94-100
Binur Panjaitan
Universitas HKBP Nommensen, Jalan Sutomo No. 4A Medan
e-mail: panjaitan_binur@yahoo.com
Abstrak: Karakteristik Metakognisi Siswa Ditinjau dari Tipe Kepribadian dalam Memecahkan
Masalah Matematika. Artikel hasil penelitian ini memaparkan karakteristik metakognisi siswa dalam
memecahkan permasalahan matematika berdasarkan empat tipe kepribadian, yaitu guardian, rational,
artisan, dan idealist. Penelitian dilakukan secara kualitatif eksploratif, dengan subjek penelitian terdiri
atas satu siswa untuk setiap tipe kepribadian, yaitu siswa kelas sebelas SMA. Hasil penelitian meng-
ungkap bahwa terdapat perbedaan karakteristik metakognisi siswa dalam memecahkan masalah mate-
matika berdasarkan kategori tipe kepribadian.
Permasalahan yang sering terjadi ketika siswa diha- untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita selan-
dapkan pada masalah matematika adalah tidak memi- jutnya.
kirkan bagaimana dirinya mampu atau tidak mampu Dalam kaitannya dengan pemecahan masalah
menyelesaikannya. Berpikir untuk dirinya sendiri matematika, pengetahuan mengenai strategi belajar
berkaitan dengan kesadaran siswa terhadap kemam- merupakan hal penting untuk diketahui siswa. Stra-
puannya untuk mengembangkan berbagai cara yang tegi belajar melibatkan aktivitas mental, digunakan
mungkin ditempuh dalam memecahkan masalah. Pro- untuk memperoleh, mengingat dan memperbaiki ber-
ses menyadari dan mengatur berpikir siswa dikenal bagai macam pengetahuan. Penelitian McLoughlin
sebagai metakognisi. dan Hollingworth (2003) menunjukkan bahwa peme-
Istilah metakognisi diperkenalkan oleh Flavell cahan masalah yang efektif dapat diperoleh dengan
(1976) dan didefinisikan sebagai pemikiran tentang memberi kesempatan kepada siswa untuk menerap-
pemikiran (thinking about thinking) atau "pengetahuan kan strategi metakognitifnya ketika memecahkan
seseorang tentang proses kognitifnya". Metakognisi soal. Matematika sebagai wahana pendidikan tidak
ialah fungsi eksekutif yang mengelola dan mengon- hanya dapat digunakan untuk mencapai tujuan, mi-
trol bagaimana seseorang menggunakan pikirannya salnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula untuk
dan merupakan proses kognitif yang paling tinggi membentuk kepribadian siswa serta mengembang-
dan canggih. Matlin (1994) mengatakan bahwa me- kan keterampilan tertentu (Soedjadi, 2000).
takognisi sangat penting dalam membantu kita da- Salah satu upaya agar dapat mencerdaskan
lam mengatur lingkungan dan menyeleksi strategi siswa secara psikologik adalah mengadakan penga-
19
20 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 21, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 19-28
matan terlebih dahulu terhadap kondisi masing-masing Type Indicator). Demikian pula Zhang (2002) yang
siswa dalam kesehariannya. Hasil pengamatan ter- melihat hubungan antara gaya berpikir dan peng-
sebut akan mengungkap mengenai adanya perbe- golongan kepribadian, yaitu Big Personality Traits.
daan pada setiap siswa. Perbedaan individu dapat Menyadari perbedaan kondisi masing-masing
terjadi karena pengaruh dari kepribadian yang ber- siswa, maka pengajar dapat memberikan metode
beda-beda. Keirsey dan Bates (1984) menggolongkan mengajar terbaik yang relevan. Metode mengajar
kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu Guardian, Artisan, diterapkan sesuai karakteristik metakognisi siswa,
Rational, dan Idealist. Penggolongan tersebut dida- berdasarkan tipe kepribadian sebagaimana penge-
sarkan pada bagaimanakah seseorang memperoleh lompokan Keirsey dan Bates (1984). Dengan metode
energi (Extrovert atau Introvert), bagaimanakah se- mengajar yang sesuai, diharapkan proses mengajar
seorang mengambil informasi (Sensing atau Intui- belajar dapat menyentuh pribadi siswa.
tive), bagaimanakah seseorang membuat keputusan Untuk mencapai hal tersebut, penelitian ini ber-
(Thinking atau Feeling), dan bagaimanakah gaya tujuan mengetahui karakteristik metakognisi siswa
dasar hidupnya (Judging atau Perceiving). atas dasar tipe kepribadian Idealist, Rational, Artisan
Individu dengan tipe guardian lebih suka meng- dan Guardian dalam penyelesaian masalah mate-
ikuti prosedur rutin dengan instruksi detail, atau matika. Untuk itu, peneliti mempergunakan langkah
dengan kata lain tipe ini menyukai kelas dengan Polya (1973), yaitu memahami masalah, merenca-
model tradisional dengan prosedur teratur. Individu nakan penyelesaian, melaksanakan rencana, dan me-
dengan tipe artisan menyukai bentuk kelas yang meriksa kembali jawaban. Dalam penelitian ini, me-
banyak diskusi dan presentasi karena cenderung ingin takognisi merupakan kesadaran individu terhadap
menunjukan kemampuannya, serta menyukai peru- proses dan hasil berpikirnya, dalam mengembangkan
bahan dan tidak suka terhadap kestabilan. Individu perencanaan, memonitor pelaksanaan, dan menge-
dengan tipe idealist lebih menyukai meenyelesaikan valuasi tindakan. Masalah matematika adalah soal
tugas secara diskusi kelompok, menyukai membaca matematika yang penyelesaiannya tidak dapat di-
dan menulis sehingga lebih cocok jika diberi tes kerjakan dengan prosedur rutin.
berbentuk uraian atau soal cerita. Individu dengan Tahap pemecahan masalah, aktivitas dan proses
tipe rational menyukai cara belajar dengan peme- metakognisi dalam pemecahan masalah matematika,
cahan masalah yang kompleks, lebih suka belajar sesuai dengan langkah Polya (1973) disajikan pada
secara mandiri, serta mampu menangkap abstraksi Tabel 1.
dan materi yang memerlukan intelektualitas yang Terdapat tiga cara untuk menerapkan metakog-
tinggi (Keirsey dan Bates, 1984). nisi dalam memecahkan masalah matematika (Schoen-
Implementasinya dalam pembelajaran matema- feld, 1987). Pertama, intuisi dan keyakinan (beliefs
tika, masing-masing tipe kepribadian memiliki ka- and intuitions), yaitu ide matematika yang disiapkan
rakter berbeda dalam memecahkan permasalahan. dalam memecahkan matematika, dan bagaimana cara
Kepribadian ialah karakteristik individu yang menye- melakukannya. Kedua, pengetahuan (knowledge) se-
babkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, seorang mengenai proses berpikirnya sendiri, yaitu
dan perilaku. Jessee, et al. (2006) mengatakan bahwa bagaimana seseorang menguraikan pemikirannya
tipe kepribadian didasarkan empat dikotomi fungsi secara tepat, di sini diperlukan pemahaman tentang
mental atau sikap, yaitu bagaimanakah seseorang me- apa yang diketahui dan bagaimana memecahkannya.
mandang informasi, bagaimanakah seseorang mem- Ketiga, kesadaran diri (self-awareness) atau penga-
berikan penilaian atau keputusan sesuai persepsi me- turan diri (self-regulation) yaitu bagaimana seseorang
reka, bagaimanakah seseorang memanfaatkan waktu dapat mengontrol apa yang dilakukan, dan bagaimana
dan energinya, dan bagaimanakah gaya dasar hidup ia menggunakan hasil pengamatan untuk menyele-
seseorang di lingkungan sekitarnya. saikan masalahnya.
Penggolongan kepribadian sebagaimana dilaku- Apa yang tampak pada tingkah laku individu,
kan oleh Keirsey dan Bates (1984) didasarkan pada merupakan cerminan dari apa yang dipikirkannya.
pemikian bahwa perbedaan nyata yang dapat dilihat Di dalam dunia pendidikan, hasil pemikiran seorang
pada diri individu adalah tingkah laku (behave). Gillian siswa, akan dapat dilihat melalui hasil pekerjaannya
(2005) mencoba melihat kaitan antara perbedaan terhadap soal yang diberikan kepadanya, baik dalam
tingkah laku dan perbedaan proses berpikir siswa, latihan maupun dalam test. Untuk mengetahui proses
menggunakan pendekatan kuantitatif untuk melihat berpikir siswa tersebut, dapat dilakukan dengan wa-
hubungan antara proses kognitif atas dasar peng- wancara, meminta siswa untuk mengatakan apa yang
golongan kepribadian, yaitu MBTI (Myers Briggs sedang dipikirkannya.
Tabel 1. Tahap Pemecahan Masalah, Aktivitas, dan Proses Metakognisi
Panjaitan, Karakteristik Metakognisi Siswa … 21
Langkah Peme-
Perencanaan Pemantauan Evaluasi/Refleksi Karakteristik Metakognisi
cahan Masalah
Memahami ma- Perlu membaca soal Dapat memahami ma- Mengevaluasi apakah Menyadari bahwa untuk
salah untuk memahami salah, dengan menuliskan yang diketahui sudah memecahkan masalah ini
soal, mengetahui yang diketahui dan yang benar/sudah lengkap harus memahami apa yang
yang diketahui dan ditanyakan. Mengurutkan dari diketahui dan apa yang tidak
yang ditanyakan Dapat menghubungkan awal, apa yang diketa- ditanyakan dengan cara
dan mengetahui informasi-informasi yang hui membaca
hubungan antar ada: Merasa perlu untuk menulis
variabel mendapat angka 80 yang diketahui dan yang
dari rata-rata kali ditanyakan
banyak anak Menyadari hubungan antar
memisalkan umur unsur yang diketahui
anak yang tertua, Menyadari rumus yang dibu-
kemudian meng- tuhkan
hubungkan dengan Menyadari kelengkapan in-
umur anak yang lain formasi dari yang diketahui
Merencanakan Pe- Memikirkan cara Menghitung dulu jumlah Setelah dihitung menya- Meyakini langkah yang akan
mecahan Masalah memecahkan ma- seluruhnya dengan dari kalau ada yang keliru, dilakukan sehingga merasa
salah. Menyadari menggunakan rumus sehingga merasa perlu un- mampu untuk langsung
memilih rumus rata-rata tuk mengulang dari awal menghitung (soal 1)
yang digunakan (soal 1) Untuk soal 2 justru nampak
perencanaannya yang bagus,
sehingga arah yang akan di-
tuju jelas dan dapat menger-
jakan dengan mantap
Dapat memilih rumus yang
paling tepat
Menyelesaikan Melaksanakan Setelah menghitung Menyadari pekerjaannya Melakukan perhitungan (soal
Masalah sesuai merasa perlu untuk menyadari ada yang ke- belum benar sehingga 1) dan pembuktian (soal 2)
rencana menghitung dahulu liru, merasa perlu untuk perlu untuk mengulang Memonitor perhitungannya,
mengurutkan dari awal lagi menyadari perhitungannya
(soal 1) Setelah diperbaiki, diu- ada yang salah (soal 1)
Untuk soal 2 membukti- lang lagi, sehingga yakin Dapat memilih dan meng-
kan dengan arah yang je- pekerjaannya sudah benar gunakan rumus dengan tepat
las dan dengan memiih (soal 1) Dapat menghubungkan dari
rumus yang tepat yang diketahui dengan yang
dituju
Mengevaluasi dan Menyadari kalau hi- Merasa perlu untuk Menemukan kalau perhi- Menyadari kalau perlu me-
memeriksa kembali tungannya meragu- mengurutkan dari awal, tungannya ada yang salah neliti kembali pekerjaannya
kan, merencanakan mulai dari yang diketa- Menyadari kalau peker- dengan mengurutkan dari
untuk memeriksa hui, yang ditanyakan, jaan awalnya salah. yang diketahui, yang dita-
kembali hubungan antar bagian Setelah dihitung kembali nyakan, hubungan antar
yang diketahui, meneliti selesai, mengecek kem- variabel yang diketahui dan
perhitungannya bali, ternyata jumlahnya mengecek kembali kebenar-
benar 80. Sehingga yakin annya (soal 1)
kalau pekerjaannya benar Menyadari kalau untuk
mengecek pekerjaannya se-
lain megurut pekejaannya,
juga dengan mencocokkan
hasilnya dengan yang diketa-
hui
Menyadari ada cara lain,
tetapi dapat memilih cara
yang tepat
Panjaitan, Karakteristik Metakognisi Siswa … 23
Langkah Peme-
Perencanaan Pemantauan Evaluasi/Refleksi Karakteristik Metakognisi
cahan Masalah
Merencanakan Memikirkan cara Caranya dengan meng- Menyadari kalau ma- Menyadari langkah-langkah
pemecahan ma- memecahkan ma- gunakan rumus rata-rata, salah ini dihitung dengan yang akan dilakukan,
salah salah. yaitu jumlah seluruhnya menggunakan rumus Memonitor perencanaannya
dibagi banyak anak. rata-rata
Melaksanakan Melaksanakan Melakukan perhitungan Setelah selesai perlu un- Melakukan perhitungan
penyelesaian ma- merasa perlu untuk tuk mengecek kebenaran
salah menghitung dahulu hitungannya
Mengevaluasi dan Menyadari kalau Merasa perlu untuk meng- Setelah selesai, dicek Menyadari kalau perlu me-
meneliti kembali perlu memeriksa urutkan dari awal, mulai kembali, ternyata benar neliti kembali pekerjaannya
kembali dari yang diketahui, yang jumlah umur-umur dengan mengecek kembali
ditanyakan, hubungan mereka 80. Sehingga kebenarannya.
antar bagian yang diketa- yakin kalau peker- Menyadari kalau untuk
hui, meneliti perhitungan- jaannya benar mengecek pekerjaannya
nya dengan mencocokkan hasil-
nya dengan yang diketahui
Siswa dengan tipe rational mempunyai karak- Kedua, dalam memikirkan rencana tindakan, siswa
teristik metakognisi, berikut. Pertama, dalam me- menyadari langkah-langkah yang akan dilakukan
mahami masalah, siswa menyadari bahwa untuk dan memonitor perencanaannya. Ketiga, dalam me-
memecahkan masalah harus memahami apa yang laksanakan rencana tindakan, dilakukan dengan cara
diketahui dan apa yang tidak ditanyakan dengan cara menghitung. Keempat, dalam mengevaluasi dan mene-
membaca, menulis yang diketahui dan yang ditanya- liti kembali, menyadari kalau perlu meneliti kem-
kan, menyadari hubungan antar data yang diketahui, bali pekerjaannya dengan mengecek kebenarannya
dan menyadari kelengkapan data. Kedua, dalam me- dengan mencocokkan hasilnya dengan yang diketahui.
rencanakan pemecahan masalah, siswa menyadari Karakteristik metakognisi siswa tipe artisan
langkah-langkah yang akan dilakukan, menyadari ini sesuai dengan pendapat Keirsey dan Bates
rumus yang dibutuhkan, dan dapat memilih rumus (1984) yang mengatakan bahwa siswa dengan tipe
yang paing tepat. Ketiga, dalam menyelesaikan ma- ini menyukai bentuk kelas yang banyak diskusi dan
salah dilakukan sesuai rencana, siswa melakukan presentasi. Karakteristik tipe ini cenderung ingin me-
perhitungan/pembuktian dengan cermat, sehingga nunjukkan kemampuannya, serta menyukai perubahan,
tidak ada kesalahan hitung, atau kesalahan pem- dan tidak suka terhadap kestabilan. Karakteristik
buktian. Keempat, dalam melakukan evaluasi, siswa metakognisi siswa tipe artisan ini digali dengan ba-
menyadari untuk meneliti kembali pekerjaannya nyak pertanyaan dan siswa memberikan jawaban
dengan mengurutkan dari yang diketahui, yang di- secara rinci. Karakteristik metakognisi siswa tipe
tanyakan, hubungan antar variabel yang diketahui dan artisan ini juga sejalan dengan hasil penelitian De-
mengecek kembali kebenarannya, juga menyadari wiyani (2010) yang mengatakan bahwa siswa tipe
untuk mengecek pekerjaannya dengan mencocok- artisan merupakan siswa yang tidak mudah menye-
kan hasilnya dengan yang diketahui. rah serta dapat dibimbing untuk menuju ke tingkatan
Berdasarkan analisis, karakteristik metakognisi soal yang lebih tinggi, asal pendidik memulainya
siswa tipe rational adalah sesuai dengan pendapat dengan segala sesuatu yang konkrit atau fakta. Lang-
Keirsey dan Bates (1984) bahwa siswa dengan tipe kah yang jelas sangat diperlukan oleh pelajar dengan
ini menyukai cara belajar pemecahan masalah yang tipe ini. Dewiyani (2011) juga mengatakan bahwa
kompleks, suka belajar secara mandiri, mampu me- atribut soft skills yang telah dimiliki siswa artisan
nangkap abstraksi dan materi yang memerlukan in- adalah kemampuan bekerja sama, mempengaruhi
telektualitas yang tinggi. Dengan kemampuan me- teman lain, dan dokumentasi yang baik, sedangkan
nangkap abstraksi yang dimiliki, siswa dengan tipe atribut soft skills yang harus ditingkatkan adalah
rational menyadari bagaimana cara memahami masa- kemampuan berpikir secara analitik, kemampuan
lah, merencanakan dan menyelesaikan serta mere- untuk mengabstraksi permasalahan, dan pengenda-
fleksi hasil yang diperolehnya. Siswa tipe rational lian emosi yang meledak.
sangat kaya akan imaginasi, bekerja berdasar daya Hasil analisis pemecahan masalah matematika
nalar yang tinggi, dan dengan tipe soal yang lebih pada siswa dengan tipe idealist disajikan dalam Ta-
abstrak akan semakin menantang bagi siswa dengan bel 5.
tipe ini. Hal ini sejalan juga dengan hasil penelitian Siswa dengan tipe idealist mempunyai karak-
Dewiyani (2011) bahwa siswa rational memiliki teristik metakognisi berikut. Pertama, dalam mema-
atribut soft skills yang mampu berpikir sintesis, teliti, hami masalah, siswa menyadari bahwa untuk meme-
bijaksana, dan konsisten. Sedangkan atribut Soft skills cahkan masalah harus memahami apa yang diketahui
yang harus ditingkatkan adalah kemampuan mene- dan apa yang ditanyakan dengan cara membaca,
rima pendapat orang lain, kemampuan bekerja sama merasa perlu untuk menulis yang diketahui, menya-
pada sebuah kelompok, dan kemampuan bergaul se- dari hubungan antar data yang diketahui dan menin-
cara sosial. jau kembali kebenaran hubungan antar data-data yang
Hasil analisis pemecahan masalah matematika ada, ternyata terjadi kesalahan, sehingga subjek perlu
pada siswa dengan tipe artisan disajikan dalam Ta- membaca ulang. Kedua, dalam merencanakan pe-
bel 4. mecahan masalah, siswa menyadari langkah-langkah
Siswa dengan tipe artisan mempunyai karak- yang akan dilakukan, memonitor perencanaannya,
teristik metakognisi, berikut. Pertama dalam me- dan ternyata informasi yang ditulis tidak benar (soal
mahami masalah, siswa menyadari bahwa untuk 1). Selanjutnya, subjek menyadari membutuhkan
memecahkan masalah harus memahami apa yang rumus-rumus sehingga perlu menuliskan rumus-rumus
diketahui dan apa yang ditanyakan dengan cara mem- yang mungkin berguna. Ketiga, dalam melaksanakan
baca, merasa perlu untuk menulis yang diketahui pemecahan masalah subjek melakukan perhitungan,
dan menyadari hubungan antar data yang diketahui. menyadari kelemahannya di bidang trigonometri,
Panjaitan, Karakteristik Metakognisi Siswa … 27
dan untuk soal nomor 1 dilakukan dengan tergesa- data yang diketahui dengan yang dituju, namun kurang
gesa, sehingga ketidaktepatan dalam menterjemah- teliti dalam melaksanakannya. Dalam melakukan eva-
kan soal. Tampak perencanaan kurang matang, se- luasi, yang bersangkutan dengan segera menyadari
hingga setelah melangkah, ada kesalahan, namun kalau cara yang digunakannya tidak tepat, sehingga
segera menyadari kesalahannya. Keempat, dalam membaca ulang secara lebih teliti dan segera menger-
melakukan peninjauan kembali, subyek menyadari jakannya dengan cara yang lebih cermat.
bahwa untuk melihat kebenaran pekerjaannya, dia Siswa dengan tipe rational mampu bekerja cepat
menghubungkan dengan apa yang diketahui. Selain dan dapat menggunakan strategi metakognisi dengan
itu, dalam melakukan evaluasi siswa menyadari kalau baik sehingga dapat memecahkan tugas secara sis-
perlu meneliti kembali pekerjaan, mengecek ulang tematis. Dalam memecahkan masalah matematika,
kebenaran, mencocokkan hasil kerja dengan meng- yang bersangkutan membaca dengan cermat, untuk
gunakan penyelesaian alternatif lainnya. mengetahui mengenai yang diketahui, yang ditanya-
Pada saat mengerjakan masalah trigonometri kan, dan segera memecahkan permasalahannya. Siswa
yang bukan soal cerita, siswa tipe idealist menya- dengan tipe rational pada umumnya mempunyai
dari betul, bahwa dia merasa tidak pandai dalam pengetahuan metakognitif, mengerti hubungan antara
bidang trigonometri. Namun demikian, yang bersang- data dalam permasalahan, menghubungkan antara
kutan mengetahui penyebabnya, yakni pada waktu pengetahuan awal dan masalah yang dihadapi, tahu
awal diajar trigonometri tidak sungguh-sungguh bela- ke arah mana harus melangkah, sehingga dapat
jar, sehingga tidak menguasai pengetahuan dasarnya, membuat perencanaan dengan baik. Siswa dengan
dan setiap menghadapi soal trigonometri sudah merasa sadar meneliti kembali untuk melihat ketepatan hasil
bingung. Untuk mengatasinya, pada saat dihadapkan penyelesaiannya. Siswa tipe rational dapat mencari
pada masalah trigonometri, dia merasa perlu meng- dan mengenali berbagai kombinasi cara, dapat memilih
ingat-ingat rumus yang berkaitan, bahkan menulisnya, cara pemecahan masalah dengan langkah-langkah
sehingga dapat memilih rumus yang paling tepat. yang paling singkat, bertanya pada diri sendiri, dan
Namun sayangnya, karena sering tergesa-gesa, banyak mencoba mengklarifikasi pendapatnya.
melakukan kesalahan. Siswa dengan tipe artisan dalam memahami
Karakteristik metakognisi siswa tipe idealist permasalahan matematika dapat menghubungkan data
ini sesuai dengan pendapat Keirsey dan Bates (1984) atau informasi yang terdapat pada soal. Dalam mem-
bahwa siswa dengan tipe ini lebih menyukai menye-
buat perencanaan, dapat menghubungkan antara yang
lesaikan tugas melalui diskusi kelompok, menyukai
diketahui dan yang tidak diketahui dengan baik, me-
membaca dan menulis sehingga lebih cocok jika
ngetahui rumus-rumus yang diperlukan, dapat memilih
diberi tes berbentuk uraian atau soal cerita. Karak-
rumus yang paling sesuai sehingga langkah-langkah
teristik metakognisi siswa tipe idealist ini juga sejalan
yang dilakukannya sistematis, dan mendapatkan lang-
dengan pendapat Dewiyani (2010) yang mengatakan
kah yang paling ringkas. Siswa menyadari adanya
bahwa siswa tipe idealist cenderung dapat melihat
suatu masalah dengan sudut pandang yang luas, dan hubungan dari yang diketahui dan arah yang akan
tidak hanya terpaku pada masalah yang dihadapi. dituju, menyadari terdapat beberapa langkah yang
Selanjutnya Dewiyani (2011) mengatakan bahwa dapat digunakan, dan dengan sadar memilih cara yang
atribut soft skills yang dimiliki siswa tipe idealist paling singkat. Dalam menyelesaikan masalah, mampu
adalah daya juang dan kreativitas, sedangkan atribut mengerjakannya sesuai perencanaan yang matang,
soft skills yang harus ditingkatkan adalah kemam- dan dalam melakukan evaluasi, yang bersangkutan
puan bertoleransi. memeriksa kembali hasil pekerjaannya.
Siswa dengan tipe Idealist memahami masalah
secara tergesa-gesa sehingga salah dalam mener-
SIMPULAN
jemahkan atau memaknai soal. Yang bersangkutan
Terdapat empat tipe kepribadian siswa yang melakukan perencanaan secara kurang matang se-
dapat dipergunakan sebagai dasar untuk melihat ka- hingga setelah melangkah, terdapat kesalahan, namun
rakteristik metakognisi dalam pemecahan permasa- dengan segera menyadari akan kesalahannya. Dalam
lahan matematika. Siswa dengan tipe guardian dalam menyelesaikan masalah nampak agak tergesa-gesa
memahami masalah merasa perlu untuk menulis yang sehingga melakukan kesalahan. Dalam melakukan
diketahui, mengetahui hubungan antar data, namun peninjauan kembali, siswa menyadari bahwa untuk
tidak dapat merumuskan yang ditanyakan. Dalam melihat kebenaran hasil pekerjaannya, yang bersang-
melakukan perencanaan, yang bersangkutan dapat kutan menghubungkan antara hasil yang diperoleh
melakukannya dengan baik, dapat menghubungkan dan apa yang diketahuinya.
28 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 21, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 19-28
DAFTAR RUJUKAN
Dewiyani, M., J. 2010. Profil Proses Berpikir Mahasiswa Keirsey, D. & Bates, M. 1984. Please Understand Me.
dalam Memecahkan Masalah Matematika ber- California: Promotheus Nemesis Book Copmany.
dasar Penggolongan Tipe Kepribadian dan Gen- Matlin, M. W. 1994. Cognition. Fort Worth: Hartcourt
der. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPS Brace College Publisher.
Universitas Negeri Surabaya. Miles, M. B. & Huberman, M. A. 1994. Qualitatif Data
Dewiyani, M., J. 2011. Meningkatkan Soft Skills Mahasis- Analysis. (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi).
wa melalui Pemahaman Proses Berpikir dalam Jakarta: UI Press.
Memecahan Masalah Matematika Berdasar Tipe McLoughlin, C. & Hollingworth, R. 2003. Exploring a
Kepribadian. Prosiding Seminar Nasional Peneli- Hidden Dimension of Online Quality: Metacog-
tian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas nitive Skill Development, 16th ODLAA Biennial
MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011. Forum Conference Proceedings. www.signadou,
Flavell. 1976. Metacognition and Cognitive Monitoring. acu.edu.au. Diakses tanggal 20 Pebruari 2014.
Boston: Allyn Bacon. Polya, G. 1973. How To solve It. (2nd ed.). Princeton, NJ:
Gillian Van Heerden. 2005. The Relationship Between the Princeton University Press.
Cognitive Process Profile (CPP) and the Myers- Schoenfeld, A. H. 1992. Learning to think mathematically:
Briggs Type Inventory (MBTI), the requierement Problem solving, metacognition, and sense-making
for the degree of Master of Arts, in the subject in mathematics. In D. Grouws (Ed.), Handbook
Industrial and Organisational Psychology at the for Research on Mathematics Teaching and Learn-
University of South Africa, Pretoria, http://hdl. ing (pp. 334-370). New York : MacMillan.
handle.net/10500/1539. Diakses tanggal 20 Pe- Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indone-
bruari 2014. sia: Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harap-
Jessee, S.A.; O’Neill, P.N.; & Dosch, R.O. 2006. Match- an Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pen-
ing Student Personality Types and Learning Pref- didikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
erences to Teaching Methodologies. Journal of Zhang, L. F. 2002. Thinking Styles and the Big Five Per-
Dental Education. 70 (6): 644-651. sonality Traits. Educational Psychology. 22 (1).