Anda di halaman 1dari 32

BAB 2

LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Supply Chain Management

2.1.1 Pengertian Supply Chain

Definisi supply chain menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002, p.5) adalah :

”Supply chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem tempat organisasi

menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini

juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling

berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin

menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.”

“Supply chain is a network of connected and interdependent organizations

mutually and co-operatively working together to control, manage and improve the

flow of material and information from supplier to end users.” (Indrajit dan

Djokopranoto

2003, p.29, source:J.Aitken).

Persediaan rantai adalah suatu jaringan dari organisasi yang saling tergantung dan

dihubungkan satu sama lain dan co-operatively bekerja sama untuk mengendalikan,

mengatur dan meningkatkan aliran material dan informasi dari para penyalur ke pemakai

akhir.

Supply chain adalah sebuah sistem yang melibatkan proses produksi ,

pengiriman, penyimpanan, distribusi dan penjualan produk dalam rangka memenuhi

permintaan akan produk tersebut . Supply chain didalamnya termasuk seluruh proses

dan kegiatan yang terlibat didalam penyampaian produk tersebut sampai ketangan

pemakai (konsumen). Semua itu termasuk proses produksi pada manufaktur, sistem

6
1

transportasi yang menggerakkan produk dari manufaktur sampai ke outlet retailer,

gudang tempat penyimpanan produk tersebut, pusat distribusi tempat dimana

pengiriman dalam jumlah besar dibagi kedalam jumlah kecil untuk dikirim kembali ke

toko-toko dan akhirnya sampai ke retailer yang menjual produk-produk tersebut. (Ir.

Srihartati, “Management Supply Chain”, http://www.gs1.or.id/keuntungandarisupply

chain)

2.1.2 Pengertian Supply Chain Management (SCM)

Menurut I Nyoman Pujawan (2005, p.22), supply chain management adalah :

”Supply chain management merupakan metode atau pendekatan integrative untuk

mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintrgrasi yang melibatkan

pihak- pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik, jaringan distribusi

maupun jasa-jasa logistik.”

Definisi supply chain manajemen menurut Chopra dan Meindl (2004, p.4)

adalah:

”Supply chain management adalah sebuah supply chain management terdiri dari

perlibatan setiap mata rantai persediaan, baik itu secara langsung maupun tidak

langsung untuk memenuhi permintaan pelanggan.”

Menurut Yolanda M Siagian (2005, p.6), supply chain management menegaskan

interaksi antar fungsi pemasaran, produksi pada suatu perusahaan. Memanfaatkan

kesempatan untuk meningkatkan pelayanan dan penurunan biaya dapat dilakukan

melalui koordinasi dan kerjasama antara pengadaan bahan baku dan pendistribusiannya.

Christina Whidya Utami, (2006, p.126), supply chain management adalah proses

penyatuan bisnis dari pengguna akhir melalui para penyalur asli yang menyediakan

produk, jasa pelayanan, dan informasi untuk menambah nilai pelanggan.


Sedangkan menurut Barry Render dan Jay Heizer (2004, p.412), supply chain

management merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka

memperoleh bahan mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut menjadi

barang dalam proses dan barang jadi, dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen

melalui sistem distribusi.

Supply chain management tidak hanya sekedar memangkas biaya dan

meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga telah berkembang menuju kepada nilai-

nilai konsumen, mulai dari memahami apa yang dibutuhkan dan kemudian menciptakan

dan mendistribusikan produk berdasarkan kebutuhan konsumen.

Supply chain management juga tidak hanya berorientasi pada urusan internal

sebuah perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan

dengan perusahaan-perusahaan partner. Perusahaan-perusahaan yang berada pada

supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir mereka.

Supply chain management adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk

mencapai pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacturer, distributor, retailer,

dan customer. Artinya barang diproduksi dalam jumlah yang tepat, pada saat yang tepat,

dan pada tempat yang tepat dengan tujuan mencapai suatu biaya dari sistem secara

keseluruhan yang minimum dan juga mencapai service level yang diinginkan.

Supply chain management merupakan pengelolaan berbagai kegiatan dalam

rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi

produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman

kepada konsumen melalui sistem distribusi. (Nurhidayati Dwiningsih, SE, MM, “

Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management) dan E-Commerce”,

http://www.stekpi.ac.id.id)
Secara singkat pengertian supply chain management dapat diartikan sebagai

pengelolaan informasi, barang dan jasa mulai dari pemasok paling awal sampai ke

konsumen paling akhir dengan menggunakan pendekatan integrasi dengan tujuan yang

sama.

2.1.3 Komponen Supply Chain Management (SCM)

Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004, p.301) terdiri

dari tiga komponen utama yaitu :

1. Upstream Supply Chain

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan

manufacturing dengan para penyalurnya dan koneksi mereka kepada para penyalur

mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat diperluas

kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material. Didalam upstream supply

chain, aktivitas utama adalah pengadaan.

2. Internal Supply Chain

Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan

dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran

organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di

dalam internal supply chain, perhatian yang utama adalah manajemen produksi,

pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

3. Downstream Supply Chain

Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan

pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain,

perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sale

service.
2.1.4 Tujuan Supply Chain Management (SCM)

Menurut Miranda ST (2002, p.87), tujuan supply chain adalah memaksimalkan

persaingan dan keuntungan perusahaan beserta seluruh anggotanya, termasuk

pelanggannya.

Tujuan dari supply chain management adalah mencapai biaya yang minimum

dan service level yang maksimum. Supply chain management mempertimbangkan semua

fasilitas yang berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan dan biaya yang diperlukan

dalam memenuhi kebutuhan customer.

Tujuan dari supply chain management adalah untuk memaksimalkan nilai

keseluruhan yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pelanggan. Di

sisi lain, tujuannya adalah untuk meminimalkan biaya keseluruhan (biaya pemesanan,

biaya penyimpanan, biaya bakan baku, biaya transportasi dan lain-lain) (Chopra Dan

Meindl 2004, p.5).

Supply chain management mempunyai tujuan untuk mendapatkan barang atau

service yang tepat, di tempat yang tepat, waktu yang tepat, dan keadaan yang

diinginkan, selama memberikan kontribusi yang besar kepada suatu perusahaan.

Kontribusi itu berupa minimal total biaya sistem dan memuaskan kebutuhan pelanggan.

2.1.5 Keuntungan Supply Chain Management (SCM)

Keuntungan supply chain adalah laba total untuk dibagikan melalui semua

tingkatan rantai. Semakin tinggi keuntungan supply chain semakin sukses supply chain

itu. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari supply chain (Indrajit dan Djokopranoto,

2002, pp.4-5) adalah :


1. Mengurangi inventory dengan berbagai cara

a. Inventory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan, yang berkisar

antara 30%-40%.

b. Sedangkan biaya penyimpanan barang (inventory carrying cost) berkisar antara

20%-40% dari nilai barang yang disimpan.

c. Oleh karena itu usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan penimbunan

barang dalam gudang agar biaya dapat ditekan menjadi sesedikit mungkin.

2. Menjamin kelancaran penyediaan barang

a. Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal (pabrik

pembuat), supplier, perusahaan sendiri, wholesaler, retailer, sampai kepada final

customers.

b. Jadi, rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi dan

diterima oleh pemakai atau pelanggan merupakan suatu mata rantai yang

panjang (chain) yang perlu dikelola dengan baik.

3. Menjamin mutu

a. Mutu barang jadi (finished product) ditentukan tidak hanya oleh proses produksi

barang tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu keamanan

dalam pengirimannya.

b. Jaminan mutu ini juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus

dikelola dengan baik.


2.1.6 Kegiatan Supply Chain Management (SCM)

Semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi, dan uang

disepanjang supply chain adalah kegiatan-kegiatan dalam cakupan supply chain

management. Kegiatan supply chain management dapat dibagi menjadi 2 jenis kegiatan

(I Nyoman Pujawan, 2005, p.17), yaitu :

1. Kegiatan fisik

Kegiatan fisik perusahaan terdiri dari sourcing (mencari bahan baku), produksi,

penyimpanan material/produk, distribusi/transportasi, dan pengembalian produk

(return).

2. Kegiatan mediasi pasar

Kegiatan mediasi pasar perusahaan terdiri dari riset pasar, pengembangan produk,

penetapan harga diskon, serta pelayanan purna jual.

2.1.7 Proses Supply Chain Management (SCM)

Supply chain dari sebuah perusahan mencakup fasilitas-fasilitas dimana bahan

mentah, produk setengah jadi, dan produk jadi diperoleh, diubah, disimpan dan dijual.

Fasilitas-fasilitas ini terhubung oleh mata rantai transportasi sepanjang arus produk dan

material.
Keuangan : term pembayaran

Material : bahan baku, komponen, produk jadi

Informasi : kapasitas, status pengiriman

Supplier Supplier Manufactu Distributor Retail


Tier 2 Tier 1 rer Outlets

Keuangan : term pembayaran

Material : bahan baku, komponen, produk jadi

Informasi : kapasitas, status pengiriman

Gambar 2.1 Proses dari Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola

Sumber : I Nyoman Pujawan (2005, p.5)

Pada gambar di atas, terlihat bahwa supply chain management adalah koordinasi

dari material, informasi dan arus keuangan di antara perusahaan yang berpartisipasi.

• Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui

rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan

pembuangan.

• Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status

pesanan.

• Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal

pembayaran, dan penetapan kepemilikan dan pengiriman.


Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan

menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat di antara jaringan

atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang

menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto,

2002, p.9).

Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka tiap channel

dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami kekurangan barang juga tidak

sampai kelebihan barang terlalu banyak.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003, pp.6-8) dalam supply chain ada

beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai

kepentingan di dalam arus barang, para pemain utama itu adalah :

1. Suppliers

2. Manufacturer

3. Distributors

4. Retail outlets

5. Costomers

Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu antara lain sebagai

berikut:

Chain 1: Suppliers

Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan

pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa

dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan,

subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan

suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga suppliers’ suppliers atau sub-
suppliers. Jumlah suppliers bisa banyak atau sedikit, tetapi suppliers’ suppliers

biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai yang pertama.

Chain 1 – 2: Suppliers – Manufacturer

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer atau

plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan

membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengkonversikan, atau pun

menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah

mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, inventories bahan

baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers,

manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak

jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari

inventory carring cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier

partnering misalnya, penghematan dapat diperoleh.

Chain 1 – 2 – 3: Suppliers – Manufacturer - Distribution

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan

kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke

pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh

sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke

gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan

pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil

kepada retailers atau pengecer.


Chain 1 – 2 – 3 - 4: Suppliers – Manufacturer – Distribution – Retail

Outlets

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga

menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum

disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk

memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang,

dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari

gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlets).

Chain 1 – 2 – 3 – 4 - 5: Suppliers – Manufacturer – Distribution – Retail

Outlets - Customers

Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung

kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang

termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko

koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir

melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan

mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari

pembeli (yang mendatangi retail outlets tadi) ke real customers atau real user,

karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply baru

benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung

(pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa yang dimaksud.


2.1.8 Model Supply Chain Management (SCM)

Model dari supply chain dibagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Push Based Supply Chain

Yaitu model supply chain yang dilaksanakan di dalam pengantisipasian permintaan

konsumen.

2. Pull Based Supply Chain

Yaitu model dari supply chain yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan konsumen.

Penentuan model dari supply chain sangat berguna pada saat pertimbangan

keputusan strategik yang berkaitan dengan tahap strategi supply chain.

2.1.9 Strategi Supply Chain Management (SCM)

Di dalam tahap ini, perusahaan menentukan strategi kompetitif perusahaan dan

strategi supply chain perusahaan.

Kemudian perusahaan melakukan penyesuaian strategi supply chain dengan

strategi kompetitif perusahaan. Penyesuaian strategi ini berarti bahwa kedua strategi,

strategi kompetitif dan strategi supply chain mempunyai tujuan yang sama.

Terdapat tiga langkah dasar untuk mencapai kesesuaian strategi, yaitu :

1. Mengerti konsumen

Untuk mengerti konsumen, perusahaan harus mengidentifikasikan

segmentasi dari kebutuhan konsumen yang dilayani. Terdapat beberapa point yang

perlu diperhatikan untuk mengerti konsumen, yaitu :

• Jumlah dari produk yang dibutuhkan dalam setiap segmen.

• Waktu respon yang konsumen bersedia tolelir.

• Varitas produk yang dibutuhkan.

• Level pelayanan yang dibutuhkan.


• Harga produk.

• Tingkat keinginan inovasi produk.

Setelah mengetahui keinginan konsumen, perusahaan dapat menentukan

tingkat permintaan konsumen termasuk yang mana. Dibawah ini akan digambarkan

spektrum dari tingkat permintaan konsumen.

Low Implied Somewhat Somewhat High Implied

demand certain uncertain demand

uncertainty demand demand uncertainty

The Implied Uncertainty Spectrum

Gambar 2.2 Spektrum Tingkat Permintaan Konsumen

Sumber : Chopra, 2004, p.34

2. Mengerti supply chain

Pada langkah ini, kita menentukan tingkat daya tanggap dari supply chain.

Tingkat daya tanggap supply chain termasuk kemampuan supply chain untuk

melakukan hal-hal berikut :

• Tanggap terhadap permintaan pada rentang yang lebar.

• Waktu tenggang yang singkat.

• Mengatasi sejumlah besar variasi produk.

• Membangun produk-produk yang berinovasi tinggi.

• Mampu melakukan layanan pada tingkat yang sangat tinggi.


Semakin banyak kemampuan yang dapat dilakukan oleh supply chain, maka

semakin tanggap supply chain tersebut. Berikut dibawah ini adalah spektrum daya

tanggap supply chain.

Highly Somewhat Somewhat Highly

Efficient Efficient Responsive Responsive

The Responsiveness Spectrum

Gambar 2.3 Spektrum Tingkat Responsifitas Supply Chain

Sumber: Chopra, 2004, p.36

3. Mencapai kesesuaian strategi

Pada tahap ini, perusahaan melakukan penyesuaian strategi untuk

memastikan bahwa supply chain sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tingkat

responsifitas dari supply chain haruslah konsisten dengan tingkat permintaan

konsumen. Berikut dibawah ini akan digambarkan diagram tentang kesesuaian

strategi:
Responsive

Supply Chain

Responsive

Spectrum

Efficient

Supply Chain

Certain Implied Uncertain

Demand Uncertainty Demand

Spectrum

Finding The Zone of Strategic Fit

Gambar 2.4 Zona Kesesuaian Strategi

Sumber:Chopra, 2004, p.37

2.1.10 Kesesuaian antara Strategi Supply Chain dengan Kebijakan Taktis

Tabel 2.1 Keputusan Taktis dan Strategi Supply Chain

Keputusan taktis Efisien Responsif

Tempat pabrik di negara yang Cari lokasi yang dekat

Lokasi Fasilitas ongkos tenaga kerjanya murah. dengan pasar, punya akses

tenaga terampil dan


teknologi yang memadai

Tingkat utilitas sistem produksi Sistem produksi harus

Sistem produksi harus tinggi fleksibel dan ada kapasitas

ekstra

Perlu upaya meminimasi tingkat Diperlukan persediaan

Persediaan persediaan pengaman yang cukup di

lokasi yang tepat

Pengiriman TL/CL atau Diperlukan transportasi

Transportasi subkontakkan ke pihak ketiga cepat. Bila perlu tetapkan

kebijakan LTL/LCL

Pilih supplier dengan harga dan Pilih supplier berdasarkan

Pasokan kualitas sebaai kriteria utama kecepatan, fleksibelitas,

dan kualitas

Fokus ke minimasi ongkos Gunakan modular design

Pengembangan produk dan tunda diferensiasi

produk sebisa mungkin

(postponement)

Sumber: I Nyoman Pujawan, 2005, p.35

2.1.11 Penggerak Supply Chain

Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa

supply chain itu sendiri. Menurut Chopra dan Meindl (2004, pp51-64) penggerak supply

chain adalah sebagai berikut :


1. Inventory

Inventory adalah semua bahan-bahan mentah, dalam proses, dan barang-barang yang

telah diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang

penting karena perubahan kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis tingkat

responsifitas dan efisiensi supply chain. (Chopra dan Meindl, 2004, p.52)

Komponen dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl, 2004,

pp.57-58):

a. Cycle Inventory

Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan untuk

memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misal dalam sebulan memerlukan 10

buah truk bahan baku, perusahaan bisa saja memesan 10 truk bahan baku

dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku yang dipesan tiap 3

hari. Ini tergantung dari strategi supply chain apa yang mereka terapkan

(responsive atau efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost (biaya pesan)

dan holding cost (biaya penyimpanan).

b. Safety Inventory

Safety Iinventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap

perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi

ketidakpastian akan permintaan yang tinggi.

c. Seasional Inventory

Seasional inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi keragaman

yang dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang menggunakan

seasional inventory akan membangun inventory mereka pada periode

permintaan akan barang rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan


akan barang menjadi tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi dimana mereka

tidak dapat memproduksi semua barang untuk memenuhi permintaan.

2. Transportasi

Transportasi yaitu memindahkan inventory dari titik ke titik dalam supply chain.

Transportasi terdiri dari banyak kombinasi dari model dan bentuk, yang memiliki

keunggulan masing-masing. Pemilihan transportasi juga mempunyai dampak yang

besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. (Chopra dan Meindl,

2004, p.52).

Komponen dari keputusan mengenai transportasi adalah (Chopra dan Meindl,2004,

pp.59-60):

a. Modes of Transportation

Modes of Transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk dipindahkan

dari satu lokasi dalam jaringan supply chain ke tempat lain. Terdapat 5 cara

dasar transportasi yang dapat dipilih yaitu:

1. Udara

Udara merupakan cara transportasi yang pling cepat, tetapi memiliki biaya

yang mahal.

2. Truk

Truk cara yang paling relatif cepat dan mudah dengan fleksibilitas tinggi.

3. Kereta

Kereta cara yang mudah yang digunakan untuk jumlah barang yang besar.

4. Kapal

Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi pilihan yang paling

ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah yang besar ke luar negeri.


5. Pipa saluran

Pipa saluran biasanya digunakan untuk menyalurkan minyak dan gas.

b. Route and network selection

Route adalah jalur jalan dimana sebuah produk dikirimkan dan network adalah

sebuah kumpulan lokasi dan route dimana produk dapat dikirimkan. Perusahaan

membuat beberapa keputusan mengenai route pada saat langkah desain supply

chain.

c. In house or outsource

Secara tradisional, kebanyakan fungsi transportasi dilakukan oleh perusahan

sendiri, namun pada saat ini banyak yang telah dilimpahkan perusahaan lain

(Outsourced).

3. Fasilitas

Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory

disimpan, dirakit atau diproduksi. Dua jenis umum fasilitas adalah tempat produksi

dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan memilih tingkat efisiensi tinggi, maka

memiliki lebih sedikit gudang. Jadi penentuan fasilitas mempunyai dampak yang

besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. (Chopra dan Meindl,

2004, p.52):

Komponen dari keputusan mengenai fasilitas adalah (Chopra dan Meindl, 2004,

pp.61-62):

a. Location

Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi fasilitasnya

merupakan bagian yang sangat besar dalam langkah desain supply chain.

Penentuan lokasi secara ekonomis, sedangkan penentuan lokasi secara

desentralisasi akan menjadi lebih responsif dalam permintaan konsumen.


b. Capacity

Perusahaan juga harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas yang

dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sejumlah besar kapasitas akan menjadikan

perusahaan tersebut menjadi lebih responsif, demikian pula sebaliknya.

c. Operation methodology

Disini digambarkan bagaimana metode perusahaan dalam memproduksi barang,

apakah mesin yang dipakai untuk membuat produk itu bersifat fleksibel,

maksudnya adalah mesin tersebut juga dapat pula digunakan untuk membuat

produk yang lain (responsive) yang biasanya mesin itu relatif mahal atau

menggunakan mesin yang dapat membuat 1 macam produk saja (efisien).

d. Warehouse methodology

• Stock Keping Unit (SKU) Storage

Gudang tradisional yang menyimpan segala macam produk dalam satu

tempat.

• Job Lot
Storage

Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan dimana semua produk-produk

yang berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan khusus atau memuaskan

konsumen tipe khusus, disimpan bersama-sama.

• Crossdocking

Yaitu sebuah metode, dimana barang sebenarnya tidak disimpan dalam

fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari pemasok barang, tiap-tiap hari truk

tersebut membawa jenis-jenis yang berbeda dari barang yang dipesan yang

diangkut menuju fasilitas perusahaan, kemudian dari sana dipecah menjadi

bagian-bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer menggunakan


truk-truk yang berisi barang-barang yang beragam dari truk-truk

sebelumnya.

4. Informasi

Informasi terdiri dari data dan analisis berkaitan dengan inventory, transportasi,

fasilitas, dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak

manajemen kesempatan untuk membuat supply chain lebih responsif dan

efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar performa supply

chain. (Chopra dan Meindl, 2004, p.52):

Komponen dari keputusan mengenai informasi adalah (Chopra dan Meindl, 2004,

pp.62-64):

1. Push versus Pull

Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi, jadwal

kepada pemasoknya untuk menentukan kapan, jenis dan banyak barang

yang dikirimkan ke perusahaan, sedangkan tipe pull menggunakan informasi

atas permintaan aktual konsumen, sehingga perusahaan dapat dengan tepat

memenuhi permintaan tersebut.

2. Cordinating and Information sharing

Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari supply

chain bekerja menuju tujuan yaitu memaksimalkan keuntungan total supply

chain dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri. Kekurangan koordinasi

berpengaruh pada kerugian yang besar atas keuntungan supply chain. Ini

bisa dilakukan dengan pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam supply

chain itu sendiri.


3. Forecasting and Aggregate Planning

Forecasting adalah suatu ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat

rencana mengenai kebutuhan masa depan dan kondisinya. Forecasting

(peramalan) ini digunakan dalam pengambilan keputusan. Setelah

menciptakan peramalan, maka perusahaan aggregate planning, yang

mengubah peramalan menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi

permintaan yang telah diperhitungkan.

4. Enabling Technlogies

Untuk mencapai informasi sharing dan integrasi dalam supply chain, maka

terdapat teknologi-teknologi yang digunakan yaitu :

• Electronic Data Interchange (EDI)

EDI memungkinkan perusahaan menjadi lebih efisien, juga menurunkan

waktu yang dibutuhkan produk untuk sampai kepada konsumen,

transaksi menjadi lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan tanpa EDI.

• The Internet

Internet sendiri mendukung pengunaan EDI. Dengan internet maka akan

menjadi sebuah faktor yang penting dalam supply chain.

• Enterprise Resources Planning (ERP) system

Sistem ERP ini menyediakan pelacakan transaksi dan kemampuan

melihat secara keseluruhan atas informasi dari tiap-tiap bagian

perusahaan dan memungkinkan supply chain membuat keputusan yang

’cerdas’.
• Supply Chain Management (SCM) Software

Yaitu program yang menyediakan dukungan terhadap analisis keputusan

dalam penambahan kemampuan melihat secara keseluruhan terhadap

informasi.

2.1.12 Tantangan dalam Mengelola Supply Chain

Menurut I Nyoman Pujawan (2005, pp.17-19) dalam mengelola supply chain

terdapat dua tantangan terbesar yaitu :

1. Kompleksitas.

Kompleksitas muncul akibat banyaknya pihak yang terlibat pada suatu supply chain.

2. Ketidakpastian.

Ketidakpastian bisa berasal dari arah permintaan, dari arah supplier, maupun internal

perusahaan.

2.1.13 Hambatan dalam Mencapai Kesesuaian Strategi

Seringkali perusahaan menemukan hambatan-hambatan dalam mencapai

kesesuaian strategi. Hambatan-hambatan itu antara lain adalah (Chopra, 2001, p.60):

1. Meningkatnya keanekaragaman produk.

Meningkatknya tingkat keanekaragaman produk menyulitkan supply chain yaitu

pembuatan peramalan dengan pertemuannya dengan permintaan akan menjadi

lebih sulit.

2. Menurunnya siklus hidup produk.

Penurunan siklus hidup produk akan membuat pekerjaan penyesuaian strategi akan

menjadi lebih sulit. Siklus hidup produk yang makin pendek akan meningkatkan

ketidakpastian. Peningkatan ketidakpastian dikombinasikan dengan kesempatan


yang kecil akan menambah tekanan terhadap supply chain untuk berkoordinasi dan

menciptakan pasangan yang baik antara permintaan dan penawaran.

3. Meningkatnya permintaan konsumen.

Peningkatan permintaan konsumen akan berpengaruh terhadap meningkatnya waktu

tunggu, biaya, dan daya guna produk. Permintaan konsumen sekarang ini adalah

pemenuhan produk yang lebih cepat, kualitas dan daya guna yang lebih baik untuk

harga yang sama. Pertumbuhan permintaan konsumen yang sangat hebat ini berarti

supply chain harus menyediakan lebih dari pada mempertahankan bisnis itu sendiri.

4. Pemecahan kepemilikan supply chain.

Dengan pemecahan kepemilikan kepada banyak pemilik, setiap pemilik mempunyai

kepentingan dan kebijakan politiknya sendiri, supply chain akan lebih sulit

dikoordinasi.

5. Globalisasi

Globalisasi menambah tingkat stress supply chain karena fasilitas-fasilitas di dalam

supply chain terpisah lebih jauh, membuat koordinasi menjadi lebih sulit. Juga

globalisasi meningkatkan kompetisi. Situasi yang kompetitif ini akan menambah

hambatan kepada supply chain.

6. Kesulitan dalam melaksanakan strategi baru.

Bagaimanapun, sebuah strategi yang baik telah diformulasikan, sebenarnya

melaksanakan strategi menjadi lebih sulit. Yang harus diingat adalah pelaksanaan

yang mahir dari strategi sama pentingnya dengan strategi itu sendiri.
2.1.14 Peranan Teknologi Internet dalam Manajemen Supply Chain

Konsep manajemen supply chain tidak dapat dipisahkan dari perkembangan

teknologi informasi (TI). Teknologi komputer dan telekomunikasi yang sangat cepat

berkembang membuat penciptaan dan penyebaran informasi semakin cepat, murah, dan

berkualitas baik.

Model aplikasi internet dalam konteks supply chain management (I Nyoman

Pujawan, 2005, pp.20-21) yaitu :

1. Electronic Procurement (e-Procurement)

Merupakan aplikasi internet untuk mendukung proses pengadaan dalam konteks

supply chain management.

2. Electric Fulfillment (e-Fullfillment)

Merupakan pengelolaan kegiatan-kegiatan dengan media teknologi informasi dan

komunikasi. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam proses fullfillment adalah :

a. Menerima order dari pelanggan.

b. Mengelola transaksi, termasuk proses pembayaran.

c. Manajemen gudang yang meliputi pengendalian persediaan produk dan kegiatan

administrasi gudang secara umum.

d. Manajemen transportasi, termasuk keputusan mode dan rute transportasi.

e. Komunikasi dengan pelanggan untuk memberikan informasi status pesanan,

dukungan teknis, dan sebagainya.

f. Kegiatan reverse logistics yang berupa pengembalian produk ke bagian hulu

supply chain akibat pengembalian dari pelanggan.


2.1.15 Pengertian Intranet, Extranet dan Internet

Dengan kemajuan teknologi yang pesat saat ini menyadari perusahaan bahwa

teknologi merupakan peluang bagi perusahaan untuk dapat bersaing dengan para

pesaingnya.

Pengertian Intranet, Extranet dan Internet menurut para ahli antara lain :

• Intranet adalah jaringan yang menghubungkan seluruh karyawan dalam satu

perusahaan tanpa mengenal batasan geografis (Indrajit & Djokopranoto, 2003,

p.167).

• Extranet menurut Turban at all (2002, p.290) adalah sebuah jaringan yang

menghubungkan intranet-intranet dari berbagai lokasi yang menggunakan teknologi

internet yaitu Transmission Control Protocol (TCP) atau Internet Protocol (IP).

Sedangkan menurut Indrajit & Djokopranoto (2003, p.168) Extranet merupakan

jaringan komputer yang menghubungkan sistem jaringan perusahaan dengan sistem

jaringan paramitra bisnisnya, seperti supplier (pemasok) dan Vendor.

• Internet menurut Turban at all (2002, p.290) adalah sebuah jaringan komunikasi

publik dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap orang

melalui sebuah Local Area Network (LAN) atau Internet Service Provider (ISP).

Internet adalah jaringan publik yang terhubung dan melalui Gateway.

2.2 Kepuasan Konsumen

2.2.1 Pengertian Kepuasan Konsumen

Menurut Irawan (2003), kepuasan konsumen adalah hasil akumulasi dari

konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa. Konsumen akan

merasa puas apabila memperoleh nilai atau manfaat dari suatu produk atau jasa.
Menurut Gerson (2002, p.5), definisi kepuasan konsumen sangatlah sederhana,

seorang konsumen merasa puas jika kebutuhannya, secara nyata atau hanya anggapan,

terpenuhi atau melebihi harapannya.

”Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang, yang berasal dari

perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan

harapan-harapannya.” (Kotler, 2005, p.36).

”Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai respon terhadap ketidak sesuaian

antara tingkat kepentingan sebelumnya dan tingkat kinerja aktual yang dirasakan setelah

pemakaian.” (Rangkuti, 2003, p.30).

Menurut Olson (2000,p.158), kepuasan adalah kondisi psikologis yang dihasilkan

ketika emosi yang mengelilingi harapan yang tidak cocok dilipatgandakan oleh perasaan

– perasaan yang terbentuk dalam konsumen tentang pengalaman perkonsumsian.

2.2.2 Perangkat Untuk Melacak dan Mengukur Kepuasan Konsumen

Menurut Kotler (2005, p.45) ada 4 perangkat yaitu :

1. Sistem keluhan dan saran

Sebuah perusahaan yang berfokus pada konsumen mempermudah konsumennya

untuk memberikan saran dan keluhan.

2. Survei kepuasan konsumen

Perusahaan-perusahaan yang responsif mengukur kepuasan konsumen secara

langsung dengan melakukan survei berkala.

3. Belanja siluman

Perusahaan-perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak sebagai

pembeli potensial guna melaporkan hasil temuan mereka tentang kekuatan dan
kelemahan yang mereka alami ketika membeli produk perusahaan dan produk

pesaing.

4. Analisis konsumen yang hilang

Perusahaan-perusahaan harus menghubungi para konsumen yang berhenti membeli

atau berganti pemasok untuk mempelajari sebabnya.

2.2.3 Manfaat Kepuasan Konsumen

Menurut pendapat Irawan (2003, p.9), manfaat dari kepuasan konsumen

adalah sebagai berikut :

1. Pelanggan yang puas akan siap membayar dengan harga premium.

2. Dengan memiliki banyak konsumen yang puas, biaya pemasaran seperti iklan akan

jauh lebih efektif.

3. Konsumen yang puas adalah penyebar promosi dari mulut ke mulut yang baik.

4. Konsumen yang puas akan membeli lebih banyak lagi untuk produk yang

memuaskan.

2.2.4 Faktor-Faktor Pendorong Kepuasan Konsumen

Menurut Irawan (2003, pp.37-42) faktor-faktor pendorong kepuasan konsumen

terbagi menjadi lima yaitu:

a. Kualitas Produk,

Maksudnya apabila produk yang di dapatkan berkualitas baik maka

pelanggan akan merasa puas. Contoh : konsumen akan puas terhadap televisi yang

dibeli apabila menghasilkan gambar dan suara yang baik, awet, atau tidak cepat

rusak, memiliki banyak fasilitas, tidak ada gangguan dan desainnya yang menawan.
b. Harga,

Maksudnya adalah sebagian besar konsumen menginginkan harga barang

atau jasa murah. Untuk pelanggan yang sensitif biasanya harga murah adalah

sumber kepuasan yang paling penting, karena mereka akan mendapatkan value of

money yang tinggi. Komponen harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak

sensitif terhadap harga. Bagi mereka yang tidak peduli dengan harga, mereka lebih

menyukai harga yang sedikit mahal namun kualitasnya baik daripada harganya

murah namun kualitasnya tidak sesuai dengan keinginannya. Jadi persaingan dalam

harga akan mendapatkan perhatian konsumen sepanjang kualitas barang adalah

sama.

Kualitas produk dan harga seringkali tidak mampu menciptakan keunggulan

bersaing dalam hal kepuasan pelanggan. Kedua aspek ini relatif mudah ditiru.

Dengan teknologi yang hampir standar, setiap perusahaan biasanya mempunyai

kemampuan untuk menciptakan kualitas produk yang hampir sama dengan pesaing.

Oleh karena itu, banyak perusahaan yang lebih mengandalkan aspek ketiga, yaitu

kualitas pelayanan.

c. Kualitas Pelayanan,

Kualitas pelayanan sangat mempengaruhi kepuasan konsumen yang sangat

bergantung pada sistem, teknologi, dan manusia. Untuk memuaskan pelanggan,

suatu perusahaan hendaknya terlebih dahulu harus dapat memuaskan karyawannya

agar produk yang dihasilkan tidak rusak kualitasnya dan pelayanan kepada

pelanggan dapat diberikan lebih baik. Jika karyawan merasa puas, akan lebih mudah

bagi mereka untuk menerapkan kepada pelanggan bagaimana rasa puas itu.
d. Faktor Emosional,

Kepuasan konsumen dapat timbul akibat factor emosi, seperti memiliki

rumah di kawasan elite akan menimbulkan rasa percaya diri, sukses dan bangga. Hal

tersebut dapat menimbulkan kepuasan konsumen. Faktor ini relatif penting. Rasa

bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, merupakan contoh Emotional Value yang

mendasari kepuasan pelanggan.

e. Kemudahan,

Konsumen akan merasa senang apabila mudah mendapatkan produk atau

jasa. Pelanggan akan semakin puas bila produk atau jasa relatif mudah, nyaman,

dan efisien dalam mendapatkannya.

2.2.5 Cara Mencapai Kepuasan Konsumen

Menurut Yoeti (2005, p.59-65) ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh

perusahaan agar pelanggan puas, yaitu :

1. Falsafah kepuasan konsumen

Untuk menentukan kepuasan konsumen, suatu perusahaan pertama-tama

harus komitmen pada filosofi yang digunakan dalam menetapkan misi dan tujuan

perusahaan.

2. Kebutuhan dan kepuasan konsumen

Sebelumnya perusahaan menetapkan akan memberikan kepuasan kepada

konsumen, perusahaan terlebih dahulu harus mempelajari apa itu kebutuhan dan

harapan konsumen.
3. Ukuran dan standart kepuasan konsumen

Untuk mengarahkan karyawan dalam mencapai kepuasan konsumen suatu

perusahaan hendaknya menentukan suatu standart dan ukuran tertentu, mengenai

perusahaannya.

4. Orientasi karyawan

Bilamana karyawan merasa puas, maka lebih mudah bagi mereka

menerapkan pada konsumen, bagaimana rasa puas itu.

5. Training

Disamping perlunya penerimaan pegawai yang sesuai dengan pekerjaan,

suatu perusahaan memerlukan pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan dan

kemampuan mereka.

6. Keterlibatan karyawan

Suatu perusahaan hendaknya mengikut sertakan karyawannya dalam semua

usaha untuk memberikan kepuasan konsumen.

7 Penghargaan

Untuk membuat staff lebih berorientasi kepada konsumen, penghargaan

perlu di berikan kepada mereka yang berprestasi dalam memberikan kepuasan pada

konsumen.

2.3 Kerangka Pemikiran

• Data yang digunakan adalah data dari wawancara dan kuesioner.

• Untuk mendukung data kuesioner, dilakukan wawancara untuk mengetahui kondisi

pasar dan kondisi Alfamart cabang Bendungan Jago.

• Dari data kuesioner, akan didapat kondisi yang diharapkan untuk mengetahui

tingkat permintaan konsumen Alfamart cabang Bendungan Jago dan kondisi yang
sedang berjalan untuk mengetahui tingkat daya tanggap supply chain Alfamart

cabang Bendungan Jago.

• Langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap supply chain yang sedang

berjalan untuk mengetahui kepuasan konsumen terhadap implementasi sistem

supply chain management PT Tiga Bintang.

• Selanjutnya dari data tingkat permintaan dan tingkat daya tanggap supply chain

Alfamart cabang Bendungan Jago akan didapat strategi supply chain management

yang tepat bagi PT Tiga Bintang dan yang sesuai dengan perspektif konsumen

Alfamart cabang Bendungan Jago melalui zona kesesuaian supply chain.

Data

• Wawancara
Alfamart cabang
• Kuesioner
Kondisi Pasar Bendungan

• Tingkat • Ketidakpastian

permintaan permintaan
Tingkat daya tanggap
konsumen konsumen
semakin besar supply chain • Keterlambatan
• Produk yang supply barang
dibutuhkan • Sering terjadi
Evaluasi supply chain
tidak ada retur barang
yang sedang berjalan

Strategi supply chain management yang tepat

bagi PT Tiga Bintang

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai