Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN MUTU

Oleh:
Kelompok 13
Annisa Noor Zuhrifa (H3117010)
Apri Widianti (H3117012)
Dewi Puspitasari (H3117023)
Haniful Abid (H3117035)
Ihza Rahmanir (H3117037)

PROGRAM DIPLOMA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
ACARA V
PERATURAN TERKAIT
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Pengendalian Mutu Acara V “Peraturan Terkait”
adalah :
1. Mengetahui dan memahami satuan dan persyaratan dari produk, bahan baku
dan bahan tambahan menurut SNI.
2. Mengetahui dan memahami produk, bahan baku dan bahan tambahan sesuai
SNI.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria
keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan
makanan, makanan, dan minuman. Gizi Pangan adalah zat atau senyawa
yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan
dan kesehatan manusia. Standar mutu pangan adalah spesifikasi atau
persyaratan teknis yang dibakukan tentang mutu pangan, misalnya dari segi
bentuk, warna, atau komposisi yang disusun berdasarkan kriteria tertentu
yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
aspek lain yang terkait. Standar mutu pangan tersebut mencakup baik
pangan olahan maupun pangan yang tidak diolah. Dalam pengertian yang
lebih luas, standar yang berlaku bagi pangan mencakup berbagai persyaratan
keamanan pangan, gizi, dan persyaratan lain dalam rangka menciptakan
perdagangan pangan yang jujur, misalnya, persyaratan tentang label dan
iklan. Berbagai standar tersebut tidak bertentangan satu sama lain atau
berdiri sendiri, tetapi justru merupakan satu kesatuan yang bulat,
penjabarannya lebih lanjut diatur oleh Pemerintah. Pangan tertentu yang
diperdagangkan yang dimaksud pada ayat ini adalah produk pangan yang
atas pertimbangan manfaat, nilai gizi dan aspek perdagangan harus
memenuhi standar mutu tertentu (Irawan, 2016).
Standar dan peraturan keamanan pangan sangat diperlukan untuk
menjamin produk yang dihasilkan oleh suatu negara memiliki kualitas yang
baik dan daya saing. Di era perdagangan bebas seperti saat ini, fungsi
standar dan peraturan keamanan pangan menjadi sangat penting sebagai alat
untuk mempermudah transaksi perdagangan antar negara dan menciptakan
perdagangan yang adil. Selain itu, standar dan peraturan keamanan pangan
juga diperlukan untuk menjamin keamanan produk dan melindungi
kesehatan publik. Dalam kaitannya dengan perdagangan internasional,
standar dan peraturan keamanan pangan juga mempunyai peranan lebih luas
yaitu melindungi kepentingan masyarakat Internasional dan kesehatan
(negara) konsumen, memfasilitasi tercapainya perdagangan pangan yang
adil antar negara, dan meningkatkan kesejahteraan (welfare) masyarakat
(Sumarto dkk., 2014).
Standar Nasional Indonesia adalah satu-satunya standar yang berlaku
secara nasional di indonesia. SNI dirumuskan oleh komite Teknis dan ditetapkan
oleh BSN. Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para
stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice
yaitu keterbukaan, transparansi, konsensus dan tidak memihak, efektif dan
relevan, coherence, berdimensi pembangunan (Badan Standarisasi Nasional).
Standarisasi merupakan salah satu instrumen regulasi teknis yang dapat
melindungi kepentingan konsumen nasional dan sekaligus produsen dalam negeri.
Melalui regulasi teknis yang berbasiskan standarisasi dapat dicegah beredarnya
barang-barang yang tidak bermutu di pasar domestik. Khususnya yang terkait
dengan kesehatan, keamanan, keselamatan dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Melalui instrumen yang sama, dapat dicegah masuknya barang-barang
impor bermutu rendah yang mendistorsi pasar dalam negeri karena berharga
rendah (Herjanto,2011).
2. Tinjauan Bahan
Air adalah suatu zat cair yang terdiri dari unsur hidrogen dan
oksigen, tidak mempunyai rasa, bau dan warna. Air pada umumnya
digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi, cuci, kakus,
dan sebagainya. Air merupakan komponen penting bagi seluruh kehidupan.
Faktanya bahwa 70% permukaan bumi tertutup air dan dua per tiha tubuh
manusia terdiri dari air (Gafur dkk, 2017).
Tanaman teh berasal dari cina yang dapat tumbuh pada ketinggian
200-2300 mdpl. Tanaman teh menghasilkan metabolit sekunder seperti
alkaloid, flavonoid, steroid, tanin, saponin, triterpenoid. Bahan aktif dalam
teh lainnya adalah kafein, tanin, theophylline, katekin, karoten, vitamin C,
A, B1, B2, B12, P, Fluorite, Ferum, Magnesium, Kalsium, Strontium,
Plumbum, Nikel, Zink, dan Phosphor (Noriko, 2013). Tanaman teh
(Camellia Sinensis) telah dibudayakan selama ribuan tahun dan daunnya
digunakan untuk pengobatan. Daun teh sudak terkenal dari dulu untuk
membuat minuman yang menyehatkan (Khan and Mukhtar, 2013).
Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap
karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis. Beberapa gula misalnya
glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa dan laktosa mempunyai sifat fisik dan
kimia yang berbeda-beda misalnya dalam hal rasa manisnya, kelarutan
dalam air, energi yang dihasilkan, mudah tidaknya difermentasi oleh
mikroba tertentu, daya pembentukan karamel jika dipanaskan dan
pembentukan kristalnya (Zulkipli, 2016). Gula (refined sugar) dibuat dari
batang tebu. Di negara yang memiliki 4 musim gula pasir dibuat dari sari
umbi bit. Secara kimiawi, gula pasir disebut sukrosa, yakni bentuk ikatan
kimiawi gula yang tidak terdapat di alam. Karena itu, sebenarnya gula pasir
tidak serasi dengan system pencernaan. Selain berwarna putih bersih, di
pasaran kita dapat menemui gula berwarna kecoklatan karena tidak
mengalami proses pemutihan (Apriadji, 2007).
Karamel didapatkan dari proses karamelisasi dan Maillard yang
dapat memberikan rasa, aroma dan warna khas. Pewarna alami karamel IV
atau disebut karamel amonia sulfit didapatkan dengan cara memanaskan
karbohidrat dengan atau tanpa asam dan basa. Karamel digunakan sebgai
pewarna makanan, minuman dan bir. Penggunaan karamel menjadi solusi
dari penggunaan pewarna makanan buatan warna merah, hijau dan biru
yang bila dikombinasikan akan menjadi warna kecoklatan. Oleh karena itu,
penambahan karamel lebih disarankan apabila ingin memberi warna gelap
pada produk (Sengar and Sharma, 2014).
Kemudian ada penstabil, fungsi utama penstabil adalah mengikat air
dan menghasilkan kekentalan yang tepat. Penstabil berperan dalam
meningkatkan kekuatan bentuk dan tekstur produk fruit leather. Bahan
penstabil yang sering digunakan adalah CMC (Carboxylmethyl Cellulose).
Turunan selulosa yang dikenal dengan carboxylmethyl cellulose (CMC)
sering dipakai dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang
baik. Misalnya pada pembuatan es krim. Pemakaian CMC akan
memperbaiki tekstur dan kristal laktosa yang terbentuk akan lebih halus
(Zulkipli, 2016).
Plastik merupakan polimer alami. Material plastik dapat meleleh
atau mencair menjadi bentuk yang berbeda dengan menggunakan
bermacam-macam proses, seperti pemintalan, pencetakan, penekanan
ataupun pencoran. Banyak jenis plastik di Indonesia, salah satunya plastik
PET. Plastik ini muncul pada tahun 1941. PET memiliki bermacam-macam
penggunaan. Material PET sangat baik dan stabil, oleh sebab itu dapat
digunakan sebagai wadah minuman, makanan, dan penggunaan lainnya.
PET ini digunakan sebagai botol, serat PET untuk pakaian dan karpet,
wadah makanan dan plastik-plastik teknik untuk ketelitian-bagian
pencetakan (Archna et al., 2015). Plastik PET biasa dipakai untuk botol
plastik, berwarna jernih/ transparan/ tembus pandang seperti botol air
mineral, botol jus, wadah makanan dan hampir semua botol minuman
lainnya. Botol PET/PETE ini direkomendasikan hanya sekali pakai. Bila
terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau
panas, akan mengakibatkan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan
mengeluarkan zat karsinogenik dalam jangka panjang
(Trisunaryanti, 2018).
Plastik merupakan polimer alami. Material plastik dapat meleleh
atau mencair menjadi bentuk yang berbeda dengan menggunakan
bermacam-macam proses, seperti pemintalan, pencetakan, penekanan
ataupun pencoran. Banyak jenis plastik di Indonesia, salah satunya plastik
PET. Plastik ini muncul pada tahun 1941. PET memiliki bermacam-macam
penggunaan. Material PET sangat baik dan stabil, oleh sebab itu dapat
digunakan sebagai wadah minuman, makanan, dan penggunaan lainnya.
PET ini digunakan sebagai botol, serat PET untuk pakaian dan karpet,
wadah makanan dan plastik-plastik teknik untuk ketelitian-bagian
pencetakan (Archna et al., 2015).
C. Metodologi
1. Alat
a. Alat tulis
b. Kertas
2. Bahan
a. Produk
3. Diagram Alir

Pengidentifikasian produk, bahan baku dan bahan tambahan

Pencarian SNI produk, bahan baku dan bahan tambahan

Penelitian kesesuaiannya dengan peraturan SNI

Gabar 5.1 Diagram Alir SNI


D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 5.1 Standar Mutu Produk Teh Dalam Kemasan
No. Uraian Satuan Persyaratan
1 Keadaan Jernih
1.1Penampakan Khas teh
1.2 Bau dan rasa
2 Teina/kafeina Positif
3 Tanin Positif
4 Gula total sebagai Min. 6
sakarosa, %, b/b
5 Bahan tambahan Sesuai SN1.0222-M dan
makanan: PeraluranMen Kes.
5.1 Pengawet No.
5.2 Pemanis buata 722/Men.Kes/Per/IX/88
6 Cemaran logam
6.1 Timbal(Pb),mg/kg Maks 0,2
6.2 Tembaga(Cu),mg/kg Maks. 2,0
6.3 Seng(Zn),mg/kg Maks 5,0
6.4 Timah(Sn),mg/kg Maks 40,0
6.5 Raksa(HS), mg/kg Maks 0,03
7 Arsen (As),mg/kg Maks. 0,1
8 Cemaran mikroba Koloni/ml
8.1 Angka lempeng total APM/100 Maks 2,0 x 102
8.2 BakteriColiform ml < 2,2
8.3 E. Coli Negatif/100 ml
8.4 Salmonella Negative/100 ml
8.5 C. Pedtingen Negative/10 ml
Sumber : Laporan Sementara
Karakteristik produk minuman teh dapat menjadi salah satu penentu
mutu produk tersebut seperti warna, aroma, dan rasa seduhan. Karakteristik
produk teh tergantung pada jenis teh tersebut, misalnya warna hijau pada teh
oolong dan warna coklat atau hitam pada teh hitam yang disebabkan oleh
kandungan didalamnya seperti klorofil dan feofiltin. Aroma pada teh juga
merupakan karakteristik yang dapat dikenali dengan mudah, aroma juga
merupakan aspek yang menentukan kualitas diterima tidaknya teh oleh
konsumen. Aroma pada teh disebabkan oleh kandungan didalamnya, aroma
manis biasanya dari linalool dan aroma fresh biasanya dari Trana-2-heksenal.
Karakter ketiga yang juga sangat berpengaruh yaitu rasa, rasa pada teh
didapatkan dari hasil seduhan. Rasio antara polifenol dan kafein disebut
menjadi bagian yang paling menentukan kualitas seduhan teh
(Rohdiana, 2015).
Pengendalian mutu (Quality Control) adalah semua usaha untuk
menjamin agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan memuaskan konsumen. Pengendalian mutu merupakan salah
satu fungsi yang terpenting bagi suatu perusahaan, karena dengan adanya
pengendalian mutu diharapkan agar tidak terjadi barang yang tidak sesuai
dengan standar mutu yang diinginkan (second quality) terus-menerus dan bisa
mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa puas
dan perusahaan tidak rugi. Tujuan pengusaha menjalankan pengendalian mutu
untuk menperoleh keuntungan dengan cara yang fleksibel dan untuk menjamin
agar pelanggan merasa puas, investasi bisa kembali, serta perusahaan mendapat
keuntungan untuk jangka panjang (Devani dan Fitri, 2016).
Penetapan standar mutu pangan oleh Pemerintah, merupakan upaya
standarisasi mutu pangan yang diedarkan, dan terutama berguna sebagai suatu
tolak ukur yang objektif bagi pangan yang diedarkan. Hal ini tidak berarti
bahwa standar mutu yang ditetapkan oleh kalangan yang berkepentingan di
bidang pangan tidak diakui keberadaannya, misalnya, yang ditetapkan oleh
asosiasi dibidang pangan, terutama apabila standar mutu tersebut lebih tinggi
daripada standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Fungsi standar mutu
diantaranya adalah untuk mencegah adanya indikasi yang membahayakan
pada bahan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan akan keadaan bebas dari
resiko kesehatan yang disebabkan oleh kerusakan, pemalsuan dan kontaminasi,
baik oleh mikroba atau senyawa kimia, maka keamanan pangan merupakan
faktor terpenting baik untuk dikonsumsi pangan dalam negeri maupun untuk
tujuan ekspor (Irawan, 2016).
Di Indonesia, terdapat beberapa lembaga yang berwenang dalam
pengembangan standar dan peraturan keamanan pangan. Badan Standardisasi
Nasional (BSN) adalah lembaga yang berwenang mengkoordinasi sistem
standardisasi nasional dengan menetapkan suatu standar yang disebut sebagai
Standar Nasional lndonesia (SNI). Khusus untuk Standar Keamanan Pangan,
beberapa instansi teknis seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
RI merupakan lembaga yang bertugas sebagai pengawas pangan yang antara
lain berwenang memberlakukan wajib SNI suatu produk pangan. Selain standar
BPOM juga berwenang untuk menerbitkan pedoman dan peraturan yang
berkaitan dengan keamanan pangan (Sumarto dkk., 2014).
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah lembaga
pemerintah yang bertugas melakukan regulasi, standarisasi, dan sertifikasi
produk makanan dan obat yang mencangkup keseluruhan aspek pembuatan,
penjualan, penggunaan, dan keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik, dan
produk lainnya. Fungsi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan diantaranya
adalah penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.
Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu
produk kosmetika. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian, dan
penilaian mutu produk secara mikrobiologi. Pelaksanaan pemeriksaan
setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan pada sarana produksi dan
distribusi, pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi
tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan,
pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen serta evaluasi dan
penyusunan laporan pengujian obat dan makanan
(Rosaria, 2016).
Di tingkat internasional, terdapat FAO (Food and Agricultur
Ogranization) yang merupakan bagian united nation yang memimpin upaya
dunia internasional untuk mengatasi masalah kelaparan dan pertanian yang saat
ini sedang melanda sebagian dunia. Yang menjadi prioritas utama FAO adalah
mendorong terjadinya sustainble agriculture and rural development. Ini
merupakan strategi jangka panjang untuk meningkatkan produksi makanan dan
keamanan pangan (Food Security) dengan memelihara dan mengelola sumber
daya alam. FAO terdiri dari delapan bagian, yaitu Administration and Finance
Agriculture, Economic and Social, Fisheries, Forestry, General Affairs and
information, sustainable development and Technical Cooperation. FAO juga
bisa dikatakan sebagai sumber pengetahuan dan informasi dalam masalah
pertanian dan pangan. FAO bertugas untuk membantu negara-negara
berkembang dan negara-negara yang sedang dalam masa transisi modernisasi
atau memperbaiki praktek pertanian, kehutanan, dan perikanan serta serta
mematiskan nutrisi yang baik untuk semua negara anggotanya
(Rahman, 2017).
Standarisasi dalam dunia pangan dimaksudkan untuk menciptakan
suatu batasan yang dapat menjamin ketahanan pangan. Sistem standarisasi
yang digunakan setiap Negara berbeda, namun kini telah mengacu pada
satu hukum internasional agar lebih seragam. Pengaturan dengan undang-
undang dan peraturan pemerintah bersifat wajib dan mengikat
(compulsary), sedangkan pengaturan dengan standar dapat bersifat sukarela
(participatory) atau wajib (compulsary). Istilah lain yang sering juga
muncul dalam perbincangan tentang pengaturan pangan adalah istilah
teknis seperti ADI, GRAS dan beberapa istilah lain akan dijelaskan pada
saat penggunaan istilah tersebut (Wijaya, 2016).
Codex Alimentarius Commission (CAC), biasanya cukup disebut
Codex, merupakan badan antar pemerintah yang bertugas melaksanakan Joint
FAO/WHO Food Standards Programme (program standar pangan FAO/WHO).
Codex dibentuk dengan tujuan antara lain untuk melindungi kesehatan
konsumen, menjamin praktek yang jujur (fair) dalam perdagangan pangan
internasional serta mempromosikan koordinasi pekerjaan standardisasi pangan
yang dilakukan oleh organisasi internasional lain. Codex menetapkan Codex
text (teks) yang terdiri dari standar, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
rekomendasi lainnya yang mencakup bidang komoditi pangan, ketentuan bahan
tambahan pangan dan cemaran pangan, batas maksimum residu pestisida dan
residu obat hewan, prosedur sertifikasi dan inspeksi serta metode analisa dan
pengambilan contoh. Dalam penulisannya, jika ingin menyebut seluruh teks
yang dihasilkan Codex biasanya hanya ditulis standard and related texts
(standar dan teks terkait) atau cukup standar (Mahajan dan Suresh, 2014).
Berdasarkan Tabel 5.1 Standar Mutu Produk Teh dalam kemansan
menurut SNI (1992), yaitu keadaan penampakan, bau, dan rasanya jernih khas
the. Teina/kafeinnya positif. Selain itu tannin juga positif. Gula total sakarosa
% b/b minimal 6. Cemaran logam Timbal(Pb), mg/kg maksimal 0,2.
Tembaga(Cu), mg/kg maksimal 2,0 Seng(Zn), mg/kg maksimal 5,0 Timah(Sn),
mg/kg maksimal 40 Raksa(HS), mg/kg maksimal 0,03. Arsen (As), mg/kg
maksimal 0,1. Cemaran mikroba Angka lempeng total maksimal 2,0 x 102
koloni/ml APM/ 100 ml, Bakteri Coliform < 2,2. E. Coli negative/100 ml
Salmonella negative/ 100 ml. pedtingens negative/ 10 ml. Pada produk teh
yang digunakan kelompok 13, penampakan, bau dan rasanya jernih dan khas
teh. Teina/kafein dan taninnya positif. Gula yang digunakan sebanyak 14 gram.
Hal-hal tersebut sudah memenuhi syarat mutu SNI.
Berdasarkan SNI 01-1898-2002 the yang baik ialah memiliki aroma teh
yang khas, rasa dan aroma air seduhan normal khas. Lalu tidak boleh ada
benda asing, bahan pewangi yang tersisa maksimal 2% b/b, kadar air maksimal
8% b/b, kadar abu antara 4-7 %b/b. Sedangkan cemaran logam kandungan
tembaga maks. 150 mg/kg, timbal maks. 2 mg/kg, seng maks. 40 mg/kg, raksa
maks 0,03 mg/kg, timah maks. 40 mg/kg, arsen maks 1 mg/kg. Untuk cemaran
mikroba angka lempeng total makss. 3x103 koloni/g, coliform maks. 1x102
APM/g dan kapang maks 1x104 koloni/g.
Kualitas air yang baik secara fisik adalah tidak berasa, tidak berbau,
tingkat kekeruhan maks. 3 ntu, tingkat warna maks. 5 unit Pt-Co dan zat padat
terlarut kurang dari 500 mg/l. Kualitas air secara kimia adalah memiliki pH
yang netral antara 6,0-8,5, jumlah nitrat maks. 45 mg/l, jumlah nitrit maks.3
mg/l, jumlah amonium maks. 0,15 mg/l, jumlah sulfat maks. 200 mg/l, jumlah
klorida maks.250 mg/l, jumlah fluorida maks. 1 mg/l, jumlah sianida maks.
0,05 mg/l , jumlah besi maks 0,1 mg/l, jumlah mangan maks. 0,4 mg/l, jumlah
klor bebas maks. 0,1 mg/l, jumlah kromium maks.0,005 mg/l, jumlah barium
maks. 0,7 mg/l, jumlah boron maks. 0,3 mg/l, jumlah selenium maks maks.
0,01 mg/l, jumlah timbal maks. 0,05 mg/l, jumlah kadmium maks. 0,03 mg/l,
jumlah raksa maks. 0,001 mg/l, jumlah perak tidak ada dan jumlah kobalt tidak
ada. jumlah alumunium maks. 0,2 mg/l, jumlah zink maks. 15 mg/l. Air yang
baik secara biologis adalah kandungan zat organik maks. 10 mg/l dan jumlah
bakteri E. coli maks <2 APM/100 ml (SNI 01-3553-2006).
Gula sebagai bahan tambahan dalam teh kemasan memiliki standar
mutu. Syarat mutu gula menurut SNI 01-3140-2001 memiliki warna seperti
kristal, jumlah warna larutan min.90 %, besar jenis butir antara 0,8-1,2 Mm,
kadar susut pengeringan maks. 0,1 % b/b, polarisasi min 99,6 “Z”, kadar gula
pereduksi maks. 0,10 % b/b, kadar abu maks. 0,10 % b/b, bahan asing tidak
larut maks. 5 derajat.
E. Kesimpulan
Kesimpulan praktikum Acara V “Pengendalian Mutu” yaitu
1. Badan Standardisasi Nasional (BSN) adalah lembaga yang berwenang
mengkoordinasi sistem standardisasi nasional dengan menetapkan suatu
standar yang disebut sebagai Standar Nasional lndonesia (SNI)
2. Standar Mutu Produk Teh dalam kemansan menurut SNI (1992), yaitu
keadaan penampakan, bau, dan rasanya jernih khas the. Teina/kafeinnya
positif. Selain itu tannin juga positif. Gula total sakarosa % b/b minimal 6.
Cemaran logam Timbal(Pb), mg/kg maksimal 0,2. Tembaga(Cu), mg/kg
maksimal 2,0 Seng(Zn), mg/kg maksimal 5,0 Timah(Sn), mg/kg maksimal
40 Raksa(HS), mg/kg maksimal 0,03. Arsen (As), mg/kg maksimal 0,1.
Cemaran mikroba Angka lempeng total maksimal 2,0 x 102 koloni/ml APM/
100 ml, Bakteri Coliform < 2,2. E. Coli negative/100 ml Salmonella
negative/ 100 ml. pedtingens negative/ 10 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Apriadji, Wied Harry. 2007. Cake & Kue Manis : Tanpa Gula, Tanpa Pemanis
Sintetis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Archna., V. Moses., S. Sagar., V. Shivraj., dan S. Chetan. 2015. A Review on
Processing of Waste PET (Polyethylene Terephthalate) Plastics.
International Journal of Polymer Science Engineering 1(2):1-13.
Badan Standarisasi Nasional. 2001. Gula kristal putih. SNI 01-3140-2001. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Teh Wangi. SNI 01-1898-2002. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Air. SNI 01-3553-2006. Jakarta.
Devani, Vera dan Fitri Wahyuni. 2016. Pengendalian Kualitas Kertas Dengan
Menggunakan Statistical Process Control di Paper Machine 3. Jurnal
Ilmiah Teknik Industri 15(2):87-93.
Gafur, Abd., Kartini, A.D., dan Rahman. 2017. Studi Kualitas Fisik Kimia dan
Biologis pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merek Yang Beredar
di Kota Makassar Tahun 2016. Jurnal Higiene 3(1).
Herjanto, E. 2011. Pemberlakuan SNI Secara Wajib di Sektor Industri : Efektifitas
dan Berbagai Aspek Dalam Penerapannya. Jurnal Riset Industri 5 (2).
Irawan, Djoko Windu P. 2016. Pangan Sehat, Aman, Bergizi, Berimbang,
Beragam dan Halal. Penerbit Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes).
Ponorogo.
Khan, N., and Mukhtar, H. 2013. Tea and Health : Studies in Human. Journal
Curr Pharm 19 (34):6141-6147.
Mahajan Rajneesh dan Suresh Garg. 2014. Global Food Safety: Determinants are
Codex Standards and WTO’s SPS Food Safety Regulations. Journal of
Advances in Management Research 11(2).
Noriko, Nita. 2013. Potensi Daun Teh (Camellia Sinesis) dan Daun Anting-
Anting Acalypha Indica L. dalam Menghambat Pertumbuhan Salmonella
Typhi. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi 2 (2).
Rahman, Moh. Rafiul. 2017. Peran FAO (Food and Agriculture Organization)
Dalam Menangani Masalah Krisis Pangan di Republik Afrika Tengah
2014 – 2016. eJournal Ilmu Hubungan Internasional 5(4):1243-1256.
Rohdiana, Dr. Dadan. 2015. Teh: Proses, Karakteristik, dan Komponen
Fungsionalnya. Foodreview Indonesia 10(8)
Rosaria. 2016. Fungsi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Dalam Produk
Kosmetika di Kota Samarinda. Ejournal Administrasi Negara 4(2):4189-
4198.
Sengar, G., and Sharma H, K. 2014. Food Caramel : a review. Journal of Food
Sciene and Technology 51(9):10
Sumarto., Purwiyatno Hariyadi., dan Eko Hari Purnomo. 2014. Kajian Proses
Perumusan Standar dan Peraturan Keamanan Pangan di Indonesia. Pangan
23(2).
Trisunaryanti, Wega. 2018. Dari Sampah Plastik Menjadi Bensin dan Solar.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Wijaya, Hanny. 2016. Ruang Lingkup Pengaturan Pangan dan Kegunaannya.
Standarisasi dan Legislasi Pangan
Zulkipli, Fernisa Maharani Putri. 2016. Penambahan Konsentrasi Bahan
Penstabil dan Gula Terhadap Karakteristik Fruit Leather Murbei (Morus
Nigra). Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung.

Anda mungkin juga menyukai