Anda di halaman 1dari 6

Gempa 5,5 SR Kembali Goyang Kota Padang

21 Jul 2018, 16:32 WIB

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)


Liputan6.com, Jakarta Gempa kembali menggoyang Kota Padang, Sumatera Barat. Seperti
dilansir laman Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BMKG), gempa berkekuatan 5,5
skala Richter itu terjadi Sabtu (21/7/2018) siang pukul 14.58 WIB.

Pusat gempa berada di 0.97 Lintang Selatan, 100.70 Bujur Timur atau 9 kilometer arah Tenggara
Kota Padang pada kedalaman 10 kilometer.

Sebelumnya, gempa 5,4 skala Richter juga mengguncang Mentawai, Sumatera Barat, pada Sabtu
dini hari tadi.

BMKG Padang Panjang mencatat, gempa terjadi dua kali, yaitu pukul 02.58.07 WIB berlokasi di
Mentawai, tepatnya 1,78 Lintang Selatan (LS), 99,72 Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 10
kilometer, dan tidak berpotensi tsunami.

Kemudian, gempa kembali terjadi pada pukul 02.58.09 WIB, berkekuatan 5,3 SR berlokasi di
1.77 LS, 99.75 BT atau 34 kilometer Timur Laut Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar), dengan
kedalaman 29 kilometer.
Cerita Haru Pasangan Renta Saat Banjir Bandang Banyuwangi Mengadang

25 Jun 2018, 18:01 WIB

Mbah Badri, korban banjir bandang di Desa Alasmalang, Banyuwangi. (Rizki Alfian/TIMES
Indonesia)
Banyuwangi - Banjir bandang yang menerjang sejumlah desa di Kecamatan Singojuruh,
Banyuwangi, Jawa Timur, menyisakan kesan yang mendalam bagi para korban. Banjir yang
terjadi pada Jumat pagi, 22 Juni 2018 tersebut, datang secara tiba-tiba dan dengan ganasnya
menerjang apapun yang menghalanginya.

Dari sekian banyak korban terdampak, ada cerita mengharukan dari warga Dusun Garit, Desa
Alasmalang, Kecamatan Singojuruh. Cerita itu datang dari pasangan suami istri yang usianya
sudah tidak muda lagi, yakni Suharni (75) dan Badri (86).

Saat banjir bandang terjadi, pasangan tersebut terpisah dan sedang tidak berada dalam satu
rumah. Badri mengatakan, saat banjir menerjang dia sedang berada di sawah.

Sedangkan istrinya, Suharni tengah berada di dalam rumah. Sementara, sang anak tinggal di
Jakarta.

Badri mengetahui ada banjir bandang karena firasat buruk yang terbesit di pikirannya saat ia
berada di sawah. Saat itu, dia mendadak khawatir dengan kondisi sang istri di rumah. Karena
takut terjadi sesuatu dengan istrinya, Badri lalu bergegas pulang ke rumah.

Kepada TIMES Indonesia (timesindonesia.co.id) sang kakek ini menceritakan, saat sampai di
rumah ia kaget bukan kepalang lantaran melihat banyak genangan air yang sudah masuk ke
dalam rumahnya. Mengetahui ada bahaya mengancam, ia langsung mencari sang istri dan
mengajaknya keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan
Sulsel di sinidan ikuti Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Non Stop hanya di Liputan6.com.
Longsor Kepung Desa Palakka di Enrekang

Senin, 2 Juli 2018 - 15:30 WIB

Longsor mengepung Desa Palakka, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan
dan menghambat aktivitas transportasi dan perekonomian ribuan warga, Senin (2/7/2018). Foto
iNews TV/Jufri T

ENREKANG - Longsor mengepung Desa Palakka, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang,


Sulawesi Selatan, menghambat aktivitas transportasi dan perekonomian ribuan warga, Senin
(2/7/2018).
Tanah yang labil disertai curah hujan yang cukup tinggi mengakibatkan Desa Palakka,
Kecamatan Maiwa dikepung longsor. Longsor terjadi di lima titik yang berada di wilayah desa
tersebut, arus transportasi yang menghubungkan ke Desa Limbuang terhambat, akibatnya
perekonomian warga terganggu.

"Longsor yang terjadi di Desa Palakka, Kecamatan Maiwa, ada lima titik. menghubungkan desa
palakka dengan Desa Limbuang," ungkap, Kepala Seksi Pencegahan BPBD Enrekang Eka
Pebryanzah, Senin siang (2/7/2018).

Sementara itu pihak BPBD Kabupaten Enrekang, hingga saat ini melakukan pembersihan
material longsor dengan menggunakan alat berat.

"Satu alat berat kami turunkan untuk mengevakuasi material longsor, dan sementara dilakukan,"
tambah Eka.
Gunung Agung Erupsi Lagi, Keluarkan Abu Setinggi 1.500 Meter
Minggu, 15 Juli 2018 - 11:00 WIB

Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali kembali meletus, Minggu (15/7/2018) sekitar
pukul 09.05 WITa. FOTO/IST

KARANGASEM - Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, kembali meletus, Minggu


(15/7/2018) pukul 09.05 WITa. Erupsi kali ini menghasilkan kolom abu setinggi 1.500 meter
dari puncak atau 4.642 meter di atas permukaan laut (dpl).

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah tenggara dan barat.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi 1 menit 45
detik.

Berdasarkan laporan petugas KESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunungapi
Agung, Anwar Sidiq menyatakan, Gunung Agung sebelumnya juga meletusnya pada pukul
04.52 WITa. Namun saat itu asap kawah tidak teramati, hanya terlihat ada sinar api di atas
puncak.

Secara kegempaan terjadi gempa letusan 1 kali, hembusan terjadi 3 kali, vulkanik dangkal terjadi
4 kali, vulkanik dalam terjadi 1 kali, dan gempa tektonik jauh terjadi 1 kali. "Secara kesimpulan
status Gunung Agung masih berada di level III atau siaga," ungkap Anwar.

Rekomendasi dari PVMBG masih tetap sama masyarakat, wisatawan dilarang beraktivitas di
radius 4 km dari Gunung Agung. Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran
sungai yang berhulu di Gunung mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran
lahar hujan yang terjadi pada saat musim hujan.
BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI ACEH, 26 DESEMBER 2004, KISAH KELAM DI
UJUNG TAHUN.

26 Desember 2004…..
Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan 95,6 BT di
kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh, Nanggroe Aceh
Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah
lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia,
Maladewa dan Thailand.
Menurut Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah
korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1) mencapai 127.672
orang. Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur yang
sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya 150.000 orang. PBB
memperkirakan sebagian besar dari korban tewas tambahan berada di Indonesia. Pasalnya,
sebagian besar bantuan kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak daerah yang
terisolir.
Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera
Utara menurut Departemen Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut
kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan
korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-
luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh dan
Sumatera Utara.

Iitulah kisah suram 5 tahun silam yang terjadi di penghujung tahun 2004 silam. Namun, seiring
waktu berjalan, segala perbaikan terus berjalan. Setidaknya, begitulah yang terbaca dan terdengar
di media massa.

Akan tetapi, ironinya, masih terlihat adanya barak-barak yang berpenghuni, seperti di bantaran
sungai Krueng Aceh, yang di kenal dengan Barak Bakoy. Memang kita tidak bisa menduga, apa
yang terjadi ? Dengan dana yang melimpah, di dukung oleh sumber daya manusia yang multi
culture, high intelegence, tapi semua ini masih terhidang di depan kita. Aneh..
Barak bakoy adalah salah satu bukti dari kisah silam yang masih ada, mungkin juga masih ada
bakoy-bakoy lain yang belum sempat penulis tahu.
Puluhan Rumah di Kuningan Ambruk Diterjang Puting Beliung
Rabu, 23 Mei 2018 - 21:05 WIB
views: 2.762

Hujan deras disertai angin kencang mengakibatkan sejumlah rumah di Desa Sindang Agung,
Kecamatan Sindang Agung, Kuningan, Jawa Barat, ambruk, Rabu petang (23/5/2018). Foto
iNews TV/Toiskandar

KUNINGAN - Hujan deras disertai angin kencang mengakibatkan sejumlah rumah di Desa
Sindang Agung, Kecamatan Sindang Agung, Kuningan, Jawa Barat, ambruk, Rabu petang
(23/5/2018). Beruntung pada saat kejadian tidak ada korban jiwa namun ada sejumlah warga
yang mengalami luka luka akibat tertimpa material genteng.

Nia Kurniasih warga setempat mengatakan, kejadian angin kencang diperkirakan berlangsung
selama sepuluh menit dan langsung memporak porandakan sejumlah rumah. Sejumlah warga
yang kaget langsung berhamburan keluar takut tetimpa reruntuhan genteng.

“Kejadian ini membuat salah seorang warga mengalami luka-luka di bagian kaki tertimpa
material reruntuhan dan langsung dibawa ke puskesmas terdekat,” kata dia.

Selain di Desa Sindang Agung angin kencang juga melanda di Desa Citusari, Kecamatan
Garawangi yang mengakibatkan puluhan pohon besar dan tiang listrik tumbang. Sejumlah warga
langsung melakukan evakuasi pohon tumbang dibantu oleh petugas dari BPBD Kuningan serta
aparat kepolisian.

“Akibat pohon tumbang arus lalu lintas mengalami kemacetan cukup panjang. Warga pun harus
melalui jalan alternatif karena banyaknya pohon tumbang,” ungkap Kirman warga Citusari.

Hingga kini petugas dari BPBD Kuningan yang dibantu aparat kepolisian dan warga masih
melakukan evakuasi pohon tumbang karena begitu banyak.

Petugas BPBD mengimbau kepada warga agar waspada jika turun hujan deras untuk berlindung
ke tempat lebih aman.

Anda mungkin juga menyukai