HENNI BARUS
0806333953
i
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat
dan kasihNya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulisan
karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
profesi sampai pada penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulis ntuk
u
menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.d selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Hanny Handiyani, S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Ns. Aat Djanatunnisah, S.Kep selaku pembimbing lahan praktik yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis selama
praktik di rumah sakit.
4. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku koordinator mata ajar tugas karya ilmiah
akhir ners yang telah memberikan arahan dan dukungannya dalam penyus
unan
karya tulis ilmiah ini.
5. Mamak, Rizky Ayub Ginting, dan keluarga Abang Maju, Abang Suria, bang
A
Herman, dan Abang Samiyon atas doa dan dukungan materi maupun moril
kepada Henni.
man-
6. Teman-teman sebimbingan Agnes Sebayang, teman-teman sekosan, dan te
teman angkatan 2008 atas semangat dan dukungannya.
7. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
vii
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xii
BAB 5 PENUTUP....................................................................................................... 41
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 41
5.2 Saran................................................................................................................. 42
1
0
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny.IA di Jakarta 14 Mei 2013 ................ 21
Tabel 4.3 Balance Cairan pada Klien Ny.IA di Jakarta Tahun 2013 ........................... 34
1
1
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
xii
ngat
Minuman yang mengandung pemanis buatan atau disebut dengan fruktosa sa
mpir
mudah didapatkan di daerah perkotaan. Konsumsi fruktosa meningkat tajam ha
rom
2000% selama tiga dekade terakhir dan sejajar dengan epidemik obesitas, sind
ntara
metabolik, hipertensi, dan gagal ginjal kronis (Bakris & Bomback, 2011). Seme
kkan
studi cross sectional yang dilakukan oleh the Nurse Healthy Study menunju
alam
hubungan antara peningkatan asupan soda gula dan penyakit ginjal lazim d
yakit
bentuk serum kreatinin dan mikroalbuminuria. Kondisi ini menyebabkan pen
akin
gagal ginjal di berbagai negara, baik di negara maju maupun berkembang sem
bang
meningkat pula prevalensinya. Prevalensi penyakit gagal ginjal di negara berkem
diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan tingkat penderita gagal
ginjal kronis cukup tinggi. Penyakit gagal ginjal kronis menempati urutan keenam
penyebab kematian klien yang di rawat di rumah sakit Indonesia (Depkes, 2006). Di
Indonesia prevalensi penderita gagal ginjal adalah 12,5% atau 18 juta orang dewasa
1 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
2
mengalami penyakit tidak menular ini pada tahun 2009. Data Pernefri tahun 2004,
penderita gagal ginjal kronis di Indonesia diperkirakan mencapai 70.000 orang. Data
Instalasi Rekam Medik RSUP Fatmawati (2011) menunjukkan bahwa ada sebanyak
1629 penderita gagal ginjal kronis. Tingginya prevalensi penyakit gagal ginjal kronis
di Indonesia maka sekitar 4000 sampai 5000 penderita gagal ginjal kronis menjalani
terapi cuci darah/ hemodialisis.
Terapi hemodialis merupakan salah satu terapi yang dapat diberikan bagi penderita
gagal ginjal kronis dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita.
Callghan (2007) mengatakan bahwa terapi hemodialisis merupakan suatu teknologi
tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lainnya melalui membrane semi permeable sebagai
pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi,
osmosis, dan ultra filtrasi. Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa hemodialisis
merupakan suatu proses yang digunakan pada klien dalam keadaan sakit akut dan
memerlukan terapi dialisis atau klien dengan penyakit ginjal stadium terminal (End
Stage Renal Disease) yang membutuhkan terapi jangka panjang atau permanen.
Meskipun klien gagal ginjal kronis telah melakukan terapi hemodialisis sebagai
pengganti kerja ginjal, klien harus dapat menerapkan diet ketat cairan.
Pembatasan asupan cairan merupakan hal yang esensial yang harus dilakukan klien
dengan gagal ginjal kronis. Asupan cairan yang berlebih dapat mengakibatkan
kenaikan berat badan melebihi 5 %, edema, ronkhi basah pada paru, edema perio
bital,
dan sesak napas yang diakibatkan oleh kelebihan volume cairan dan gejala ur emik
(Smeltzer & Bare, 2002). Hasil penelitian Headly (2007) menunjukkan bahwa klien
dengan gagal ginjal kronis sangat berisiko mengalami edema paru jika tidak patuh
terhadap pembatasan cairan meskipun menjalani dialysis dan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya gagal jantung. Dari penjelasan tersebut maka klien gagal
ginjal harus mampu melakukan diet cairan agar tidak terjadi komplikasi penyakit
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
3
lainnya. Akan tetapi, masih banyak klien yang tidak patuh terhadap pembatasan
asupan cairan tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
4
Penulisan karya ilmiah ini ditujukan untuk melihat keberhasilan dari pemberian
edukasi secara rutin dan berkelanjutan terkait interdialytic weight gain pada klien
gagal ginjal kronis dengan hemodialisis. Dengan dilaksanakannya manajemen cairan
yang optimal maka interdialytic weight gain diharapakan dapat diminimalisir atau
bahkan tidak terjadi sehingga klien terhindar dari komplikasi yang dapat ditimbulkan.
Kondisi ini akan meningkatkan kualitas hidup klien gagal ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisis.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
5
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
9
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
11
Dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis terjadi setelah adanya penyakit yang
dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan glomerulus. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya hambatan perfusi pada parenkim ginjal (nefrosklerosis) dan
pada akhirnya nefron akan nekrotik dan terbentuk jaringan parut irreversible.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
12
Terjadinya peningkatan kerusakan pada nefron maka beban kerja ginjal akan semakin
meningkat sehingga akan mengakibatkan retensi cairan, uremia, dan terganggunya
keseimbangan elektrolit akibat terjadinya dieresis osmotik.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
13
2.3 Hemodialisis
2.3.1 Definisi hemodialisis
Hemodialisis adalah tindakan untuk mengangkut zat-sat nitrogen yang toksikdan
cairan yang berlebih dari dalam tubuh. Menurut Smeltzer & Bare (2002),
hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada klien dalam keadaan sakit
akutdan memerlukan terapi dialysis atau klien dengan penyakit ginjal stadium
terminal (End Stage Renal Disease) yang membutuhkan terpai jangka panjang atau
permanen. Thomas (2003) menyatakan hemodialisis merupakan suatu cara untuk
mengeluarkan produk sisa metabolisme berupa larutan (ureum dan kreatinin) dan air
yang ada pada darah melalui mempran semipermeabel atau yang disebut dengan
dialyzer.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
14
Ada beberapa syarat klien diindikasikan menjalani terapi hemodialisis. Price dan
Wilson (2006) menerangkan bahwa hemodialisis biasanya dapat dimulai jika k adar
kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria, 4 mg/100 ml pada wanita dan
glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit. Perhimpunan Nefrologi
Indonesia (2004) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) ku rang
dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi
dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis,
BUN serum > 40 mmol/l atau >120 mg %, kreatinin serum >90 mmol/l atau 10 mg%.
Pada klien dengan gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis,
hemoglobin dan hematokrit biasanya rendah, tetapi ditoleransi, contoh pasien tidak
menunjukkan gejala Hb di bawah 7 (Dongoes, 1993). Hematokrit yang di toleransi
untuk klien gagal ginjal kronis adalah berkisar 20-30 % (Pederson, 1996).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
15
sampai kejang dan koma. Nyeri kepala selama dialysis dapat disebabkan oleh efek
vasodilator asetat. Gatal selama atau sesudah hemodialisis dapat merupakan gatal
pada gagal ginjal kronis yang dieksaserbasi oleh pelepasan histamine akibat reaksi
alergi yang ringan terhadap membrane dialisi (Callaghan, 2007).
Pajanan darah ke membran dialisis dapat menyebabkan respon alergi yang lebih luas.
Kram yang terjadi pada dialysis mungkin mencerminkan pergerakan elektrolit
melewati membrane otot. Hipoksemia selama dialysis dapat mencermi nkan
hipoventilasi yang disebabkan oleh pengeluaran bikarbonat atau pembentukan pirau
dalam paru akibat perubahan vasomotor yang diinduksi oleh zat yang diaktivasi oleh
mebran dialysis.
Infeksi sistemik dapat ditimbulkan pada lokasi akses atau di dapat dari sirkuit
dialysis. Transmisi infeksi yang ditularkan melalui darah seperti hepatitis dan HIV
merupakan bahaya potensial. Senyawa pengikat fosfat yang mengandung aluminium
dan kontaminasi aluminium dari cairan dialisat dapat menyebabkan toksisitas
aluminium dengan demensia, mioklonus, kejang, dan penyakit tulang. Keadaan
tersebut membaik dengan pemberian deferoksamin (Callaghan, 2007).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
16
rasa haus, self efficacy, maupun faktor eksternal yaitu dukungan keluarga dan sosial
serta jumlah intake cairan.
Berat badan kering (dry weight) merupakan berat badan yang dirasakan subektif enak
oleh klien. Data objektifnya adalah tidak adanya edema, peningkatan vena jugularis,
ronkhi tidak ada, dan pada saat dilakukan penarikan cairan tidak terjadi hipotensi,
kram, dan muntah (Cahyaningsih, 2009). Pengukuran berat badan kering seperti
pengukuran berat badan ideal, yakni= (TB-100)-10% dimana kondisi klien
normotensive, tidak mengalami kelebihan cairan atau dehidrasi. Berat badan ideal ini
harus dicapai oleh klien di akhir dialysis (Cahyaningsih, 2009).
Asupan yang kurang optimal dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi dan perburukan
ginjal. Aturan umum asupan cairan adalah keluaran urine dalam 24 jam+500 ml
mencerminkan kehilangan cairan yang disadari. Asupan cairan harus diatur
sedemikian rupa untuk mencapai keseimbangan cairan (Wilson & Price, 20 06).
Intake cairan dan output cairan harus seimbang pada klien gagal ginjal kronis, baik
lewat urin maupun yang keluar tanpa disadari yaitu insensible water lose (IWL). Jika
intake cairan tidak dibatasi dan klien minum berlebih untuk mengatasi rasa hau snya
maka cairan tubuh akan meningkat (Guyton, 2007). Rasa haus merupakan respon
tubuh yang wajar dialami oleh klien gagal ginjal.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
17
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
18
Kebanyakan individu menjaga kestabilan berat badannya dari ke hari dan dapat
diasumsikan bahwa cairan tubuh juga harus stabil (Large, 2005). Intake cairan harus
seimbang dengan cairan yang hilang. Cairan tubuh terdiri dari air dan plasma, dan air
tidak hanya hilang melalui urin, akan tetapi melalui cara yang sulit diukur seperti
evaporasi melalui kulit dan paru-paru (Pilsworth, 2008). Hal ini disebut dengan
Insessible Water Loss (IWL) sebab individu tidak menyadari kondisi tersebut (Barne
et al, 2005). Pada individu yang sehat, jumlah asupan cairan dan jumlah cairan yang
hilang biasanya seimbang. Akan tetapi, pada pasien yang sakit maka keseimbangan
cairan akan mengalami gangguan.
Keseimbangan cairan dapat terganggu oleh suatu penyakit. Kelebihan cairan biasanya
iatrogenik dan umumnya terjadi pada pasien gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit
hati (Large, 2005). Edema terlihat ketika cairan interstisial meningkat. Jika ginjal
gagal dan tidak mampu mengekskresikan cairan yang cukup maka overload cairan
dapat terjadi (Pilsworth, 2008). Gagal ginjal kronis merupakan irreversible dan
dialisis merupakan tindakan yang tepat ketika pasien mengalami gejala kelebihan
volume cairan atau mengalami penumpukan elektrolit dan sampah metabolisme.
Akan tetapi, pengkajian status hidrasi klien harus dilakukan meskipun kita telah
mengetahui penyebab edema pasien adalah karena perjalanan sebuah penyakit.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
19
Pengkajian status hidrasi terdiri dari tiga komponen penting yaitu pengkajian klinis,
pemantauan grafik balance cairan, dan pemantauan hasil laboratorium darah.
Pengkajian klinis yang dilakukan oleh perawat adalah menanyakan pasien apakah
merasa haus atau tidak. Kemudian perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital
seperti tekanan darah dan nasi. Perawat harus mengkaji kekuatan, kecepatan, dan
keteraturan denyut nadi pasien secara manual (Pilsworth, 2008). Capillary refill time
(CRT) diukur untuk mengetahui volume intravaskuler (Large, 2005) dimana
normalnya adalah < 2 detik (Resuscitation Council (UK), 2006). Elastisitas kulit
(turgor kulit) menunjukkan status cairan pasien. Jumlah produksi urin individu
bervariasi tergantung intake cairan (Waugh & Grant, 2006). Jika pasien mengalami
kelebihan volume cairan maka ginjal harus mengekskresikan cairan untuk
menormalisasikan keseimbangan cairan dan urin akan tampak lebih terang.
Komponen pengkajian yang kedua yang penting dilakukan adalah membuat g rafik
keseimbangan cairan. Tujuan dari grafik balance cairan ini adalah untuk men jaga
keakuratan asupan dan haluaran cairan dan untuk memantau adanya defisit cairan.
Sisi grafik asupan cairan dicatat secara hati-hati semua asupan cairan seperti minum,
enteral feeding, cairan intravena, antibiotik, dan cairan yang diberikan dengan
medikasi. Sisi grafik output cairan dicatat semua cairan yang hilang: nasogastric
tubes, drainase, muntah, BAB, dan urine (Pilsworth, 2008).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Riwayat penyakit sekarang: klien datang dengan keluhan sesak napas sejak kurang
lebih dua hari sebelum masuk rumah sakit, sesak napas tidak disertai dengan s uara
napas “ngik”. Sesak napas dirasakan klien setelah beraktivitas. Klien mengat akan
pernah terbangun dari tidur akibat sesak napas. Selama di rumah, klien biasanya tidur
dengan 2 bantal. Klien juga mengeluh batuk tidak berdahak dan demam hilang
timbul, mual, dan muntah sehabis makan. Muntah 3x selama dua hari sebelum masuk
RS, muntah berupa makanan, darah (-), warna hitam (-), dan nafsu makan klien
menurun. Kedua kaki klien sempat bengkak selama tiga hari sebelum masuk RS dan
membaik tanpa pengobatan. BAB klien hitam sebanyak 1x selama tiga hari. BAK
keruh, nyeri saat BAK tidak ada, nyeri di pinggang dirasakan sudah selama 2 bulan
20 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
21
terakhir, namun nyeri membaik setelah istirahat dan sebelumnya keluhan seperti ini
belum pernah dirasakan.
kulit
Pemeriksaan fisik klien dilakukan pada tanggal 14/05/2013. Kepala dan leher:
upil
kepala bersih, rambut tidak mudah di cabut, konjungtiva anemis, sklera ikterik, p
idak
isokor, membran mukosa lembab, edema periorbital tidak ada, nyeri menelan t
ada
ada, JPV 5+2 cmH2O, telinga bersih tidak ada masalah pendengaran dan tidak
sang
cairan maupun serumen, tidak ada sumbatan di hidung dan tidak ada sekret, terpa
asan
O2 NK 3 lpm, dan tidak ada karies gigi. Thoraks: penggunaan alat bantu pernap
paru
(+), RR 28x/menit, pergerakan dada simetris kanan dan kiri, perkusi suara
g S1
resonance, bunyi napas vesikuler, ronkhi basah +/+, wheezing -/-, bunyi jantun
lesi,
dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Abdomen: bentuk perut datar dan tidak da
B 4-
bising usus 35x/menit, nyeri tekan di keempat kuadran, klien mengatakan BA
idak
5x/hari warna hitam kecoklatan dan cair, ada mual dan muntah, nyeri saat BAK t
ebas,
ada, warna urin keruh. Ekstremitas dan muskuloskeletal: pergerakan sendi b
edua
tidak ada hambatan, tidak ada deformitas otot-otot, refleks patella positif di k
jat I,
kaki, torgor kulit elastis, CRT < 3 detik, edema di kedua ekstremitas kaki dera
atan
tanda Homan tidak ada, TD 140/100 mmHg, Nadi 86x/menit, Suhu 37,2oC, keku
otot 5555 5555
5555 5555
.
Pola hidup dan aktivitas klien sebelum masuk rumah sakit: klien dan keluarga
mengatakan sejak klien kuliah 4 tahun yang lalu, klien tidak bertempat tinggal dengan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
22
Kebutuhan nutrisi dan cairan klien: klien makan 3x/hari sesuai dengan menu yang
dihidangkan dan hanya habis ½ porsi setiap kali makan. Klien mendapatkan diet
ginjal 1500 kkal dan rendah protein (klien belum HD). Klien mendapatkan restriksi
cairan 600 cc/24 jam. Akan tetapi klien dan keluarga mengatakan selama 24 jam
terakhir klien sudah minum sebanyak 1200 cc karena mengeluh haus. Klien dan
keluarga mengatakan sudah diberitahu oleh dokter dan perawat untuk minum 600
cc/jam, tetapi keluarga tidak sanggup menolak jika klien meminta minum karena
haus. Urine output klien per 24 jam adalah 800 cc, IWL 500 cc, balance cairan -100
cc/24 jam.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
23
Tabel 3.1
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny. IA di Jakarta 14 Mei 2013
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Haemoglobin 7,4 g/dL 11,7-15,5
Hemotokrit 22% 33-45
Leukosit 19,6 rb/uL 5,0-10,0
Trombosit 259 rb/uL 150-440
Eritrosit 2,60 jt/uL 3,8-5,2
FUNGSI GINJAL
Asam urat darah 18,8 mg/dL
Ureum darah 330 mg/dL 20-40
Kreatinin darah 18,9 mg/dL 0,6-1,5
ELEKTROLIT DARAH
Fosfor 10,4 mg/dL 2,4-5,1
Natrium darah 140 mmol/L 135-147
Kalium darah 2,89 mmol/L 3,1-5,1
Kalsium darah 3,7 mmol/L 8,8-10,2
Magnesium darah 2,0 mmol/L 1,3-2,7
Kelebihan volume cairan dapat ditegakkan dengan adanya data edema ekstremitas
derajat I, BAK keruh dan sedikit, bunyi napas ronkhi +/+, klien lemas dan gelisah,
hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 7,4 g/dL; Ht 22%; kalium 2,89 mmol/L, adanya
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
24
Diagnosis keperawatan yang menjadi fokus utama untuk di bahas dalam penulisan
karya ilmiah adalah kelebihan volume cairan dan ketidakpatuhan. Kelebihan volume
cairan dan ketidakpatuhan merupakan diagnosis aktual dan diagnosis fokus yang di
intervensi pada Ny.IA. Definisi kelebihan volume cairan menurut NANDA (2012)
adalah peningkatan retensi cairan isotonik. Salah satu faktor yang berhubungan
terjadinya kelebihan volume cairan dalam tubuh adalah akibat disfungsi ginjal (NIC
NOC, 2012). Definisi ketidakpatuhan adalah perilaku individu atau pemberi asuhan
yang gagal untuk menepati rencana promosi kesehatan atau rencana terapeutik yang
telah disepakati oleh individu (atau keluarga, atau komunitas) dan tenaga kesehatan
profesional (NANDA, 2012).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
27
terutama terkait balance cairan. Perawat juga menimbang berat badan klien setiap
hari. Klien telah menjalani hemodialisis sebanyak 3 kali selama di rawat di RS.
Setiap saat klien akan menjalani dan telah menjalani hemodialisis maka perawat
mengkaji tanda-tanda vital dan keluhan klien pasca hemodialisis. Perawat juga
memantau balance cairan klien setiap hari dan memantau hasil pemeriksaan
laboratorium pasca klien hemodialisis. Perawat juga mengajarkan klien untuk
meninggikan kedua ekstermitas jika klien mengalami edema di ekstremitas. Perawat
memantau ada tidaknya interdialytic weight gain selama periode interdialitik. Dari
pantauan interdialytic weight gain ini maka perawat dapat melihat kepatuhan klien
dan keluarga terhadap pengaturan cairan yang telah diajarkan oleh perawat.
Perawat mengajarkan klien dan keluarga mengenai gagal ginjal kronis, penyebab dan
cara mengatasi edema, dan pentingnya pembatasan cairan pada klien dengan gagal
ginjal kronis agar meingkatkan pengetahuan klien patuh terhadap pembatasan cairan.
Perawat terlebih dahulu mengkaji penyebab perilaku ketidakpatuhan klien terh adap
pembatasan cairan. Perawat juga memberikan penjelasan konsekuensi akibat
ketidakpatuhan klien dan keluarga dalam melaksanakan pembatasan asupan cairan.
Selain itu, perawat memberikan penguatan positif kepada klien untuk
mempertahankan kepatuhan terhadap pembatasan cairan dan memotivasi kelu arga
klien untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan klien. Klien dan keluarga
mendiskusikan dengan perawat strategi yang paling efektif untuk melaksan akan
pembatasan asupan cairan. Kemudian perawat memberikan reinforcement positif
terhadap keberhasilan yang dicapai oleh klien dan keluarga. Implementasi
keperawatan ini dilakukan secara rutin dan berkesinambunga pada klien dan kelu arga.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan terkait pembatasan cairan pada Ny. IA maka
perawat melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
secara rutin dan berkesinambungan. Saat pertama kali klien diberikan intervensi
keperawatan dengan memberikan edukasi terkait pembatasan cairan, klien aktif
bertanya alasan mengapa tidak boleh mengkonsumsi minuman kemasan kepada
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
28
HD
Klien menjalani HD sejak tanggal 17/05/2013 dan klien sudah menjalani
c/24
sebanyak 4 kali sampai klien pulang. Klien mendapatkan restriksi cairan 900 c
udah
jam setelah menjalani terapi hemodialisis. Klien dan keluarga mengatakan s
400
membatasi asupan cairan sebanyak 900 cc dan urine output klien perhari adalah
ang,
cc/24 jam. Balance cairan klien perhari adalalah seimbang sampai klien pul
hwa
keluhan klien hanya badan terasa panas dingin. Dari hasil observasi ditemukan ba
apas
setiap klien post HD maka klien tidak mengalami sesak, edema tidak ada, suara n
arah
vesikuler, ronkhi -/-, frekuensi napas 20x/menit, nadi 76-84x/menit, tekanan d
ikan
130/90-140/90 mmHg. Tidak ada penambahan berat badan klien yang signif
ngan
sebelum klien menjalani HD. Interdialytic weight gain tidak terjadi ditandai de
yang
tidak ada penambahan berat badan klien lebih dari 5% dari berat badan
dianggap enak oleh klien yaitu 37 kg.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Kebijakan rumah sakit terhadap peningkatan pelayanan rumah sakit adalah dengan
menyediakan fasilitas, sarana, dan prasarana yang menunjang asuhan keperaw atan
klien, salah satunya kebijakan untuk mendukung program edukasi di ruangan. Ru ang
penyakit dalam lantai V selatan memiliki beberapa fasilitas medik, seperti tab ung
oksigen besar, beberapa oksigen dinding, dan manometer serta humidifier yang
tersedia 7 buah untuk ruang laki-laki dan perempuan. Selain itu, tersedia juga
tensimeter raksa 2 buah, stetoskop 3 buah, termometer 3 buah, 3 buah trolley obat, 2
buah trolley ganti balutan, perlengkapan universal precaution (handscoon & masker),
alat tenun, 1 buah suction, ambu bag, dan lain-lain. Saat ini ruangan mempunyai 1
buah mesin EKG.
Hasil observasi di ruangan, belum ada perencanaan edukasi selama klien dirawat.
ngga
Edukasi klien secara individu hanya dilakukan ketika klien akan pulang, sehi
evaluasi kemampuan klien belum dapat diketahui. Hasil pengisian kuesioner kepada
klien, 100% klien gagal ginjal merasa penting dilakukan edukasi pengaturan cairan,
namun ruangan belum memiliki media untuk pengaturan pembatasan cairan yang
dapat menunjang edukasi kesehatan pada klien gagal ginjal.
Ruang penyakit dalam lantai V selatan memiliki ruangan edukasi yang digunakan
untuk memberikan edukasi kepada klien. Ruang edukasi khususnya untuk klien
29 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
30
Pembagian tugas dan tanggung jawab dari perawat telah tersusun dalam buku tugas.
Pelaksanaan tugas untuk dinas pagi pukul 08.00- 14.00 WIB, dinas sore pukul 14.00-
21.00 WIB, dan dinas malam pukul 21.00- 08.00 WIB. Jumlah naga
te
nonkeperawatan pekarya 3 orang dan cleaning service 2 orang. Ratio perawat: lien
k
adalah 1:10 per PN pershift dengan sistem bagi habis tanpa mempertimban
gkan
derajat ketergantungan klien. Pembagian shift setiap PN pada pagi 3 perawat, so
re 2
perawat, dan malem 2 perawat. Sebanyak 75% perawat merasa beban kerjaidak
t
sesuai dengan jumlah tenaga. Akibat beban kerja yang dirasa tidak sesuai maka
kontak perawat dengan klien semakin berkurang dan membuat pelaksanaan edu juga
kasi
belum optimal dilakukan di ruangan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
31
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep
Kasus Terkait
Penyakit gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sering
dialami oleh masyarakat perkotaan. Di Amerika Serikat, insiden penyakit gagal ginjal
kronis terjadi 268 kasus baru persatu juta populasi setiap tahunnya (Black & Hawks,
2005). Hasil penelitian Amato et al (2005) menunjukkan bahwa penduduk urban
Mexico memiliki tingkat prevalensi gagal ginjal kronis sama atau bahkan lebih ti nggi
dibandingkan dengan negara maju. Angka mortalitas klien gagal ginjal kronis
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya angka kejadian penyakit diab etes
mellitus, hipertensi, dan penyakit jantung sebagai penyebabnya dan komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit gagal ginjal kronis.
Penyebab utama dari gagal ginjal yang sering dialami masyarakat perkotaan ad alah
akibat pola hidup yang tidak sehat. Penyebab gagal ginjal kronis adalah diabetes
mellitus, hipertensi, iskemia, infeksi, obstruksi, toksin, dan penyakit auto imun
(Snively, 2004). Klien dengan gagal ginjal yang tinggal di perkotaan rentan terhadap
inovasi makanan instan dan minuman kemasan. Karena tingkat kesibukan yang ti nggi
maka masyarakat perkotaan tidak lagi memperhatikan atau memperdulikan menu
sehat untuk makanan dan minumannya sehari-hari. Pola hidup seperti ini tentu saja
dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti diabetes mellitus dan hipertensi.
Komplikasi dari penyakit tersebut dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal karena
ginjal mengalami obstruksi atau iskemik pada nefron. Akan tetapi, seringkali
masyarakat datang ke RS setelah terdiagnosis gagal ginjal tahap akhir (End Stage
Renal Disease).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
32
Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan perawat komunitas untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada klien, keluarga, maupun masyar akat
perkotaan. Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan
kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif
(Allender, 2001). Upaya promotif pada masyarakat dapat diberikan berupa
penyuluhan terkait pemeliharaan kesehatan perorangan dengan olahraga teratur dan
pemilihan konsumsi makanan dan cairan yang baik bagi tubuh. Upaya preventif bisa
diberikan edukasi berupa pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin ke
pelayanan kesehatan untuk pencegahan terjadinya gagal ginjal kronis. Upaya ku ratif
pada masyarakat dapat di edukasi terkait pengobatan untuk klien yang mengalami
gagal ginjal kronis. Upaya rehabilitatif dapat diberikan edukasi oleh perawat alasan
klien GGK harus di rawat inap. Upaya resosialitatif dapat dilakukan tindakan
pemberian penjelasan kepada keluarga untuk menjaga hubungan yang positif dengan
anggota keluarga yang mengalami gagal ginjal kronis.
Ada tiga upaya dari lima upaya pelayanan kesehatan komunitas yang dapat di
terapkan oleh perawat di ruang rawat, yaitu upaya promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dalam upaya kuratif, perawat dapat menjelaskan pilihan terapi kepada klien dan
keluarga yang dapat dilakukan untuk klien gagal ginjal kronis. Adapun terapi yang
dapat diberikan adalah hemodialisis, CAPD, atau transplantasi ginjal (Smeltzer & Bare,
2002). Klien dan keluarga berhak untuk menentukan pilihan terapi setelah
mendapatkan penjelasan dari perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Untuk upaya
promotif, perawat memberikan edukasi kepada klien dan keluarga untuk kooperatif
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
33
dalam melakukan pembatasan asupan cairan, baik dengan terapi dialisis maupun
tanpa terapi dialisis. Upaya rehabilitatif, perawat membantu klien untuk memulihkan
kesehatannya selama di rawat inap. Pembatasan asupan cairan sangat penting untuk
meningkatkan kesehatan klien GGK sebab cairan yang berlebih dalam tubuh klien
GGK akan mengakibatkan kenaikan berat badan melebihi 5 %, edema, ronkhi basah
pada paru, edema periobital, dan sesak napas yang diakibatkan oleh kelebihan volume
cairan dan gejala uremik (Smeltzer & Bare, 2002). Pada upaya resosialitatif, per awat
memotivasi keluarga klien untuk mendampingi klien dan menjalin hubungan yang
positif dengan klien. Dengan demikian, upaya pelayanan keperawatan yang optimal
dapat diberikan kepada klien dan keluarga agar angka kejadian kekambuhan dan
rawat inap ulang pada klien dapat diminimalisir.
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Pola hidup yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal ginjal
kronis. Penyebab gagal ginjal kronis pada Ny.IA adalah akibat kurang konsums i air
putih hanya 400-600 cc per 24 jam. Selain itu, klien mengkonsumsi minuman
kemasan seperti teh kemasan dan minuman berelektrolit 400-600 cc setiap hari
selama 4 tahun terakhir. Kebutuhan cairan pada orang dewasa adalah 30-35ml/kg
berat badan (Potter & Perry, 1997/2005). Kebutuhan cairan yang seharusnya dipe nuhi
oleh Ny.IA adalah 1260-1470 ml/24 jam (BB Ny.IA sebelum masuk RS adalah 42
kg). Akan tetapi, Ny IA hanya mengkonsumsi 800-1200 cc cairan/24 jam. Hal ini
menunjukkan kesenjangan antara yang seharusnya dan yang terjadi pada Ny.IA.
Asupan cairan yang tidak adekuat pada seseorang akan mengakibatkan kerja ginjal
semakin berat dan dengan berjalannya waktu maka lama kelamaan ginjal akan
mengalami kerusakan (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala awal mungkin terjadi penurunan
urin output dan jika tidak ditangani maka kimia darah akan mengalami perubahan
(Pilsworth, 2008). Urea dan kreatinin merupakan elektrolit utama yang
mengindikasikan fungsi renal. Salah satu fungsi ginjal adalah pengaturan kadar
elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang dibutuhkan dan ekskresi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
34
substansi yang tidak dibutuhkan. Asupan elektolit yang berlebihan pada Ny.IA
menyebabkan peningkatan kerja ginjal. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya gagal
ginjal pada Ny IA dan klien butuh terapi hemodialisis.
Hemodialisis merupakan terapi yang saat ini banyak dijalani oleh penderita gagal
ginjal kronis. Pada tahun 2004, terdapat 70.000 penderita penyakit gagal ginjal kronis
di Indonesia dan yang menjalani hemodialisis adalah sekitar 4000-5000 penderita
(Pernefri, 2004). Indikasi diberikannya hemodialisis kepada klien yang mengalami
gagal ginjal kronis adalah jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada pria, 4 mg/dl
pada wanita dan glomelurolus filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit (Price dan
Wilson, 2006). Klien Ny. IA saat pertama kali dilakukan pemeriksaan laboratorium
ditemukan ureum darah 330 mg/dl (normalnya 20-40) dan kreatinin darah 18,9 mg/dl
(normalnya 0,6-1,5) sehingga klien diindikasikan untuk menjalani terapi
hemodialisis. Pada klien dengan gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
hemodialisis, hemoglobin dan hematokrit biasanya rendah, tetapi ditoleransi, contoh
pasien tidak menunjukkan gejala Hb di bawah 7 g/dl (Dongoes, 1993). Hematokrit
yang di toleransi untuk klien gagal ginjal kronis adalah berkisar 20-30 % (Pederson,
1996). Pada klien Ny.IA, hemoglobin adalah 7,4 g/dl dan hematokrit adalah 22%
sehingga kondisi klien tersebut memungkinkan untuk menjalani hemodialisis.
Kualitas hidup klien gagal ginjal kronis tidak hanya bergantung terhadap erapi
t
adap
hemodialisis meskipun klien menjalani terapi tersebut. Kepatuhan klien terh
jadwal terapi dan pembatasan cairan yang telah ditentukan akan sangat berdampak
besar terhadap harapan hidup klien. Sekitar 50% klien yang menjalani terapi
hemodialisis tidak mematuhi pembatasan cairan yang direkomendasikan meskipun
klien tersebut sudah mengerti bahwa kegagalan dalam pembatasan cairan dapat
berakibat fatal (Barnett, 2007). Disini peran perawat sangat penting untuk
memberikan penjelasan dan edukasi terhadap manajemen cairan pada klien gagal ginjal
kronis.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
35
Intervensi keperawatan yang menjadi fokus utama perawat adalah manajemen cairan
pada Ny. IA dengan gagal ginjal kronis on hemodialisis. Intervensi diberikan kepada
Ny.IA selama dirawat di RS dari tanggal 14 Mei 2013 sampai 02 Juni 2013.
Intervensi ini diberikan untuk mengatasi diagnosis keperawatan kelebihan volume
cairan dan ketidakpatuhan pembatasan cairan pada klien. Tujuan dari intervensi
keperawatan mengenai strategi dan manajemen cairan untuk melihat ada tidaknya
interdialytic weight gain pada Ny. IA yang menjalani terapi hemodialisis. Alasan
perawat mengangkat intervensi ini dikarenakan asupan cairan yang berlebih pada
klien gagal ginjal dapat mengakibatkan kenaikan berat badan melebihi 5 %, edema,
ronkhi basah pada paru, edema periobital, dan sesak napas yang diakibatkan oleh
kelebihan volume cairan dan gejala uremik (Smeltzer & Bare, 2002). Hasil penelitian
Headly (2007) menunjukkan bahwa klien dengan gagal ginjal kronis sangat berisiko
mengalami edema paru jika tidak patuh terhadap pembatasan cairan meskipun
menjalani dialysis dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung. Perawat
bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memandirikan klien untuk
melaksanakan pembatasan cairan agar tidak terjadi komplikasi pada klien akibat
gagal ginjal kronis.
Memandirikan klien adalah salah satu tujuan keperawatan agar klien mampu
meningkatkan kesehatannya secara optimal. Dorothea Orem (1971) mengembangkan
definisi keperawatan yang menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri
sendiri. Perawat memberikan intervensi sesuai kebutuhan klien Ny.IA d alam
meningkatkan kualitas hidupnya. Perawat kemudian mengajarkan klien dan keluarga
untuk mampu memberikan perawatan kepada klien secara optimal. Keperawatan
kadang-kadang berupaya mengatur dan mempertahankan kebutuhan perawatan diri
secara terus menerus bagi mereka yang secara total tidak mampu melakukannya
(Potter & Perry, 1997/2005). Perawat melakukan pengawasan terhadap orang yang
membantu klien dan memberikan instruksi secara individual sehingga secara bertahap
klien mampu melakukannya sendiri.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
36
Mahasiwa juga memberikan intervensi kepada klien gagal ginjal kronis yang
menjalani terapi HD lainnya dan memandirikan klien untuk mampu melakukan
perhitungan balance cairan dan patuh terhadap pembatasan cairan yang diberikan.
Mahasiswa perawat telah melakukan perawatan terhadap 5 klien gagal ginjal kronis
dengan hemodialisis selama praktik 4 minggu. Salah satunya adalah Ny. IA. Empat
klien gagal ginjal kronis yang lainnya yaitu Tn. AT, Ny. S, Ny. SS, dan Ny. SA juga
diberikan intervensi keperawatan mengenai manajemen cairan untuk meningkatkan
kepatuhan klien terhadap pembatasan cairan. Yokoyama et al (2009) menyat bahwa
akan
motivasi dari staf dialysis sangat penting dalam meningkatkan kepat terhadap
uhan
kontrol cairan klien.
Saat sebelum diberikan penjelasan mengenai pembatasan cairan pada klien gagal
ginjal kronis maka klien tidak patuh terhadap pembasatasan cairan karena alasan.
Penelitian Alharbi & Enrione (2012) terhadap 222 klien hemodialisis menemukan
bahwa terdapat 58,7 % klien tidak mematuhi pembatasan cairan sehingga me reka
perlu mendapatkan konseling dan edukasi secara rutin dan berkelanjutan. Akan tetapi,
klien menjadi patuh terhadap pembasatasan cairan setelah perawat memberikan
edukasi pembatasan cairan. Semua klien juga diajarkan strategi untuk mengatur
asupan cairan klien yaitu dengan cara membagi asupan caian sepanjang hari: p agi,
siang, dan malam. Klien menjadi patuh terhadap pembatasan cairan jika diberikan
motivasi dan edukasi yang rutin dan berkelanjutan.
Perawat memberikan edukasi manajemen cairan kepada klien dan keluarga selama 2
minggu dirawat di RS. Di awal pemberian intervensi, klien dan keluarga tidak patuh
terhadap edukasi yang diberikan. Akan tetapi, klien dan keluarga semakin patuh
terhadap pembatasan cairan yang diajarkan oleh perawat. Klien dan keluarga sudah
kooperatif dalam melakukan penghitungan urine dan asupan cairan selama 24 jam.
Berikut ini adalah perhitungan balance cairan pada Ny. IA:
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
37
Tabel 4.3
Balance Cairan pada Klien Ny. IA di Jakarta Tahun 2013
Tanggal Intake Output
14/05/2013 Minum= 1200 cc Urine= 1000 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan -300 cc
15/05/2013 Minum= 1000 cc Urine= 600 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan -200 cc
17/05/2013 Minum= 700 cc Urine= 300 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan -200 cc
18/05/2013 Minum= 1000 cc Urine= 400 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan 0 cc
20/05/2013 Minum= 1000 cc Urine= 400 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan 0 cc
22/05/2013 Minum= 1000 cc Urine= 400 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan 0 cc
23/05/2013 Minum= 1000 cc Urine= 400 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan 0 cc
24/05/2013 Minum= 1000 cc Urine= 400 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan 0 cc
25/05/2013 Minum= 1000 cc Urine= 400 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan 0 cc
28/05 Minum= 1000 cc Urine= 400 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan 0 cc
29/05/2013 Minum= 1000 cc Urine= 400 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan 0 cc
30/05/2013 Minum= 1000 cc Urine= 400 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan 0 cc
31/05/2013 Minum= 1000 cc Urine= 400 cc
IWL= 15x40= 600 cc
Balance cairan 0 cc
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
38
Klien dan keluarga dianjurkan oleh perawat untuk mempertahankan asupan cairannya
sesuai jumlah produksi urine klien selama 24 jam. Setelah klien menjalani hemodialisis
pertama pada tanggal 17/05/2013 maka produksi urine klien selama 24 jam adalah
sebanyak 400 cc. Perhitungan intake cairan klien gagal ginjal kronis dengan
hemodialisis selama 24 jam adalah jumlah produksi urine selama 24 jam +
500 cc. jumlah produksi urine klien selama 24 jam setelah menjalani hemodialisis
adalah 400 cc, jadi intake cairan klien selama 24 jam adalah 900 cc/hari. Pembatasan
cairan ini telah dijelaskan kepada klien dan keluarga klien dan klien telah
menjalankan pembatasan cairan tersebut sesuai dengan rekomendasi perawat.
Perawat juga melakukan penimbangan berat badan klien sebelum dan ses udah
menjalani hemodialisis. Dari hasil penimbangan berat badan ini maka perawat dapat
menentukan ada tidaknya interdialytic weight gain pada Ny. IA. Ada tidaknya
penambahan berat badan setelah hemodialisis ditentukan oleh ada tida knya
penambahan lebih dari 5% berat badan ideal klien. Berat badan Ny.I adalah 37 kg,
tinggi badan klien adalah 150 cm, jadi IMT klien adalah 16,44 dan klien termasuk
kurus dari hasil IMT klien. Klien mengatakan merasa lebih fresh jika berat badannya
setelah hemodialisis adalah 37 kg. Hemodialisis pertama (17/05/2013) UF Goal HD
adalah 500 cc, HD kedua (20/05/2013) UF Goal HD adalah 750 cc, HD k etiga
(24/05/2013) UF Goal HD adalah 400 cc, dan HD keempat (27/05/2013) UF Goal
HD adalah 500 cc dan klien pulang setelah selesai hemodialisis keempat.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
39
Grafik 4.3
UF Goal HD pada Ny. IA di Jakarta Tahun 2013
800
600
Tanggal
400
UF Goal HD (cc)
BB (Kg)
200
0
17/05 20/05 24/05 27/05
Klien Ny. IA dan keluarga telah mampu melaksanakan pembatasan cairan sesuai
dengan pembelajaran/manajemen cairan yang telah diajarkan oleh perawat sehingga
tidak terjadi interdialytic weight gain setelah klien menjalani hemodialisis. Hal ini
ditunjukkan dengan tidak adanya penambahan berat badan pada klien lebih dari 5%.
Selain itu, klien juga tidak mengeluh sesak napas, suara napas klien vesikuler di
kedua lapang paru, tidak ada ronkhi, dan tidak ada edema.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
40
agar pembatasan cairan dapat diterapkan oleh klien dan keluarga saat klien di rawat di
rumah.
Klien juga bisa dianjurkan untuk menghindari makanan asin dan pedas karena
makanan ini akan menyebabkan klien haus. Selain itu, jumlah asupan cairan yang
dianjurkan dapat dibagi untuk sepanjang hari pagi, siang, dan malam agar tidak
terjadi kelebihan asupan cairan. Klien gagal ginjal kronis harus menghindari
terjadinya bibir kering dengan teknik kumur-kumur, menggosok gigi, mengoleskan es
batu di bibir, atau mengkonsumsi satu potong jeruk dingin agar rasa haus dapat
berkurang. Jika klien ingin minum obat, sebaiknya klien menggunakan makanan
sebagai pengganti minuman untuk menelan obat-obatan agar tidak terjadi kelebihan
asupan cairan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyakit gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit tidak menular yang saat
ini banyak dialami oleh masyarakat perkotaan. Tingginya penyakit gagal kronis di
Indonesia maka banyak juga klien dengan gagal ginjal kronis mengalami
hemodialisis. Akan tetapi, kebanyakan klien yang menjalani hemodialisis tidak patuh
terhadap pembatasan asupan cairan. Pembatasan asupan carian pada klien gagal ginjal
merupakan hal yang esensial dilaksanakan oleh klien meskipun telah mendapatkan
terapi hemodialisis. Akibat cairan yang menumpuk dalam tubuh klien gagal ginjal
kronis maka akan terjadi komplikasi dari penyakit tersebut. Adapun kondisi yang
dapat diakibatkan dari tertumpuknya cairan dalam tubuh klien adalah sesak napas,
hipertensi, gagal jantung, asites, edema, efusi pleural, dan dapat menyebabkan
kematian.
Manajemen cairan sangat penting dilakukan oleh klien gagal ginjal kronis.
Manajemen pembatasan cairan telah diberikan kepada klien Ny. IA oleh per awat
selama klien di rawat di RS. Perawat menghitung interdialiytic weight gain pada Ny.
IA untuk melihat tingkat kepatuhan klien dan keluarga terhadap pembatasan cairan
yang telah diberikan. Manajemen cairan ini diberikan kepada klien untuk mengatasi
diagnosis keperawatan kelebihan volume cairan dan ketidakpatuhan Ny. IA terh adap
pembatasan cairan. Hasilnya klien mengaku telah mematuhi pambatasan cairan sesuai
dengan anjuran perawat dan klien juga tidak mengeluh sesak napas atau merasa
bengkak setiap selesai hemodialisis. Perawat juga melihat bahwa berat badan ideal
klien dapat dicapai oleh klien setiap kali selesai mengikuti hemodialisis. Oleh sebab itu,
perawat dapat menarik kesimpulan bahwa pemberian manajemen cairan kepada klien
sangat berdampak untuk meningkatkan kualitas hidup klien gagal ginjal kronis dengan
hemodialisis.
41 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
42
5.2 Saran
5.2.1 Mahasiswa
Mahasiswa seharusnya mengevaluasi kepatuhan manajemen cairan klien saat klien
sudah di rawat di rumah. Hal ini diperlukan karena keberhasilan intervensi keperawatan
dapat dinilai keberhasilannya saat klien sudah di rumah.
5.2.3 Perawat
Perawat harus mampu memberikan pelayanan yang maksimal untuk meningkatkan
pengetahuan klien dan keluarga agar klien dapat mandiri dan mampu meningka tkan
kualitas hidup klien gagal ginjal kronis. Informasi yang cukup dan motivasi yang
berkelanjutan akan berdampak positif terhadap kesehatan klien gagal ginjal kronis.
Seharusnya pihak rumah sakit juga bekerjasama untuk memberikan data setiap pa sien
yang mengalami gagal ginjal kronis kepada perawat atau tenaga kesehatan di
puskesmas/komunitas. Tujuannya adalah agar perawat di puskesmas/komunitas dapat
memberikan pelayanan kesehatan secara optimal terkait manajemen cairan bagi klien
gagal ginjal kronis.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Henni Barus, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat
dan kasihNya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulisan
karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
profesi sampai pada penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulis ntuk
u
menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.d selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Hanny Handiyani, S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Ns. Aat Djanatunnisah, S.Kep selaku pembimbing lahan praktik yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis selama
praktik di rumah sakit.
4. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku koordinator mata ajar tugas karya ilmiah
akhir ners yang telah memberikan arahan dan dukungannya dalam penyus
unan
karya tulis ilmiah ini.
5. Mamak, Rizky Ayub Ginting, dan keluarga Abang Maju, Abang Suria, bang
A
Herman, dan Abang Samiyon atas doa dan dukungan materi maupun moril
kepada Henni.
man-
6. Teman-teman sebimbingan Agnes Sebayang, teman-teman sekosan, dan te
teman angkatan 2008 atas semangat dan dukungannya.
7. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
5. Aktivitas/Istirahat
Klien bekerja sebagai guru honorer SD dan lulusan sarjana pendidikan. Selama di
rawat di RS, klien hanya terbaring di tempat tidur karena merasa sesak napas dan
lemas. Klien mengatakan merasa bosan selama di RS karena klien tidak dapat
beristirahat cukup selama di RS. Dalam aktivitas sehari-hari klien dibantu oleh
perawat dan keluarga (partial car). Klien tidur 2-3 jam sehari selama di rawat di RS,
sedangkan pada siang hari klien ridak bisa tidur sama sekali. Selama di rumah klien
tidur mulai pukul 22.00 WIB-05.00 WIB dengan kondisi kamar gelap. Klien aktif dan
kooperatif saat diajak berkomunikasi, klien tampak tidak menarik diri, dan kesad aran
compos mentis. Dari pengkajian neuromuskular didapatkan massa dan tonus otot
klien tampak masih baik dan sebanding, rentang gerak tidak mengalami keterbatasan,
tremor tidak ada, dan tidak ada deformitas. Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
6. Sirkulasi
Klien tidak mengalami flebitis (-), klaudikasi (-), penyembuhan luka lambat (-), dan
kebas/kesemutan (-). Urine tampung dari tanggal 15/05/2013 pukul 06.00 WIB
sampai 16/05/2013 pukul 06.00 WIB adalah 900 cc. Saat pemeriksaan TTV pada
tanggal 15/05/2013 diperoleh data TD berbaring: 140/90 mmHg, nadi radialis:
88x/menit, terpasang O2 nasal kanul 3 lpm, Suhu tubuh 37,90 C,bunyi jantung S1 dan
S2 normal, murmur (-), gallop (-), bunyi napas: vesikuler, ronkhi basah +/+,
wheezing -/-. Ekstremitas: akral hangat, pengisian kapiler < 3 detik, tanda Homan’s(-
), abnormalitas kuku (-), penyebaran dan kualitas rambut merata. Membran mukosa:
pucat dan kering, konjungtiva anemis, sklera ikterik.
7. Integritas/Ego
Klien mengatakan sering memikirkan kondisi kesehatannya dan mengatakan masih
tidak percaya akan penyakitnya karena klien merasa belum mampu membatasi
minum, apalagi membatasi minum minuman berasa dan berwarna. Klien mengatakan
selalu curhat kepada keluarga dan suaminya dan meminta untuk dibelikan minuman
berasa dan berwarna. Gaya hidup klien selama kuliah adalah klien jarang sekali
minum air putih karena alasan tidak suka. Klien lebih suka minum teh gelas kemasan
yang diminum 3-4 gelas perhari.
8. Eliminasi
RS,
Klien makan 2-3x/hari dengan porsi sedikit. Hari pertama dan kedua di rawat di
dan
klien BAB 4-5x/hari dan mengeluh perutnya terasa mulas. Karakter feses: encer
lien
berair warna kuning kecokelatan. Pola BAK hari pertama di rawat di RS k
Saat
terpasang DC, karakter urine sudah berwarna kuning terang, nyeri saat BAK (-).
ini klien di diagnosis gagal ginjal kronik (CKD) stage V.
9. Makanan/cairan
gizi.
Klien mendapatkan restriksi cairan 600 mL/hari, diit makanan diatur oleh ahli
BB
Klien tidak memiliki alergi/intoleransi makanan. BB biasa klien adalah 40 kg.
edua
klien saat ini 37 kg. turgor kulit elastis, membran mukosa kering, edema ada di k
ada
tungkai derajat I, asites tidak ada, periorbital edema tidak ada, dan bising usus
sakit
35x/menit. Klien makan 3 kali per hari sesuai dengan menu hidangan rumah
yang terkadang tidak dihabiskan oleh klien.
10. Hygiene
lien.
Untuk mandi klien biasanya diseka dengan air hangat 2 kali sehari oleh ibu k
arga
Toileting dengan kateter dan pispot. Bantuan diberikan oleh perawat dan kelu
klien.
11. Neurosensori
ada,
Rasa pusing ada karena tidak bisa tidur di malam hari, kesemutan/kebas tidak
aik,
penggunaan kacamata tidak ada, gangguan penglihatan tidak ada. Status mental b
cara
klien terorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang. Memori saat ini baik, bi
klien jelas, genggaman tangan/lepas kuat di tangan kanan dan kiri.
12. Nyeri/ketidaknyamanan
Klien mengatakan merasa nyeri di bagian pinggang klien, namun saat ini sudah jauh
berkurang. Klien merasa tidak nyaman akan kondisi kesehatannya dan tidak nyaman
selama berada di RS. Klien tampak gelisah.
13. Pernapasan
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/sputum: ada, riwayat bronkhitis tidak ada,
asma tidak ada, TBC tidak ada, emfisema tidak ada selama 2 bulan, pneumonia tidak
ada. Klien tidak merokok, penggunaan alat bantu pernapasan: ada, O2 Nasal Kanul 3
lpm. Frekuensi napas 28x/menit, penggunaan otot-otot sensori ada, suara napas
vesikuler, ronkhi +/+, sianosis tidak ada, klien tampak lelah bernapas.
14. Keamanan
Alergi/sensitivitas tidak ada, riwayat cidera/kecelakaan tidak ada, fraktur/dislokasi
tidak ada, arthritis tidak ada, masalah punggung tidak ada, suhu 37,2 o C, kulit tidak
tampak kering, laserasi tidak ada, kemerahan tidak ada, kemerahan tidak ada,
ekimosis tidak ada, kekuatan umum tampak lemas, tonus otot baik, paralisis.
16. Penyuluhan/pembelajaran
Bahasa dominan adalah bahasa Indonesia, melek huruf ya, tingkat pendidikan sarjana
pendidikan, tidak ada keterbatasan kognitif.
17. Obat-obatan:
- Inpepsa syrup cm II 3x (PO)
- Asam folat 3 tab 1x (PO)
- CaCO3 tab 3x (PO)
- Bicnat tab 3x2 (PO)
- B12 tab 3x1 (PO)
ANALISIS DATA
S: klien mengeluh mual dan muntah, nafsu makan menurun Resiko ketidakseimbangan
O:membran mukosa kering, konjungtiva anemis, sklera nutrisi: kuran g dari
S: klien mengeluh sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk Ketidakefektifan pola
S napas
O: RR 28x/menit, adanya perubahan kedalaman pernapasan,
erta suara napas ronkhi +/+
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan b.d retensi cairan akibat disfungsi ginjal
2. Ketidakpatuhan b.d kontinuitas dan tindak lanjut yang teratur dari pemberi
layanan
Kolaborasi:
1. Masukkan/pertahankan kateter 1. Kateter bertujuan untuk mengeluarkan
tak menetap sesuai indikasi urine di dalam kandung kemih
2. Siapkan untuk dialisa sesuai 2. Dialisa bertujuan untuk membersihkan
indikasi sampah-sampah metabolik di ginjal
sekecil apapun.
Kolaborasi:
1. Konsultasikan dengan dokter 1. Untuk mendukung kepatuhan klien
tentang kemungkinan perubahan terhadapterapi yang diberikan
program pengobatan untuk
mendukung kepatuhan klien
3. Ketidakefektifan pola Setelah diberikan Mandiri:
pernapasan b.d edema paru asuhan keperawatan 1. Pertahankan jalan nafas; posisi 1. pasien d engan cedera cervicalis akan
selama 2x24 jam, kepala tanpa gerak. membut uhkan bantuan untuk mencegah
diharapkan jalan napas aspirasi/mempertahankan jalan nafas.
klien menjadi efektif
dengan kriteria hasil: 2. Lakukan penghisapan lendir bila 2. jika batu k tidak efektif, penghisapan kan
1. ventilasi adekuat perlu, catat jumlah, jenis dan dibutuh untuk mengeluarkan sekret,
karakteristik sekret. dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
2. PaCo2<45
3. PaO2>80
3. Kaji fungsi pernapasan. 3. trauma p ada C5-6 menyebabkan hilangnya
4. RR 16-20x/ menit
fungsi pernapasan secara partial, karena
5. Tanda-tanda otot pernapasan mengalami kelumpuhan.
sianosis(-) : CRT
2 detik 4. Auskultasi suara napas. 4. hipoventilasi biasanya terjadi atau
menyebabkan akumulasi sekret yang
berakibat pnemonia.
5. Observasi warna kulit. 5. mengga mbarkan adanya kegagalan
pernapasan yang memerlukan tindakan
segera
6. Kaji distensi perut dan spasme 6. kelainanpenuh pada perut disebabkan
otot. karena kelumpuhan diafragma
kafein
Kolaborasi
4. Konsul dengan ahli diet/ tim 4. Diet sesuai toleransi bertujuan untuk
pada klien dengan HD KU sakit sedang, sesak (-), terpasang IVFD lasix drip 6 amp/24 jam
4. Mengevaluasi pengetahuan (0,5 cc/jam), flebitis (-), ADL partial care, DC (+), konjungtiva pucat,
klien terkait pembatasan cairan sclera ikterik, JPV 5-0 cmH2O, suara paru vesikuer dan ronkhi basah -
yang telah disampaikan /-. TD 140/100 mmHg, RR 20x/m, N 86x/m, Suhu 37 oC, edema
ektremitas (-), CRT < 3 detik, turgor kulit elastik, restriksi cairan 900
cc per 24 jam, balance cairan per 24 jam -200 cc/24 jam
A:
Sebagian masalah teratasi
P:
Keluarga dan klien mencatat intake dan output cairan klien.
Perawat melanjutkan renpra, bantu ADL, monitor balance cairan dan
TTV klien
18/05/20 1. Memberikan salam terapeutik S:
13 kepada klien dan keluarga klien mengatakan merasa sesak napas berkurang setelah HD, tidak ada
2. Menanyakan perasaan dan keluhan batuk berdahak, dan akan melakukan pencatatan asupan cairan
kondisi pasien saat ini dan urin klien
3. Melakukan pengukuran intake
dan output cairan O:
4. Melakukan pemeriksaan head to KU sakit sedang, sesak (-), terpasang IVFD lasix drip 6 amp/24 jam
toe dan monitor TTV klien (0,5 cc/jam), flebitis (-), ADL partial care, DC (+), konjungtiva pucat,
5. Memberikan penjelasan kepada sclera ikterik, JPV 5-0 cmH2O, suara paru vesikuer dan ronkhi basah -
klien dan keluarga mengenai /-. TD 130/90 mmHg, RR 20x/m, N 84x/m, Suhu 37,2 oC, edema
pentingnya pembatasan cairan ektremitas (-), CRT < 3 detik, turgor kulit elastik, restriksi cairan 900
pada klien yang mengalami cc per 24 jam, balance cairan per 24 jam -200 cc/24 jam.
gagal ginjal kronis
6. Memonitor pemberian syringe A:
pump lasix klien Sebagian masalah teratasi
P:
Keluarga dan klien mencatat intake dan output cairan klien.
Perawat melanjutkan renpra, bantu ADL, monitor balance cairan dan
TTV klien
20/05/20 1. Memberikan salam terapeutik S:
13 kepada klien dan keluarga klien mengatakan merasa sesak napas sudah tidak ada, tidak ada
2. Menanyakan perasaan dan keluhan batuk berdahak, dan akan melakukan pencatatan asupan cairan
kondisi pasien saat ini dan urin klien, klien sudah melakukan pembatan asupan cairan
3. Melakukan pengukuran intake
dan output cairan O:
4. Melakukan pemeriksaan head to Sesak (-), flebitis (-), ADL partial care, konjungtiva pucat, sclera
toe dan monitor TTV klien ikterik (-), JPV 5+2 cmH2O, suara paru vesikuer dan ronkhi basah -/-.
o
5. Mengevaluasi pemahaman klien TD 140/90 mmHg, RR 20x/m, N 86x/m, Suhu 36,8 C, edema
dan keluarga mengenai ektremitas (-), CRT < 3 detik, turgor kulit elastik, restriksi cairan 900
pentingnya pembatasan cairan cc per 24 jam, balance cairan per 24 jam -200 cc/24 jam.
pada klien yang mengalami
gagal ginjal kronis A:
Sebagian masalah teratasi
P:
Keluarga dan klien mencatat intake dan output cairan klien.
Perawat melanjutkan renpra, bantu ADL, monitor balance cairan dan
TTV klien
22/05/20 1. Memberikan salam terapeutik S:
13 kepada klien dan keluarga klien mengatakan merasa sesak napas sudah tidak ada, tidak ada
2. Menanyakan perasaan dan keluhan batuk berdahak, dan akan melakukan pencatatan asupan cairan
kondisi pasien saat ini dan urin klien, klien sudah melakukan pembatan asupan cairan
3. Melakukan pengukuran intake
dan output cairan O:
4. Melakukan pemeriksaan head to Sesak (-), flebitis (-), ADL partial care, konjungtiva pucat, sclera
toe dan monitor TTV klien ikterik (-), JPV 5+2 cmH2O, suara paru vesikuer dan ronkhi basah -/-.
5. Mengevaluasi pemahaman klien TD 140/90 mmHg, RR 20x/m, N 86x/m, Suhu 36,8 oC, edema
dan keluarga mengenai ektremitas (-), CRT < 3 detik, turgor kulit elastik, restriksi cairan 900
pentingnya pembatasan cairan cc per 24 jam, balance cairan per 24 jam 0 cc/24 jam.
pada klien yang mengalami
gagal ginjal kronis A:
P:
Keluarga dan klien mencatat intake dan output cairan klien.
Perawat melanjutkan renpra, bantu ADL, monitor balance cairan dan
TTV klien
23/05/20 1. Memberikan salam terapeutik S:
13 kepada klien dan keluarga klien mengatakan merasa sesak napas sudah tidak ada, tidak ada
2. Menanyakan perasaan dan keluhan batuk berdahak, dan akan melakukan pencatatan asupan cairan
kondisi pasien saat ini dan urin klien, klien sudah melakukan pembatan asupan cairan
3. Melakukan pengukuran intake
dan output cairan O:
4. Melakukan pemeriksaan head to Sesak (-), flebitis (-), ADL partial care, konjungtiva pucat, sclera
toe dan monitor TTV klien ikterik (-), JPV 5+2 cmH2O, suara paru vesikuer dan ronkhi basah -/-.
5. Mengevaluasi pemahaman klien TD 130/90 mmHg, RR 20x/m, N 86x/m, Suhu 36,8 oC, edema
dan keluarga mengenai ektremitas (-), CRT < 3 detik, turgor kulit elastik, restriksi cairan 900
pentingnya pembatasan cairan cc per 24 jam, balance cairan per 24 jam 0 cc/24 jam.
pada klien yang mengalami
gagal ginjal kronis A:
6. Kolaborasi pemeriksaan DL post Sebagian masalah teratasi
HD
P:
Keluarga dan klien mencatat intake dan output cairan klien.
Perawat melanjutkan renpra, bantu ADL, monitor balance cairan dan
TTV klien, monitor hasil pemeriksaan lab
25/05/20 1. Memberikan salam terapeutik S:
13 kepada klien dan keluarga klien mengatakan merasa sesak napas sudah tidak ada, tidak ada
2. Menanyakan perasaan dan keluhan batuk berdahak, dan akan melakukan pencatatan asupan cairan
kondisi pasien saat ini dan urin klien, klien sudah melakukan pembatan asupan cairan
3. Melakukan pengukuran intake
dan output cairan O:
4. Melakukan pemeriksaan head to Sesak (-), flebitis (-), ADL partial care, konjungtiva pucat, sclera
toe dan monitor TTV klien ikterik (-), JPV 5+2 cmH2O, suara paru vesikuer dan ronkhi basah -/-.
5. Mengevaluasi pemahaman klien TD 140/90 mmHg, RR 20x/m, N 86x/m, Suhu 36,8 oC, edema
dan keluarga mengenai ektremitas (-), CRT < 3 detik, turgor kulit elastik, restriksi cairan 900
pentingnya pembatasan cairan cc per 24 jam, balance cairan per 24 jam 0 cc/24 jam.
pada klien yang mengalami
gagal ginjal kronis A:
Sebagian masalah teratasi
P:
Keluarga dan klien mencatat intake dan output cairan klien.
Perawat melanjutkan renpra, bantu ADL, monitor balance cairan dan
TTV klien, monitor hasil pemeriksaan lab
28/05/20 1. Memberikan salam terapeutik S:
13 kepada klien dan keluarga klien mengatakan merasa sesak napas sudah tidak ada, tidak ada
2. Menanyakan perasaan dan keluhan batuk berdahak, dan akan melakukan pencatatan asupan cairan
kondisi pasien saat ini dan urin klien, klien sudah melakukan pembatan asupan cairan
3. Melakukan pengukuran intake
dan output cairan O:
4. Melakukan pemeriksaan head to Sesak (-), flebitis (-), ADL partial care, konjungtiva pucat, sclera
toe dan monitor TTV klien ikterik (-), JPV 5+2 cmH2O, suara paru vesikuer dan ronkhi basah -/-.
o
5. Mengevaluasi pemahaman klien TD 140/90 mmHg, RR 20x/m, N 86x/m, Suhu 36,8 C, edema
dan keluarga mengenai ektremitas (-), CRT < 3 detik, turgor kulit elastik, restriksi cairan 900
pentingnya pembatasan cairan cc per 24 jam, balance cairan per 24 jam 0 cc/24 jam.
pada klien yang mengalami
gagal ginjal kronis A:
Masalah teratasi
P:
Keluarga dan klien mencatat intake dan output cairan klien.
Perawat melanjutkan renpra, bantu ADL, monitor balance cairan dan
TTV klien, monitor hasil pemeriksaan lab
Ketidakefektifa 15/05/20 1. Mengkaji kondisi pernapasan S:
n pola napas 13 klien klien mengatakan merasa sesak napas, tidak ada keluhan batuk
b.d edema paru 2. Memberikan posisi semi fowler berdahak, klien mengatakan lebih nyaman posisi semi fowler
kepada klien
3. Menjelaskan kepada klien dan O:
keluarga pentingnya posisi semi Sesak (+), dipsnea (+), penggunaan otot pernapasan (+,) suara paru
fowler vesikuer dan ronkhi basah +/+. TD 140/90 mmHg, RR 20x/m, N
4. Mempertahankan O2 NK 3 lpm 86x/m, Suhu 36,8 oC, edema ektremitas (-), CRT < 3 detik, terpasang
kepada klien oksigen nasal kanul 3 lpm. Hasil lab: pH 7,334; pCO2 21,9 mmHg; PO2
5. Memonitor tanda- tanda vital 179,3; HCO3 11,4 mmol/ L (asidosis metabolik)
klien A:
6. Memonitor hasil pemeriksaan Sebagian masalah teratasi
laboratorium klien
P:
Keluarga dan klien melaporkan jika ses ak semakin berat
Perawat melanjutkan renpra, monitor asilh pemeriksaan lab dan TTV
klien
17/05/20 1. Mengkaji kondisi pernapasan S:
13 klien klien mengatakan merasa sesak napas sudah tidak ada, tidak ada
2. Memberikan posisi semi fowler keluhan batuk berdahak,
kepada klien O:
3. Menjelaskan kepada klien dan Sesak (-), dipsnea (-), penggunaan otot pernapasan (-,) suara paru
keluarga pentingnya posisi semi vesikuer dan ronkhi basah -/-. TD 140/90 mmHg, RR 20x/m, N 86x/m,
fowler Suhu 37,2 oC, edema ektremitas (-), CR
T < 3 detik,.
4. Memonitor tanda- tanda vital
klien A:
5. Memonitor hasil pemeriksaan Masalah teratasi
laboratorium klien
P:
Keluarga dan klien melaporkan jika ses
ak terjadi
Perawat melanjutkan renpra, monitor h
asil pemeriksaan lab dan TTV
klien
0 1. Menanyakan klien mengapa tidak S:
Ketidakpatuha 17/05/2
patuh terhadap pembatasan klien dan keluarga mengatakan merasa
n b.d 13 sering haus sehingga banyak
kontinuitas dan cairan minum dan kurang tahu mengapa harus dibatasi cairan, setelah
tindak lanjut 2. Menjelaskan kepada klien dan diberikan penjelasan mengenai gagal ginjla dan pentingnya pembatasan
yang teratur keluarga tentang penyakit gagal cairan maka klien memgatakan akan membatasi cairan. Keluarga
dari pemberi ginjal mengatakan akan mengingatkan klien untuk melakukan pembatasan
layanan 3. Menjelaskan kepada klien dan cairan.
keluarga pemahaman tentang
pembatasan cairan O:
4. Mendorong klien untuk Klien dan keluarga kooperatif
mengungkapkan perasaan dan
keluhannya tentang hospitalisasi A:
dan hubungannya dengan Sebagian masalah teratasi
pemberi layanan kesehatan
5. Memberikan dukungan emosi P:
kepada anggota keluarga untuk Keluarga dan klien melaporkan jika adakelebihan asupan cairan
membantu mereka Perawat melanjutkan renpra, monitor eberhasilan
k tindakan
mempertahankan hubungan
positif dengan klien
6. Memberikan penguatan positif
terhadap kepatuhan untuk
mendukung perilaku positif yang
terus menerus.
2. Memotivasi klien untuk makan Konjungtiva anemis (+), Hb 7,4 g/dL, IMT 16,44
sedikit tetapi sering
3. Menjelaskan kepada klien dan A:
keluarga jenis makanan yang Sebagian masalah teratasi
dianjurkan, tidak dianjurkan
untuk dipenuhi oleh klien P:
kebutuhan nutrisinya Keluarga dan klien memenuhi kebutuhan nutrisi klien
4. Kolaborasi pemberian obat mual: Perawat melanjutkan renpra, monitor keberhasilan tindakan
ranitidine dan ondansentron
22/05/20 1. Menjelaskan kepada klien dan S:
13 keluarga pentingnya asupan klien dan keluarga mengatakan tidak selera makan karena mual dan
makanan yang cukup sesuai muntah setiap habis makan, klien mengeluh perut terasa keram, dan
kebutuhan tubuh pada klien badan terasa lemas
gagal ginjal kronis O:
2. Memotivasi klien untuk makan Konjungtiva anemis (+), Hb 7,4 g/dL, IMT 16,44
sedikit tetapi sering
3. Menjelaskan kepada klien dan A:
keluarga jenis makanan yang Sebagian masalah teratasi
dianjurkan, tidak dianjurkan
untuk dipenuhi oleh klien P:
kebutuhan nutrisinya Keluarga dan klien memenuhi kebutuhan nutrisi klien
4. Kolaborasi pemberian obat mual: Perawat melanjutkan renpra, monitor keberhasilan tindakan
ranitidine dan ondansentron
24/05/20 1. Menjelaskan kepada klien dan S:
13 keluarga pentingnya asupan klien dan keluarga mengatakan tidak selera makan karena mual dan
makanan yang cukup sesuai muntah setiap habis makan, klien mengeluh perut terasa keram, dan
kebutuhan tubuh pada klien badan terasa lemas. Klien dan keluarga mengatakan akan memberikan
gagal ginjal kronis makanan yang dianjurakan sesuai yang ada di leaflet yang diberikan
2. Memotivasi klien untuk makan perawat sebagai acuan memnuhi kebutuhan nutrisi k
sedikit tetapi sering O:
3. Menjelaskan kepada klien dan Konjungtiva anemis (+), Hb 7,4 g/dL, IMT 16,44
keluarga jenis makanan yang
dianjurkan, tidak dianjurkan A:
klien untuk memberiakan masase Lanjutkan renpra dan berdayakan keluarga untuk memberikan masase
punggung jika klien mengeluh punggung
tidak bisa tidur
5. Melakukan terminasi dan
kontrak yang akan datang
24/05/20 1. Menanyakan klien penyebab S:
13 klien tidak bisa tidur Klien mengatakan sulit tidur akibat lingkungan yang tidak biasa
2. Memberikan tindakan
keperawatan kepada klien: teknik O:
relaksasi dengan masase Klien tampak gelisah, sering menguap, kesadaran CM
punggung
3. Mengevaluasi perasaan klien A:
setelah diberikan masase Sebagian masalah dapat teratasi
punggung
4. Menganjurkan keluarga dan P:
klien untuk memberiakan masase Lanjutkan renpra dan berdayakan keluarga untuk memberikan masase
punggung jika klien mengeluh punggung
tidak bisa tidur
5. Melakukan terminasi dan
kontrak yang akan datang
26/05/20 1. Menanyakan klien penyebab S:
13 klien tidak bisa tidur Klien mengatakan sulit tidur akibat lingkungan yang tidak biasa
2. Memberikan tindakan
keperawatan kepada klien: teknik O:
relaksasi dengan masase Klien tampak gelisah, sering menguap, kesadaran CM
punggung
3. Mengevaluasi perasaan klien A:
setelah diberikan masase Sebagian masalah dapat teratasi
punggung
4. Menganjurkan keluarga dan P:
klien untuk memberiakan masase Lanjutkan renpra dan berdayakan keluarga untuk memberikan masase
punggung jika klien mengeluh punggung
tidak bisa tidur