Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTERMIA

A. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit
dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang
naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak
yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar
melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah
saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari
jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–
menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol–
arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban
kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010). Hipertensi sering juga diartikan
sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).
2. Anatomi Dan Fisiologi
a. Anatomi
Menurut Tarwoto (2009) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung,
vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem
kardiovaskuler adalah menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh
tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi
paru untuk dioksigenasi.
1) Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua
paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah
disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepinya
pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea
medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak
agak kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum.
Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6
cm. beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310
gram, pada perempuan sekitar 225 gram.
2) Pembuluh darah
Lubang pusat pada pembuluh darah yang disebut lumen
dikelilinggi oleh dinding yang terdiri atas tiga lapisan :
a) Tunika intima adalah lapisan dalam yang berhubungan langsung
dengan darah. Terdiri atas lapisan dalam endotelium yang
dikelilingi berbagai jaringan ikat.
b) Tunika media adalah lapisan tengah yang terdiri atas otot polos
dengan berbagai serat elastik.
c) Tunika advensia adalah lapisan terluar yang terdiri atas jaringan
ikat.
Sistem jantung dan pembuluh darah terdiri atas tiga macam
pembuluh darah yang membentuk sistem jalur-jalur tertutup :
a) Arteri mengangkut darah menjauhi jantung.
(1) Arteri elastik adalah arteri terbesar, meliputi aorta dan cabang-
cabang terdekatnya. Mengandung banyak jaringan ikat.
(2) Arteri muskular bercabang dari arteri elastik dan
mendistribusikan darah ke berbagai bagian tubuh.
(3) Arteriol adalah pembuluh darah yang sangat kecil. Sebagian
besar arteriol mempunyai tiga tunika pada dindingnya, dengan
jumlah otot polos yang memadai pada tunika medika.
b) Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopik yang mempunyai
dinding sangat tipis. Hanya tunika intima yang terdapat pada
dinding ini. Sebagian dindingnya hanya mengandung satu lapisan
endotelium.
c) Vena mengangkut darah kembali ke jantung.
(1) Venula pascapiler adalah vena terkecil, sangat berpori-pori,
tetapi mempunyai serat otot polos yang menyebar pada tunika
media.
(2) Venula terbentuk ketika venula pascapiler bersatu. Dinding
venula yang lebih besar berlapis tiga.
(3) Vena mempunyai dinding berlapis tiga, namun tunika intima
dan tunika medianya jauh lebih tipis daripada arteri yang
berukuran serupa.
b. Fisiologi
Menurut Mutaqqin (2014) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai
sistim regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon
seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan
suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu
darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung
otak untuk memelihara sistim sirkulasi organ tersebut.
1) Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim
kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam
sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar
8% dari berat badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar
55% merupakan plasma, volume komponen darah harus memiliki
jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal agar system
kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2) Curah jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang
digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan
yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output)
pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut
jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah
jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan
curah jantung terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung atau
volume sekuncup.
3) Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung
ini dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA
dan system purkinje. Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung
dipengaruhi oleh saraf simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf
otonom. Empat reflek utama yang menjadi media system saraf otonom
dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks
kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan.
4) Tekanan vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient,
ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg
pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan
menurun bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri,
kapiler, venula. Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat
besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya
kapasitansi dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah
tekanan vena dalam mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena
yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi
kapasitani dan meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan
aliran balik ke jantung.
5) Ruang jantung
a) Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai
tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena
sirkulasi sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-
paru . darah yang berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam
atrium kanan melalui vena cava superior, inferior dan sinus
koronarius.
b) Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang
berguna untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang
cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteri
pulmonaris. Sirkulasi pulmunar merupakan sistim aliran darah
bertekanan rendah, dengan resitensi yang jauh lebih kecil terhadap
aliran darah yang berasal dari ventrikel kanan. Oleh karena itu,
beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan dari
pada ventrikel kiri.
c) Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-
paru melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara
vena pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan
mengalir kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan
tekanan dalam atrium kiri (retrograde).
d) Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran
darah ke jaringan-jaringan perifer.
6) Katup jantung
a) Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel,
mempunyai tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis.
Sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri
mempunyai dua buah daun katup yang disebut katup mitral.
b) Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary
dan katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak
pada arteri pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan
ventrikel kanan.katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri
dan aorta.
3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat
kalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan
Diastolik
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Sumber : Smeltzer, et al, 2012

Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang


dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang
Dewasa.
Kategori TD Sistolik TD diastolik (mmHg)
(mmHg)
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg
Sumber : Triyanto, 2014
4. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin penyebabnya.
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada
individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada
suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat
atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan
cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor
keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins
(2007), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau
esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti
:stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi
garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam
hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas,
resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti
kontasepsi oral dan kartikosteroid.
5. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah
sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang
dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang
lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah
naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua yang memiliki
hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia
muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih
dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari
pada tekanan darah diastolic karena merupakan predictor yang lebih
baik untuk kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit
jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai
kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama
antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar rennin
yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin,
tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes
mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan
hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktor-
faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga
meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada
individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi.
pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain
dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung.
6. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang
cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek
kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat
merespon perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan
perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor.
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang
merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis
ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga
mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun
lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan
penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah
kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran
darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan
dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik
karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan
bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak
terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan
darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi
penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak
dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan
diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
7. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah,
dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus ) (Brunner &
Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila jantung
tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal
jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa
sebagian besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko
seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi
dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
(Anonim, 2013)
9. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat
laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
10. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas
juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat
badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan
sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan
konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan
sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol
harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami
hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum
berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet
potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet
tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel
kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang
terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-
5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yamg
cukup.
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang
tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi
merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karena
dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress
sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat
tinggi.
7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat
yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar
aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan
komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur energi tidak
terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko
hipertensi dapat ditekan.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat
aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami
gangguan pernafasan seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin
II dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi
penempelan zat angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.
11. Pathway
Faktor Predidposisi: Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stres, Kurang Olaraga, Faktor Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas

Hipertensi Perubahan Situasi Informasi Yang Minim

Kerusakan vaskuler pembuluh darah


Defesiensi Pengetahuan
Perubahan Struktur Ansietas

Vaskontriksi penyumbatan pembuluh darah Krisis Situasional

Gangguan sirkulasi otak suplai O2 ke otak berkurang Metode Koping Tidak Efektif

Resistensi pembuluh darah ke otak meningkat


Ketidakefektifan perfusi Ketidakefektifan
Nyeri Kepala Jaringan otak Koping

Ginjal Retina Pembuluh Darah

Vasokontriksi Pembuluh Darah Spasme Arteriol Sistemik Koroner

Blood Flow Menurun Vasokontriksi Afterload Iskemik Miokard


Resiko cidera
Respon R A A Kelelahan
Nyeri
Merangsang Aldesteron Intoleransi Aktivitas
Retensi NA Edema Kelebihan Volume Cairan

Sumber : (NANDA NIC-NOC, 2015).


12. Fokus Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan
ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status
imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami
dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah
ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta
dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta
memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang
dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan
dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa
: keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang
membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan
(Friedman, 2010).
c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang
dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang
dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan
kudapan (Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang
dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan
penyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga
dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak,
kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam
mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
5) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi
sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status
kesehatan.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
13. Fokus Diagnosa keperawatan Keluarga
a. Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke
system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa
keperawatan adalah:
1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu
kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2018) :
1) Penurunan curah jantung
2) Intoleransi aktivitas
3) Nyeri (sakit kepala)
4) Kelebihan volume cairan
5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6) Ketidakefektifan koping
7) Defisiensi pengetahuan
8) Ansietas
9) Resiko cidera
b. Skala Prioritas Masalah
Table 2.3 Skala Prioritas Masalah Keluarga
Kriteria Skor Bobot
1) Sifat masalah :
a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3 1
b) Ancaman kesehatan 2
c) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
a) Mudah 2
b) Sebagian 1 2
c) Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a) Tinggi 3
b) Cukup 2 1
c) Rendah 1
4) Menonjolnya masalah:
a. Masalah dirasakan dan perlu
2
segera ditangani 1
b. Masalah dirasakan tapi tidak perlu
1
segera ditangani
0
c. Masalah tidak dirasakan
Total Skore
Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)
Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai
Angka tertinggi dalam skor
Cara melakukan Skoring adalah :
1) Tentukan skor untuk setiap criteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3) Jumlah skor untuk semua criteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.
14. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan
sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau
standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga
sedang bekerja (Friedman, 2010).
Rencana asuhan keperawatan keluarga (NANDA NIC-NOC 2018) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan NANDA NIC-NOC 2018
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Penurunan curah jantung NOC NIC
Definisi : ketidakadekuatan  Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
darah yang dipompa oleh  Circulation Status - Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
jantung untuk memenuhi  Vital Sign Status - Catat adanya disritmia jantung
kebutuhan metabolik tubuh Kriteria Hasil : - Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
 Tanda vital dalam rentang - Monitor status kardiovaskuler
normal (Tekanan darah, Nadi, - Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
Respirasi). jantung
 Dapat mentoleransi aktivitas, - Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
tidak ada kelelahan - Monitor balance cairan
 Tidak ada edema paru, perifer - Monitor adanya perubahan tekanan darah
dan tidak ada asites - Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
 Tidak ada penurunan kesadaran antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor adanya pulsus paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
2 Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : Ketidakcukupan  Energy conservation Activity Therapy
energi psikologis atau  Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam
fisiologis untuk melanjutkan  Self Care : ADLs merencanakan program terapi yang tepat
atau menyelesaikan aktivitas Kriteria Hasil : - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
kehidupan sehari-hari yang  Berpartisipasi dalam aktivitas dilakukan
harus atau yang ingin fisik tanpa disertai peningkatan - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dilakukan tekanan darah, nadi, dan RR dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
 Mampu melakukan aktivitas - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
sehari-hari (ADLs) secara yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
mandiri - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
 Tanda tanda vital normal kursi roda,krek
 Energy psikomotor - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
 Level kelemahan - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
 Mampu berpindah : dengan atau - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
tanpa bantuan alat kekurangan dalam beraktivitas
 Status kardio pulmunari adekuat - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Sirkulasi status baik - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
 Status respirasi : pertukaran gas penguatan
dan ventilasi adekuat - Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.
3 Nyeri Akut NOC NIC
Definisi : Pengalaman sensori  Pain Level Pain Management
dan emosional yang tidak  Pain Control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
menyenangkan yang muncul  Comfort level lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
akibat kerusakan jaringan Kriteria Hasil : presipitasi
yang aktual atau potensial  Mampu mengontrol nyeri (tahu - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
atau digambarka dalam hal penyebab nyeri, mampu - Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
kerusakan sedemikian rupa menggunakan tehnik pengalaman nyeri pasien
(internatioal association for nonfarmakologi untuk - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
the study of pain) : awitan mengurangi nyeri, mnecari - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
yang tiba-tiba atau lambat bantuan) - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
dari intensitas ringan hingga  Melaporkan bahwa nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
berat dengan akhir yang dapat berkurang dengan menggunakan - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
diantisipasi atau diprediksi manajemen nyeri menemukan dukungan
dan berlangsung <6 bulan.  Mampu mengenali nyeri (skala - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nyeri) - Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Menyatakan rasa nyaman setelah - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
nyeri berkurang farmakologi dan inter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
4 Kelebihan volume cairan NOC NIC
Definisi : Peningkatan retensi  Electrolit and acid base balance Fluid management
cairan isotonik  Fluid balance - Timbang popok/pembalut jika diperlukan
 Hydration - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Kriteria Hasil : - Pasang urin kateter jika diperlukan
 Terbebas dari edema, efusi, - Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
anaskara (BUN, Hmt, osmolalitas urin)
 Bunyi nafas bersih, tidak ada - Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP,PAP,
dyspneu/ortopneu dan PCWP
 Terbebas dari distensi vena - Monitor vital sign
jugularis, reflek hepatojugular - Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles, CVP,
(+) edema, distensi vena leher, asites)
 Memelihara tekanan vena - Kaji lokasi dan luas edema
sentral, tekanan kapiler paru, - Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
output jantung dan vital sign kalori
dalam batas normal - Monitor status nutrisi
 Terbebas dari kelelahan, - Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
kecemasan atau kebingungan - Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi
 Menjelaskan indikator kelebihan dengan serum Na<130 mEq/l
cairan - Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
5 Resiko ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan otak  Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi
Definisi : Berisiko mengalami  Tissue Prefusion : celebral perifer)
penurunan sirkulasi jaringan Kriteria Hasil : - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
otak yang dapat mengganggu  Mendemonstrasikan status panas/dingin/tajam/tumpul
kesehatan sirkulasi yang ditandai dengan : - Monitor adanya paretese
 Tekanan systole dandiastole - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada
dalam rentang yang diharapkan isi atau laserasi
 Tidak ada ortostatikkhipertensi - Gunakan sarung tangan untuk proteksi
 Tidak ada tanda-tanda - Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
peningkatan tekanan intrakranial - Monitor kemampuan BAB
(tidak lebih dari 15 mmHg) - Kolaborasi pemberian analgetik
 Mendemonstrasikan kemampuan - Monitor adanya trombo plebitis
kognitif yang ditandai dengan: - Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
 Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
 Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan
benar
 Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan gerakan
involunter
6 Ketidakefektifan koping NOC NIC
Definisi : Ketidak mampuan  Decison making Decison making
untuk membentuk penilaian  Role inhasmet - Menginformasikan pasien alternatif atau solusi lain
valid tentang stressor, ketidak  Sosial support penanganan
adekuatan pilihan respon Kriteria Hasil : - Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan
yang dilakukan dan/atau  Mengidentifikasi pola koping - Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan, kerugian dari
ketidak mampuan untuk yang efektif keadaan
menggunakan sumber daya  Mengungkapkan secara verbal Role inhancement
yang tersedia tentang koping yang efektif - Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-macam nilai
 Mengatakan penurunan stres kehidupan
 Klien mengatakan telah - Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk mengatur
menerima tentang keadaannya pola nilai yang dimiliki
 Mampu mengidentifikasi strategi Coping inhancement
tentang koping - Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran
perubahan peran yang realistis
- Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan
- Hindari pengambilan keputusan pada saat pasien berada
dalam stress berat
- Berikan informasi actual yang terkait dengan diagnosis,
terapi dan prognosis
7 Defisiensi pengetahuan NOC NIC
Definisi : Ketiadaan atau  Knowledge : disease process Teaching : disease Process
defisiensi informasi kognitif  Knowledge : health behavior - Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
yang berkaitan dengan topik Kriteria Hasil : tentang proses penyakit yang spesifik
tertentu  Pasien dan keluarga menyatakan - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
pemahaman tentang penyakit, ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
kondisi, prognosis dan program cara yang tepat
pengobatan - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
 Pasien dan keluarga mampu penyakit, dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang - Ganbarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar - Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
 Pasien dan keluarga mampu tepat
menjelaskan kembali apa yang - Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
dijelaskan perawat/tim kesehatan cara yang tepat
lainnya - Hindari jaminan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperluhkan untuk mencegah komplikasi dimasa yang
akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
8 Ansietas NOC NIC
Definisi : Perasaan tidak  Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
nyaman atau kekawatiran  Anxiety level - Gunakan pendekatan menenangkan
yang samar disertai respon  Coping - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
autonom (sumber sering kali Kriteria Hasil :
tidak spesifik atau tidak  Klien mampu mengidentifikasi - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
diketahui oleh individu); dan mengungkapkan gejala prosedur
perasaan takut yang cemas - Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
disebabkan oleh antisipasi  Mengidentifikasi, - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
terhadap bahaya. Hal ini mengungkapkan dan mengurangi takut
merupakan isyarat menunjukkan teknik untuk - Dorong keluarga untuk menemani anak
kewaspadaan yang mengontrol cemas - Lakukan back/neck rub
memperingatkan individu  Vital sign dalam batas normal - Dengarkan dengan penuh perhatian
akan adanya bahaya dan  Postur tubuh, ekspresi wajah, - Identifikasi tingkat kecemasan
kemampuan individu untuk bahasa tubuh dan tingkat - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
bertindak menghadapi aktivitas menunjukkan kecemasan
ancaman berkurangnya kecemasan - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan,, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
9 Risiko cidera NOC NIC
Definisi : Beresiko  Risk kontrol Environment Management (Manajemen Lingkungan)
mengalami cedera sebagai Kriteria Hasil : - Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
akibat kondisi lingkungan  Klien terbebas dari cedera - Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
yang berinteraksi dengan  Klien mampu menjelaskan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
sumber adaptif dan sumber cara/metode untuk mencegah penyakit terdahulu pasien
defensif individu injury/cedera - Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
 Klien mampu menjelaskan factor memindahkan perabotan)
resiko dari lingkungan/perilaku - Memasang side rall tempat tidur
personal - Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
 Mampu memodifikasi gaya - Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
hidup untuk mencegah injury dijangkau pasien
 Menggunakan fasilitas kesehatan - Membatasi pengunjung
yang ada - Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
 Mampu mengenali perubahan - Mengontrol lingkungan dari kebisingan
status kesehatan - Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
- Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
Sumber : NANDA NIC-NOC, 2018

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB 1 Print
    BAB 1 Print
    Dokumen4 halaman
    BAB 1 Print
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • 2019 21 Jadwal Wawancara
    2019 21 Jadwal Wawancara
    Dokumen10 halaman
    2019 21 Jadwal Wawancara
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Avrizal Resume Ok 10 FR Humerus
    Avrizal Resume Ok 10 FR Humerus
    Dokumen11 halaman
    Avrizal Resume Ok 10 FR Humerus
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • 7.daftar Pustaka
    7.daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    7.daftar Pustaka
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover
    1 Cover
    Dokumen3 halaman
    1 Cover
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • SOAL Minggu 2
    SOAL Minggu 2
    Dokumen3 halaman
    SOAL Minggu 2
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Fraktur
    Jurnal Fraktur
    Dokumen5 halaman
    Jurnal Fraktur
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Fraktur
    Jurnal Fraktur
    Dokumen5 halaman
    Jurnal Fraktur
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Cover Icu
    Cover Icu
    Dokumen1 halaman
    Cover Icu
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Batu Ginjal
    Jurnal Batu Ginjal
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Batu Ginjal
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • 6.bab 5-7
    6.bab 5-7
    Dokumen17 halaman
    6.bab 5-7
    Avrizal Falefi
    100% (1)
  • 5 Bab-Iv
    5 Bab-Iv
    Dokumen10 halaman
    5 Bab-Iv
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Lansia Edit
    Format Pengkajian Lansia Edit
    Dokumen10 halaman
    Format Pengkajian Lansia Edit
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Angket Komunitas 8 Subsistem EDIT
    Angket Komunitas 8 Subsistem EDIT
    Dokumen6 halaman
    Angket Komunitas 8 Subsistem EDIT
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Soal Icu 1
    Soal Icu 1
    Dokumen3 halaman
    Soal Icu 1
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover
    1 Cover
    Dokumen3 halaman
    1 Cover
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • 7.daftar Pustaka
    7.daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    7.daftar Pustaka
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Cover Men
    Cover Men
    Dokumen1 halaman
    Cover Men
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • LP Gerontik Katarak
    LP Gerontik Katarak
    Dokumen9 halaman
    LP Gerontik Katarak
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • LP Mediastinum
    LP Mediastinum
    Dokumen26 halaman
    LP Mediastinum
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • LEMBAR PENGESAHAN Gadar
    LEMBAR PENGESAHAN Gadar
    Dokumen1 halaman
    LEMBAR PENGESAHAN Gadar
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Konsep Lansia
    Konsep Lansia
    Dokumen5 halaman
    Konsep Lansia
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • BAB 4 N 5
    BAB 4 N 5
    Dokumen4 halaman
    BAB 4 N 5
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Analisa Dat1
    Analisa Dat1
    Dokumen6 halaman
    Analisa Dat1
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Cover Avrizal
    Cover Avrizal
    Dokumen1 halaman
    Cover Avrizal
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Konsep Lansia
    Konsep Lansia
    Dokumen5 halaman
    Konsep Lansia
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Avrizal Falefi
    Belum ada peringkat
  • BAB I Seminar KMB
    BAB I Seminar KMB
    Dokumen4 halaman
    BAB I Seminar KMB
    Luluk Marucchii
    Belum ada peringkat