Anda di halaman 1dari 14

Diagnosis

 Didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, berat di
dalam dada, mengi dan variabliti terhadap cuaca
 Anamnesis :
1. Episodik, reversibel dengan atau tanpa pengobatan
2. Gx : batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
3. Timbul atau memburuk pada malam harj (Nokturnal)
4. Diawali dengan faktor pencetus (individu)
5. Ada respon terhadap bronkodilator (obat-obatan, inhaler, dl
6. Riwayat keluarga (+/-), riwayat atopi/alergi (+/-), penyakit lain atau penyerta
 Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi : pasien tampak gelisah, lemas, sesak napas, sukar bicara, napas melalui
mulut atau cuping hidup (+), terlihat adanya retraksi (suprasternal, intercostale),
sianosis
2. Palpasi : jarang ditemukan, kalau parah  Pulsus paradoksus ((nadi<<<)
3. Perkusi : jarang ditemukan
4. Auskultasi : terdengar wheezing, mengi
 Pemeriksaan penunjang :
1. Px Faal Paru : untuk menilai 1. Obstruksi jalan napas, 2. Reversibiliti kelainan faal
paru, 3. Variabiliti faal paru (hiperresponsif jalan napas)
Spirometri : pengukuran volume ekspirasi paksa ppada detik pertama (VEP1) dan
kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui
prosedur yang standar.
Agar akurat & terpercaya diambil 2-3x pengambilan. Obstruksi jalan napas
diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.
Arus Puncak Ekspirasi : dengan alat peak expiratory flow meter (PEF meter)
yang relatif sangat murah, mudah dibawa, terbuat dari plastik. Manfaat APE dalam
diagnosis asma:
Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE>_15% setelah inhalasi bronkodilator (uji
bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari , atau respons terapi
kortikosteroid (inhalasi/ oral , 2 minggu)
Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE
harian selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat
penyakit.
Cara pengukuran : pagi(APE terendah), malam (APE tertinggi).
Uji Provokasi Bronkus: mempunyai sensitiviti yang tinggi tetapi spesifisiti
rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi
hasil positif tidak selalu asma, bisa aja rinitis alerfi, PPOK, bronkiektasis.
Pengukuran Status Alergik : komponen alergi dapat diuji dengan px uji kulit atau
px Ig E spesifik serum. Nilai kecil utk diagnosis asma tp bantuk identifikasi fx
resiko atau pencetus.

Klasifikasi
Tata Laksana Asma
Tujuan penatalaksanaan asma:
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibe
7. Mencegah kematian karena asma
Program penatalaksanaan asma, yang meliputi 7 komponen :

 Edukasi
akan menurunkan morbiditi dan mortaliti, menjaga penderita agar tetap masuk sekolah/
kerja dan mengurangi biaya pengobatan karena berkurangnya serangan akut terutama bila
membutuhkan kunjungan ke unit gawat darurat/ perawatan rumah sakit.

 Menilai dan monitor berat asma secara berkala


Dilakukan kunjungan 1-6 bulan, dan apakah penderita dapat meemonitoring asmanya.
Pada setiap kunjungan WAJIB ditanyakan “apakah asmanya membaik atau memburuk
sejak kunjungan terakhir”

 Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus


 Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Untuk mendapatkan dan atau mempertahankan asma terkontrol. Asma terkontrol adalah
kondisi stabil salam minimal 1 bulan. Terdapat 3 faktor yg dipertimbangkan : Medikasi,
Tahapan pengobatan & Penanganan asma sendiri (Pelangi Asma)

Medikasi asma
U/ mengatasi&mencegah gejala obstruksi jalan napas. Terdiri atas controllers dan
relievers.
Controllers  untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten.
- Kortikosteroid inhalasi
- Kortikosteroid sistemik
- Sodium kromoglikat
- Nedokromil sodium
- Metilsantin
- LABA (Inhalasi&oral)
- Leukotriens modifiers
- Antihistamin generasi ke-2
Reliever  untuk meredakann gejala : dilatasi jalan napas, memperbaiki bronkokonstriksi,

- Agonist beta 2 kerja singkat SABA


- Kortikosteroid sistemik
- Antikolinergik
- Aminofillin
- Adrenalin
 Menetapkan pengobatan pada serangan akut
pemeriksaan analisis gas darah (AGDA)  dilakukan SEBAIKNYA pada : Serangan asma
akut berat, membutuhkan perawatan RS, tidak respon dengan perawatan atau memburuk,
ada komplikassi lain (penumonia, pneumothoraks)
Dilakukan WAJIB/MUTLAK pada : mengancam jiwa, tidak respon pada pengobatan atau
memburuk, gagal napas, sianosis, kesadaran menurun dan gelisah.

Penalatalksanaan dirumah
Tahapan pengobatan
Sesuai dengan berat derajat asma, dapat dilihat pada tabel 13. Tujuan penatalaksanaan
asma jangka panjang yaitu : UNTUK MENCAPAI KONDISI SEBAIK MUNGKIN dan
MEMPERTAHANKAN PADA KONDISI ASMA TERKONTROL.
Jika tidak dapat mempertahankan keadaan tersebut makan akan terjadi  ASMA TIDAK
TERKONTROL. Ini adalah indikatornya :
- Asma malam, terbangun malam hari karena gejalanya
- Kunjungan ke gawat darurat karena serangan akut
- Kebutuhan reliever meningkat (bkn krn exercise atau infeksi pernapasan)
Alasan asma tidak terkontrol:
- Teknik inhalasi si pasien
- Kepatuhan (pasien meminum obatnya ditanyakan)
- Lingkungan (apakah ada perbedaan lingkungan, lingkungan tdk terkontrol)
- Konkomitan peny sal napas yg memperberat (sinusistis, bronkitis dll)

Penanganan Asma Mandiri


Pasien dapat memonitoring asma nya sendiri menggunakkan tabel Pelangi Asma. Sehingga
pasien dapat memahami kondisi kronik dan derajat asma nya. Identifikasi perburukan
asma sehafi-hari, mengontrol gejala dan tahu kapan butuh bantuan medis
 Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting diperhatikan oleh dokter
yaitu :
1. Tindak lanjut (follow-up) teratur
2. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
Kontrol 1-6bulan secara terjadwal, tidak ketika serangan asma menyerang. Lalu rujuk ke
ahli paru jika : tidak respon dengan pengobatan, mengancam jiwa, tanda&gejala tidak jelas
, dibutuhkan px/uji lain diluar standart.

 Pola hidup sehat


- Meningkatkan kebugaran fisik
- Berhenti atau tidak pernah merokok
- Lingkungan kerja (banyak faktor pencetus serangan asma)

Anda mungkin juga menyukai