas yang
mudah mengingat usaha tersebut menyangkut berbagai aspek yang telah membudaya dalam lingkaran
birokrasi pemerintahan. Oleh karena itu kemudian peran swasta sangat diharapkan untuk melengkapi
pemerintah dalam menciptakan kualitas pelayanan publik yang optimal.

3.5. Faktor Utama Pembangunan

 Faktor - Faktor Pembangunan Ekonomi

Kemajuan dan perkembangan perekonomina suatu negara bisa dilihat dari pembangunan yang
dilakukannya. Pembangunan ekonomi adalah sebuah proses yang ditandai dengan adanya kenaikan dari
pendapatan total serta kenaikan pada pendapatan perkapita yang dibandingkan dengan terjadinya
pertambahan penduduk yang disertai dengan pertumbuhan negara dibarengi dengan adanya perubahan
fundamental yang mendasar pada tatanan struktur perekonomian suatu negara. Perlu anda ketahui
bahwasannya pembangunan ekonomi tidak akan terlepas dari yang namanya pertumbuhan ekonomi.
Keduanya memiliki hubungan yang erat sehingga saling mempengaruhi satu sama lain. Ketika
perekonomian suatu negara tumbuh dan berkemabng dengan pesat maka pembangunan yang
dilakukannya semakin baik dan maksimal. (Baca juga : fungsi ekonomi pembangunan , Aspek Hukum
Ekonomi Pembangunan ) Tentu keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara didukung dengan
beberapa fakto penunjang. Dalam artikel ini kita akan membahas mengenai faktor pembangunan
ekonomi yakni :

1. Sumber Daya Alam (SDA)

Sumber daya alam merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan ekonomi, tanpa
adanya sumber daya alam mustahil akan terjadi pembangunan. Perlu kita ketahui bersama
bahwasannyan sumber daya alam dibagi menjadi dua yakni sumber daya alam hayati dan sumber daya
alam non hayati. Sumber daya alam dalam perekonomian berperan sebagai bahan dasar untuk setiap
produksi yang dilaksanakan, sumber daya alam menjadi salah satu pemasok bahannya. Hal ini
menunjukkan bahwasannya keberadaan sumber daya alam menjadi sangat penting karena tanpa adanya
sumber daya alam maka suatu negara akan kebingungan dan mencari bahan ke luar negeri dan itu
membutuhkan dana yang tidak sedikit, maka dari itulah dengan tersedianya sumber daya lam yang
memadai maka mereka akan menghemat pengeluaran dan membuat produksinya optimal sehingga
pembangunan ekonomi akan terlaksana dengan baik.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Bukan hanya sumber daya alam yang penting, namun ada satu aspek pendamping yang tak kalah
pentingnya yakni sumber daya manusia. manusialah yang menjadi pengelola sumber daya alam yang
awalnya mentah menjadi setengah jadi maupun barang jadi. Bukan hanya itu tenaga manusia diperlukan
untuk melaksnakan segala kegiatan yang menunjang pembangunan perekonomian. Tentu tidak semua
manusia yang bisa dijadikan sebagai agen pembangunan, namun memerlukan manusia-manusia yang
memiliki kompeten dan keseriusan dalam melaksnakan kegiatan dan tugasnya. Mengapa butuh manusia
yang berkopenten dan berpotensi, karena jika tenaga manusianya tidak memiliki kompeten maka
mereka akan kesulitan dalam mengelola sumber daya yang ada dan hal ini malah akan membuat
kerugian bagi suatu negara.

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Ilmu pengetahun dan teknologi menjadi sebuah pelengkap bagi sumber daya manusia untuk
mengelola sumber daya alam dengan efektif dan efisisien. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
dua unsur yang berbeda namun bergabung menjadi satu membentuk satu kesatuan yang penting bagi
sebuah pembangunan ekonomi. Ilmu pengetahuan perlu dimiliki dan dikuasai oleh manusia sesuai
dengan bidangnya, karena di dalam ilmu pengetahuan terdapat berbagai cara dan taktik dalam
mengelola sumber daya alam yang ada agar lebih efektif dan efisien. Selain itu ilmu pengetahuan juga
menjadi petunjuk dalam segala tindakannya. Kemudia teknologi juga menjadi salah satu aspek yang
dibutuhkan dalam proses pengolahan sumber daya alam.
Pada dasarnya keberadaaan teknologi membantu kerja manusia agar lebih mudah dan ringan,
teknologipun mampu mempercepat suatu proses pengolahan sumber daya alam dan hal ini akan mampu
menghasilkan sebuah keuntungan lebih besar dan cepat daripada tanpa menggunakan teknologi.
Mudahnya kita bayangkan ketika masa perekonomian tradisional kebanyakan manusia menggunakan
tangan dan itu memerlukan waktu yang lama, begitu juga yang terjadi pada petani dulu menggunakan
sapi untuk membajak sawah, namun sekarang lebih praktis dengan adanya traktor, begitu juga proses
produksi dalam suatu perusahaan sudah menggunakan mesin-mesin canggih hasil karya perkembangan
teknologi. (Baca juga : pengaruh ekonomi dalam pendidikan , Peran Pemerintah Sebagai Pelaku
Ekonomi)

4. Sosial Budaya

Perlu anda ketahui bahwasannya sosial budaya menjadi salah satu aspek penting dalam prospek
pembangunan ekonomi, sosial budaya ini bisa menjadi penghambat maupun pendorong kemajuan
perekonomian suatu negara. Hal ini bisa terjadi karena budaya menjadi salah satu aspek penting dalam
diri masyarakat budaya baik dan rajin akan memberikan sumbangsih pada perekonomian begitu juga
dengan budaya yang negatif maka akan menghambat kemajuan perekonomian. Aspek sosial pun akan
memberikan sumbangsih lebih dalam perjalanan perekonomian karena untuk mendapatkan hasil yang
maksimal diperlukan kerjasama yang baik pula, kerjasama tidak akan terbentuk jika masing-masing
iondividu tidak memiliki jiwa sosial yang tinggi. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwasannya
memang sosial budaya juga menjadi aspek penting dan faktor yang mempengaruhi pembangunan
ekonomi.

5. Keadaan Politik

Politik merupakan salah satu aspek yang mempu mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
perekonomian. Politik bisa menjadi teman dan kawana bagi perekonomian. Politik bisa mempengaruhi
kebijkan yang akan diterapkan dalam pasar. Ketika keadaan politik dalam suatu negara menunjukkan
kestabilan dan keharmonisan maka laju pertumbuhan ekonomi akan membaik dan pembangunan di
dalamnaya akan terus digiatkan. Berbeda ketika pada saat itu kondisi atau keadaan politik di suatu
negara tak menentu smeua pihak berlomba-lomba menjadi yang terbaik, hal ini akan mempengaruhi
laju perekonomian dan tentunya bisa berujung pada tersendatnya pembangunan ekonomi suatu negara.
Pada dasarnya kondisi politik yang kondusif akan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi semua
pihak yang bergelut di dalam perekonomian untuk melakukan sebuah pembaruan dalam sebuah
perekonomian sehingga akan berdampak baik pada pembangunan ekonomi yang terjadi.

6. Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi baik buruknya
pembangunan ekonomi. Sebelum terlalu jauh membahas ini, mari kita kemabli mengulas bahwa sistem
pemerintahan akan membentuk sistem ekonomi pula di negara tersebut. Sistem perekonomian akan
menyesuaikan dengan sistem pemerintahan yang ada. Misalkan jika sistem pemerintahan menggunakan
sistem lieral maka secara otomatis sistem perekonomiannya menggunakan sistem liberal dimana semua
bebas dalam melakukan kegiatan dan aktivitas perekonomiannya. Begitu juga di negara Indonesia yang
sistem pemerintahannya demokrasi maka sistem perekonomiannya mengikutinya dengan memberikan
kebebasan namun dengan pengawasan dari pemerintahan agar menjadi stabil dan terkendali. Dari
penjelasan tersebut bisa kita simpulkan bahwasannya sistem pemerintahan juga akan mempengaruhi
pembangunan ekonomi yang ada. Semakin baik sistem pemerintahannya maka pembangunan
ekonomipun akan berjalan dengan lancar.

7. Sarana Prasarana

Dalam semua bidang pasti kehadiran sarana prasarana menjadi penting karena dengan
kelengkapannya bisa memberikan kemudahan bagi semua pihak yang bersangkutan dalam
perekonomian. Sarana prasarana harus dilengkapi dan disediakan supaya dalam upaya pembangunan
ekonomi optimal. Ketika sarana prasarana tidak mendukung upaya untuk melakukan pembangunan
ekonomi maka laju pertumbuhan ekonomi, dengan begitu laju perokonomian akan tersendat dan
negarapun akan mendapatkan sebuah permasalahan yang komplek. Dengan begitu terlihat jelas
kelengkapan sarana prasarana dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi suatu negara, selain itu
keberadaan sarana prasarana akan mempercepat terjadinya sebuah pembangunan ekonomi.

Demikian penjelasan menganai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi,


dimana faktor tersebut akan mempengaruhi optimal atau tidaknya pembangunan ekonomi yang terjadi.
Pembangunan ekonomi bisa dilakukan tanpa adanya aspek-aspek di atas namun jangan harap
pembangunan itu akan berhasil, namun ketika ada satu saja aspek yang terpenuhi maka pembangunan
tersebut akan semakin baik, dan jika tambah satu lagi aspek yang bisa dipenuhi maka secara otomatis
pembangunan ekonomi itu akan semakin membaik lagi dan begitu seterusnya. Dan pada akhirnya ketika
semua aspek terpenuhi maka pembangunan ekonomi akan menjadi sempurna dan akan memberikan
sumbangsih lebih kemajuan perekonomian suatu negara.

3.6. Issu Sentral Pembangunan

Secara historis, kata Pembangunan (development) mulai dikenal sejak Perang Dunia II
berakhir. Setelah Perang Dunia II, para ahli ekonomi Barat memperkenalkan konsep pembangunan
kepada negara-negara bekas jajahan yang baru merdeka sepanjang tahun 1940-an dan 1950-an.
Sebagaimana Anda ketahui, konteks pembangunan yang ditujukan ke negara-negara bekas koloni itu
sudah tentu untuk memperbaiki dan atau mengubahkan kehidupan masyarakat bekas jajahan tersebut
agar menjadi lebih baik dan maju. Upaya memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat yang baru saja
merdeka tersebut, dalam kepustakaan teori pembangunan ekonomi tak lain dimaksudkan untuk
memodernisasi negara-negara baru yang umumnya miskin dan tertinggal. Beberapa perspektif teori
pembangunan ekonomi itu umumnya mengarahkan pembangunannya melalui 4 (empat) isu pokok: (1)
pertumbuhan, (2) akumulasi kapital, (3) transformasi struktural, dan (4) peran pemerintah. Keempat isu
ini merupakan tema dasar yang menjadi kajian penting dan utama dalam evolusi pemikiran
pembangunan generasi pertama (1950-1975). Para ahli ekonomi pembangunan memusatkan perhatian
pada empat isu sentral tersebut sebagai topik perdebatan akademis dalam kurun waktu seperempat abad
itu.

Mengapa keempat isu tersebut dijadikan isu utama? Bagaimana logikanya? Pembangunan
dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang ditandai oleh peningkatan pendapatan per kapita seperti
tercermin pada Growth National Product (GNP). Agar dapat tumbuh dengan baik, diperlukan
persyaratan adanya akumulasi kapital (modal) dan ini hanya bisa dicapai melalui investasi. Sudah
barang tentu ada banyak cara mengumpulkan modal dan investasi; namun salah satu strategi yang paling
banyak dilakukan adalah dengan industrialisasi. Pemikir-pemikir pembangunan dari mazhab ekonomi
neoklasik dan strukturalis seperti Paul Rosestein-Rodan (1944), Ragnar Nurkse (1952), Arthur Lewis
(1955), dan Irma Adelman (1961) mempunyai pemahaman yang serupa, bahwa “capital accumulation,
investment, and well-designed industrialization are the very crucial components to accelerate
development.” Ketiga unsur tersebut merupakan kekuatan pendorong utama, yang dapat menggerakkan
proses transformasi struktural. Proses ini mengandaikan adanya lompatan pembangunan yang semula
berbasis pertanian ke pembangunan yang berbasis industri. Industrialisasi akan menyerap tenaga kerja
dalam jumlah banyak, yang menjadi salah satu elemen vital dalam proses produksi. Bila proses produksi
berjalan baik maka pendapatan nasional pun akan meningkat.

Konsep pembangunan yang ditawarkan dengan empat isu utama di atas, harus diakui telah
menciptakan perubahan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Melalui pembangunan yang dilakukan
oleh banyak negara yang baru merdeka telah mengantarkan negara-negara tersebut memasuki tahapan
modernisasi sebagai titik lompatan menuju kehidupan yang maju, sejahtera dan modern. Namun,
pilihan paradigma pembangunan yang dirumuskan oleh generasi pertama tersebut menuai banyak kritik
tajam, sebab pembangunan telah menciptakan ketimpangan dan kesenjangan yang mencolok antar
kelompok masyarakat, pengangguran kian banyak sehingga orang miskin pun menjadi lebih banyak,
hak-hak warga masyarakat banyak menjadi korban justru atas nama pembangunan, terbelenggunya
kebebasan manusia yang paling asasi, dan seterusnya. Kritik ini diapresiasi dengan sangat baik oleh
para pemikir pembangunan generasi berikutnya (1975-sekarang), yang kemudian lebih memusatkan
perhatian pada empat isu fundamental, yaitu: (i) distribusi pendapatan, (ii) ketidakadilan, (iii)
kemiskinan, dan (iv) kebebasan dan demokrasi.
Dudley Seers dalam The Meaning of Development (1969) secara tegas menggugat fenomena
terjadinya distorsi pembangunan tersebut melalui apa yang ia sebut dengan “the growth fetishism of
development theory.” Ia menyatakan bahwa makna paling hakiki pembangunan itu bukan semata
peningkatan pendapatan per kapita, melainkan pemerataan distribusi pendapatan, penurunan
pengangguran, pembebasan kemiskinan, dan penghapusan ketidakadilan. Keempat unsur ini dinilainya
jauh lebih penting dan mendasar dalam proses pembangunan karena berkaitan langsung dengan harkat
dan martabat kemanusiaan.

Model pembangunan yang terlalu mengedepankan pertumbuhan adalah tidak fair dan tidak adil,
terutama bagi masyarakat yang jumlahnya justru paling banyak, yakni masyarakat miskin dan tak
berdaya yang semestinya menjadi sasaran utama pembangunan. Pilihan pembangunan yang banyak
dirujuk oleh negara-negara berkembang seperti itu terkesan hanya memfasilitasi sejumlah kecil warga
masyarakat untuk mempercepat dan meningkatkan kemakmurannya sehingga semakin jauh
meninggalkan sebagian warga lain yang miskin. Artinya, peningkatan pendapatan yang hanya dinikmati
oleh sekelompok masyarakat tertentu tidak ada artinya sama sekali, bila di sebagian masyarakat yang
lain justru dijumpai fakta kemiskinan dan ketidakadilan. Menurut pengalaman banyak negara
berkembang, kesenjangan ekonomi yang tajam justru menjadi faktor pemicu munculnya kekacauan
sosial akibat gerakan protes, pertikaian etnis, dan konflik kelas yang sulit dikendalikan. Meksiko dan
Brasil di Amerika Latin, Rwanda dan Burundi di Afrika, serta India, Sri Lanka, dan tentu saja Indonesia
di Asia adalah sebagian dari contoh empirik yang memberi pelajaran berharga.

Oleh karena itu wajar kalau kemudian banyak ilmuwan dan para pemikir sangat kritis terhadap
pilihan kebijakan determinasi pertumbuhan di atas. Para pengkritik teori pembangunan ini dalam
perkembangannya tidak hanya memfokuskan kepada kebijakan pembangunan ekonomi yang
problematik tersebut, namun mengaitkannya dengan isu-isu baru, yakni isu kebebasan dan demokrasi.
Para ilmuwan, terutama oleh ahli-ahli sosiologi, politik, dan ekonomi yang menaruh perhatian besar
pada isu pembangunan dan perkembangan demokrasi politik (Lipset, 1959; Diamond & Linz, 1995;
Amartya Sen, 1999; Przeworzki & Alvarez, 2000, dan Meier & Stiglitz, 2002).

Para ilmuwan sosial, khususnya Sosiolog menyatakan bahwa, selain pertumbuhan, peningkatan
pendapatan nasional, dan akumulasi kapital, pembangunan harus mampu mengantarkan suatu bangsa
mencapai kehidupan politik yang bebas dan demokratis, yang tercermin pada adanya pengakuan apa
yang disebut civil rights and political liberty. Semua itu diperlukan untuk menjamin keamanan sosial
dan memelihara stabilitas politik. Amartya Sen, pemenang Nobel Ekonomi tahun 1998, meringkas
keseluruhan pandangan para pemikir pembangunan generasi kedua itu dalam rumusan yang padat:
"Development requires the removal of major sources of unfreedom: poverty as well as tyranny, poor
economic opportunities as well as systematic social deprivation, neglect of public facilities as well as
intolerance or over activity of repressive states.”
3.7. Indikator Pembangunan

Penggunaan indicator dan variable pembangunan bisa berbeda untuk setiap Negara. Di Negara-negara
yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan
dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah.
Sebaliknya, di Negara-negara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indicator pembangunan
akan bergeser kepada factor-faktor sekunder dan tersier (Tikson, 2005).

Dengan pengertian bahwa pembangunan lebih luas daripada pertumbuhan, maka ketika diperlukan
ukuran tentang pembangunan sewajarnya jika ukuran ini merupakan konsep yang cakupannya lebih
luas daripada ukuran pertumbuhan yang lazim dipakai, yaitu pendapatan nasional.

Meskipun demikian, umumnya dianggap bahwa pendapatan nasional (ukuran pertumbuhan ekonomi)
dapat juga dipakai sebagai ukuran pembangunan, berdasarkan alasan sebagai berikut :

1. Ukuran pertumbuhan ekonomi (pendapatan nasional) merupakan hasil akhir daripada proses
jangka panjang dari pembangunan. Karenanya pertumbuhan pendapatan nasional dapat juga
dipakai sebagai ukuran pembangunan.

2. Setelah mengetahui pendapatan nasional sebagai hasil akhir (suatu ukuran) pembangunan,
maka dalam hal perlu diketahui lebih jauh proses pembangunan itu, maka berangkat dari hasil
akhir tersebut selalu dapat dicari ukuran-ukuran lain yang mencerminkan arus bawah dari
keseluruhan proses pembangunan itu, termasuk aspek-aspek non-ekonomi yang dalam jangka
panjang (ataupun juga dapat dalam jangka menengah) berdampak pada ukuran hasil akhirnya.

3. Di lain pihak, dalam menggunakan konsep pendapatan nasional sebagai ukuran pertumbuhan
dan sekaligus sebagai ukuran pertumbuhan dan sekaligus sebagai ukuran pembangunan, perlu
diperhatikan beberapa hal teknis sebagai berikut :

 Kecuali bagi pengguna yang telah terlatih dalam ilmu ekonomi, maka konsep pendapatan
nasional dapat mengandung arti yang beragam. Khususnya pendapatan nasional harus
ditegaskan diantara berbagai gradasi konsep ini yang antara lain dapat berupa Pendapatan
Nasional Bruto, Produk Domestik Bruto, Pendapatan Nasional Neto dan Pendapatan
Nasional Neto yang masing-masing mempunyai perbedaan teknis tertentu. Mengukur
pendapatan nasional antar-waktu, antar-daerah atau antar negara, dengan menggunakan
konsep yang berbeda dapat menimbulkan masalah tidak adanya keterbandingan (non
comparability).
 Konsep pendapatan nasional harus secara khusus membedakan antara pendapatan
nasional nominal atau pendapatan nasional riil. Pendapatan nasional riil cenderung lebih
kecil daripada yang nominal sebab yang riil telah disesuaikan dengan laju
inflasi. Yang selanjutnya dianut disini adalah pendapatan nasional riil.
 Konsep pendapatan nasional (PNB, PDB, dsb) hanya mencakup kegiatan ekonomi yang
dilakukan melalui pasar. Kegiatan yang membawa manfaat ekonomi yang tidak
diperdagangkan di pasar, misalnya kegiatan memperbaiki rumah sendiri termasuk
kegiatan yang dilakukan ibu rumah tangga seperti memasak untuk keluarga sendiri, tidak
dimasukkan dalam ukuran pendapatan nasional. Dalam hal di suatu perekonomian,
ditemui proporsi kegiatan ekonomi yang informal ini, maka besaran pendapatan nasional
perekonomian ini akan cenderung diukur secara terlalu kecil (underestimated).
 Dalam memakai pendapatan nasional sebagai ukuran, perlu dibedakan antara
tingkat (level) dan laju pertumbuhan (rate of change] dari pendapatan nasional itu.
Meskipun pendapatan nasional berbeda antara negara A dan B (A lebih tinggi daripada
B), kalau laju pertumbuhan B jauh lebih tinggi daripada A maka tingkat (level)
pendapatan nasional A dapat disalib oleh B setelah beberapa waktu (jangka waktunya
tergantung pada perbedaan tingkat pada waktu awal dan seberapa besar perbedaan laju
pertumbuhannya).Selain itu perlu juga dibedakan antara konsep pendapatan nasional
total dan pendapatan nasional rata-rata. Ada dua pendapat tentang mana yang lebih
sesuai sebagai ukuran, meskipun perbedaan ini lebih merupakan masalah tekanan.

4. Disatu pihak, ada pendapat yang mengatakan bahwa yang harus dilihat terlebih dahulu
adalah real income (total) daripada real income perkapita, yaitu total pendapatan nasional riil
dibagi total penduduk. Hal ini karena untuk menghasilkan pendapatan riil perkapital terlebih
harus dihasilkan peningkatan pendapatan riil total. Selain itu, jika ukurannya adalah
pendapatan riil perkapita maka ini membuka kemungkinan diambil kesimpulan keliru bahwa
suatu negara kurang berkembang walaupun pendapatan nasional riilnya meningkat dalam
hal penduduknya juga meningkat pada tingkat pertumbuhan yang sama. Misalnya apabila
pertumbuhan pendapatan nasional dan pertumbuhan penduduk adalah sama di dua negara,
tetapi pertumbuhan pendapatan nasional si satu negara adalah 17 persen sedangkan di
negara lainnya hanya 1 persen maka kiranya kurang tepatlah untuk tidak mengakui bahwa
pembangunan di negara yang pertama tidaklah lebih maju daripada di negara kedua.

5. Dilain pihak pendapat yang berbeda mengatakan bahwa pendapatan riil per kapita (rata-rata)
harus lebih diperhatikan (Kindleberger, hai. 5). Hal ini karena kalau dipakai ukuran total
maka suatu negara dianggap telah tumbuh apabila total pendapatan nasional (riil) telah
tumbuh walaupun penduduknya juga telah tumbuh dengan laju peningkatan yang sama.
Ketika pembahasan di atas tentang pengukuran pembangunan menyentuh masalah perbedaan ukuran
pendapatan riil total dengan pendapatan riil per kapita, secara tidak langsung sebenarnya tataran wacana
mulai berpijak pada masalah pengaruh sistem nilai pada arti pembangunan.

 Bagaimana Mengukur Pembangunan

Sejumlah indicator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain
pendapatan perkapita (GNP atau PDB), struktur perekonomin, urbanisasi, dan jumlah tabungan.
Disamping itu terdapat pula dua indicator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial
ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks
Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson (2005) terhadap
kelima indicator tersebut :

1. Pendapatan perkapita

Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikaor
makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif
makroekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga
dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya pendapatan per kapita
telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa
kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan
pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional
(pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap penggunaan indikator ini
mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan
dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.

2. Struktur ekonomi

Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan transformasi
struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan
peningkatan per kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional
akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan
permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan
tenaga kerja. Di lain pihak , kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin
menurun.

3. Urbanisasi

Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah
perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan
penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-
negara eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn
proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan
cepatnya proses industrialisasi. Di Negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah
perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah
pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indicator pembangunan.

4. Angka Tabungan

Perkembangan sector manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan


modal. Finansial capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat,
sebagaimana terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul
oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat
dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah.

5. Indeks Kualitas Hidup

IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indicator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran
tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan
nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial.
Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2)
angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan
kematian b yi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan
keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan
angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai
hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status
ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya,
indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari
pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.

6. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indicator pembangunan yang
lain, sebagai tambahan untuk beberapa indicator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya
indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP,
pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumberdaya manusia. Dalam pemahaman
ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan m ngembangkan pilihan-pilihan
yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas
sumberdaya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup
manusia secara bebas.

Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan manusia, tetapi tidak
secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini,
ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat,
perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang
lebih baik. Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen, (1) rata-rata harapan hidup
pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per
kapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity. Pengembangan manusia berkaitan erat
dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge,
attitude dan skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.

Pembangunan manusia di Indonesia pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai
dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Pada tahun 2015, IPM
Indonesia telah mencapai 69,55. Angka ini meningkat sebesar 0,65 poin dibandingkan dengan IPM
Indonesia pada tahun 2014 yang sebesar 68,90. Pada tahun 2015, pembangunan manusia di Indonesia
masih berstatus “sedang”, masih sama dengan statusnya pada tahun 2014. IPM Indonesia pada tahun
2015 tumbuh sebesar 0,94 persen dibandingkan tahun 2014.

Selama periode 2014 hingga 2015, komponen pembentuk IPM juga mengalami peningkatan.
Bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 70,78 tahun, meningkat 0,19 tahun
dibandingkan tahun sebelumnya. Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah selama
12,55 tahun, meningkat 0,16 tahun dibandingkan pada 2014. Sementara itu, penduduk usia 25 tahun ke
atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 7,84 tahun, meningkat 0,11 tahun
dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) masyarakat
telah mencapai Rp 10,15 juta rupiah pada tahun 2015, meningkat Rp 247 ribu rupiah dibandingkan
tahun sebelumnya.

Badan PBB Urusan Pembangunan UNDP mengatakan indeks pembangunan manusia di


Indonesia mengalami kemajuan. Ini terlihat dari angka harapan hidup dan pendapatan nasional bruto
per kapita di Indonesia.

Laporan Indeks Pembangunan Manusia 2015 yang dikeluarkan Badan PBB Urusan Program
Pembangunan (UNDP) baru-baru ini menyatakan Indonesia sebagai negara berkembang terus
mengalami kemajuan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat ke 110 dari
187 negara, dengan nilai indeks 0,684. Jika dihitung dari sejak tahun 1980 hingga 2014, berarti IPM
Indonesia mengalami kenaikan 44,3 persen. Indikator harapan hidup sebagai salah satu komponen
penentu pada tahun 1980 yang berada di bawah 60 tahun, kini mencapai 68,9 tahun. Sementara
pendapatan nasional bruto meningkat dari 3.000 dolar Amerika per kapita menjadi 9.788 dolar Amerika
per kapita.

3.8. Strategi Pembangunan Ekonomi

Seperti kita ketahui bersama bahwa salahsatu tujuan penting perencanaan ekonomi dinegara
sedang berkembang termasuk di Indonesia adalah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Untuk meningkatkan pertumbuhan tersebut berarti perlu juga meningkatkan laju pembentukan modal
dengan cara meningkatkan tingkat pendapatan, tabungan dan investasi.

Untuk Negara Indonesia peningkatan laju pembentukan modal ini menghadapi berbagai
kendala, salah satunya adalah kemiskinan masyarakat Indonesia itu sendiri.hal ini diakibatkan karena
tingkat tabungan yang rendah, tinglat tabungan rendah karena tingkat pendapatan juga rendah akibatnya
laju investasi juga rendah dan berpengaruh pada rendahnya modal dan produktivitas. Keadaan inilah
yang sering disebut dengan lingkaran setan kemiskinan.

Salah satu cara umtuk memotong lingkaran setan ini adalah diperlukan suatu pembangunan yang
terencana. Ada dua cara untuk memotong lingkaran setan tersebut yaitu:

 Melakukan pembangunan yang terencana dengan mencari modal dari luar negeri yang disebut
industrialisasi yang diproteksi.

 Dengan cara menghimpun tabungan wajib yang disebut indutrialisasi dengan kemampuan
sendiri.

Dasar pemikiran timbulnya perencanaan tersebut adalah:

 Untuk memperbaiki dan memperkuat mekanisme pasar.

 Umtuk mengurangi pengangguran

Jadi singkat kata bahwa perencanaan pembangunan sangat diperlukan karena merupakan jalan terbaik
untuk mengatasi kemiskinan di Negara berkembang khususnya di Negara Indonesia. Perencanaan yang
baik diperlukan untuk mengatasi ketimpangan distribusi pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan
pendapatan nasional dan pendapatan perkapita, meningkatkan kesempatan kerja dan untuk
pembangunan secara keseluruhan.

Edi Wibowo (perencanaan dan strategi pembangunan di Indonesia) yang menyatakan


bahwa perencanaan ekonomi adalah usaha secara sadar dari suatu pemerintahan untuk
mempengaruhi, mengarahkan serta mengendalikan perubahan variable-variabel ekonomi yang utama
(misalnya GDP (Gross Domestik Product), konsumsi, investasi, tabungan dan lain-lain). Suatu rencana
ekonomi bis juga dianggap serangkaian sasaran atau target ekonomi secara kuantitatif yang khusus
yang harus dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu.rencana ekonomi bias mencakup keseluruhan
(komprehensif) maupun secara parsial (sebagian).

Adapun strategi pembangunan ekonomi yang dapat dilakukan oleh suatu Negara adalah sebagai
berikut :

1. Strategi pertumbuhan

Strategi pembangunan ekonomi Negara Terpusat pada pembentukan modal,serta menanamkan


secara seimbang,terarah dan memusat. Selamjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh
golongan lemah melalui proses merambat kebawah atau melalui tindakan koreksi Pemerintah
mendistribusikan hasil pembangunan. Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini adalah bahwa
kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin tajam.

2. Strategi pembangunan dengan pemerataan

Konsep strategi ini adalah dengan ditekankannya peningkatan pembangunan melalui teknik
social engineering, yaitu penyusunan perencanaan induk dan paket program terpadu. Jika pembangunan
ekonomi ingin terlaksanakan diperlukan sarana untuk menunjang kegiatan ekonomi, terutama
penyediaan pasilitas pendidikan,kesehatan dan jalan raya.

3. Membuat dan melaksanakan perencanaan pembangunan

Tujuannya tentu untuk mencapai sasaran pembangunan ekonomi, namun demikian, apa arti
perencanaan tanpa pelaksanaan. Oleh karna itu, dalam perencanaan ini perlu adanya dukungan
pemerintah dan pengawasan dari seluruh masyarakat.

4. Mengembangkan kegiatan ekonomi

Sector pertanian sebenarnya menjanjikan jika dikelola dengan baik.misalnya para petani
menggunakan bibit unggul dan kemudian menggunakan mesin bertegnologi canggih naming hal ini
memerlukan modal yang tidak sedikit. Pemerintah ikut mendukung untuk kegiatan moderenisasi
ini,mulai dari sosialisasi hingga pemberian subsidi bagi mpara petani tersebut. Masalah permodalan
untuk perubahan struktur ekonomi ini tentunya akan teratasi jika pendidikan meningkat, terlaksananya
pembangunan ekonomi, serta tabungan dan investasi.

5. Meningkatkan tabungan dan investasi

Tabungan dan investasi merupakan modal yang sangat penting dalam pembangunan. Dengan
perbaikan kualitas pendidikan, masyarakat akan berupaya untuk meningkatkan produktifitas dan
pendapatannya sehingga dapat meningkatkan tabungan dan investasi.
6. Meningkatkan kualitas pendidikan

Pendidikan merupakan unsur penting pembentuk kepribadian bangsa dan kualitas


masyarakatnya. Dibernagai Negara pendidikan selalu diutamakan dlam setiap pembahasan strategi
yang dibuat pemerintah untuk memejukan pembangunan ekonominya. Kebijakan pendidikan di
Indonesia wajib belajar Sembilan tahun yang kemudian ditingkatkan menjadi wajib belajar 12 tahun.
Setelan menempuh pendidikan wajib belajar 12 tahun pemerintah juga sering kali membuka
kesempatan bagi siswa berprestasi untuk mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi,bahkan program
ini diikuti oleh banyak pihak swasta dalam upaya membangun kualitas bangsa.

7. Strategi ketergantungan

Inti dari konsep strategi ketergantungan adalah "kemiskinan dinegara Negara berkembang
disebabkan adanya ketergantungan Negara tersebut dari pihak atau Negara lainya". Namun, kita
dituntut untuk mandiri. Teori tersebut kemudian dikeritik oleh khotari dengan menyatakan " teori
ketergantungan tersebut cukup relapan, namun sayangnya semacam dalih kenyataan dari kurangnya
usaha".

8. Strategi pendekatan kebutuhan pokok

Sasaran dan strategi ini adalah menanggulangi kemiskinan secara masal. Jika kebutuhan pokok
tidak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan hasil rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada
kepengangguran sebaiknya usaha usaha lebih mengarahkan untuk menciptakan lapangan
pekerjaan,kebutuhan pokok dan lain lain.

 Kebijakan Pembangunan Ekonomi

Dwi Panca Agustini (kebijakan pembangunan ekonomi) menyatakan bahwa Kebijakan


ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan
dibuatnya kebijakan ekonomi yaitu untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan
masyarakat. Kebijakan ini terbagi menjadi 3 yaitu : kebijakan ekonomi mikro, kebijakan ekonomi
meso, dan kebijakan ekonomi makro kebijakan tersebut sebagai berikut:

1. Kebijakan ekonomi mikro

Kebijakan ekonomi mikro adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua perusahaan
tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan oleh atau disektor mana dan di wilayah mana perusahaan
yang bersangkutan beroperasi contohnya kebijakan tentang harga eceran minimum atau maksimum
barang tertentu dipasar, kebijakan tentang operasi pasar baru tertentu. Contoh lain dari kebijakan
ekonomi mikro adalah kebijakan kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil di semua
sector ekonomi, kebijakan kredit bagi perusahaan kecil disemua sector dan lain-lain.
2. Kebijakan ekonomi meso

 Kebijakan ekonomi miso dibagi menjadi 2 arti yaitu sebagai berikut :

a. Kebijakan ekonomi miso dalam arti sektoral adalah suatu kebijakan ekonomi yang
khusus ditujukan pada sector-sector tertentu. Setiap departemen pemerintah
mengeluarkan kebijakan sendiri, yang bias sama atau berbeda untuk sector nya.
Contohnya kebijakan tentang jaminan social tenaga kerja, kebijakan tentang distribusi
barang, kebijakan tentang tata niaga barang pada sector tertentu.

 Kebijakan ekonomi miso dalam arti regional adalah suatu kebijakan ekonomi yang ditujukan
pada wilayah tertentu. Misalnya kebijakan industri ragional dikawasan timur Indonesia (KTI).
Contohnya kebijakan tentang investasi dan pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia
timur.

3. Kebijakan ekonomi makro

Kebijakan ekonomi makro adalah suatu kebijakan ekonomi yang mencakup semua aspek
ekonomi pada tingkat nasional secara ke seluruhan. Meliputi kebijakan fiscal, kebijakan moneter,
kebijakan nilai tukar, kebijakan sector riil atau kebijakan perdagangan. Kebijakan makro ini bisa
mempengaruhi kebijakan meso (sektoran atau regional), kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang
efektif. Instrumen yang digunakan untuk kebijakan ekonomi makro adalah tarif pajak, jumlah
pengeluaran pemerintah melalui APBN, ketetapan pemerintah dan interfensi langsung dipasar valuta
untuk mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah terhadap valas. Tujuan kebijakan ekonomi makro
umumnya adalah mencapai kemakmuran masyarakat yang ditandai dengan inkador kesejahteraan
ekonomi makro berupa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inflasi yang terkendali.

Tujuan kebijakan ekonomi makro ialah untuk meningkatkan dan mempertahankan kestabilan
perekonomian dalam Negeri, namun pada kenyataan nya tujuan dari kebijakan ekonomi makro sangat
luas dan tidak hanya terbatas dalam dua hal itu saja. Berikut tujuan kebijakan ekonomi makro yaitu
adalah memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan skala produksi dalam Negeri, meningkatkan
pendapatan nasional, menstabilkan neraca pembayaran luar negeri, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional, menjaga kestabilan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, dan mengendalikan
inflasi.

Anda mungkin juga menyukai