Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIK KLINIK MENEJEMEN KEPERAWATAN

ANALISA PERAN KEPALA RUANGAN, KETUA TIM


DAN PERAWAT PELAKSANA
DI LANTAI 6 SELATAN RUMAH SAKIT FATMAWATI

Disusun Oleh:

Apitri

1606955164

FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN PROGRAM
PROFESI NERS
2019
1. Latar Belakang

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan terutama di rumah sakit


dirasakan sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada harus bersifat
kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam
pelaksanaannya. Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan
prioritas utama dalam pengembangan. Hal ini bekaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan
global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.

Menurut Gilles (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika WidyaSukmana (1996),
manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain, sedangkan managemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajer
keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasian, memimpin, dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif
dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat.

Selama berpraktek di lantai 6 selatan gedung teratai. Ruang rawat tersebut terdiri dari 2 ruang
sayap utama yaitu sayap 1 untuk kasus neurologi dan kardiologi dan sayap 2 untuk kasus
penyakit dalam, 1 ruang untuk pemisah bagi pasien yang gelisah atau perlu sendiri,. Mengingat
ruang tersebut adalah ruang penyakit dalam, sehingga sangat perlu dilakukan pengendalian
infeksi silang yang baik untuk diterapkan di rumah sakit. semua perawat sudah harus
mengetahui dan menerapkan pengontrolan infeksi.

Model asuhan keperawatan profesional yang saat ini sedang dilaksanakan di ruang ruang rawat
gedung teratai lantai 6 selatan RSUP Fatmawati adalah model asuhan keperawatan profesional
dengan menggunakan metode tim. Kelebihan dari metode ini adalah memungkinkan pelayanan
keperawatan menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, serta memungkinkan
komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota
tim. Namun kelemahan dari metode ini adalah komunikasi antar anggota tim terbentuk
terutama dalam bentuk konferensi tim,yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk (Nursalam,2008).
2. Tujuan Umum

Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis dan memberikan
rekomendasi terhadap pelaksanaan fungsi organizing (pengorganisasian) di ruang rawat
lantai 6 selatan Rumah sakit Fatmawati

2.1 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari laporan ini adalah sebagai berikut:

1. untuk mengidentifikasi struktur pengorganisasian di ruang rawat lantai 6 selatan


2. untuk mengidentifikasi peran dan tugas perawat di ruang rawat lantai 6 selatan
3. untuk mengidentifikasi metode penugasan yang diterapkan di ruang rawat lantai
6 selatan
4. untuk menganalisis dan memberikan rekomendasi terhadap struktur organisasi,
metode penugasan, dan peran serta tugas perawat di ruang rawat lantai 6 selatan

3. Hasil identifikasi peran dan fungsi manajemen


1. Pengorganisasian

Secara umum, struktur organisasi ada 2 yaitu formal dan informal. Karakteristik
organisasi formal yaitu 1) biasanya direncanakan dan dipublikasikan; 2) melalui
pembagian departemen dan pembagian kerja, memberikan suatu kerangka kerja untuk
menjelaskan kewenangan, tanggung jawab, dan tanggung gugat manajerial; 3) Peran
dan fungsi ditetapkan dengan jelas serta diatur secara sistematis; 4) orang yang berbeda
memiliki peran yang berbeda dan peringkat serta hierarki menjadi jelas. Berkebalikkan
dengan stuktur formal, struktur informal memiliki ciri yaitu 1) tidak direncanakan dan
sering kali tidak di publikasikan; 2) biasanya bersifat sosial; 3) garis kewenangan dan
tanggungjawab yang tidak jelas (Marquis & Huston, 2012). Menurut Marquis & Huston
tahun 2012 Pengorganisasian merupakan suatu prosedur yang diuraikan, persiapan
peralatan, dan tugas-tugas yang diberikan.
2. Metode Penugasan

Metode penugasaan dalam manajemen keperawatan terdiri atas total patient care,
metode fungsional, manajemen kasus, tim, dan primary nursing. Pada metode total
patient care, perawat memiliki tanggung jawab untuk bertugas memenuhi semua
kebutuhan klien (Marquis & Huston, 2012). Metode fungsional (task-nursing), perawat
berfokus pada tugas yang diberikan atau ditanggung jawabkan kepadanya (Weiss &
Tappen, 2015). Manajemen kasus menurut Case Management Society of America
(CMSA) merupakan “suatu proses kolaborasi terkait pengkajian, perencanaan, fasilitas
dan advokasi untuk mendapatkan pilihan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan
kesehatan individu melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia demi
mendukung kualitas pembayaran yang efektif” (CMSA, 2008 – 2009, para 59)
(Marquis & Huston, 2012). Metode penugasan PN merupakan pengorganisasian
pelayanan perawat dengan mengelompokan 6 lebih perawat dan dua perawat (Marquis
& Huston, 2012). Dalam primary nursing, perawat primer bertanggung jawab 24 jam
untuk perencanaan perawatan satu atau lebih pasien dari masuk atau awal pengobatan
sampai akhir pengobatan.

3. Peran dan Tugas Perawat


Peran dan tugas perawat dalam manajemen asuhan keperawatan meliputi interpersonal,
informasional, dan decisional. Peran merupakan sesuatu yang dilakukan yang
tergantung pada posisi dalam manajemen karena berkaitan langsung dengan adanya
wewenang dan status (Marquis & Huston, 2012). Klasifikasi peran manajerial menurut
Mintzberg dalam bukuWhitehead, Weiss &Tappen (2010) meliputi peran
interpersonal, peran informasional, dan peran Desicion Maker. Peran interpersonal
terdiri dari Figurehead role, leader role, liaison role. Peran informasional terdiri dari
monitor role, disseminator role, dan spokersman. Dan peran Desicion Maker, terdiri
dari enterpreuner, problem solver, resource allocation, negotiator.

Karu dengan kompetensi terkait MPKP dan Manajemen Bangsal Khusus. Karu
bertugas sebagai Manager of Services (MOS) di ruangan tersebut sedangkan PJPP
bertanggung jawab terhadap pelayanan. 2 orang PN sebagai penanggung jawab asuhan
keperawatan
ANALISA DATA

Dari hasil wawancara dan observasi yang kelompok kami lakukan di ruangan Lantai 6 selatan
RS Fatmawati, didapatkan data berikut:

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi yang di terapkan di ruang tersebut berbentuk Line structures /


Bureaucratic organizational design. Dimana gambaran struktur tersebut dipajang di ruang
perawat. Struktur organisasi yang terbentuk sebagai berikut

Kepala instalasi

Kepala ruangan PJPP

PN 1 PN 2

PA PA PA PA PA PA

Struktur organisasi tersebut merupakan ketentuan dari RS Fatmawati. Alur komando


diruangan lantai 6 selatan adalah sebagai berikut dari kepala instalasi ke kepala ruangan
atau PJPP ( Penanggung Jawab Pelayanan Pasien) dan kepala ruangan/PJPP akan
menyampaikan ke PN 1 dan PN 2 , lalu masing-masing PN akan berkordinasi dengan
perawat pelakasana. Meskipun begitu, untuk informasi kepala ruangan dan PJPP akan
menyampaikan langsung di satu waktu, misal saat mentoring atau di sela-sela timbang
terima. Selain itu, laporan seperti hambatan atau komplain bisa di sampaikan langsung dari
perawat pelaksana ke kepala ruangan/PJPP. Serta bila ada kesalahan kepala ruangan juga
dapat langsung memberi sanksi pada perawat pelaksana. Kordinasi yang dilakukan di
ruangan Lantai 6 selatan melalui laporan tertulis seperti buku laporan ataupun melalui
media sosial seperti grup whatshap, dan laporan melalui lisan.
2. Peran perawat

Peran perawat di ruang Lantai 6 selatan RS Fatmawati adalah sebagai pelaksana,


pendidik, penangguang jawab dan pengelola. Namun tidak ada staf perawat yang
memiliki tugas khusus sebagai pendidik maupun pengelola karena pendidikan
kesehatan dapat diberikan sewaktu-waktu saat dirasa pasien/keluarga pasien
membutuhkan informasi. Selain itu, peran spesifik seperti 1) peran interpersonal yang
terdiri dari Figurehead Role yang di wakili dengan kepala ruangan, lalu leader role
dan liaison role yang dapat di wakili PJPP atau PN. Lalu 2) peran informasional yaitu
monitor role, disseminator role, spokesman role yang mana dapat dilakukan oleh semua
staf perawat di ruangan. Serta 3) problem solver yang mana peran ini dipegang oleh
kepala ruangan PJPP dan PN jika masalah yang ada masih dapat diselesaikan secara
internal, dan selanjutnya bisa bertahap diproses ke bidang instalasi jika kepala ruangan
dan PJPP belum dapat menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah. Perawat di
ruang tersebut memecahkan masalah secara bersama dan terkordinasi. Masalah akan
terlebih dahulu diselesaikan secara internal dengan diskusi pada pihak terkait, sehingga
mendapat informasi yang jelas lalu akan di kenakan sanksi teguran sampai penurunan
IKI (Indeks Kinerja Individu) . Dan bila sampai menimbulkan masalah dipelayanan
kesehatan atau sampai melakukan sebanyak 3 kali maka perawat yang terkait akan di
minta untuk membuat surat penyataan, yang nantinya bisa di sampaikan ke instalasi;
Resource Allocation. Beberapa aturan di sepakati dan di bentuk oleh perawat-perawat
di ruang tersebut seperti menentukan jadwal, serta negosiasi jika merasa ditemukan
terdapat kesalahpahaman antara perawat di ruangan dengan dokter yang menangani
pasien di ruangan lantai 6 selatan.perbedaan tugas yang mencolok antara kepala
ruangan dengan PJPP adalah dalam kesehariannya kepala ruangan mengelola/
mengurusi masalah SDM seerta penunjang di lantai 6 selatan sedangkan PJPP lebih
berperan pada pelayanan kepada pasien sepeti contohnya adalah mengatur keluar
masuknya pasien serta mengatur regulasi rawat inap sesuai dengan clinical pathway
yang berlaku untuk mencegah terjadinya perpanjangan rawat (LOS) serta tugas lain
yang meyangkut tentang pelayanan.
3. Metode penugasan

Metode yang dipakai yaitu metode PN. Hal ini dikarenakan metode tersebut lebih
efektif untuk menangani pasien yang banyak, disamping SDM di ruangan terbatas.
Tim di ruangan Lantai 6 selatandibagi menjadi 2 yaitu PN 1 yang terdiri dari 20 pasien
dengan kasus IPD (penyakit dalam) dan PN 2 yang menangani 22 pasien dengan
kasus cardiologi dan neurologis. Namun, Meskipun begitu, selalu ada satu perawat
yang meng-handle satu intervensi untuk semua pasien, contohnya persiapan dan
pemberian obat serta perawat yang lainnya melakukan pencatatan tentang tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan termasuk hasil pemeriksaan dokter terhadap
pasien. Jika dikaitkan dengan teori yang ada, metode tersebut lebih sesuai sebagai
metode fungsional. saat timbang terima penyampaian laporan pasien dilaporkan oleh
PN, bukan perawat pelakasan yang bertangggung jawab terhadap pasien. Sehingga
kurang terlihat peran metode PN di sini.

4. Rekomendasi

Cara demokrasi yang diterapkan kepala ruangan sangat baik, karena dengan cara
seperti itu informasi dari kepala ruangan langsung jelas tersampaikan pada semua staf
perawat ruangan, sehingga setiap perawat mendapat pemahaman yang sama. Hanya
saja sikap seperti itu bisa mengganggu/menghambat peran dari struktur lain,
contohnya peran PJPP dan PN. Dengan sikap seperti itu, peran PN yang mana sebagai
jembatan antara perawat pelaksana dengan kepala ruangan menjadi sebatas formalitas
atau label. Oleh karena itu, sebaiknya kepala ruangan memberikan kepercayaan
kepada PN untuk melakukan perannya, dan dia mengawasi serta memperbaiki bila
ada kesalahpahaman. Tapi, pada kondisi tertentu koordinasi langsung antara kepala
ruangan dengan seluruh staf perawat ruangan juga diperlukan. Selanjutnya terkait
metode penugasan yang diterapkan di ruangan, pre dan post converence serta timbang
terima di ruangan sudah terlihat. Selain itu, jika memang semua perawat dapat
melakukan semua tindakan keperawatan akan lebih baik jika setiap perawat yang
bertanggungjawab pada masing-masing pasien harus diikut sertakan saat pemberian
obat.
KESIMPULAN
Ruang rawat Lantai 6 selatan sudah memiliki struktur organisasi jelas yaitu berbentuk Line
structures / Bureaucratic organizational design. Dilihat dengan alur komando yang sudah
sesuai dengan struktur yang terbentuk. Selain itu, sebagian besar perawat di ruangan Lantai
6 selatan sudah melakukan perannya sebagaimana yang tercantum di teori, baik peran
secara umum maupun secara spesifik. Dan metode penugasan PN yang di terapkan sudah
sesuai dengan kondisi ruangan, dimana ada dua ruangan yang ditangani. Namun penerapan
nya sendiri pun belum terlaksanan sesuai teori. System penugasan menggunakan metode
PN yang dimodifikasi dan dalam prakteknya juga terdapat cara kerja perawat fungsional.
Pengarahan yang diterapkan di lantai 6 selatan RSUP Fatmawati sudah baik. Pengarahan
dengan tipe kepemimpinan demokratis dilakukan oleh kepala ruagan dan PJPP.Gaya
kepemimpinan demokratis sangat efektif untuk kepemimpinan yang baik. Hal ini
disebabkan Kepala ruang selalu memberikan kesempatan untuk mengaspirasikan
pemikiran staffnya dalam mencapai tujuan bersama. Sehingga, tidak ada pengambilan
keputusan yang berdasarkan ego dari pemimpin ruangannya.
SARAN
Tenaga staf keperawatan yang berada di ruangan lantai 6 selatan mengalami kekurangan
tenaga. Sehingga Beban kerja perawat berlebih perawat rentan mengalami kelelahan dan
beresiko sakit, hal ini dapat menurunkan produktivitas kerja. Oleh karena itu
dibutuhkannya segera tambahan tenaga keperawatan perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan lebih excellent agar visi dan misi rumah sakit tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Marquis, B & Huston. (2012). Leadership roles and management function in nursing.
Philadelphia: Lippincott Company.
Swansburg, Russel. (2016). Introductory management and leadership for nurses. Singapore:
Jones and Bartlett Publisher.
Robbins,S.R.,&Judge,A.T (2017).Organizational havior.17th ed.USA: Pearson

Anda mungkin juga menyukai